NovelToon NovelToon

JODOH : Cinta Pertama

bab 1 kenangan

Seorang siswi berseragam putih abu-abu sedang duduk sendirian di kantin sekolah yang sepi, sambil membaca buku pelajaran untuk materi ujian selanjutnya. Sejak 20 menit yang lalu belum ada tanda-tanda seorang pun temannya yang keluar dari ruang ujian.

Namun, tak beberapa lama bel tanda selesai ujian berbunyi. Para siswa berhamburan keluar dari ruang ujian dengan muka kusutnya, karena matapelajaran pertama hari ini adalah matematika wajib, dan lebih parahnya lagi guru super perfect yang mengajarkan matematika wajib di kelas mereka memberikan soal esai.

Kemudian ada dua orang siswa teman kelas yang menghampirinya, duduk di kursi depan meja siswi tersebut. mereka bertiga berteman akrab sejak awal masuk sekolah disini, sampai sekarang ketika mereka sudah mau lulus, pertemanan mereka semakin erat.

" Raya, nggak ikut anak-anak cewek kelas kita?" tanya salah satu dari mereka yang lebih ceria dan ramah kepada Raya.

" Emang pada mau kemana Gun?" tanya Raya kepada Gunawan tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang sedang di bacanya.

" Pada mau ngebakso Ay." jelas siswa satunya lagi sambil memberikan es teh ke Raya.

Raya lalu menutup buku yang sedang di baca dan ber 'o' saja. Setelahnya dia mengambil gelas es teh yang dibawa oleh Rasyid. Meminum es teh tersebut hingga hanya sisa setengahnya saja.

"Kenapa nggak ikut keluar sama rombongan cewek-cewek Ay?" tanya Rasyid lagi.

"Males ah, mager (males gerak)". sahut Raya sambil kembali membuka buku pelajarannya.

" Kok tumben sok rajin kamu?. pakai baca buku pelajaran segala lagi..." kata gunawan sambil menarik buku pelajaran yang berada di tangan Raya. Raya yang kaget sepontan juga menarik buku tersebut, sehingga terjadi sedikit keributan karena hal itu. Raya tidak mau melepas buku yang sedang di bacanya, sedangkan Gunawan masih saja menarik paksa buku tersebut.

Karena kegaduhan yang mereka sebabkan sudah mulai parah akhirnya Rasyid menengahi mereka berdua. " sudah sudah..malu di lihatin yang lain" kata Rasyid sambil menarik Gunawan supaya duduk tenang.

" Ini ni si Bambang resek" celetuk Raya sambil melepas buku yang dia pegang tadi.

" sejak kapan namaku berubah jadi Bambang Naraya nadira?" sewot Gunawan sambil mengacungkan buku yang telah berhasil dia rebut dari tangan Raya.

Rasyid yang ada di situ mulai geleng-geleng kepala melihat pertengkaran mereka berdua yang akan lama bila tidak ada yang mau mengalah.

" Potong kambing kalau mau ganti nama orang jangan asal ganti ja kamu Ray!" sewot Gunawan. Lalu meletakkan buku di atas meja.

Sepertinya Raya sudah tidak mau meladeni ocehan Gunawan lagi, hanya memutar bola matanya sambil kembali meminum es tehnya.

" Potong kambing 2 Ray, kalau ganti nama ku Ray" lanjut Gunawan, yang sepertinya belum mau mengakhiri pertengkarannya dengan Raya.

" Bisa nggak sich mangggilnya lengkap 'RAYA' jangan Ray, emang aku binaragawan apa?" sewot Raya. " tenang nanti aku beli kambing pulang ujian ini buat syukuran ganti nama kamu" lanjut Raya sambil berwajah sinis.

" Sudah Ay, nggak usah sewot" ucap Rasyid untuk menenangkan Raya.

" Siap ketua OSIS" ucap raya sambil bersikap hormat kepada Rasyid.

" Aku sudah bukan ketua OSIS lagi Ay." ucap Rasyid sambil mengambil buku yang di letakkan Gunawan di atas meja.

" Siap mantan ketua " sahut Raya sambil mengambil pensil dalam kotak pensil yang di bawanya untuk di raut.

Gunawan yang belum puas bertengkar dengan Raya kembali membuat ulah. " Ray kok kamu manggil Rasyid ketua terus aku kok nggak pernah kamu panggil ketua juga malah kamu panggil Bambang? gini..gini kan aku juga ketua website sekolah kita tercinta ini?".

