Di sebuah bandara Susana nampak ramai, banyak aktivitas manusia berlalu lalang untuk sekedar datang dan pergi dari Kota ini, dari sekian banyak Manusia, terlihat seorang wanita tengah berjalan dengan tangan menyeret koper besar, Berjalan dengan anggunnya.
"Mama!!!!!!!" Terdengar Suara anak kecil berteriak dengan girang, membuat sang wanita itu mempercepat langkahnya, dan menggapai tubuh mungil Sang malaikat kecil nya.
Putra semata wayangnya, Sosok yang membuat dia berkerja keras di negara orang, sosok yang dia titipkan ke pria paling dia cintai demi mencari pundi-pundi uang.
Namun sayang, baru dua tahun dia tinggal sang suami menelantarkan sang putra, dan memilih menikah lagi dengan seorang janda beranak satu, Yang dulunya mantan kekasih sebelum mereka menikah .
Sakit tentu sakit mendengar kabar itu ,Namun Risa tak bisa diam saja ,dengan cepat dia menghentikan transferan tiap bulan untuk sang suami, Tak hanya itu dia juga menggugat cerai sang suami yang berada di tanah air .
Awalnya perceraian berjalan sangat sulit, Dito sang suami tak mau bercerai sampai menunggu Risa pulang, Dia beralasan akan membicarakan secara langsung dengan Risa, Dan mencoba memperbaiki lagi pernikahan mereka.
Bak kain putih di tumpahkan tinta, Keputusan Risa sudah tak bisa di rubah lagi, Hingga Dito mau tidak mau melepaskan salah satu istrinya .
"Anak mamah sudah besar yaaa, Divan enggak ngerepotin budhe kan ?" Tanya Risa dengan menghadiahi ciuman di pipi tembem Divan berkali kali .
"Endak, can Divan anyak baik, Iya kan udhe ?" Jawab Divan belom sepenuhnya lancar, membuat siapa pun yang mendengarnya menjadi gemas, melihat bocah kecil berdarah China Jawa itu .
Risa hanya mengagukan kepala dan tersenyum menanggapi jawaban sang putra, Netra matanya beralih ke wanita tua yang sedari berdiri di belakang Divan, wanita itu nampak menahan tangis yang sedari tadi memberontak, untuk menumpahkan air matanya.
"Budhe" Risa langsung berdiri dan memeluk tubuh wanita tua, yang sudah dia anggap ibunya sendiri itu.
"Kamu yang sabar yaa nduk, budhe yakin akan ada pelangi setelah hujan badai, kamu yang ikhlas yaaa"Nasehat Budhe Retno membalas pelukan sang putri tercinta, dengan belaian lembut di pundak sang putri.
"Risa ikhlas kok budhe, Risa juga bersyukur Tuhan membongkar kebusukan dia begitu cepat"
Sejujurnya Risa belum bisa melupakan sosok pria yang sangat dia sayangi itu, Namun dia terlanjur sakit di bohongi dan bertekad tidak akan memikirkan dia lagi.
Setelah drama panjang di bandara, Kini Risa dan keluarga pulang dengan mengunakan taksi , Di sepanjang perjalanan Divan tak henti hentinya bercerita, Tentang apa saja yang dia lalui setelah lima tahun ditinggal sang mama .
Dengan celotehan yang belum lancar, Divan mampu membuat Retno dan Risa tertawa terbahak-bahak, sedangkan divan bocah kecil itu nampak bingung dan mencoba mencari, Apa yang membuat dua wanita yang paling dia sayangi itu tertawa .
"Amang ada yang ucu yaa ?" Tanya Divan dengan mengerucutkan bibirnya ,Membuat Risa gemas dan mencium bibir pink milik sang putra .
Muach
"Gak ada yang lucu kok, Mama dan budhe hanya senang saja " Jawab Risa dengan membelai rambut pirang sang putra yang duduk di pangkuan nya .
"Ouch Oce Oce,Anti even mau minta mainan boleh ?" Tanya Divan dengan wajah babby face nya, membuat Risa tak Mampu bilang tidak kepada sang buah hati .
"Boleh, Apapun mama berikan untukmu" .jawab Risa membuat sang buah hati memekik kegirangan.
Setelah perjalanan panjang dari bandara, Taksi yang mereka tumpangi telah sampai di sebuah rumah minimalis, rumah yang manjadi kebanggaan dan bukti keberhasilan Risa.
