NovelToon NovelToon

Obsesi Kakaku Kepadaku

Part 1

Thriller ada di Ig amandaferina6

__________

Api berkobar dan melalap bangunan megah di ruangan itu. Tiada tempat untuk berlari dan kabur dari ganasnya lalapan api tersebut.

Hanya ajal yang senantiasa menunggu di depan mata. Tapi meski begitu tak membuat Gibran Zendra Aganta sang kepala keluarga menyerah.

Ia mencari jalan keluar dan berusaha menyelamatkan anak istrinya yang juga terjebak di dalam kobaran api yang terlihat mengerikan.

Segala daya upaya ia kerahkan agar bisa selamat dari situasi ini. Gibran tersenyum kala menemukan jalan yang tidak dilalap sijago merah tersebut.

"Maria!! Berbahagialah, aku menemukan jalan keluarnya!" antusias Gibran sambil menuntun anak dan istrinya ke tempat yang lebih aman itu.

"Tuhan memberkati, aku yakin ini anugerah dari-Nya!" senang Maria sambil merapalkan puji-pujian kepada Tuhan yang Maha Esa.

Maria begitu erat memeluk tubuh sang anak yang dari tadi terus menangis ketakutan. Hati Maria begitu tersayat, biarkan dia mati duluan tapi anaknya tetap hidup.

Bocah kecil bermata bulat yang baru saja berusia 7 tahun itu harus mengalami malam naas usai perayaan ulang tahunnya.

"Quenna, kita akan keluar dari sini. Tenang lah nak." Ucapan Maria begitu lembut dapat menenangkan perasaan Quenna yang sudah sangat ketakutan.

Gibran menggendong Quenna ke tempat yang dinilai lebih aman dan belum terdeteksi api itu.

Lelaki paruh baya itu tersenyum sangat luas dan perasaannya juga mulai lega menemukan tempat ini. Ia yakin mereka bisa keluar dengan selamat.

Gibran menurunkan anaknya dari gendongannya dan saling berpelukan dengan kedua perempuan dicintainya itu untuk saling menguatkan.

"Aku bersyukur kepada-Mu Tuhan!" Maria menghela napas lega dan mengecup kepala Quenna beberapa kali.

Mereka bersender di tembok ruangan itu dan menghirup napas sebanyak mungkin. Udara di sini masih aman tidak seperti di luar sana yang penuh dengan asap.

"Wow! Ternyata sedang menikmati waktu sebelum mati, heh?" tanya seseorang yang baru saja datang dan melemparkan senyum miring.

Gibran mendongak menatap orang tersebut. Ia keheranan pasalnya sangat asing dengan pria ini, tapi perawakannya familiar di mata Gibran.

Maria makin memeluk Quenna di dalam dekapannya. Ia melihat senjata api berbahaya di tangan pria itu, sudah barang tentu nyawa mereka terancam.

Napas Maria memburu merasakan takut yang menggerogoti jiwanya. Tangannya bergetar dan matanya sudah tumpah dengan cairan bening.

"Ka-kau!! Siapa kau?" tanya Maria dengan nada terdengar jelas jika suara itu bergetar.

Orang itu melirik Maria dan menyeringai. Ia menatap anak kecil di dalam dekapan Maria, makin senyum kejam itu terulas.

"Kau bertanya? Baiklah aku akan menjawab. Aku akan membunuh kalian!! Hahahaha!"

Gibran yang sudah terbakar emosi langsung maju dan hendak meninju wajah kurang ajar tersebut, tapi ia terkejut kala tahu pergerakan tangannya sudah dibaca. Ia merasakan tangannya dipulas tiada ampun hingga suara retakan tulang terdengar.

"Akhhh!!"

"Lepaskan suamiku sialan!! Siapa kau?!!" Maria berdiri dan menghampiri Gibran yang terbaring tak berdaya di ubin dingin.

"Maria!!" lirih Gibran dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang, kau tidak apa?"