" iya kamu emang ketua website sekolah kita TERCINTA ini." kata Raya sambil menekan kata tercinta yang dia ucapkan. " tapi selama ini yang ngisi seluruh website sekolah kan aku. kamu cuman nebeng nama ja Bambang." sungut Raya sambil melempar sedotan yang ada di depannya ke arah Gunawan.

Gunawan yang mendengar itu hanya nyengir kuda "hehehe" sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal...

Rasyid yang mendengar itu semua hanya tersenyum, sambil berfikir bahwa 'hal seperti ini yang akan aku rindukan nanti'.

"Ray, nanti kamu mau lanjut kuliah dimana?" tanya Gunawan, tapi setelahnya Gunawan bukan mendapat jawaban dari pertanyaannya malah mendapat pengsil melayang kearah jidatnya.

"Bisa kan manggil pakai yang lengkap nggak di potong gitu,?" omel Raya sembari mengambil kembali pensil yang dia lempar tadi.

" Sudah Ay, jang gitu. kasian Gunawan" lerai Rasyid.

" kalau Rasyid manggil nggak lengkap nggak di omelin.." sungut Gunawan sambil mengelus jidatnya yang sedikit sakit.

" eh Bambang Rasyid menggal nama juga enak di dengar. lah kamu, emang di pikir aku atlet binaragawan?" jelas Raya.

Gunawan yang mendengar ocehan Raya hanya senyum sendiri. Dia suka sekali mengganggu Raya, hanya untuk membuat Raya ngomel.

" Jadi kamu mau kuliah dimana Ay?" ulang Rasyid atas pertanyaan Gunawan.

" nggak tau. nggak mau lanjut, males" jawab Raya sambil menelungkupkan kepala di atas meja.

" Yah, kalau kamu males aku juga nggak usah kuliah dech." celetus Gunawan.

" ngapain ikut-ikut?" tanya Raya sambil melotot ke arah Gunawan.

" kamu bukannya udah keterima di PTN ya?" tanya Rasyid ke Gunawan.

" iya "

" jurusan apa? " tanya Raya lagi

" SI" jawab gunawan.

" kalau kamu apa?" tanya Raya sambil melihat kearah Rasyid.

" aku coba daftar beasiswa luar negri Ay" jawab Rasyid.

" udah buka ya?" tanya Raya lagi.

" udah tutup sekarang Ay, tinggal nunggu pengumuman bulan depan. " jelas Rasyid.

" emang kamu ambil kemana?" tanya Gunawan.

" Massachusetts Institute of Technology

( MIT)". jelas Rasyid.

" kok jauh banget sich? " tanya Raya sambil menggembungkan pipinya.

Rasyid tersenyum mendengarkan sambil mencoba menjelaskan mimpi dan rencana hidupnya ke Raya.

" udah Ay, kalau takut sepi kamu kuliah deket aku ja, pasti rame kok," jeletus Gunawan.

" nggak usah manggil gua Ay, Bambang" sewot Raya.

" elah salah muluk jadi aku, ini salah itu salah..." dumel Gunawan.

" ya emang kamu selalu salah kan?" tanya Raya sambil memutar bola matanya.

" jadi kamu mau kemana Ay?" tanya Rasyid lagi.

"pengennya ambil jurusan sastra tapi nggak boleh sama ortu di suruh ambil jurusan kedokteran

" curhat Raya. " makanya kemaren aku nggak daftar kuliah biarin ja nanti ortu yang ngurus males." sewot Raya.

" nggak boleh gitu Ay" nasihat Rasyid sambil mengelus kepala Raya.

Raya yang di elus kepalanya tidak sengaja melihat cincin yang dipakai Rasyid, di jari kelingkingnya.

" kamu pakai cincin pas ujian kok nggak di sita sich?" tanya Raya.

" nggak tau juga, tadi iseng ja." jawab Rasyid sambil tersenyum.

" siniin jangan di pakai lagi nanti di marah pengawas lho" kata Raya sambil menarik tangan Rasyid yang terpasang cincin.

" nggak boleh ambil cincin dari tangan cowok gitu pamali" celetuk Gunawan yang melihat Raya hendak me ngambil cincin dari jari Rasyid.

" emang ada pamali kayak gitu?" tanya Raya sambil melihat ke arah Rasyid dan Gunawan.

" pamalinya kalau di ambil kan Gun?" tanya Rasyid.