Kedatangan Risa menjadi pusat perhatian para tetangga sekitar, Mereka segera berbodong bondong mendekat untuk sekedar berjabat tangan, Risa pun dengan haru menyalami para tetangganya itu dan mempersilahkan masuk.
Di ruang tamu Susana nampak ramai, para ibu ibu kampung berkumpul untuk sekedar bertanya bagaimana keadaan Risa, bahkan dari mereka juga meminta Risa untuk menceritakan bagaimana Susana negeri ginseng, yang hanya bisa mereka liat di layar televisi.
"Ibu ibu ini saya ada oleh oleh sedikit, mohon diterima yaa, Mohon maaf tak bisa memberi banyak " Ucap Risa dengan membawa beberapa cokelat untuk para tetangganya itu .
Mereka semua nampak menerima dengan senang hati, dan tak lupa mengucapkan terimakasih sebelum kembali ke rumah masing-masing .
Setelah semua orang pergi, Risa segera membereskan seluruh barang barang bawaan, Untuk dia tata di lemari yang telah berdiri kokoh di kamar pribadi milik dia dan Divan .
Setelah satu jam lama nya, semua nya sudah tertata rapi di tempat masing-masing, Risa segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang king size, berbaring di samping Divan yang tengah mengenyot botol susu milik nya.
Risa nampak mengamati wajah Divan yang asik dengan botol susu dengan mata terpejam, ada rasa kasian di hati Risa, melihat anak sekecil Divan tak bisa merasakan kasih sayang kedua orangtuanya.
Air mata tak terasa menetes, sebagai bukti bagaimana hancurnya hati Risa saat ini, dengan pelan dia belai rambut halus nan tebal warisan gen dari Dito.
"Maafin mama yaa sayang, mama sudah menjauhkan kamu dari papa mu " Ucap Risa mengecup dengan kening sang putra.
Setelah beberapa saat, Risa beranjak dari tidurnya berjalan menemui budhe Retno, yang sedang sibuk menghitung barang barang yang baru saja sampai, untuk persediaan minimarket mereka.
"Masih sibuk bude ?" Tanya Risa melihat wanita tua itu dengan teliti mengecek Nota demi nota.
Bude Retno nampak menoleh dan tersenyum sejenak ke arah Risa, dan kembali fokus pekerjaan awalnya.
"Alhamdulillah nak, toko kamu berkembang pesat" Jawab bude Retno tampa mengalihkan pandangannya.
"Berkat bude juga, makasih yaa bude telah mau jagain Risa sampai besar, saat udah besar malah repotin bude lagi" Ucap Risa merasa bersalah, dia terlalu merepotkan wanita itu dari kecil, bahkan di saat tua pun dia masih saja sibuk membantu mengurus Divan dan usaha nya.
"Gak papa, bude itu seneng loh punya keponakan dan cucu seperti kalian, bude cuma bisa bantu tenaga dan doa saja, selebihnya bude gak bisa kasih apa apa" Jawab bude Retno membuat Risa merasa bersyukur, memiliki sosok wanita seperti bude Retno.
"Ohh yaa bude mas dito pernah enggak jenguk Divan?" Tanya Risa penasaran dengan sang mantan suami.
"Enggak pernah, sekali pun gak pernah padahal jarak rumah kita sama dia hanya beberapa meter, Divan juga gak pernah nanyain dia, bahkan dulu pernah Divan tak sengaja mendorong anak tirinya, Hingga membuat dito marah dan menjewer telinga Divan sampai merah, Bude maki maki Dito hingga seluruh keluarganya benci sama bude dan Divan, Saran bude kamu gak usah berhubungan dengan mereka, amit amit sampai balikan gak mau bude punya keluarga sombong kayak mereka." Ucap Bude dengan penuh penekanan, mengungkapkan betapa sakit hatinya saat itu.
Lagi lagi Risa hanya diam dan tak mau berkomentar, dia begitu kecewa dan menyesal pernah menikah dengan pria seperti Dito, namun dia juga tak bisa bohong bawah dia masih mencintainya.
Bersambung......
