NovelToon NovelToon

Crazy Rich

Bagian 1

Crazy Rich Bagian 1

Oleh Sept

"Turuti saja apa kata kakek, hanya satu tahun. Tidak lebih, Mama yakin kamu bisa." Nyonya Geni menyerahkan surat perjanjian pra nikah pada putranya, putra satu-satunya yang akan jadi pewaris tunggal Global Tourshine Groups, sebuah perusahaan raksasa di bidang travel. Merupakan perusahaan terbesar top ten di Asia.

Sementara itu, setelah melihat surat perjanjian pra nikah, sepasang mata itu pun perlahan menyipit. Tangannya sedikit meremass ujung kertas. Ingin rasanya ia melempar kertas perjanjian yang seperti sebuah omong kosong tersebut. Sangat konyol, permintaan sang kakek seperti sebuah mainan. Ya, kakek membuat hidupnya seperti selayaknya sebuah permainan.

"Maaf! Gadhi tidak mungkin mengikuti permainan bodohh ini!" tolak Gadhiata Ratama Prakas. Ia kemudian menyodorkan lagi berkas yang semula ada di tangannya.

Pria berdarah campuran itu kini berusia 28 tahun, dan dia menolak keras perjanjian pernikahan dengan seorang gadis yang sama sekali tidak ia kenal. Sebuah perjodohan yang sangat tidak masuk akal bagi pria dewasa seperti Gadhi. Bila ia mau menikah, ia bisa pilih wanita mana saja yang ia suka bukan malah seperti ini.

Melihat penolakan keras dari sang anak, Geni menghela napas panjang, wanita 49 tahun itu tampak menahan napas. Kalau sampai Gadhi menolak perjodohan ini, bisa dipastikan harta warisan keluarga Prakash dan segala aset sampai dengan kepemilikan perusahaan Global Tourshine Groups, pasti akan jatuh ke tangan sang adik ipar.

"Ini demi kamu, Gadhi!" ujar Geni kemudian. Ada ambisi dalam sorot mata wanita paruh baya tersebut.

Gadhi mencebik. Pria itu lalu bangkit, ia berjalan mendekati sebuah meja. Kemudian membuka salah satu laci paling atas. Gadhi mengambil sesuatu dari dalam sana, lalu menyalakan korek.

"Ini demi kepentingan Mama sendiri, iya kan?" tuduh Gadhi sambil meyesap benda pipih yang ia apit dengan kedua jarinya.

"GADHIATA!" pekik Geni marah.

Pria itu kemudian tersenyum getir.

"Setelah papa mati, Mama terlalu terobsesi dengan uang kakek. Jangan pikir Gadhi tidak tahu," sindir Gadhi dengan tajam pada ibu kandungnya sendiri.

Nyonya Geni perlahan terkekeh. Hal itu semakin membuat Gadhi jengkel. Namun, dalam tawanya terkandung sebuah kemarahan yang mendalam.

"Mama tahu, kamu putra Mama. Putra Mama yang jenius. Mari mainkan permainan ini. Mama akan dukung dan bantu kamu mendapat Global Tourshine Groups 100 persen."

"Mama tidak malu menjual putra Mama sendiri?" tanya Gadhi dengan tatapan tidak percaya.

"Malu? Itu semua memang punya Kita! Kenapa Mama harus malu? Ini semula memang sudah milikmu. Pria tua itu (Kakek) Dia mau main-main dengan memberi syarat yang konyol ini. Tapi tidak apa-apa. Gadis itu biar Mama yang tangani. Ini hanya pernikahan di atas kertas. Lakukan, setidaknya ... balas dendam Mama atas kematian papamu!"

"Maaaa! Papa meninggal karena kecelakaan!" ujar Gadhi yang mulai emosi.

"Buka mata kamu GADHIATA! Papamu tidak mati dalam kecelakaan! BUKAN! Ketika papamu mati, siapa yang akan di untungkan?"