Gibran mengangguk lemah, bohong sudah sangat jelas buktinya jika pria itu kenapa-napa. Tapi ia tetap ingin menunjukkan rasa tegarnya dan tidak terlihat lemah di depan keluarganya.

Maria melayangkan tatapan sengit kepada pria kurang ajar tersebut. Tangannya mengepal dan hendak menyerang pria yang telah melukai suaminya.

Tapi belum sempat ia melakukannya ia sudah ditembak di bagian dada. Quenna yang melihat tragedi penembakan yang keji itu di depan matanya menangis histeris.

Ia merangkak menghampiri tubuh sang ibu yang sudah tidak berdaya. Sementara laki-laki misterius dengan jubah hitamnya itu tertawa gelak.

"Hahah!! Akan ku kirim kalian ke neraka." Orang tersebut membuka topi jubah yang menutupi wajahnya.

Semua orang di sana terkejut tak terkecuali Quenna sendiri. Gibran terbelalak benar-benar tidak percaya dengan yang dilihatnya sekarang, orang yang melakukan hal keji ini rupanya anak sulung mereka, Viktor.

"Vi-viktor?" tanya Gibran tak menyangka anak yang dibesarkannya telah melakukan hal ini kepada orangtuanya.

Gibran yang marah menatap putranya itu lantas melemparkan benda keras ke wajah Viktor hingga membuat luka besar di sana.

Viktor terkejut dan menatap mereka nyalang, emosi semakin membakarnya. Niat membunuhnya semakin kuat.

"KAU!!!" marah Viktor seraya menyentuh wajahnya yang sudah penuh dengan darah. Ia menendang tubuh Gibran yang telah lancang melukai wajahnya tersebut sangat keras hingga orang yang berada di dalam sana terpekik.

"Nak," lirih Maria dengan Isak tangis yang begitu memilukan.

"Kenapa? Terkejut? Bagus, aku memang ingin memberikan kejutan kepada kalian sebelum aku mengirim kalian ke neraka!"

"Inikah balasan mu Viktor? Kau rela membunuh kami, dimana hati mu?"

Mereka semua hanya menatap nanar putra mereka yang sudah sangat berbeda. Viktor sangat membahayakan, bahkan pria itu begitu menakutkan.

Melihat Viktor yang mengacungkan senjata dan siap menembakkan pelatuknya membuat mereka sudah pasrah karena tak memiliki kemampuan melawan lagi.

Dor

Dor

Tembakan tersebut berhasil menewaskan kedua orang itu dan membuat bocah kecil yang duduk diantara jasad kedua orangtuanya menangis kencang, ingatan tragedi ini terekam jelas di benaknya.

Ia melihat semuanya, dan tidak satupun ia lewatkan. Kakaknya di depan ini sangat berbahaya dan begitu menakutkan.

Viktor melangkah pelan menghampiri Quenna yang sudah sangat bergetar. Anak itu menangis nyaring dan berusaha menghindari Viktor.

"Kakak jahat!! Kaka udah bunuh bunda dan ayah!! Hiks, Quenna takut bunda," lirih Quenna dan berusaha berlari dari sang kakak.

Viktor lebih dulu menangkap tubuh kecil Quenna. Ia menatap intens anak itu yang bergetar ketakutan, api mulai menjalar sampai ke tempat mereka.

"Quenna, sekarang kau adalah milikku, selamanya hanya milikku." Viktor tertawa misterius dan menatap Quenna bocah kecil di gendongannya penuh arti.

Lelaki tersebut mengecup bibir Quenna sekilas, sementara Quenna belum mengerti apa-apa, ia hanya menatap sang kakak penuh takut.

Viktor membawa Quenna keluar dari kobaran api tersebut. Tidak lama tiang yang menjadi pondasi bangunan ini terjatuh dan menimpa jasad kedua orangtuanya.

"Auu!!" lirih seorang gadis yang baru saja tertusuk jarum jahit.