Hay guys, saya ucapkan selamat datang di novel author, saya author pemula dan masih banyak salah tentunya, mohon bantuannya yaa jika ada salah kata dalam penulisan, langsung Coment per kata, ohhh yaa jangan lupa like coment and faforit, selamat membaca 😉
Gelap malam mulai hilang berganti cahaya sang Surya yang mulai menunjukkan sinarnya, Para warga kampung Pulo terlihat telah bangun dan bersiap untuk memulai kegiatan mereka.
Begitu pula dengan Risa, Pagi pagi sekali dia sudah terbangun dari tidur nyenyak nya, di temani hangatnya dekapan sang putra tercinta, Risa segera membersihkan diri dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan kewajibannya, Sebagai umat muslim.
Setelah selesai dia langsung menuju dapur untuk memasak sarapan, Namun sayang rupanya bude Retno sudah bangun Terlebih dahulu, dengan celemek menggantung di leher tanda bahwa dia telah siap untuk memasak.
"Ada yang bisa Risa bantu bude? " Tanya Risa dari belakang membuat bude Retno tersentak kaget.
"Astaghfirullah bude kaget Lo, belom enngeh kalo kamu sudah pulang" ucap bude mengelus dadanya yang berdetak dengan kencang.
"Hahaha maaf yaa bude, mau masak apa ?" Tanya Risa melihat aneka bahan makanan ada di meja dapur.
"Masak tumis kangkung sama ayam goreng saja nduk, Divan yang request kemarin katanya mau makan ayam goreng, padahal bude setiap hari sudah masakin ayam hingga bosen , entah mengapa dia maunya sekarang" Jelas bude membuat Risa nampak berfikir dengan tingkah sang putra.
"Yasudah biar Risa goreng ayam nya, bude tumis kangkung nya saja" Ucap Risa langsung di iyakan oleh bude Retno.
Mereka berdua langsung mengerjakan tugas masing-masing, apalagi Risa berencana untuk mendaftarkan Divan sekolah taman kanak-kanak pagi ini, membuat dia harus bekerja dengan cepat agar rencananya berjalan dengan lancar.
Tak butuh waktu lama, seluruh menu telah siap untuk di santap di meja makan, Risa pun segera berlalu ke kamar untuk membangunkan sang buah hati.
"Divan bangun sayang, udah mau lagi loh " Ucap Risa dengan lembut dengan telunjuk menoel pipi chubby Divan.
Namun sayang rupanya bocah kecil itu masih betah berkelana di alam mimpinya, Jangan kan untuk membuka mata, bergerak sedikitpun tidak.
Namun Risa tak putus asa dan kehabisan cara, dia mendekatkan bibirnya tepat di telinga Divan,
dan membisikan sebuah kata .
"Katanya mau jalan jalan beli mobil, ayok mumpung mamah di rumah nih" Bisik Risa langsung mendapat respon dari sang buah hati .
Mata Divan terbuka sempurna di tambah senyum mengembang di bibirnya, dengan cepat bocah itu beranjak dari ranjang, dan berlari menuju kamar mandi, Risa sebenarnya ingin menyusul dan memandikan Divan.
Namun semua itu dia urungkan, dia ingat pesan bude kalau Divan paling tidak suka di mandikan, bude juga memberitahu bahwa Divan sudah bisa membersihkan diri dengan bersih, sebuah prestasi untuk anak umur Lima tahunan.
"Wah cucu nenek sudah ganteng, mau kemana nih pagi pagi udah rapi ?" Tanya bude ketika melihat Divan duduk di kursi khusus untuknya.
"Ivan, mau beli Obin nek, Ama ke cekolah " Jawab Divan dengan celoteh khas nya.
"Dia ngomong apa nduk, kaki ini bude enggak paham?" Tanya bude dengan menoleh ke arah Risa yang ikut duduk di antara mereka, sedangkan divan bocah itu tengah asik dengan kegiatan makanya.
"Itu bude, Risa mau ngajak Divan daftar sekolah sekalian ke daeler mobil " Jawab Risa dengan ramah, membuat bude membulatkan matanya.
"Mau beli mobil nduk ?" Tanya bude memastikan pendengarannya yang segera dijawab anggukan kepala okeh Risa.
"Alhamdulillah yaa allah, bude ikut senang nduk oh iya uang toko udah terkumpul banyak, apa enggak sebaiknya buat nambahin aja" Saran bude kepada Risa .
