NovelToon NovelToon

Legenda Dunia Kultivasi

Awal Reinkarnasi (Revisi Lokal)

Rintik hujan mulai turun membasahi jalanan diwilayah Kota Jakarta. Orang-orang yang berada dijalanan malam itu segera mencari tempat untuk berteduh dari hujan.

Hujan deras yang disertai angin kencang membuat para pengendara dimalam itu memperlambat laju kendaraan mereka untuk menghindari kecelakaan.

Didalam gedung kantor lantai tujuh seorang pekerja berusia 30-an terlihat tengah mengerjakan tumpukan berkas diatas mejanya. Sebenarnya tumpukan berkas dimeja bukanlah pekerjaan milik pria itu melainkan para seniornya.

Akibat tumpukan pekerjaan milik para seniornya membuat pria itu terpaksa bekerja lembur sampai jam 9 malam. Bukan dengan sukarela dia mengerjakan tumpukan berkas itu, melainkan dia terpaksa melakukannya karena diancam oleh para seniornya.

Dihari pertamanya bekerja pria itu dijebak oleh para seniornya yang mengatakan ada tradisi untuk para pekerja baru dimana mereka harus mengerjakan sisa pekerjaan seniornya.

Pria itu yang tidak mau memiliki masalah dikantor barunya hanya bisa menurut karena tak ingin kalau mendapatkan penilaian buruk yang berakibat dia dipecat.

"Hah... Kalau bukan karena aku ingin bertaubat, sudah aku bakar semua tumpukan kertas sialan ini." Dengan malas pria itu mengetik sendirian didalam ruangan yang lampunya sudah dimatikan.

Meski memiliki penampilan biasa saja seperti pekerja kantor pada umumnya, identitas pria itu yang sebenarnya cukup ditakuti oleh para pejabat dan pebisnis besar diKota Jakarta.

Orang-orang yang mengenal identitas sebenarnya pria itu biasa memanggilnya dengan sebutan Mata Elang. Nama aslinya Arya Wijaya seorang pembunuh bayaran yang memutuskan untuk pensiun dan memilih bekerja seperti orang pada umumnya.

Saat tengah melamun Arya Kusuma teringat kembali alasan yang membuatnya pensiun dari pekerjaannya dulu sebagai pembunuh bayaran. Dikatakan bahwa tak ada satupun korbannya yang pernah lolos dari maut setelah berhadapan dengan Arya Wijaya. Hal ini yang membuat biaya untuk jasanya terbilang cukup mahal.

Kejadian itu terjadi satu bulan lalu ketika dia mendapat pekerjaan dari seorang pejabat yang ingin melenyapkan saingan calon pemilihan Walikota Jakarta.

Pekerjaan Arya Wijaya awalnya berjalan lancar dan ia berhasil membunuh target dengan harga 250 juta rupiah. Namun aksinya malam itu tak sengaja dilihat oleh seorang pelayan di rumah tersebut.

Arya Wijaya yang tidak ingin ada saksi mata langsung menghabisi pelayan tak bersalah itu sesuai dengan aturan dasar pembunuh bayaran.

Tetapi setelah menyelidiki tentang pelayan yang dia bunuh malam itu, membuat mata Arya Wijaya terbuka ketika mengetahui bahwa pelayan itu merupakan seorang ibu tunggal dari dua anak berusia enam tahun.

Tak mau melihat kedua anak kecil yang kedepannya akan menjalani hidup sepertinya dulu saat ditinggal oleh orang tuanya, Arya Wijaya memutuskan untuk menyumbangkan semua uang miliknya di panti Asuhan tempat kedua anak kecil itu berada.

Setelah kejadian malam itu membuat pembunuh bayaran kelas kakap Arya Wijaya mulai menjauhi pekerjaan kotor tersebut karena selalu dibayang-bayangi perasaan bersalah dari setiap korbannya.

