Seorang laki-laki dengan setelan jas mewah tengah menjabat tangan laki-laki tua yang menjadi wali nikah untuk putrinya. Laki-laki itu memejamkan mata sebelum mengucapkan ikrar pernikahan. Dia sadar, sebentar lagi dia akan memikul tanggung jawab atas seorang wanita yang terbaring lemah di ruangan itu.
Sekali lagi mata laki-laki itu melirik pada wanita cantik yang tengah lelap dalam tidur panjangnya. Dua bulan lamanya sang wanita belum membuka mata karena keadaannya yang koma. Ada rasa kasihan yang mengiris hati saat melihat alat-alat yang masih terpasang di tubuh calon istrinya itu.
“Semoga saat kamu membuka mata nanti, kamu tidak menyesal menikah denganku. Maaf,” batin laki-laki itu dengan tatapan nanarnya.
“Bisa kita mulai ikrarnya?” tanya laki-laki paruh baya yang ditunjuk untuk mengesahkan pernikahan tanpa cinta itu.
Sang pengantin laki-laki mengangguk. Dia menghela napas berat dan memulai ikrar pernikahan yang sakral itu.
“Rafael Arya Hartono. Bersediakah kamu menikahi Alisha Mandalika, dan berjanji untuk mendampinginya seumur hidup.”
“Saya Rafael Arya Hartono, bersedia menikahi Alisha Mandalika dan berjanji untuk mendampinginya seumur hidup saya.”
“Baiklah. Karena pengantin wanita sedang sakit dan tidak bisa mengucap janji, maka bisa digantikan dengan ayahnya.”
Ayah Alisha mengangguk dan mengikuti ucapan laki-laki paruh baya itu. Tangan dua laki-laki itu masih saling menjabat di atas tubuh wanita cantik bernama Alisha yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Usai mengucapkan kalimat pernikahan itu, Rafael menandatangani dokumen pernikahan, begitu juga dengan ayah Alisha yang mewakili putrinya. Dua hati yang tidak pernah saling mengenal itu akhirnya resmi menjadi suami istri. Alisha yang malang tidak bisa menyaksikan langsung pernikahannya yang baru saja terjadi. Begitu pun dengan Rafael yang harus menikahi wanita yang harus mengalami kesakitan karena kecerobohannya sendiri.
Usai ikrar pernikahan secara singkat itu, semua orang diminta untuk keluar oleh dokter demi ketenangan pasien. Namun, tidak dengan Rafael. Laki-laki itu masih ingin di ruangan Alisha yang masih terpejam. Dia mendekati istrinya, lalu meraih tangan Alisha dan memasangkan cincin pernikahan mereka.
“Cepatlah sadar Alisha Rafael. Kamu tahu nama belakang kamu itu impian semua gadis di kota ini, kecuali dia yang sudah pergi meninggalkan rasa sakit itu. Meski aku tidak mencintaimu, aku tidak akan pernah melepaskanmu, karena kehilangan itu rasanya sangat menyakitkan. Cepatlah sadar Alisha!” ucap Rafael dengan bibir yang sedikit bergetar. Rafael lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Alisha. Paras ayu nan tenang itu tidak memberi respons apa pun sampai akhirnya dengan ragu-ragu Rafael mendaratkan kecupan pertamanya di kening Alisha.
Para dokter dan perawat yang menyaksikan adegan itu tidak sanggup menahan air mata mereka. Antara haru dan sedih, mereka sama-sama larut dalam momen bersejarah itu. Untuk pertama kalinya mereka melihat seorang pria yang menikahi wanita koma.
Setelah mengecup kening istrinya, Rafael berbalik badan. Wajah seriusnya membuat para dokter dan suster itu menundukkan kepala.
“Lakukan apa pun untuk membuatnya tetap hidup. Ingat, sekarang dia juga bos kalian!” ucap Rafael dengan ekspresi datar. Dia lalu melangkah keluar dari ruangan ICU yang menjadi tempat pernikahannya.