"Enggak usah bude, uang toko mau Risa buat buka cabang dua lagi, untuk beli mobil insyaallah tabungan Risa cukup kok" jawab Risa dengan senyum ramahnya, membuat bude tersenyum melihat keberhasilan sang putri.
Setelah selesai sarapan pagi, mereka mampir ke mini market milik Risa yang berada tak jauh dari rumahnya, meskipun kecil minimarket yang diberi nama Dvn mart itu nampak ramai dan lengkap.
"Assalamualaikum " Ucap Risa membuat dua kasir yang tengah sibuk itu menoleh ke bos mereka .
"Walaikum salam Bu Risa" Jawab salah satu kasir, yang sudah tau siapa orang di hadapannya.
Risa hanya membalas dengan senyuman mengikuti Divan yang langsung berlari menuju lemari ice cream, dengan cepat bocah kecil itu membuka dan mengambil apa aja yang dia mau, begitulah kebiasaan Divan saat ikut sang nenek melihat sumber rezeki mereka.
Setelah dirasa cukup Divan dengan girang berlari menuju kasir, namun sayang dia terlalu ceroboh, hingga tanpa sengaja menabrak salah satu pelanggan disana.
"Papa"
Deg deg deg
Jantung Risa berdegup dengan kencang, melihat seorang pria yang pernah dia sayangi ada di depan mata, pria yang telah memberikan cinta dan luka di hatinya.
"Dek Risa" Ucap Dito melihat sang mantan istri telah kembali dari perantauan, Dito nampak terkejut sekaligus terpana melihat sosok wanita sempurna di hadapannya, apalagi Risa hanya memakai hot pants dengan kaos oversize, yang hanya menutupi sebatas dengkul, memamerkan betapa putih nan mulus tubuh wanita berdarah China Jawa itu.
"Hay mas apa kabar" Balas Risa nampak biasa saja, Membuat raut wajah Dito berubah muram melihat ekspresi biasa dari mantan.
"Alhamdulillah baik, dek aku mau membicarakan sesuatu, apakah kamu ada waktu?" Tanya Dito berharap Risa menerima ajakan darinya, sejujurnya Dito masih menaruh rasa kepada mantan istri itu, namun dia juga tak bisa meninggalkan ayu sang cinta pertama, egois emang tapi begitulah seorang pria ingin berharap lebih kepada pasangannya.
"Insyaallah bisa, nanti mas dito kabarin lagi yaa, maaf enggak bisa berlama-lama," ucap Risa segera meraih tubuh Divan menggedong tubuh mungil sang putra.
"Mama, adi beli Obin ?" Tanya Divan setelah mereka keluar dari taksi setelah sampai di sebuah dealer mobil.
"Jadi dong mama kan sudah janji sama Divan, kalo mama pulang beli mobil, Ayo masuk kita sudah di tunggu tuh sama om nya " ucap Risa dengan menggandeng tangan Devan, yang sedari tadi terpana melihat deretan mobil baru di sana.
"Mama anti ajak papa aik Obin yaa, Evan, mama ,papa yeaaaaaa" Sorak Devan girang membayangkan dia, papah dan mamah nya naik mobil bersama.
"Iya nanti sama papa, tapi mama cari papa baru dulu yaaa?" tanya Risa, entahlah atas dasar apa dia bertanya seperti itu, yang pasti dia berharap Devan mengiyakan ucapannya.
"Oyeh, api even mau papa yang handsome" Jawab Devan dengan mengedipkan kedua matanya.
"Itu pasti sayang"
Risa telah sampai di meja yang di siapkan, disana sudah ada seorang salesman menyambut kehadirannya dengan ramah, di sepanjang Risa menyimak penjelasan sang salesman.
Divan memilih berlari kesana kemari ditemani dengan salah satu sales women disana, hingga akhirnya bocah itu terhenti dan duduk di lantai, untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Minum" Ucap seorang pria menyodorkan satu kotak susu kepada Divan.
Dengan cepat Divan menerimanya, membuat pria itu tersenyum melihat tingkah lucu bocah kecil ini, dia pun menyempatkan mengelus puncak kepala Divan sebelum pergi, membuat Divan tersenyum manis kepada pria yang dia anggap tampan itu.
"Divan ayo pulang, loh dapat susu darimana?" Tanya Risa ketika melihat sang anak duduk di sebrang tempat, tengah asik meminum susuk.