Meski sudah keluar dari pekerjaan lamanya tak sedikit orang masih mencoba untuk menyewa jasa Arya Wijaya karena keterampilannya yang dia miliki. Tetapi Arya Wijaya pasti akan menolak meskipun sering mendapatkan ancaman yang menurutnya tidak terlalu berarti.

Begitu menyelesaikan tumpukan berkas dimeja Arya Wijaya langsung memutuskan pulang karena tidak ingin melewatkan serial anime kesukaannya di televisi.

Arya Wijaya memutuskan membeli makanan terlebih dahulu untuk mengganjal perutnya. Dia berhenti didepan kedai yang menjual ubi rebus sembari menghangatkan tubuh dari angin malam.

Saat tengah menunggu ubi rebus yang dia pesan matang, tak sengaja melihat seorang kakek tua penjual jimat disamping kedai ubi.

Merasa tertarik, sambil menunggu pesanannya jadi, Arya kemudian menghampiri lapak kakek penjual jimat untuk melihat-lihat.

"Silahkan dipilih anak muda aku yakin kamu tak akan menyesal membeli jimat dari lapak daganganku." Kakek tua tersenyum sambil mengelus janggut panjangnya.

Arya hanya mengangguk dan tersenyum kecil menanggapi perkataan kakek tua sebelum kembali memilih jimat untuk dia beli.

Meskipun sadar dan tidak percaya bahwa jimat-jimat itu memiliki kemampuan khusus tetapi nyatanya Arya tetap merasa tertarik.

Kini ada dua jimat ditangan Arya dia bingung untuk membeli salah satu diantara mereka sebab bentuk kedua jimat itu cukup menarik dimatanya.

Menyadari kalau pemuda dihadapannya sedang kebingungan saat memilih, kakek tua kemudian mengusulkan kepadanya untuk membeli saja keduanya tapi langsung ditolak mentah-mentah oleh pemuda itu.

Kakek tua lalu mengeluarkan sebuah jimat kalung dengan liontin batu Giok dari balik pakaiannya untuk ditunjukkan kepada Arya.

"Anak muda... Karena kamu adalah pembeli pertamaku malam ini aku akan menjual jimat pribadiku kepadamu dengan harga 200 ribu saja. Apa kamu mau membelinya?"

"200 ribu? Ayolah Kek, itu hanyalah sebuah jimat kalung biasa, dan liontin Giok yang ada disana aku tau hanyalah batu biasa."

Arya tertawa kecil mengetahui bahwa kakek tua itu hanya ingin menipunya untuk membeli jimat palsu yang terbuat dari bahan murah dengan harga cukup tinggi.

Kakek tua yang menyadari kalau pemuda dihadapannya tidak mudah untuk ditipu kemudian mengarang cerita kalau jimat itu memiliki kemampuan untuk mengubah takdir pemiliknya.

Dia kemudian memberi penawaran menarik kepada Arya dengan memberinya harga 150 ribu saja untuk jimat Giok tersebut dan tentu saja langsung dibeli oleh pemuda itu.

Arya kemudian mengambil pesanan ubi rebusnya yang sudah matang dan melanjutkan perjalanannya pulang dengan tergesa-gesa.

Sementara itu kakek tua yang berhasil menipu Arya dengan jimat palsu buatannya tertawa kencang karena untung cukup besar malam ini. Kakek tua itu sebenarnya menemukan batu mirip batu Giok saat berjualan di pantai dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai liontin kalung Giok yang akan dijualnya.

Ditengah perjalanan Arya terus memperhatikan liontin batu Giok kecil dilehernya dan sesekali tersenyum karena merasa kalau dirinya cukup keren meski habis ditipu oleh seorang Kakek tua.

Langkah Arya terhenti ketika hendak melewati penyebrangan jalan bersama dengan penggunaan jalan lain dilampu merah.