Setelah Rafael keluar, asistennya langsung menghampiri dan berdiri di samping laki-laki itu. Sementara itu, Rudy Mandala yang kini menjadi mertua Rafael mendekat dan menepuk pundaknya.
“Aku titip putriku. Tolong cintai dia dengan setulus hati!” ucap sang mertua.
“Saya tidak bisa berjanji untuk mencintainya, tapi saya berjanji tidak akan melepaskannya seumur hidup! Berjanjilah juga untuk tetap bertahan hidup sampai putrimu sembuh!”
Sang mertua hanya mengangguk sambil tersenyum, dia juga tidak bisa berjanji untuk tetap hidup sampai putrinya bangun. Bahkan, dokter pun tidak bisa memprediksi kapan putri semata wayangnya itu akan sadar. Yang dia takutkan hanya satu, saat wanita cantik itu membuka mata, Alisha tidak bisa menerima semua ini.
💕💕💕Selamat siang, Novel baru Itta Haruka yang dibuat dadakan. Semoga suka. Jangan lupa like, komen, hadiah dan votenya ya. Lanjut bab berikutnya yuk!🦩🦩🦩
Tiga bulan semenjak tidak sadarkan diri, mata Alisha perlahan terbuka. Beberapa perawat dan dokter mengerubunginya untuk memeriksa keadaan wanita cantik itu. Dia berusaha mengedarkan pandangan, mencari sosok yang seharusnya menjadi orang pertama yang menyambutnya membuka mata.
“A-yah,” ucap Alisha lirih. Kepalanya masih terasa berat, tangannya pun terasa lemas karena tenaganya belum pulih.
“Tenang Nyonya, jangan banyak bergerak dulu, kami masih memeriksa keadaanmu,” ucap dokter yang selalu memantau keadaannya selama ini.
Alisha merasa aneh dengan panggilan nyonya yang dokter itu ucapkan, tetapi dia tetap berpikiran positif. Mungkin saja mereka tidak tahu bahwa dia belum menikah. Atau mungkin karena Dito sering datang berkunjung sampai mengira pacarnya itu sebagai suaminya.
Beberapa saat kemudian, pemeriksaan pun telah usai. Semua organ tubuh Alisha masih berfungsi dengan baik, hanya saja Alisha tidak bisa menggerakkan kakinya. Dokter tidak berani mengatakan apa pun pada Alisha sebelum mendapat persetujuan dari Rafael.
“Saya lumpuh ‘kan, Dok?” Hatinya sangat sakit karena mengalami kecacatan fisik. Entah di mana ayah dan kekasihnya saat ini. Di saat seperti ini bukankah seharusnya mereka ada bersamanya?
Dokter tetap tidak mau menjelaskan, dia hanya menyuruh Alisha untuk beristirahat dan menunggu dengan tenang demi pemulihan kesehatannya. Alisha pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut karena kakinya pun tidak bisa digerakkan. Wanita cantik itu akhirnya dipindahkan ke kamar khusus untuk pemulihannya.
“Bagaimana dengan keadaannya, Dokter?” tanya seseorang yang tiba-tiba muncul saat Alisha baru saja dipindahkan.
Alisha memicingkan mata, dia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu. Untuk apa laki-laki itu menanyakan keadaannya? “Kamu siapa?” tanya Alisha.
Laki-laki itu mengabaikan Alisha dan fokus pada dokter yang bertanggung jawab atas kesembuhan Alisha.
“Seperti yang sudah saya jelaskan pada Tuan Rafael. Nyonya mengalami kelumpuhan, Asisten Felix. Kita harus menunggu hasil CT Scan keluar untuk memastikan keadaan Nyonya,” jawab sang dokter.
“Baguslah, Tuan masih dalam perjalanan bisnis. Tolong jaga Nyonya dengan baik!” Laki-laki itu hendak berbalik, tetapi dia menghentikan langkahnya saat Alisha berteriak.
“Tunggu! Tunggu Tuan! Tidak bisakah kalian menjelaskan kepadaku apa yang terjadi?”