Ia meniup tangannya yang telah mengeluarkan darah dan mengusapkan darah itu ke bajunya. Beberapa kali helaan terdengar dari wanita tersebut.

Ia termenung sambil menatap kaca di depannya yang memperlihatkan pemandangan indah di luar yang bahkan tidak pernah disentuhnya.

Ingatan beberapa tahun lalu lebih tepatnya 11 tahun yang lalu ketika ia baru saja berulang tahun ke 7 tapi hadiah yang ia terima benar-benar tidak terlupakan sampai sekarang.

Tragedi yang membuatnya benar-benar tidak bisa lepas dari rasa trauma, bahkan mereka tidak peduli dengannya yang sampai sekarang masih ketakutan.

Pembunuhan brutal itu terus menghantui Quenna hingga sekarang sampai ia beranjak 18 tahun usianya. Gadis mungil yang malang harus terpenjara di rumah besar bak istana tapi sangat menakutkan.

Wajahnya begitu memesona setiap pria yang menatapnya. Wanita dengan paras selembut salju itu dapat menyihir setiap pria.

Oleh sebab itu pula ia dikurung selama bertahun-tahun di sangkar emas ini. Belum pernah sama sekali Quenna menatap indahnya dunia luar, kecantikannya menjadi mala petaka baginya.

"Aku merindukan kalian, aku ingin sekali bertemu dengan kalian, aku sudah lelah. Semuanya benar-benar menyakitkan. Tidak ada gunanya aku hidup jika kisah hidup ku hanya berakhir seperti ini," ucap Quenna yang sangat sedih meratapi dirinya yang tidak berarti ini.

Kekejaman Viktor membuat hidupnya luluh lantak, ia tidak diizinkan bersekolah dan menikmati masa mudanya layaknya remaja seumurannya.

Ia dilarang dan diperingati dengan sebuah ancaman, bahkan pelecahan yang dilakukan Viktor telah membuat hidupnya hancur berkeping-keping.

Tidak ada lagi yang bisa dibanggakan darinya, ia begitu kotor dan pria itu pelakunya malah bersantai di kursi kebesarannya tidak pernah peduli dengan hidup orang lain yang ia sakiti.

Quenna tersenyum masam dan beranjak dari kursinya. Ia hanya melakukan kegiatan menjahit untuk mengusir rasa bosannya, menjahit telah menjadi hobinya

Wanita itu berjalan tak tentu arah, moodnya sudah hilang. Ia ingin tidur merilekskan kepalanya yang berdenyut kencang.

Langkah lemah Quenna harus terhenti kala melihat pria yang menjulang tinggi di depan matanya. Sebagian wajah pria itu ditutupi oleh topeng, ia tidak pernah tahu bagaimana rupa pria ini sekarang.

Rasa gugup menyerbu perasaan Quenna, ia otomatis berjalan mundur menghindari Viktor.

"Kau!! Kau tidak merindukan ku? Aku baru saja pulang dari Swiss dan ini kah sambutan mu setelah aku tidak melihat mu selama dua bulan ini?"

Quenna tidak berniat menjawab. Ia bahkan tidak bahagia jika pria itu balik. Ia berharap selamanya Viktor tak pulang. Kakak kandung yang benar-benar tidak memiliki hati.

Quenna menetralkan perasaannya dan mencari cara kabur dari pria ini. Naas pergerakannya terbaca dan ia langsung ditampar sangat keras.

Quenna menatap Viktor dengan mata berkaca-kaca, tangannya mengepal melihat sifat kurang ajar Viktor. Pipinya sangat perih karena tamparan pria itu.

"Kakak," tangis Quenna yang benar-benar tidak menyangka. Viktor benar-benar berubah, pria itu bukan seperti dirinya yang Quenna kenal, ada iblis di dalam diri Viktor.