"Papa ayu (baru)" Jawab divan dengan senyum.
Ok tunggu bab bab selanjutnya yaa, jangan lupa like coment and faforit, agar saya semangat untuk berkarya😉
Di sebuah cafe terlihat seorang pria sedang bersantai ditemani segelas kopi di atas meja, pria itu nampak asik dengan tablet kesayangannya, yang setiap hari dia bawa kemanapun ia pergi, bahkan saking asik nya pria itu tak menyadari, seseorang yang sedari tadi dia tunggu telah ada di depannya.
"Ehem " Sebuah suara terdengar di telinga pria itu dan berhasil membuat sang pria menoleh ke arah sumber suara.
"Dih, udah Dateng Lo Nin?" Tanya pria dengan tersenyum kikuk menyadari kesalahannya.
"Hmm, Bagaimana dengan sepupu Lo ?" tanya Nino two the points, begitulah sifat Nino yang tak suka berbasa-basi dan bertele-tele.
"Kenapa Lo tanya gue, emang gue bapak nya" Jawab pria itu dengan ketus, membuat Nino kesal dan menatap pria itu dengan tajam.
"Saya paling tidak suka dipermainkan tuan muda Rama putra Wijaya" Ancam Nino dengan penuh penekanan, namun sayang pria yang di ketahui bernama Rama itu tak sedikitpun menunjukan rasa takut.
"Gue juga gak pernah main main sama ucapan gue, ingat gue tak pernah ikut campur urusan kalian, meskipun semua orang tau lo sepupu gue dan Lea sahabat gue" jawab Rama tak kalah tajam, begitulah sifat kedua sahabat yang satu sangat dewasa dan dingin, dan yang satunya lebih ke arogan dan kejam, kombinasi yang pas.
"Aku harap anda bisa memegang ucapan anda sendiri," Ucap Nino sebelum beranjak dari duduknya pergi meninggalkan Rama disana.
Berbeda dengan Nino dan Rama yang sedang bersitegang, kini Risa dan Divan nampak turun dari angkot, berjalan ke warung bakso untuk sekedar mengisi perut mereka yang keroncongan.
"Ma di itu akso nya enyak, Evan suka " Ucap Divan dengan menunjuk warung bakso yang tengah ramai pengunjung.
Sebenarnya Risa juga mengakui jika dia sendiri penasaran dengan rasa bakso itu, Namun dia juga tak lupa siapa sang pemilik warung bakso, seorang pelakor yang telah merebut suaminya.
"Cari bakso lain aja yaa sayang, disitu rame banget nanti kalo kita telat, terus siapa dong yang ada di rumah saat mobil Divan datang" Ucap Risa mencoba membujuk sang putra, dia yakin akan ada keributan jika ayu melihat dirinya ada disana.
Namun sayang apa yang Risa Takut kan terjadi, bukan ayu tetapi sang mantan mertua melihat kehadiran nya, perempuan yang baru saja sampai mengunakan sepeda motor itu, dengan cepat menghampiri sang mantan menantu.
"Mau apa kamu disini, mau godain anak saya lagi, mau ngemis ngemis minta balikan lagi sama anak saya, jangan harap itu semua terjadi"
"Jangan mentang mentang kamu cantik dan kaya, kamu dengan mudah kembali menjadi menantu saya lagi, gak Sudi saya punya mantu kaya kamu, coba saja berkaca bagaimana cara kamu berpakaian, lebih baik ayu udah Soleha baik dan nurut sama suami, gak kaya kamu !!!!" Maki wanita itu dengan berteriak membuat mereka menjadi pusat perhatian.
Keributan itu pun terdengar oleh ayu dan Dito, membuat dua orang itu mendekat kearah Risa dan sang mama, Dito nampak menatap tajam Risa dan Divan membuat sang putra takut, dengan menenggelamkan wajahnya di dada Risa.
"Apa yang kamu lakukan Risa?!!!!!!" Bentak Dito nampak marah melihat sang ibu berteriak, Dia yakin ada yang Risa lakukan hingga sang ibu terpancing emosi.
Risa nampak acuh melihat emosi Kedua ibu dan anak itu, dia memilih diam dan beranjak dari tempat itu, Dito yang merasa di acuhkan semakin marah dan menarik tangan Risa dengan keras.