Mendengar hal itu, laki-laki yang bekerja sebagai asisten Rafael itu berjalan menghampiri istri tuannya. Sebenarnya ini bukan kesalahan Alisha, tetapi karena dia Rafael harus menikah dengan wanita asing yang tidak pernah ada dalam hidupnya.
“Fokuslah pada kesembuhan Anda, Nyonya. Tidak perlu memikirkan hal yang sudah berlalu,” jelas Felix. Dia tentu tidak bisa menjawab dengan rinci karena itu bukan bagian dari tugasnya.
“Kenapa kalian memanggilku Nyonya, seakan-akan aku sudah menikah?” tanya Alisha dengan sinis. “Atau jangan-jangan aku terbangun di tubuh orang lain?” Alisha menyentuh wajahnya, lalu melihat cincin di jarinya. “Ini cincin peninggalan Ibu, kalau ini cincin siapa?”
“Itu cincin pernikahan Anda dengan Tuan Rafael Nyonya,” jawab Felix dengan datar.
Jantung Alisha seolah berhenti berdetak saat Felix mengungkapkan fakta pernikahannya. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Pikirannya terbang melayang tetapi dengan cepat dia menggelengkan kepala.
“Tidak mungkin. Bagaimana orang yang koma bisa menikah?”
“Mendiang ayah Anda sendiri yang menikahkan kalian, dan pernikahan itu sudah tercatat dan sah menurut hukum,” jawab Felix dengan tegas.
“Mendiang Ayah!?” Suara Alisha terdengar lirih, bahkan nyaris tidak terdengar. “Ayahku sudah meninggal?” Seketika itu air mata mengalir deras membasahi wajah cantiknya.
Mata Alisha terasa panas, hatinya seperti disayat belati yang membuatnya terluka tanpa darah. Isak tangis yang terdengar pilu menyiratkan kehancuran hatinya. Gadis malang itu meraung menangisi kepergian ayahnya yang tidak sempat mengucapkan salam perpisahan.
"Ayah, kenapa Ayah membiarkanku hidup sendiri, kenapa Ayah tidak membawaku pergi saja?"
"Kenapa aku harus terbangun jika aku hanya mendapati diriku yang hidup sendirian di dunia ini?"
💕💕💕Ritual jejaknya jangan lupa. Bismillah bisa crazy up hari ini🦩🦩🦩
Alisha sedang melamun di ruang perawatannya. Berhari-hari menangis dan Matanya yang sembab sudah membuktikan bagaimana perasaannya saat ini. Kehilangan sosok ayah yang selama ini merawat dan membesarkannya membuat Alisha kehilangan separuh napasnya. Bagaimana dia akan menjalani kehidupan setelah ini?
Tanpa Alisha sadari, seorang laki-laki melepaskan jas yang melekat di tubuh kekarnya lalu berjalan mendekati wanita yang menjadi istrinya itu.
“Kamu sudah sadar?” tanya Rafael dengan suara baritonnya.
Alisha terkejut mendengarnya, dia menoleh dan mendapati laki-laki tampan yang berdiri di ujung ranjang perawatannya.
“Anda siapa?” Alisha balik bertanya. Dia sama sekali tidak mengingat wajah laki-laki dengan hidung mancung dan alis mata tebal itu.
“Aku suamimu,” jawab Rafael singkat. Dia melihat jam di pergelangan tangannya, lalu bersedekap dada.
“Suami?" Mata Alisha membulat sempurna. Sosok Rafael jauh dari prediksinya selama ini. Beberapa hari setelah sadar dari koma, Alisha memang tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu. Yang dia bayangkan Rafael adalah laki-laki tua yang tidak laku menikah, sehingga dia memanfaatkan keadaan dengan menikahi wanita koma sepertinya.
“Ya, aku suamimu. Ayahmu sendiri yang menikahkan kita.” Rafael mengulurkan gawai yang layarnya menampilkan rekaman video saat mereka menikah.