Saat tengah menunggu firasat Arya menjadi tidak enak. Lehernya mendadak terasa dingin, tetapi Arya berpikir itu hanya karena angin dingin saja.

Tanpa pernah Arya duga ketika tengah menyeberangi jalan seseorang dari arah berlawanan tiba-tiba menghunuskan sebilah pisau kepada dirinya. Arya sebenarnya dapat menghindar dengan mudah tetapi jika dia menghindar maka pasti akan mengenai orang lain di dekatnya.

Pada akhirnya Arya memutuskan untuk menerima sebuah tusukan dari pria asing itu dijantung hingga membuat tubuhnya ambruk sebelum tewas bersimbah darah.

Semua orang yang ada disekitar tempat kejadian menjadi panik dan berlarian, tak sedikit orang yang langsung menangkap pria asing itu serta mencoba untuk menyelamatkan Arya meski hal itu percuma saja.

Sebelum Arya benar-benar menghembuskan nafas terakhir memori masa lalu dan setiap kejadian penting semasa hidupnya. Arya hanyalah seorang anak hasil dari hubungan gelap sepasang kekasih yang ditelantarkan saat baru lahir dipinggir jalan ketika salju turun.

Beruntung ada seorang wanita tua yang waktu itu mau memungut dan mengasuhnya. Tetapi sayang hidup wanita tua itu tidak berlangsung lama setelah sekelompok orang datang untuk merampok di rumahnya dan membunuhnya.

Kejadian itu yang menjadi titik balik dikehidupan Arya dimana saat usianya kala itu masih menginjak 17 tahun, Arya harus kehilangan sosok nenek angkatnya dan juga melakukan pembunuhan pertamanya dengan menghabisi para perampok itu.

Sampai saat ini Arya masih menyalahkan dirinya sendiri, jika dia waktu itu pulang dari sekolah lebih cepat maka mungkin saja dia masih sempat untuk menolong nenek angkatnya.

'Kalau dipikir-pikir aku bahkan belum pernah sekalipun berkencan dengan seorang gadis.'

Arya tersenyum kecil merasa dirinya terlalu bodoh karena memikirkan hal semacam itu ketika hendak mati. Sebelum menghembuskan nafas terakhir untuk pertamakali Arya berdoa kepada Dewa untuk diberi kesempatan merubah takdir meski mustahil.

Tepat setelah Arya menghembuskan nafas terakhirnya, liontin Giok yang ada dileher Arya memancarkan sinar hijau redup sebelum batu Giok itu menghilang secara misterius.

Kembali (Revisi Lokal)

"Apakah ini rasanya kematian..."

Arya bisa merasakan perlahan-lahan pandangannya mulai menjadi gelap, bagi Arya hal yang terakhir kali dia lihat adalah seorang pria yang menusuknya tersenyum lebar kearahnya saat sudah diamankan polisi.

Senyuman lebar pria asing itu langsung membuat Arya sadar jika ada seseorang yang merasa kesal kepadanya karena sudah menolak berbagai tawaran untuk melakukan misi belakang ini.

Arya setidaknya dapat melihat wajah orang yang ditugaskan untuk membunuh dirinya. Dia berpikir kalau dengan kematiannya dapat membayar kesalahannya pada para korbannya, hingga tidak ada lagi menyisakan penyesalan.

"Benarkah tidak ada lagi penyesalan?"

Arya rasanya ingin menertawakan dirinya sendiri, karena merasa bodoh. Tentu masih begitu banyak penyesalan yang ada didalam hidupnya kepada para korbannya, tetapi percuma sekarang menyesali semuanya karena sudah terlambat.

"Sekarang semuanya sudah terlambat... Andai aku diberi kesempatan kedua pasti akan kugunakan sebagai penebusan dosa..."

"Sepertinya aku sudah mulai gila, pikiran bodoh apalagi yang kumiliki..."