" iyaa," jawab Gunawan cepat seperti menyimpan kecemburuan.

" sini Ay" kata Rasyid sambil mencoba melepas cincin di jarinya dan memasangkan ke cincin tersebut ke jari manis Raya. " kalau kayak gini nggak pa2 kan Gun?" tanya Rasyid sambil melirik ke arah gunawan yang masih terbengong melihat aksi kedua temannya.

lalu tidak lama kemudian Raya memindahkan cincin tersebut ke ibu jaring karena cincin tersebut terlalu besar.

" di simpen ya Ay, aku masih punya satu lagi yang persis sama" bisik Rasyid sambil berlalu pergi karena bel masuk ujian telah berbunyi

**

tidak akan ada pertemanan yang sempurna antara laki-laki dan perempuan kecuali akan ada salah seorang yang jatuh cinta atau malah keduanya saling jatuh cinta.

bab 2 cinta yang disembunyikan

Tidak teras ini adalah ujian hari terakhir dari beberapa rangkaian ujian yang panjang untuk menempuh akhir pendidikan SMA selama tiga tahun ini. Siswa-siswi yang telah menyelesaikan ujian sekolah pun berbondong-bondong keluar dari ruang ujian masing-masing dengan muka lega dan penuh rasa cemas karena tinggal menunggu hasil ujian keluar bulan depan.

Beberapa siswa berjalan beriringan sambil menceritakan soal ujian yang bisa dan yang tidak bisa di jawab dengan benar ataupun asal pilih yang penting terisi dan tidak kosong saja. tidak kecuali Raya yang berjalan dengan beberapa temannya sambil menceritakan beberapa soal di ujian terakhir hari ini.

" Ra, tadi bisa jawab semua nggak?" tanya teman Raya yang berdiri di sebelah kirinya.

" ada beberapa soal yang aku masih ragu tadi, jadi kira-kira ja mana yang paling mendekati. Soalnya agak bingung untuk di pahami." jawab Raya. " kamu sendiri gimana May?" tanya Raya balik kepala Maya.

" aku sich jawab semua dong, Maya gitu lho" sombong maya sambil membusungkan dadanya.

" alah May orang kamu ja tadi jawaban nomer 20 sampai 30 nanya aku ja, kok songong." sewot Hani yang berdiri di sebelah kanan Raya.

Mendengar itu Raya tertawa sedangkan Maya hanya nyengir kuda sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

" ya elah Han, biarin gua sombong dikit ngapa.." cengir Maya sambil senyum.

" lah sombong tidak pada tempatnya." celetuk Raya. "kalau mau sombong coba belajar May, jang nyontek." jawab Raya sambil merangkul Maya dan Hani untuk berjalan lebih cepat.

Mereka masih tertawa sambil berjalan menuju gerbang sekolah dan menceritakan rencana perpisahan nanti. Setelah sampai gerbang sekolah Maya pulang duluan karena sudah di jemput sedangkan Hani dan Raya masih duduk di depan gerbang sekolah tersebut dan sedikit bercerita.

Hani dan Raya duduk di kursi dekat gerbang sekolah yang memang di sediakan untuk para murid menunggu jemputan ataupun angkutan umum.

Tiba-tiba "plak, plak." Hani menghadap Raya dan menampar pipi kanan dan kiri Raya sambil menangis. Lalu membenamkan wajahnya di antar tangan dan menunduk.

Raya yang syok hanya diam dan bingung melihat kearah Hani. Sambil mengelus punggung Hani dan mencoba menenangkan, agar tangisan Hani tidak menarik perhatian banyak orang di sekitar gerbang sekolah, walaupun sebenarnya sekolah sudah mulai sepi, namun masih ada beberapa siswa-siswi yang masih berlalu lalang untuk menunggu kendaraan umum maupun jemputan.

" kamu kenapa sich, Han? tanya Raya sambil mencoba menenangkan Hani.

" Kamu suka kan sama Rasyid?" tanya Hani tiba-tiba.

" maksudnya gimana?" tanya balik Raya yang masih bingung dengan kelakuan temannya satu ini.

"kamu sebenarnya juga suka kan sama Rasyid?" tanya Hani lagi

Raya hanya diam sambil mengerutkan keningnya, setelah itu dia paham arah pembicarakan Hani.

" kita ngobrol di tempat makan sebrang sekolah aja yuk, disini masih rame, nggak enak di lihat orang." ajak raya sambil berdiri dan menarik tangan Hani.

