🍁🍁🍁🍁🍁🍁
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Galaksi ArMiKha Rahardian Wijaya.
Seorang putra pertama keturunan keluarga konglomerat di ibu kota yang cukup sangat terkenal kedermawanannya. Pria yang kini berusia dua puluh dua tahun itu baru saja menjabat sebagai Direktur di salah satu kantor cabang perusahan Rahardian Group.
"Kak Gala, aku ikut bareng ya" ucap gadis cantik berusia delapan belas tahun tepat di belakang Gala yang duduk di meja makan bersama Uminya, Khayangan.
"Hem"
"Tapi harus masuk gerbang sekolah ya, sama anter Ara sampai kelas, ok" pintanya kemudian.
Khayangan yang sedang menyiapkan sarapan pagi pun langsung menoleh kearah Ara yang sudah siap dengan seragam putih Abu-Abunya.
"Kenapa, Ra?" tanya Khayangan, ibu dari Gala yang nampak begitu cantik dengan gamis syari'i berwarna nude yang membalut tubuh tinggi semampainya.
"Gak apa-apa" sahut Ara sambil tersenyum lebar sampai deretan gigi putihnya terlihat begitu rapih.
Gala yang memang tak pernah ambil pusing hanya mengiyakan saja. Ia susah sangat terbiasa menuruti semua keinginan Ara, anak angkat kedua orangtuanya.
Selesai sarapan semua kembali ke aktifitas masing-masing termasuk Gala yang harus pergi ke kantor setelah mengantar Ara lebih dulu ke sekolah nya. Meski ia selalu melakukannya tapi permintaan di antar ke dalam kelas tentu baru kali ini.
Brakk
Pintu mobil sebelah kiri di tutup Ara sedikit keras, ia datang menyusul karna harus berpamitan lebih dulu pada ibu kandungnya, yaitu ART yang bekerja di kediaman orangtua Gala yang bernama Titin.
"Tumben mau di anter sampe kelas, kenapa?" tanya pria tampan di sebelah Ara yang fokus pada setir mobilnya.
"Gak apa-apa, lagi pengen dianterin aja"
Gala yang menoleh sekilas kearah adik angkatnya jelas bisa melihat senyum penuh arti menghiasi wajah cantik Asmara kasih nama asli Ara.
.
.
.
Mobil masuk dan berhenti tepat di area parkir sekolah SMA MERAH PUTIH, bangunan enam lantai itu berisikan siswa siswi dengan tingkat kecerdasan diatas rata-rata dan juga kepopuleran dari kalangan atas. Saingan antar murid sudah tak asing di sana tergantung siapa yang ingin mengikutinya atau tidak.
Asmara yang turun lebih dulu tinggal menunggu Gala keluar dan menghampirinya. Mereka berjalan beriringan menuju kelas Ara di lantai tiga dengan Ara bergelayut manja di lengan Gala.
Tatapan teman-teman Ara tentu membuat Gala risih, ketampanan wajahnya memang membuat kaum hawa bisa lupa berkedip saat melihatnya.
Dddduaaaarrr.
Suara keras yang berasal dari dalam kelas Ara langsung membuat keduanya berhenti di ambang pintu, Ara yang sudah menduga hal ini akan terjadi dengan cepat bersembunyi di balik punggung Gala.
Ruangan besar yang tadinya riuh kini mendadak hening saat melihat kedatangan Gala. Semua teman-teman Ara terdiam dan hanya saling senggol satu sama lain. Gala yang belum terlalu paham akhirnya masuk dan menghampiri seorang murid laki-laki yang memegang bunga di tangannya.
"Ada apa ini, apa yang kamu pegang dan itu untuk siapa?" tanya Gala. Tatapannya begitu tajam karna ia akhirnya mengerti kenapa Ara ingin ia mengantarnya sampai Kelas.
"Hem, anu kak, gini loh! Hem.. apa ya" ucap si murid laki laki tersebut dengan terbata sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ayo jawab, ada apa dengan semua ini?" tanya Gala lagi yang sudah mulai kesal.
"Saya cinta Ara, kak. Saya mau Ara jadi pacar saya." jawabnya begitu lantang namun dengan mata terpejam karna ada rasa takut yang si murid laki laki itu rasakan.
"Kamu suka Ara?" pertanyaan Gala yang ketiga ini dijawab anggukan kepala dengan mantap.
.
.
.
.
Saya yang ganteng, kaya, mandiri dan mapan aja dari kecil di tolak, gimana kamu???