Sekarang Arya merasa berada didalam kegelapan tak berujung. Rasa sakit dibagian jantungnya perlahan-lahan menghilang menandakan dirinya mulai menuju alam baka.

"Nenek... Tunggu sebentar lagi... Aku datang..."

Ketika Arya memutuskan untuk pasrah dengan hidupnya, sebuah cahaya hijau terang muncul dihadapannya.

"Oh, apakah itu pintu gerbang menuju alam baka?" Belum sempat Arya berpikir lebih jauh lagi, cahaya hijau terang itu mulai membesar dan mendekatinya. Arya ingin mengamati cahaya itu lebih jauh lagi tetapi ketika cahaya hijau itu mengenai tubuhnya, cahaya hijau itu seolah masuk kedalam tubuhnya.

Tubuh Arya kemudian memancarkan sinar hijau yang perlahan mulai menyelimuti tubuhnya sebelum pandangannya kembali menjadi gelap.

Keanehan kembali terjadi ketika Arya mulai merasakan sakit kembali, tetapi kali ini dia merasa seluruh tubuhnya yang sakit seperti terkena banyak luka sayatan.

"Aduh! Aduh! Apa yang terjadi?!" Arya berusaha memberontak dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Arya merasa bingung ketika bisa merasakan sakit padahal dia berpikir sudah mati.

Disaat Arya meronta lebih jauh, dia tersadar bisa membuka matanya dan menemukan dirinya sedang berbaring sambil menghadap tanah.

"Aku belum mati?" Arya tidak bisa percaya dengan hal ini, dia kemudian mencoba membetulkan posisinya menghadap kesamping tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit dan sulit digerakkan.

Saat Arya berhasil menghadap kesamping dia dikejutkan dengan apa yang dilihatnya. Wajah pucat seorang wanita yang tidak bernyawa dengan sebilah pedang menancap dipunggung, kini dengan jelas dapat Arya lihat.

Belum sempat Arya berpikir lebih jauh lagi, beberapa orang pria dengan penampilan garang datang kearahnya hingga membuatnya langsung kembali memejamkan mata.

"Aih! Sayang sekali Ketua menyuruh kita menyerang desa ini dan membunuh seorang wanita secantik ini..."

"Diamlah, jangan mengeluh terus. Kita harus segera membakar tempat ini dan kembali menuju markas, atau nanti malah mendapat hukuman dari Ketua."

Salah satu dari mereka kemudian mencabut pedangnya dari jasad wanita cantik itu, namun sebelum pergi dia melihat kearah Arya dan menusuk tubuhnya hingga menembus perut.

"Apa yang kau lakukan?" Salah satu dari mereka menanyakan tindakan yang dilakukan oleh pria itu saat menusuk tubuh seorang bocah yang kelihatan sudah tidak bernyawa.

"Tidak, aku berpikir anak dari wanita cantik ini masih hidup. Sepertinya aku salah..."

Pria itu berpikir Arya masih hidup tetapi dia berpikir kalau dirinya salah kemudian mencabut pedangnya kembali sebelum pergi menyusul dua rekannya.

Begitu ketiga orang itu telah pergi, Arya yang sudah menahan rasa sakit ketika ditusuk kemudian membuka mata dan mengerang kesakitan.

Saat mendengar kalau wanita cantik dihadapannya adalah ibunya dari pembicaraan ketiga pria tadi, Arya sebetulnya merasa sangat kebingungan.

Meski dengan kondisi tubuh penuh luka Arya memaksakan diri untuk bangkit dan berdiri. Dengan mata telanjang Arya dapat menyaksikan bekas kejadian berdarah yang terjadi di desa tersebut.

Semua warga desa mulai dari kecil sampai tua didesa itu dibunuh secara kejam. Rumah mereka semua dibakar hingga membuat kobaran api besar yang membakar seluruh desa.

Arya kemudian segera berusaha menyelamatkan diri agar tidak terbakar hidup-hidup dalam kobaran api yang membumbung tinggi ke langit.