Hani hanya menurut saja sambil sesekali mengelap ingus dan air mata yang mulai mengalir ke pipinya dengan menggunakan tangan. Mereka berjalan bergandengan melewati zebra cross di depan sekolah dan sedikit berjalan ke arah selatan kearah tempat bakso yang sering mereka jadikan tempat nongkrong sepulang sekolah.

Setelah sampai ke tempat tersebut Raya lalu memesan 2 bakso dan 2 es teh untuknya dan Hani. setelah itu dia duduk disamping Hani menghadap ke arah jalan sambil melihat beberapa orang yang hilir mudik melakukan aktifitas mereka masing-masing.

" jadi?" tanya Raya sambil mengajar satu alisnya.

" aku tau kamu juga suka sama Rasyid kan?" tanya Hani sambil mengambil tisu dan mengelap air matanya yang masih terus mengalir.

" lalu?" sahut Raya meminta penjelasan.

" tapi kamu selalu diam ja kalau aku cerita aku suka sama Rasyid.." sewot Hani. "aku cerita karena aku tau kamu dekat dengan dia dan kamu selalu mendengar semua ceritaku." Hani mengambil jeda sambil sesegukan. " kamu selalu kasih nasehat begini dan begitu, padahal yang aku ceritain itu juga orang yang kamu suka juga."

Hani menghentikan ceritanya sambil masih sesegukan dan mencoha menormalkan nafasnya yang mulai sesak karena terlalu lama menangis. Raya hanya tersenyum mendengar Hani mengeluarkan semua yang ada dalam hatinya.

"harusnya kamu thu marah sama aku, Ra." lanjut Hani sambil menarik nafas. " yang cerita suka sama Rasyid nggak cuman aku kan masih ada yang lain juga?" tanya Hani sambil menatap Raya.

Raya hanya mengangguk sambil tersenyum.

" terus kamu ngasih nasehat yang sama ke mereka kayak ke aku juga?". tanya Hani lagi.

Raya hanya kembali mengangguk untuk menjawab pertanyaan hani tersebut.

" hati kamu thu di buat dari apa sich kok bisa-bisanya dengerin orang curhat tentang orang yang juga kamu suka?" Oke Hani yang memang geram dengan sikap Raya menyembunyikan semuanya selama ini.

" cuman 5 orang kok." jawab Raya santai.

" 5?" tanya Hani sambil mengangkat telapak tangannya menunjukkan kelima jarinya.

ketika Raya ingin menjelaskan, pelayan datang membawakn pesanan mereka tadi, akhirnya raya menyuruh Hani untuk makan dulu mengisi perut dulu, karena setelah selesai ujian pasti mereka lapar.

" makan dulu ja ya Han. Nanti kita lanjut lagi ngobrolnya." kata Raya sambil mengangka saus dan kecap ke dalam mangkuk baksonya.

selang 10 menit berlalu Hani meletakan sendoknya yang hanya di aduk-aduk saja sedari tadi. sedangkan Raya masih terus menikmati semangkuk bakso di depannya.

setelah selesai Raya kembali menatap hani dan "masih mau marah lagi atau nampar aku lagi nggak?"

tanya Raya sambil mengelap mulutnya dengan tisu dan membereskan meja di depannya agar tidak terlalu kotor.

" boleh?" tanya Hani sambil menaikkan alisnya

" boleh" jawab Raya santai.

tanpa menunggu lagi Hani lalu menampar Raya kembali beberapakali dengan sekuat tenaganya. Raya yang mendapat itu hanya tersenyum sambil mengelus pipinya yang terasa panas.

"sudah tenang, dan mau dengar alasanku?" tanya Raya santai.

Hani hanya mengangguk sambil meminum es teh did depannya.

" sebenarnya aku suka sama dia sudah lama, dari waktu SMP dulu, mungkin." Raya mencoba menjelaskan. " kami satu kelompok saat MOS (masa orientasi siswa) dulu, dan kami akrab sejak itu." jelas Raya sambil menarik nafas. " dan hanya sebatas itu, tidak ada apapun di antara aku dan dia. jadi,..." Raya memberi jeda sebentar mencoba menenangkan hatinya "aku tidak ada hak apapun untuk melarang orang lain suka sama dia, dan tidak juga bisa melarang orang bercerita tentang dia ke aku. Aku akan menjadi pendengar yang baik untuk mereka dan akan berikan solusi terbaik yang aku punya." jelas Raya sambil menatap ke arah Hani " pernah nggak aku kasih solusi kamu ke arah yang nggak baik tentang cinta mu ke dia?" .