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Kesian de lo 🤣🤣
alhamdulillah, nyampe juga di lapak GalaAsmara
Semoga kalian suka ya. Tetep di jalur komedi romantis kok jadi gak bikin sakit kepala.
Like komennnya yuk ramaikan.
🍁🍁🍁🍁🍁
🌻🌻🌻🌻🌻
"Dasar bocah ingusan!"
Gala langsung keluar dari kelas Ara setelah melihat drama penolakan cinta si murid laki-laki tadi terhadap adik angkatnya. Bagaimana bisa Asmara menerimanya jika yang seperti Gala saja sering di tolak nya mentah mentah.
Mobil mewah keluaran terbaru milik sang Direktur kini melesat ke kantor cabang Rahardian Group. Banyak yang di pikirkan oleh Gala sepanjang perjalanan termasuk masa depannya. Rasa sayang yang jelas-jelas bukan sekedar perasaan adik dan kakak untuk Ara membuatnya terkadang frustasi sendiri menahannya.
Cinta bertepuk sebelah tangan.
Kereta besi Gala berhenti di parkiran VVIP khusus para petinggi perusahaan, gedung pencakar langit yang kini menjadi rumah keduanya.
Langkah kaki Gala begitu panjang namun santai menuju lift yang akan mengantarnya ke ruangan Direktur, ia hanya tersenyum tipis saat para bawahannya menyapa ketikan berpapasan.
Triiing.
Bunyi lift yang begitu menggelitik di telinganya menandakan jika tubuh tinggi tegapnya sudah sampai di lantai yang ia tuju.
"Selamat pagi, Tuan" sapa Cici, sekertaris Gala.
"Hem, pagi."
Gala yang hanya menyahut singkat terus melanjutkan langkahnya menuju ruangan Direktur tempat ia menyelesaikan semua pekerjaannya.
Cek lek..
Kedua alis Gala saling bertautan mana kali matanya menangkap sosok wanita cantik sedang duduk santai di sofa, rok pendek yang di kenakannya membuat setengah paha wanita itu jelas terlihat.
"Gala"
"Kamu lagi apa disini?" tanya Gala pada Jessy.
Jessy adalah teman Gala saat kuliah dulu yang kini bekerja menjadi asisten pribadinya, wanita seksi dengan bentuk tubuh sempurna terlebih di bagian dadanya sungguh sangat menantang kaum laki-laki untuk menyentuh atau mungkin menikmatinya.
"Nunggu kamu, Sayang" jawabnya sambil bangun dari duduk lalu berjalan mendekati Gala yang sedang membuka jasnya.
"Sini ku bantu"
"Gak usah, bacakan saja apa jadwalku hari ini" tolak Gala, ia memang begitu risih dengan sikap Jessy tapi di sisi lain Gala masih sangat butuh otak cerdas wanita itu.
Jessy lagi dan lagi hanya bisa membuang napas kasar, entah dengan cara apa lagi ia bisa menarik perhatian Gala yang sudah ia cintai selama kurang lebih dua tahun semenjak mereka masih sama-sama duduk di bangku kuliah dulu. Karna Jessy Langsung terpesona pada sosok pria yang kini menjadi atasannya.
Dan sampai detik ini pria itu masih memenuhi ruang hati Jessy, semakin Gala menghindar entah mengapa membuat Jessy penasaran belum lagi dukungan orang tuanya yang membuat Jessy seringkali bersikap nekat ingin menyentuh Gala.
"Sepadat itu?" tanya Gala soal jadwalnya.
"Hem, iya. Terakhir ada meeting sembari makan malam" jawab Jessy yang sudah selesai membacakan seluruh jadwal Gala seharian ini.
"Meeting malam ini apa tak bisa di rubah esok hari di jam makan siang, atau sebelum itu?" pinta Gala.
"No, sayang. Kamu sudah mengundur nya selama dua kali" tolak Jessy dengan tegas.
"Hem, baiklah" Gala menarik napas dan membuangnya secara kasar, ia pasrah dengan semua pekerjaan yang menumpuk di depannya kini.
Gala yang sebenarnya mempunyai adik kembar yaitu Aurora nyatanya justru menjadikanya seolah anak tunggal karna Sang adik tak begitu aktif di perusahaan karna ia lebih senang mengajar di pondok pesantren milik orangtuanya di banding bekerja di kantor dan itu tentu membuat Abi dan Uminya senang bukan kepalang, jadilah kini hanya Gala yang mengurus perusahaan seorang diri meski Abinya masih ikut turut andil sewaktu-waktu.