Setelah berhasil keluar dari kobaran api, dengan kaki kecilnya Arya berusaha menjauh sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Tetapi setelah menjauhi desa yang terbakar Arya dapat merasakan pandangannya kembali menjadi gelap dan tubuhnya terasa lemas, hingga membuatnya ingin jatuh.

Seorang pria tua dari kejauhan melihat Arya langsung melesat, dan hanya butuh satu tarikan nafas dia sudah berada di lokasi Arya kemudian menangkap tubuh anak itu sebelum akan jatuh ke tanah.

Pria tua itu kemudian memeriksa keadaan Arya dan menemukan jika anak itu mengalami luka yang cukup parah hingga membuatnya dalam keadaan sekarat.

"Sepertinya aku sudah terlambat, hanya anak ini saja yang tersisa... Anak yang malang..."

Pria tua itu lalu menggendong tubuh kecil Arya kemudian menghilang dari lokasi itu hanya dalam hitungan detik saja tanpa meninggalkan jejak.

Arya yang tak sadarkan diri dibawa oleh pria itu menunju sebuah rumah kayu di bukit. Sesampainya di sana pria tua itu kemudian membaringkan tubuh kecil Arya untuk diobati.

Dari telapak tangan pria tua itu tiba-tiba muncul sebuah sinar keemasan. Sinar itu tidak lain adalah energi Qi yang akan digunakan untuk menyembuhkan semua luka Arya.

Saat sedang dalam proses pengobatan Arya dapat merasakan sekujur tubuhnya mulai terasa hangat yang membuat dirinya merasa tenang hingga tanpa sadar akhirnya tertidur pulas.

Pria tua yang sedang mengobati Arya menemukan bahwa Dantian milik anak itu mengalami kerusakan parah akibat terkena tusukan pedang, hingga membuatnya menggelengkan kepala sambil merasa kasihan.

"Anak ini... Sayang sekali Dantian miliknya pecah, masa depannya akan benar-benar suram..."

Dantian sendiri merupakan bagian penyimpanan energi Qi yang biasa dimiliki oleh para Pendekar. Tanpa Dantian maka seseorang dimasa depan tidak dapat menjadi seorang Pendekar dan hanya akan menjadi warga biasa.

Oleh sebab itulah pria tua itu merasa kasihan terhadap Arya karena dimasa depan anak itu akan mengalami kehidupan yang menyulitkan.

Tanpa kekuatan maka seseorang sudah bisa dipastikan akan menjadi seorang pecundang dan mendapat diskriminasi di dunia yang mementingkan kekuatan.

Setelah menyembuhkan luka Arya dan mengganti pakaiannya, pria tua itu kemudian beranjak pergi meninggalkan Arya agar beristirahat sementara waktu sebelum nanti akan dia tanya apa yang terjadi di desa itu.

Pria tua itu kemudian keluar dari ruangan tempat Arya berada dan memilih untuk meminum secangkir teh sembari menunggu anak itu bangun.

"Manusia memang sangat suka membunuh satu sama lain hanya untuk kekuasaan sesaat..." Gumam pria tua setelah melihat sebuah desa kecil terbakar.

Guru dan Murid (Revisi Lokal)

Saat hari sudah menjelang pagi Arya terbangun dari tidurnya, dan bisa merasakan kalau kepalanya begitu sakit seolah ada ingatan asing masuk kedalam pikirannya.

Arya bisa melihat ingatan kehidupan seorang anak desa berusia 5 tahun bersama keluarganya. Tetapi anak itu dan seluruh anggota keluarganya tewas saat ada serangan dari beberapa perampok yang menjarah desa mereka.

"Apakah aku bertransmigrasi ke tubuh seorang anak kecil? Bagaimana bisa? Bukannya aku seharusnya menuju alam baka?"