Hani hanya menggelangkan kepalanya sambil kembali mengusap air matanya yang kembali mengalir.

"jadi kalau pun aku juga suka sama dia biar aku ja yang tau, dan jangan menyakiti yang lain, termasuk dia." jelas Raya.

" tapi dia juga suka sama kamu Ra." geram Hani.

" nggak usah ngarang kamu" jawab Raya cuek.

" semua orang juga tau dia suka kamu tapi dia ngalah sama Gunawan si resek itu. karena Gunawan udah terang-terangan ngejar kamu dari awal kita masuk sekolah ini." jelas Hani lagi

Raya mengerutkan keningnya sambil gelang-gelang kepala. " mana mungkin dia suka juga sama aku, nggak usah ngaco kamu Han."

" matamu buta apa gimana coba. setiap Gunawan mulai buat gara-gara sama kamu dia selalu ada buat nolongin kamu, jadi pengawal setia kemanapun kamu pergi, setiap duduk dikelas selama tiga tahun ini juga selalu dia pilih duduk dekat kamu. biar apa coba?" jelas Hani panjang lebar.

" terus kalau kamu tau dia sukanya sama aku ngapain kamu masih ngejar dia cantik?" tanya Raya sambil bercanda.

" ya kan aku nggak tau kalau kamu juga suka sama dia" sewot Hani.

Raya hanya tersenyum melihat temannya ini sudah mulai bisa sewot lagi, artinya dia sudah kembali bisa menenangkan dirinya.

" terus kamu tau aku juga suka sama dia dari mana?" tanya Raya yang merasa tidak ada seorang pun yang tau tentang itu.

Hani mengambil kertas dari tasnya " ini" tunjuk Hani sambil melatakkan kertas tersebut di atas meja dan menyodorkannya ke arah Raya.

Raya mengambil keras tersebut, kertas puisi yang dia posting 2 bulan lalu untuk website sekolah yang di sana berisi tentang kisah cinta yang tersembunyi dan terselip nama Rasyid.

"aku tau karena aku juga suka nulis, Ra." jelas Hani, "tapi aku sadarnya telat" lanjut hani sambil nyengir kuda.

"cuman kamu kan yang tau?" tanya Raya agak panik.

"ya kalau dia peka harusnya dia juga tau ya Ra." jawab Hani cuek sambil mengangkat bahunya.

Hani menarik nafas panjang dan mencoba menetralkan hatinya, "semoga ada jalan buat kalian ya Ra, kamu sama dia thu cocok banget. tapi.." Hani menjeda kalimatnya untuk menggoda Raya.

" tapi apa?" tanya Raya sewot.

" sama-sama gengsi" ejek Hani sambil tertawa.

Raya hanya diam mendengar semua penjelasan Hani, dan masih ragu dengan kata-kata hani tentang Rasyid yang juga suka padanya.

" ayok pulang Ra, thu para pengawal setia kamu udah jalan keluar gerbang pasti bakal nyariin kamu, kalau kamu nggak ada di tempat biasa nunggu pasti udah kayak orang kehilangan anak thu mereka." ajak Hani sambil pergi ke arah kasir untuk membayar makanan mereka tadi.

****

biarkan aku mencintaimu dalam diamku, walaupun aku tau cinta ini akan bertambah besar ketika aku menyimpannya rapat di relung hatiku.

bab 3 si cuek yang perhatian

Raya dan Hani keluar dari tempat makan tersebut sambil tertawa saja, dan sudah tidak membahas masalah tadi. Hani hanya kesal dengan Raya yang tidak bisa jujur dengan hatinya sendiri dan malah mementingkan perasaan orang lain.

Sedangkan Raya yang memang dari awal hanya ingin menikmati masa sekolah tanpa masalah dan kasus yang tidak penting, seperti bertengkar dengan teman hanya karena masalah laki-laki. Dia hanya menganggap apa yang terjadi tadi karena Hani begitu sayang padanya.

Mereka berjalan beriringan menuju tempat pemberhentian bus kota yang ada di sebrang sekolah, sambil membicarakan beberapa hal tentang baju yang akan di pakai di acara perpisahan sekolah nanti serta make up yang tidak pernah di pakai sama sekali dengan Raya.