"Apaan sih lepasin enggak!!!!! " Teriak Risa dengan tatapan tajam membuat Dito tersentak melihat ekspresi sang mantan, yang dia kenal sangat lembut itu.
"Wow, mulai berani kamu yaaa" Ucap Dito dengan mencengkram kuat tangan Risa, hingga sang wanita merasa kesakitan, Tak hanya itu Susana semakin ricuh dengan jeritan Divan melihat sang mama disakiti.
Pertengkaran mereka menyita banyak pasang mata manusia, namun sayang tak ada satupun dari mereka yang berniat melerai, hingga terlihat sebuah mobil mewah menepi di pinggir jalan.
"Lepas!!!!!!! " Teriak seorang pria dari seberang jalan.
Dengan cepat pria itu berlari dan melepaskan cengkraman tangan Dito, tak hanya itu dia juga menghadiahi sebuah tendangan keras tepat di perut Dito, membuat sang target terjatuh kebelakang.
"Papa papa" Jeritan Divan semakin menjadi ketika melihat pria itu.
"Cup cup, baby boy sudah sama papa jangan nangis lagi yaaa" Pria itu segera merebut gedongan Divan dengan tangan mengelus pelan pundak sang bocah, berusaha menenangkan.
"Masuk ke mobil" Perintah pria itu kepada Risa membuat sang wanita menurut, dan berjalan mengikuti pria asing yang sedang menggendong putra nya tersebut.
Selepas kepergian Risa suasana hati Dito sangat kacau, dia memilih untuk pulang kerumah dengan beralasan mengistirahatkan diri, rasa sakit di perut ditambah Susana hati yang tak karuan.
Membuat Dito tak nyaman, entahlah hatinya merasa tak suka ketika mendengar Divan memanggil pria itu papa, apakah Risa telah memiliki pacar setelah perceraian mereka beberapa tahun lalu, dia rasa itu mungkin ketika melihat kondisi fisik dan ekonomi Risa sekarang, pria manapun akan bertekuk lutut di hadapan wanita cantik nan seksi itu.
"Akhhhhh, Wanita bodoh tak berguna, kamu memang pantas aku buang" Teriak Dito frustasi ketika hati dan otak nya berbeda pendapat.
.
.
.
"Cup cup jangan nangis lagi dong, anak cowok gak boleh cengeng loh" Ucap pria itu dengan menimang - nimang tubuh Divan di gendongan nya.
"Papa ivan ahat, ivan endak ayang papa huaaaaa" Ucap sang bocil semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu.
"Divan gak boleh gitu, kasian om sini sama mama" Bujuk Risa merasa tak enak sang anak merepotkan pria itu, yang dia sendiri belum kenal sedikitpun.
"Endak, Ivan mau sama papa" jawab Divan dengan tegas, membuat Risa merasa tak enak ketika Divan memanggil pria muda itu dengan sebutan papa.
"Udah gak papa Tan, boleh saya minta izin ke kamar Divan, biar saya mencoba menidurkan nya" Izin pria itu membuat Risa terhenyak, bukan apa apa dia terkejut sekaligus malu dipanggil Tante, meskipun benar umur dia lebih muda dari pria itu.
"Apakah Boleh?" Tanya pria itu lagi ketika Risa tak kunjung menjawab.
"Silahkan, mari saya antar ke kamar tamu saja," Ucap Risa mengarahkan pria itu ke kamar tamu, jika ada yang bertanya alasan nya kenapa , karena kamar Divan menjadi satu dengan Risa membuat siapa saja tak boleh masuk daerah privasi itu.
Dengan pelan pria itu meletakkan Divan di ranjang, dia pun segera membuka jas nya dan menyisakan kaos dalam yang begitu ketat, menampilkan tonjolan tonjolan sempurna menggambarkan begitu apik bentuk tubuh pria itu.
Risa pun segera keluar dari kamar itu dan kembali ke kamar tidur nya, sebagai wanita yang sudah menikah, Hasrat nya tak bisa bohong ketika melihat bentuk tubuh yang sesempurna itu, Hidup sebagai janda yang sudah beberapa tahun yang lalu, membuat dirinya sulit untuk sekedar melepas hasrat .
bersambung........
Hay guys jangan lupa like coment and faforit yaa, thanks sudah membaca karya saya .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!