Sosok Gala yang sedikit cuek dan dingin membuat siapapun terpesona dan penasaran terhadapnya terlebih harta dan tahta yang ia miliki. Tapi dari begitu banyak wanita yang mengincarnya hanya ada satu gadis yang selalu acuh padanya siapa lagi kalau bukan Asmara.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
#KelasAra.
"Sorry ya, gue gak bisa Terima lo!" tolak Ara pada teman laki-lakinya yang baru saja menyatakan cinta tepat di depan Gala juga, kakak angkatnya.
"Kenapa? apa lo udah punya pacar?"
Ara hanya menggeleng kan kepalanya sebagai jawaban seraya melirik kearah Gala yang berdiri tepat di sisinya dengan tangan melipat di dada.
Belum sempat berdebat, nyatanya bel masuk sudah berbunyi, semua murid duduk di tempatnya masing-masing begitu pun dengan Ara yang melepas kepergian Gala dengan senyum kecil di ujung bibirnya.
.
.
"Dia cowok yang keberapa yang lo tolak, Ra?" kekeh Merlin, teman sebangku Ara.
"Entah, Gue gak ngitungin"
Ara yang memiliki tubuh langsing dan mulus juga berotak pintar tentu menjadi incaran siswa laki laki di sekolahnya termasuk salah satu guru olah raganya yang diam diam juga menyimpan rasa.
"Kenapa nolak mulu sih? Lo normal kan?" tanya Merlin lagi, ia yang sangat dekat dengan Ara sampai detik ini tak pernah tau alasan temannya itu terus menolak.
"Gak apa-apa, takut gak bisa fokus belajar aja"
Merlin hanya bisa mencibir kearah Ara karna ia bosan dengan alasan yang selalu sama dari hari ke hari, sebab bukan hanya siswa satu sekolah yang mengincar Ara, dari luar sekolah maupun anak kuliahan sudah banyak yang menjadi korban penolakan Ara.
.
.
.
Ara yang pulang di jemput oleh supir pun hanya diam tak bersuara. Ia galau bukan karna drama penolakan tadi tapi perkataan Merlin bagai terus terngiang di telinganya sedari tadi.
Jangan gitu, Ra... sekarang lo bisa cuek nolak banyak Cowok dan bikin sakit hati mereka. Trus kalo suatu hari nanti posisi mereka di balik gimana? lo nya yang cinta tapi di tolak. Nangis kejer gak tuh.
"Neng Ara, udah sampe nih" ucap Mang Bidin, langsung membuyarkan lamunan Ara.
"Kok cepet banget ya, Mang?" jawabnya sambil turun dari kursi depan.
Ara tak pernah duduk di kursi belakang jika sedang berdua dengan Mang Bidin, karna ia cukup tahu diri siapa dia sebenarnya. Mang Bidin dan Ibunya yang bernama Titin sama-sama pekerja di kediaman Tuan Bumi Rameza Rahardian Wijaya.
Langkah Ara langsung masuk ke arah dapur kotor karna tak ada siapapun di lantai bawah, ia akan menyapa ibu kandungnya lebih dulu seperti biasa baru akan menemui ibu angkatnya sembari menuju kamarnya sendiri di lantai atas.
"Bu, Ara pulang."
"Iya, Nak. Bagaimana sekolah mu?" tanya Titin sambil menarik kursi untuk putrinya.
"Gak gimana-gimana, Ara lapar bu"
Titin hanya mengangguk kan kepala, ia langsung menyiapkan makan siang untuk putrinya yang begitu amat di manjakan oleh majikannya. Ara tak pernah di bedakan antara Gala maupun Aurora. Ketiganya selalu mendapat kasih sayang yang sama dari Bumi dan Khayangan bahkan dari keluarga besar Rahardian Wijaya.
"Tadi pagi kamu di antar Tuan Gala dan memintanya juga untuk ke dalam kelasmu, kenapa?" tanya Titin yang duduk di hadapan Ara yang begitu lahap menikmati makan siangnya.
"Iya, kok ibu tahu?" Ara balik bertanya.
"Nyonya besar tadi sangat khawatir, takutnya kamu ada masalah di sekolah sampai meminta Tuan Gala ikut mengantarmu"
"Gak ada apa-apa, Bu. Cuma lagi pengen di anter kak Gala aja" sahutnya sambil terus mengunyah.
Titin menghela napas berat, anak gadisnya kini sudah beranjak remaja dan cantik, tapi semakin Ara tumbuh besar ia juga semakin merasa khawatir, terlebih ia tak pernah tahu bagaimana Ara di luar rumah jika bersama teman-temannya.
.
.
.
"Ra, Ibu minta kamu untuk sedikit menjaga jarak dengan Tuan Muda Gala ya"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!