"Besok aku dandanin ya biar kamu tambah cantik Ra, " ucap Hani sambil menunjukkan beberapa gambar make up dari dalam buku majalah yang sedang di pegang.

" emang sekarang aku nggak cantik" tanya Raya sewot.

" biar tambah canti Ra, bukan berarti kamu jelek, ada kata tambahnya resek." sahut Hani sambil menepuk pundak Raya.

Raya hanya tersenyum mendengarkan ocehan Hani sambil sekali-kali mengelus pipinya yang masih terasa perih, karena sebenarnya kulit Raya sangat sensitif jadi agak terasa perih dan gatal di bekas tamparan Hani tadi.

setelah mereka duduk Rasyid dan Gunawan menghampiri mereka, tapi Rasyid pergi lagi sebelum sampai duduk disana.

" muka mu kenapa Ray, kayak habis kena tonjok gitu?" tanya Gunawan sambil memperhatikan pipi Raya.

" habis berantem sama Gua." jawab Hani sewot

" beneran Ray, kamu berantem?. Raya si pendiam berantem sama babon yang kayak drum bodol gini?" tanya Gunawan sambil mengejek Hani.

" Resek emang ya thu mulut, Gua cabein tau rasa." omel Hani sambil menutup majalah yang dia pegang tadi dan menyerahkannya ke Raya.

"suka suka ini mulut nggak ganggu orang, kalau nggak suka ya tutup ja tu kuping, susah amat." sahut Gunawan.

" pantes di tolak terus sama Raya, kelakuan lo kayak dakjal" seungut Hani sambil nunjuk muka Gunawan yang sudah merah padam.

" eh Raya thu bukan nolak, dia thu cuman gengsi sama kasian dengan sahabatnya yang juga di tolak terus sama sahabat gua si Rasyid." ejek Gunawan sambil memelet kan lidahnya ke arah Hani.

Raya yang mendengar itu hanya diem ja sambil membolak-balikan majalah yang sedang di pegang. kalau dia juga ikut mengomentari obrolan absruk mereka, maka pada akhirnya dia yang akan memukul kepala si resek Gunawan.

Tak beberapa lama Rasyid datang ke arah mereka dan duduk di samping Raya, dengan membawa batu es dalam cup minuman dan juga mengeluarkan sabu tangan dari dalam saku celana sebelah kanan, lalu membukus batu es tersebut dengan sabu tangan warna biru kombinasi yang sama persis dengan milik Raya yang telah Raya simpan dari zaman SMP, mereka beli sabu tangan itu bersama ketika akhir waktu SMP.

Tanpa banyak kata Rasyid memberikan sapu tangan yang telah di isi batu es itu kepada Raya dan menyuruhnya mengompres pipi Raya yang memerah tadi.

" pakai dulu, nanti kamu alergi." kata Rasyid, lalu dia mengambil kertas dalam tasnya dan sibuk kembali dengan urusannya.

" makasih sahut Raya." sambil mengompres pipinya.

Rasyid hanya tersenyum dan kembali membaca kertasnya.

Hani yang melihat itu tersenyum sambil merasa sakit hati dan bersalah dengan kisah cinta mereka yang lebih mementingkan sahabatnya dari pada cinta mereka.

sedangkan Gunawan lansung mengambil sapu tanga tersebut.

" sini biar aku ja yang ngompresin." rebut Gunawan.

" gak usah resek Gun, ini beneran sakit." tolak Raya sambil bergeser ke dekat Hani.

" ya tau, sini biar aku bantu." kata Gunawan. "aku thu perhatian nggak kayak si batu es yang malah sibuk sendiri." sindir Gunawan ke arah Rasyid.

"eh resek, yang lo bilang si es batu itu yang nyariin Raya obat, bukan lo. yang malah cuman ngomel ja." ejek Hani.

akhirnya Hani dan juga Gunawan bertengkar lagi dengan masalah yang berbeda, dan tidak beberapa lama Hani pulang karena jemputannya sudah datang.

"aku pulang duluan ya Ra," pamit Hani sambil mengambil majalah yang berada di pangkuan Raya.

" iya" sahut Raya sambil melambaikan tanga ke arah Hani.

Gunawan kembali menatap Raya, " Ray, pulang bareng aku ja yuk. aku bawa motor" ajak gunawan.

" kalau kamu bawa motor ngapain nunggu disini" sahut Raya, bukannya menerima ajakan malah bertanya, tentang keberadaan Gunawan di sini.