Arya sangat yakin dia seharusnya sudah mati dan rohnya menuju alam baka. Dia masih belum percaya kalau rohnya masuk kedalam tubuh seorang bocah yang seharusnya sudah mati.

Tidak ada orang waras yang bisa memahami kondisinya sekarang. Mungkinkah alam baka berbeda dengan cerita orang-orang atau apakah jimat yang dia beli waktu itu adalah penyebab ini semua terjadi pikir Arya.

Arya kemudian memeriksa tubuhnya, tangannya terlihat begitu kecil dan kakinya menjadi lebih pendek. Tubuhnya juga sedikit gembul seperti anak kecil pada umumnya.

"Apa-apaan ini..." Arya terkejut saat melihat bentuk tubuhnya dari pantulan cermin yang ada didekatnya.

Saat Arya masih terkejut dengan apa yang terjadi kepada dirinya sekarang, seorang pria tua masuk kedalam ruangan itu karena mendengar suara teriakannya.

"Oh, kau sudah sadarkan diri? Kupikir akan memerlukan waktu satu minggu lagi."

Arya kemudian menoleh menemukan seorang pria tua mengenakan pakaian putih tengah berdiri sambil bersandar didepan pintu. Rambut panjang putih yang digerai begitu saja membuat Arya menjadi sedikit takut.

"Kek, apa anda juga penghuni di alam baka? Mengapa hanya ada kita berdua saja yang ada di alam ini?" Arya masih berpendapat kalau dia sudah mati dan pria tua dihadapannya merupakan roh di alam baka.

Pria tua yang awalnya mendekati Arya sambil tersenyum lembut kini menghentikan langkahnya dan memandang anak berusia 5 tahun itu dengan heran.

"Alam baka? Nak, aku masih hidup begitu juga denganmu. Apakah kau baik-baik saja, Nak?"

Arya mengerutkan dahinya ketika mendengar pria tua itu mengatakan bahwa mereka berdua masih hidup, bukannya berada di alam baka seperti yang dia kira.

"Tidak bisa dipercaya, apakah ini benar-benar kenyataan?!" Arya mulai berteriak histeris karena tidak bisa mempercayai apa yang terjadi kepadanya.

Pria tua yang melihat Arya mulai berteriak histeris menjadi merasa iba dan berpikir jika anak tersebut masih belum bisa menerima kematian keluarganya.

Untuk memberi ketenangan kepada Arya kecil, pria tua itu kemudian memberi pelukan hangat kepadanya sambil menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.

"Sudah... Tenangkan dirimu... Kamu sekarang sudah selamat..." Pria tua itu memeluk Arya yang sedang histeris, anehnya pelukan tersebut membuat Arya menjadi tenang setelah beberapa saat.

Pria tua itu tidak memaksa Arya menceritakan kejadian yang menimpa dirinya dan seluruh warga desa. Untuk sementara waktu pria tua ingin membuat tingkat emosional Arya kembali tenang.

Setelah cukup tenang dan bisa mencerna apa yang terjadi kepada dirinya, Arya kemudian mulai menceritakan kejadian perampokan yang dilakukan oleh sekelompok orang hingga membuat semua orang di desanya tewas.

Arya tentunya tidak menceritakan kejadian sebenarnya kepada pria tua itu, dia hanya menceritakan kejadian yang di alami oleh anak kecil pemilik tubuhnya saja.

Pria tua cukup terkesima dengan pembawaan Arya yang mampu menceritakan semua kejadian pembantaian masal di desa. Untuk anak usia 5 tahun seperti Arya sudah sangat mengagumkan bisa menceritakan semua itu dengan lancar.

"Baik aku mengerti dan sangat menyayangkan kejadian yang menimpamu, Nak. Untuk sekarang kamu bisa tinggal di tempatku."

Arya merasa sangat senang begitu mendengarnya dan langsung bersujud tiga kali, karena sudah diselamatkan serta diperbolehkan untuk tetap tinggal oleh pria tua itu.