"Kau ingin kabur dari ku, manis? Lakukan saja jika kau bisa. Aku bersumpah tidak akan membiarkan mu!" marah Viktor seraya menarik tubuh Quenna dengan kencang menuju ke sebuah ruangan.

"Kakak lepaskan!!! Kau mau apakan aku?" Quenna berusaha menjauhkan cengkraman tangan pria itu dari tangannya.

Tapi sepertinya itu hanya sebuah harapan, buktinya sekarang ia dibawa oleh pria itu ke kamarnya. Quenna menggeleng ketakutan karena tahu apa yang akan dilakukan Viktor.

"Kakak mohon ampuni aku!! Jangan hukum aku Kak!! Aku tahu aku salah. Maafkan aku Kak!!"

Sepertinya ucapan Quenna hanya menjadi angin lalu di telinga Viktor. Lelaki tak berperasaan itu mengeluarkan cambuknya dan memukulkan benda itu ke tubuh rapuh Quenna.

"Ini salah mu Quenna, jika kau bersikap manis dan menyambut ku dengan senyuman, mungkin kau akan aman!"

Ctarrr

"Akhhh!!" teriak Quenna yang tubuhnya dipukul keras dengan cambuk.

Beberapa kali benda kasar itu menghantam tubuhnya hingga menyisakan bekas luka di belakang tubuh Quenna.

Quenna sudah tidak berdaya menerima penyiksaan itu. Ia lunglai dengan napas yang berderu kencang.

Viktor melempar cambuknya dan meraih tubuh lemah Quenna. Ia membuka paksa baju Quenna hingga tersisa pakaian dalamnya.

Viktor meraih salep dan mengoleskan benda itu ke tubuh Quenna. Ia mengobati dengan taletan luka yang dibuatnya sendiri di tubuh indah Quenna.

Ia mengecup punggung Quenna dan berbisik di telinga perempuan tersebut.

"Jadilah anak yang manis agar aku tidak melakukan ini lagi ke diri mu!!"

_________

Tbc

QUENNA

VIKTOR

Part 2

Thriller ada di Ig amandaferina6

__________

Pagi menjelang setelah melewati malam. Viktor keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke dapur sebelum berangkat ke kantor.

Ia menatap Quenna yang sedang sibuk menyiapkan hidangan makanan. Asal kalian tahu Viktor tidak ingin makan jika itu bukan buatan Quenna, maka dari itu Quenna harus memasaknya dan menghidangkannya sendiri.

Ia sudah seperti istri bagi Viktor, apalagi hal yang mereka lewati tidak seperti pasangan suami istri? Hubungan yang sangat terlarang untuk kakak dan adik.

Quenna pun tidur berdua dengan Viktor. Mereka juga telah melakukan hal terlarang beberapa kali atas paksaan Viktor. Ia harus kehilangan mahkotanya saat berusia 15 tahun. Hari-hari yang ia lalui memang sudah mirip dengan seorang pasangan.

Hati Quenna benar-benar sakit dengan kenyataan itu. Ia merasa hidupnya sudah seperti sampah tidak ada gunanya lagi.

Kakaknya memang bejat jadi kalian tidak perlu terkejut. Quenna harus tabah menghadapinya, bahkan ia beberapa kali berniat pergi dari kehidupan kejam ini. Melupakan semua yang telah terjadi, tapi itu tidak bisa dilakukannya, pasti saja ia kembali lagi ke dunia ini setelah dikiranya telah pergi.

Viktor tidak akan membiarkan Quenna pergi begitu saja. Sampai kapan pun wanita itu tidak boleh meninggalkannya.

"Kau yang memasak semua ini?" tanya Viktor untuk memastikan jika masakan yang dihidangkan benar buatan Quenna sendiri.

Quenna mengangguk lemah dan duduk di salah satu kursi yang lebih jauh dari tempat Viktor. Ia menaruh piring yang sudah ia isi dengan beberapa lauk pauk ke depan Viktor.