Gunawan hanya nyengir sambil menjawab." ya kan mau ngajakin kamu pulang bareng."

" bawa helm 2?" tanya Raya.

" 1, ngapain aku bawa 2 helm segala?" tanya Gunawan bingung.

" kalau gitu pulang sendiri ja kamu" sahut Raya.

" hah"

" kalau kamu bawa helm 1 ngapain ngajak aku pulang bareng, lalu lintas ada peraturanya bambang..." sewot Raya.

mendengar penjelasan itu Gunawan hanya tersenyum, lalu pamit pulang tidak lupa juga dia, mengancam Rasyid untuk menjaga Raya, dan jangan sampai Raya lecet sedikit pun. mendengar peralatan Gunawan yang aneh Rasyid hanya tersenyum saja lalu kembali mengambil sabu tangan yang di pegang Raya untuk mengompres pipinya yang mulai berkurang isinya dan mengisinya kembali dengan es batu lagi. setelah kembali terisi es batu, Rasul kembali memberikannya ke Raya.

" makasih" kata Raya yang hanya sebuah gerakan bibir saja.

Rasyid hanya tersenyum sambil menatap Raya dan bertanya apa yang terjadi kepada kedua pipinya.

" pipinya kena apa Ay?, kamu ada salah makan atau kebentur?" tanya nya.

" nggak pa-pa kok Id, cuman salah paham ja tadi sama anak-anak terus nggak sengaja ke tampar" jawab Raya menjelaskan.

" kalai ke tampar itu cuman sebelah Ay. kalau dua-duanya gini namanya sengaja." sahut Rasyid masih dengan gaya santainya.

" itu apa? " Raya mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang kertas yang di pegang Rasyid.

" ini sambutan buat acara perpisahan besok" jawab Rasyid sambil menyerahkan lembaran tersebut.

Raya menerimanya dan membaca sekilas kertas itu, lalu menyerahkan kembali ke Rasyid, " jadinya kamu yang sambutan besok?, bukannya kamu nggak mau datang ke acara karena masih harus ngurus paspor dihari yang sama?" tanya Raya.

" iya, aku usahain urusannya selesai sebelum hari perpisahan, biar bisa lihat kamu cantik pakai baju perpisahan kita nanti" jawab Rasyid.

Setelah Rasyid menjawab itu, angkutan umum yang mereka tunggu datang Rasyid lalu mengambil tas Raya membawa nya di bahu sebelah kiri dan membuang cup bekas batu es ke tong sampah disana lalu membiarkan Raya masuk duluan ke dalam angkutan tersebut.

suasana didalam bis tersebut cukup sesak sehingga Raya sempat terdorong dan hampir membentur tiang besi tempat berpeganga Rasyid. tapi untungnya dengan sigap Rasyid menghalangi besi itu dengan tangannya lalu menarik Raya ketempat yang lebih aman.

setelah berjalan beberapa menit bi itu berhenti dan beberapa orang mulai turun, sehingga bis tidak sepadat sebelumnya.

setelah beberapa orang keluar dari bis tersebut, Rasyid melihat tempat duduk kosong agak jauh dari tempat mereka berdiri,Rasyid berjalan menggandeng Raya ke arah kursi tersebut, mempersilakan Raya duduk, lalu menyerahkan tas milik Raya yang di pegangnya tadi dan berdiri di depan Raya sambil berpegangan menghadapi Raya.

ketika melihat kebawah, Rasyid tidak sengaja melihat tali sepatu Raya yang mulai terlepas. Yang jika di biarkan nantinya akan berbahaya ketika turun dari bis ini. Rasyid tiba-tiba berjongkok.

Raya yang melihat Rasyid berjongkok merasa kaget, lalu bertanya, " kenapa Id?" kagetnya.

Rasyid hanya tersenyum lalu mengikat tali sepatu Raya dan kembali tegak kembali setelah selesai.

" lain kali hati-hati" nasehat Rasyid sambil mengelus kepala Raya dengan sayang. dan kembali menatap kedepan.

di perlakuakan seperti itu kedua pipi Raya yang memang sudah merah karena tamparan Hani, bertambah merah karena bahagia dan malu bercampur menjadi satu di hatinya.

***

Kadang cinta tidak butuh kata manis yang mengumbar janji. Cinta hanya butuh perlakuan manis yang menegaskan janji.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!