Melihat sikap Arya membuat pria tua berpikir untuk mengangkat anak itu menjadi muridnya karena selain terkesan dia juga belum pernah memiliki murid satupun.

"Perkenalkan namamu, Nak."

Pria tua mengelus jenggot putih panjangnya sambil memperhatikan penampilan Arya dari atas sampai bawah. Meskipun tahu kalau anak itu cacat tetapi semuanya tidak terlalu dia pikirkan karena merupakan hal kecil baginya.

"Arya Wijaya, Tuan bisa memanggilku Arya." Arya sedikit membungkuk saat memperkenalkan dirinya.

"Arya, apa kamu mau menjadi murid ku?" Belum sempat pria tua itu menyelesaikan perkataannya, Arya kembali bersujud tiga kali menerima tawaran sebagai murid sekaligus memberikan penghormatan.

Pria tua mengangguk puas menerima penghormatan dari Arya dan merasa tidak salah dalam memilih seorang murid sekaligus penerusnya.

"Namaku Baduga Maharaja, kamu bisa memanggilku Guru mulai sekarang. Malam ini istirahatlah Arya, besok Guru akan mulai memberimu pelajaran untuk menjadi seorang Pendekar sejati."

Arya mengangguk dan berterimakasih kepada Baduga Maharaja. Dia merasa sangat bersyukur karena disaat dirinya datang ke Dunia Kultivasi sudah ada orang yang mau membimbingnya meski dia sendiri tidak tahu seberapa kuat Baduga Maharaja.

Malam itu Arya tidak beristirahat seperti yang di anjurkan oleh Baduga Maharaja. Dia masih mencoba mencerna Dunia barunya dari ingatan anak pemilik tubuh asli yang dia tempati sekarang.

"Nak, kamu bisa beristirahat dengan tenang bersama orang tuamu di sana. Serahkan semuanya yang ada disini kepadaku. Aku akan membalaskan kematianmu dan juga keluargamu..."

Arya melihat bulan purnama dari balik jendela. Entah ini hanya ilusi atau mimpi tetapi, Arya akan menggunakan kesempatan kedua yang diberikan oleh Dewa sebagai jalan penebusan dosanya.

***

Keesokan harinya Arya keluar dari kamar mencari keberadaan Baduga Maharaja dihalaman rumah seperti yang sudah dijanjikan semalam.

Tetapi Arya tidak menemukan keberadaan Baduga Maharaja dihalaman rumah. Arya kemudian memutuskan untuk mencari keberadaan Baduga Maharaja disekitar rumah sampai akhirnya dia berhenti didepan pintu ruangan yang tampaknya merupakan kamar gurunya itu.

Awalnya Arya ingin mengetuk pintu kamar Baduga Maharaja, tetapi dia mengurungkan niatnya saat melihat secarik kertas yang tertempel di depan pintu.

Arya menghela nafas setelah membaca surat dari Baduga Maharaja yang ditujukan kepadanya, dimana Baduga Maharaja sekarang tengah pergi untuk berburu dan menyuruh Arya membersihkan kediaman mereka.

Tentu Arya segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh Baduga Maharaja tanpa mengeluh sedikitpun. Meski awalnya cukup kesulitan karena tubuh kecilnya apalagi saat menimba air di sumur, tetapi Arya tidak begitu saja menyerah karena merasa memiliki hutang budi kepada Baduga Maharaja.

Bagi Arya pekerjaan rumah seperti ini bukanlah hal sulit, apalagi dengan ini dia juga bisa sekalian melatih tubuh kecilnya agar bisa membentuk masa ototnya kembali meskipun tidak semua.

Arya menyeka keringat diwajahnya dan mulai membersihkan setiap sudut rumah. Meski lumayan kesulitan karena harus menyesuaikan diri dengan tubuh barunya yang lebih pendek dan kecil dari tubuh lama yang dia miliki.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!