Pria itu tersenyum dibalik topengnya. Ia menatap puas hasil makanan yang tampak lezat di matanya.

Pria itu menatap Quenna yang sengaja menghadiri dirinya. Ia menatap tajam perempuan itu hingga Quenna pun mengerti arti tatapan tersebut.

Ia menarik napas dan beralih duduk di dekat pria tersebut. Sudah menjadi kebiasaannya menemani pria ini makan.

"Makanlah, aku tidak ingin kau sakit."

"Hm." Quenna memasukkan beberapa makanan lezat ke piringnya.

Ia menatap makanan itu tanpa bernafsu. Ia tidak bisa makan jika dekat dengan pria ini.

"Quenna!!" peringat Viktor kepada wanita ini. Nadanya penuh penekanan yang berarti itu perintah.

Quenna terpaksa memasukkan benda itu ke dalam mulutnya. Ia berusaha makan dengan tenang meski dadanya berkecamuk.

Hanya denting sendok dan piring yang terdengar di kesunyian. Tangan Viktor menjalar ke paha Quenna dan mengusapnya beberapa kali.

Quenna menahan napasnya ketika merasakan usapan di pahanya. Ia menatap Viktor dan menggeleng penuh permohonan.

"Kak jangan!!" mata Quenna telah berkaca-kaca dan ia berusaha menjauhkan tangan besar itu dari pahanya.

Viktor seolah tidak mendengar dan makin menjalar ke area pribadi Quenna. Quenna memejamkan matanya dan mendesah karena sudah tidak sanggup menahan lagi.

Viktor menyeringai dan menjauhkan tangan nya ketika Quenna hendak mencapai klimaksnya.

Quenna menatap pria itu tidak percaya. Napasnya beradu dan benar-benar tidak menyangka. Ia dipermainkan, kini rasanya begitu menyakitkan.

Memohon pun ia sangat malu. Wajahnya bersemu dan Quenna memakai dirinya sendiri yang sudah terbuai dengan permainan pria tersebut, ia harus sadar orang di sampingnya adalah kakaknya dan juga pembunuhan orang tuanya.

"Aku akan pergi. Kau tidak boleh keluar, sekalipun itu hanya sekali kau akan tahu akibatnya! Ah, Melisa akan datang mengajari mu! Kau sebentar lagi akan menerima ijazah mu!"

Quenna diam mendengarkan ucapan pria tersebut. Ia home schooling dan sama sekali tidak pernah melihat cahaya matahari dari luar. Ia terpenjara di tempat ini.

Viktor mencium puncak kepala adiknya lalu bibirnya. Ia pergi dari rumah tersebut.

Sedangkan Quenna menjatuhkan air matanya, ia tidak sanggup jika hanya diam saja saat kakaknya melakukan hal menggelikan padanya.

_________

Dor

Tembakan tersebut sudah menjadi peringatan bagi anak buahnya. Mayat yang penuh dengan darah sama sekali tidak dipedulikan. Senyum miring tercetak di wajah tampannya yang tersembunyi di balik topeng yang sama sekali tak pernah dilepaskannya.

Viktor menatap senjata yang ia gunakan untuk membunuh anak buahnya tadi. Tidak ada rasa takut melainkan kebanggaan.

"Jika kalian berani mengkhianati ku, maka kalian juga akan bernasib sama dengannya!" tunjuk Viktor kepada tubuh yang terbujur dan sangat menggenaskan.

Semua orang yang ada di sana menunduk takut kepada sang atasan. Viktor menatap semua anak buahnya dan ia tertawa gelak melihat hormat mereka.

Senyum puas menghiasi wajahnya. Pria tersebut duduk di kursi kebesarannya sambil menegak wine.

Tawa gelak terus menggelegar dari mulutnya. Tapi, seseorang yang berlari kearahnya dan sangat terburu-buru tersebut menghentikan tawa Viktor.