“Benar, itu Ayah. Saat itu Ayah masih terlihat sehat, bagaimana bisa penyakit itu mengambil nyawa ayah tiga minggu usai menikahkan putrinya?”
Air bening kembali meluncur dari sudut mata Alisha. Napasnya tersengal mencoba menahan sesak di dada yang lagi-lagi hanya membuatnya menyesal. Jika saja dia bangun lebih cepat, pasti dia bisa berbicara pada ayahnya untuk terakhir kalinya.
Rafael terdiam menyaksikan istrinya yang menunduk sambil terisak. Tidak ada niatan sedikit pun untuk membantu menghapus air mata Alisha, atau mungkin memberikan pundaknya untuk gadis malang itu. Rafael menepis rasa kemanusiaannya karena meyakini, cintanya bukan untuk Alisha begitu pun sebaliknya.
Lama menunggu Alisha selesai menangis, Rafael tidak bisa tahan lagi, dia meraih tisu di meja dan meletakkan di depan istrinya itu. “Bersiaplah! Sebentar lagi kita akan pulang!”
Rafael melirik jam di tangannya. Sepertinya dia ada janji dengan seseorang yang membuatnya gelisah.
“Apa kita benar-benar akan menjalani kehidupan suami istri?” tanya Alisha setelah menghapus air matanya.
“Kamu adalah istriku di mata hukum dan pernikahan kita sah. Jangan banyak bertanya dan nikmati saja kehidupanmu sebagai Nyonya Rafael,” jawab Rafael perasaan.
Bagi Rafael, pernikahan ini hanyalah bentuk tanggung jawab dan hanya sebuah status saja. Dia tidak perlu meminta hak atau pun menjalankan kewajiban sebagai suami, selagi tanggung jawab itu terpenuhi.
Rafael meninggalkan ruangan Alisha tanpa peduli dengan perasaan wanita itu. Tidak lama setelahnya, datanglah dua orang perawat yang membantu Alisha untuk bersiap pulang.
Sepanjang perjalanan Alisha hanya diam mematung. Mobil yang membawa Alisha itu akhirnya memasuki pagar besi yang menjulang tinggi. Rumah mewah yang sangat luas itu akan menjadi tempat tinggal Alisha mulai detik ini. Beberapa pekerja sudah berbaris menyambut kedatangan nyonya mereka.
Alisha didorong dengan kursi roda oleh dua perawat khusus. Lalu, seorang kepala pelayan menunduk hormat diikuti para pekerja yang lain. “Selamat datang Nyonya. Kami berdoa semoga Nyonya lekas sehat,” ucap wanita tua yang menjadi kepala pelayan itu.
Alisha tersenyum kikuk. Seumur hidup dia tidak pernah diperlakukan seperti itu. Hingga akhirnya, perawat khusus itu membawa Alisha ke kamarnya. Alisha menolak saat perawat akan membawanya berbaring di kasur, dia ingin duduk di depan jendela kamarnya yang menghadap langsung pada kolam ikan yang mengelilingi bangunan rumah.
“Aku harap kamu menyukai kamar ini. Kita tidak bisa tinggal satu kamar, jadi nikmatilah kamarmu sendiri!” Rafael tiba-tiba sudah memasuki kamar Alisha, sementara dua perawatnya sudah tidak ada di kamar itu.
“Kenapa Anda mau menikah dengan wanita koma?” tanya Alisha dengan tatapan kosong. Dia tidak berharap menjadi istri seorang Rafael yang sepertinya sangat kaya raya jika dilihat dari rumah megahnya. Akan tetapi, Alisha juga ingin tahu alasan Rafael menikahinya.
“Karena aku yang menyebabkan kamu koma dan lumpuh. Lagi pula itu permintaan terakhir dari ayahmu,” jawab Rafael.
“Kalau hanya karena itu, sekarang Anda bisa menceraikan saya.”
💕💕💕Duh, Alisha. Maap ya, Othor nggak rela.🦩🦩🦩
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!