Viktor diam dan menatap gelas wine di tangannya dengan lekat. Tanpa terduga ia menghempaskan benda tersebut dan menatap anak buahnya.

Tatapan mengerikan milik Viktor membuat orang yang hendak melaporkan sesuatu merasa ciut.

"Katakan!!"

"Keluarga Louis menghentikan pengiriman senjata api dari Jepang! Mereka membom dua buah kapal kita, satu kapal berhasil lolos."

Napas Viktor memburu. Matanya membulat karena amarah. Ia menendang orang yang memberi kabar tersebut.

Tidak ada yang berani menolong orang bernasib malang itu. Mereka takut akan menjadi imbas kemarahan Viktor.

Viktor menyeringai penuh arti. Ia menatap lurus sambil menganggukkan kepala, ia sudah tahu apa yang akan dilakukannya.

Louis ingin mencari masalah dengannya rupanya, pria itu pikir mungkin semudah itu menghentikan dirinya.

"Kalau begitu bunuh semua keluarga Louis dan jangan biarkan salah satu diantara mereka hidup. Dan buang jasad mereka ke sungai Amazon."

Viktor tertawa gelak. Kini ia memiliki permainan baru, dan itu sangat menyenangkan.

Pria tersebut keluar dari ruangan menjadi tempat rapat rahasia mereka. Viktor kali ini melakukan pertemuan di club terbesar di Amerika.

Banyak wanita penggoda yang menghampiri dirinya dan memamerkan tubuhnya kepada Viktor.

Tidak ada sama sekali yang menarik perhatian Viktor, adiknya yang manis itu jauh lebih menarik.

Tubuhnya pun indah hasil dari perbuatannya. Ia tersenyum mengingat Quenna yang di rumah sudah pasti menunggunya.

Viktor tidak sabar ingin pulang dan memeluk tubuh wanita itu di dalam dekapannya.

Bau rokok dan alkohol serta para ****** yang terus menawarkan tubuh murahan mereka membuat Viktor muak. Ia keluar dari Club itu dengan napas lega.

Meski mereka membuat Viktor kesal tidak mungkin ia membunuh perempuan murahan tersebut di situ. Yang ada aksinya akan dipergoki.

"Tuan!!"

Pemilik Club itu menghampiri Viktor. Viktor menutup kembali pintu mobilnya dan menemui Gabriel.

"Ada apa?"

"Maafkan pekerja ku, aku akan melakukan apa pun asalkan kau mau memaafkan mereka." Gabriel menatap penuh harap Viktor.

Viktor adalah salah satu pelanggan paling istimewa. Siapa yang tidak mengenal Viktor di dalam dunia hitam?

Pria yang buas dan tanpa ampun kepada mangsanya. Ia memburu mereka dengan kejam dan membunuhnya dengan tidak manusiawi.

"Kau tahu kesalahan mu rupanya. Lain kali aku tidak akan membiarkan mu hidup!" Nada Viktor sangat dingin membuat nyali orang tersebut menciut.

Ia mengangguk dan merasa lega ketika Viktor telah pergi tanpa melakukan sesuatu padanya. Ia masuk ke dalam Club dan siap memberikan pelajaran kepada para ****** yang telah berani menggoda Viktor.

_______

Tbc

Part 3

Thriller ada di Ig amandaferina6

_________

Viktor mengembangkan senyumnya melihat Quenna yang sibuk dengan jahitannya. Hasil dari tenunan Quenna begitu sempurna di mata Viktor.

Dulu saat adiknya masih berusia 3 tahun ia sangat suka melihat orang menjahit di sosial media. Maka dari itu ia memberikan mesin jahit untuk menghilangkan perasaan jenuh wanita itu.

Setidaknya ia bisa memberikan kesenangan untuk adiknya yang manis tersebut. Quenna mulai menjahit saat ia berusia 9 tahun, sudah banyak kain yang dijadikan bahan percobaan Quenna, dan hasilnya juga sangat bagus.

Viktor menghampiri adiknya yang masih sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menyadari jika ia ada di sana.

Viktor mengusap peluh di kening sang adik lalu merapikan tatanan rambut Quenna yang berantakan.

Quenna menghentikan aktivitasnya. Perempuan itu tersenyum kecut dan tidak berniat untuk melakukan tindakan, diam mungkin itu lebih baik.

"Kau lelah?"

"Tidak," balas ketus Quenna tapi tak membuat Viktor marah.

Ia memeluk tubuh kecil wanita tersebut dan menaruh dagunya di pundak sang wanita.

"Kau sudah besar Quenna, kau juga sangat cantik," puji Viktor sangat tulus. Ia mengecup pipi sang adik cukup lama.

Quenna menahan napasnya. Air matanya sangat ingin jatuh tapi perempuan tersebut berusaha mati-matian menahannya. Ia tidak sudi diperlakukan biadab seperti ini.

Quenna merasa jijik ketika Viktor mencium pipinya. Apa pun yang berhubungan dengan Viktor ia membencinya, bahkan Quenna membenci dirinya sendiri.

Quenna menatap sang kakak yang berada di depannya. Ia tidak mengerti kenapa Viktor mengenakan topeng. Ia tak paham, bahkan ketika ia menyinggung topeng tersebut dirinya selalu saja dibungkam dengan hukuman.

Sungguh keji memang padahal dia hanya ingin tahu dan sangat penasaran. Quenna menarik napas dan hendak beranjak, tapi tangannya ditahan.

"Aku tidak suka kau menunjukkan sikap seperti itu kepadaku," ujar Viktor yang sudah teruslut emosi.

Quenna sadar dengan perbuatannya. Ia takut Viktor akan melampiaskan kemarahannya dan menghukumnya tanpa ampun.

"Maafkan aku Kak," lirih Quenna begitu memilukan.

Tapi sayang Viktor sudah terlanjur marah. Ia menarik tangan Quenna sementara perempuan yang diseretnya itu terus memohon bahkan bersimpuh di kakinya.

Viktor membuang muka melihat Quenna memeluk kakinya, Quenna bak orang lemah yang memohon ampun, tapi itulah kenyataannya.

"Ya," balas singkat Viktor yang berarti telah memaafkan perbuatan adiknya. "Katakanlah!" Viktor tahu betul jika ada sesuatu yang ingin Quenna katakan.

Quenna terdiam di tempatnya. Mulutnya berat untuk mengatakan keinginan yang sudah lama ia pendam.

Baru saja ia mendapatkan ampun dari Viktor dan sekarang ia hendak membuat pria itu marah kembali.

"Aku tidak ingin mengatakan apa pun."

"Kau berbohong Quenna, katakanlah!" Quenna sama sekali tidak berani mengutarakan keinginannya. Ia hanya diam dan menggeleng. "Kau ingin berkuliah?"

Quenna terkejut dan menatap Viktor yang berwajah dingin itu. Tidak ada sama sekali ekspresi yang ditunjukkan oleh pria itu, Quenna merasakan nyalinya menciut.

Wanita tersebut menarik napas dalam siap menerima amukan Viktor. Viktor mengeraskan wajahnya. Ia menarik paksa Quenna menuju kamarnya.

Hatinya meledak saat dugaannya benar adanya. Sampai kapan pun ia tidak akan pernah mengizinkan Quenna keluar dari rumah ini.

Viktor melempar tubuh Quenna ke atas ranjang dengan kasar membuat Quenna merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

Quenna menangis tak berdaya apalagi melihat kilatan api amarah di mata Viktor, jelas keinginannya takkan dipenuhi oleh Viktor.

Viktor membuka seluruh pakaiannya, hal itu membuat Quenna menangis kencang.

"Hentikan perbuatan tidak pantas ini Kak, aku adik mu, adik kandung mu!!"

"Kenapa aku harus mengehentikan? Aku bahkan bisa lebih dari ini, membuat mu mengandung anak ku, misalnya?"

Quenna menatap Viktor tak percaya. Refleks ia menampar wajah Viktor. Baru kali ini seumur hidupnya menampar Viktor. Quenna tidak percaya dengan apa yang dilakukannya.

Apalagi Viktor yang benar-benar tidak menyangka jika adiknya yang manis menampar wajahnya. Viktor mendorong kasar tubuh Quenna dan melakukan hal bejat itu kepada adiknya.

"Kak," lirih Quenna sebelum akhirnya pingsan dan tak sadarkan diri. Tetapi bajingan itu terus melakukan hal tersebut seperti orang kesetanan.

_________

Quenna membuka matanya saat fajar menyambut. Badannya terasa letih karena perbuatan kurang ajar Viktor.

Tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain rela dan ikhlas menjadi budak kakaknya.

Quenna memejamkan matanya membiarkan air bening itu luruh membasahi permukaan wajahnya.

Hatinya sudah sangat sakit dan Quenna bak sudah mati rasa. Ia menatap ke samping dan Viktor kakaknya yang dulu sangat ia sayangi dan banggakan itu menjadi pria bejat yang tak pernah disangka.

Quenna begitu memperhatikan tiap detail dari diri Viktor. Semua sempurna, hanya saja ia tidak bisa melihat wajah kakaknya.

Diam-diam Quenna berusaha membuka topeng Viktor. Ia sangat penasaran bagaimana rupa pria itu. Selain itu Quenna juga khawatir jika wajah Viktor meninggalkan bekas karena topeng tersebut.

Viktor tiba-tiba tersadar dan ia terbelalak melihat Quenna. Dengan kasar ia menyentak tangan wanita itu dan mendorong tubuh Quenna.

"Quenna!!" geram Viktor yang sudah marah karena perbuatan adiknya itu.

Quenna menatap Viktor dengan takut. Ia kira Viktor tidak akan terbangun, ternyata dugaannya salah.

Pria itu menjelma menjadi orang yang biasa menyiksanya. Tangan Quenna ditarik dan wajahnya ditampar dengan keras.

Quenna hanya mampu menangis, ini memang salahnya. Ia sudah melanggar batas dan tidak mematuhi peringatan sang kakak.

"Kak, kenapa kau marah setiap aku ingin melihat wajah mu?"

Viktor melirik sinis Quenna dan mendengus panjang. Ia tidak menjawab pertanyaan wanita itu dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Quenna tersenyum kecut di tempatnya. Ia menatap punggung sang kakak. Quenna tersadar bahwa ia sudah kehilangan sosok kakak sudah sangat lama, yang ada hanyalah orang asing yang masuk ke dalam kehidupannya.

Quenna menatap dirinya yang tidak mengenakan sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Ia merasa hina, tapi perasaan itu tidak berguna.

Quenna meraih selimut dan melilitkan ke tubuhnya. Ia berjalan teratih-atih dan menunggu Viktor keluar dari kamar mandi.

Tapi ia baru ingat harus menyiapkan baju lelaki itu sebelum Viktor berangkat kerja.

Usai melakukan tugasnya dan Viktor pun sudah keluar dan melewati Quenna begitu saja. Quenna merasa tidak nyaman dengan sifat Viktor yang sengaja ingin mendiamkannya.

Ia menatap Viktor yang tengah mengenakan pakaian tersebut sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.

Quenna menarik napas sebanyak mungkin dan mulai membersihkan tubuhnya. Ia menatap ke kaca dimana dirinya penuh dengan kiss mark, Quenna hanya mampu mendesah panjang.

Ia menggosok warna merah sisa semalam itu dengan kuat, tapi malah sama sekali tidak hilang.

Quenna menangis dan terduduk di sudut ruangan. Ia menyimpan kepalanya di sela kakinya, meratapi rasa sakit yang sudah terlanjur.

_____

Tbc

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!