Gadhi hanya bisa memejamkan mata, melihat sang mama yang belum bisa merelakan sang papa, membuat Gadhi lelah. Lelah harus mengatakan pada mamanya itu, bahwa hasil pemeriksaan dan penyidikan polisi, itu benar-benar murni kecelakaan. Ya, mobil Tuan Prakash terjun ke jurang karena mengalami tabrakan maut.

Tapi Nyonya Geni masih menganggap bahwa ini semua adalah sabotase orang dalam sendiri. Perebutan kekuasaan di keluarga besar suaminya, membuat nyawa tuan Prakash selalu terancam hingga ditemukan tewas karena sebuah kecelakaan. Terbukti sekarang, yang menjadi president director saat ini adalah Akas. Paman Gadhi, yang merupakan adik kandung dari mendiang tuan Prakash.

Sedangkan Gadhi, sekarang ia malah terjebak dalam permainan kakek dan Nyonya Geni. Ia harus menikahi gadis pilihan sang kakek hanya demi warisan dan menebus dendam sang mama yang belum tentu kebenarannya. Jelas saja ia menolak keras. Karena Gadhi juga yakin, kalau papanya memang mati karena kecelakaan.

***

Usai bersitegang dengan Nyonya Geni, Gadhi memilih mencari udara segar. Ia berjalan keluar dari kamarnya. Jika keduanya bicara, selalu tidak ada titik temu. Mereka bagai air dan api. Ibu dan anak itu selalu berbeda pandangan.

Tidak mau jadi stress, Ghadi pun pergi keluar. Ia berjalan di taman rumah yang megah dan luas tersebut. Di tengah gelap yang hanya berhias lampu taman di atas rerumputan, sesekali kakinya menendang rumput hijau yang tidak bersalah.

"Di sini kau rupanya?" sebuah suara berat dan serak menyapa Gadhi. Suara itu lantas membuat Gadhi menoleh.

"Kakek ...!"

Pria dengan keriput di wajahnya itu lalu melempar senyum ke arah Gadhi. Sebuah senyum dipenuhi kerutan pada bagian pipi dan mata karena menyipit.

"Ayo masuk, Kakek punya seseorang yang ingin kakek kenalkan padamu."

Mata Gadhi reflect melirik seorang gadis culun yang berdiri di belakang kakek.

'Apa kakek sedang bercanda? Gadis ini lebih mengerikan dari pada Chucky!' batin Gadhi. Ia mengira, gadis di belakang sang kakek adalah calon istri yang akan ia nikahi.

BERSAMBUNG

Baca juga novel Sept yang lain :

Rahim bayaran

Kekasih Bayaran

Dinikahi Milyader

suami Satu Malam

Dipaksa Menikah

Wanita Pilihan CEO

Dea I love you

Kanina Yang Ternoda

cinta yang terbelah

menikahi pria dewasa

Pernikahan Tanpa rasa

The Lost Mafia Boy

Mu Boss my Husband

suamiku Pria Tulen

dokter Asha and KOMPOL Bimasena

selengkapnya kalian bisa klik profile Sept

Terima kasih

Bagian 2

Crazy Rich Bagian 2

Oleh Sept

Gadis Culun

Mereka bertiga langsung masuk ke dalam rumah, kakek masuk terlebih dahulu bersama gadis yang ia bawa. Sedangkan Gadhi, pria itu mengikuti dari belakang. Sepanjang jalan dari taman sampai depan pintu rumah, ia terus saja memindai seluruh penampilan gadis yang kakek bawa.

'Apa tidak ada gadis lain? Astaga!'

'Mungkin rabun kakek semakin parah!'

'Lihat saja komentar mama, lihat ... apa dia bisa menangani gadis ini.. cih?'

'Mama pasti shock berat!'

Gadhi terus saja bicara dalam hati, ia baru berhenti saat Nyonya Geni, sang mama keluar dengan wajah sumringah menyambut kedatangan mereka semua.

'Mama bisa tersenyum sekarang, Kita lihat sesaat lagi!' gumam Gadhi dalam hati.

"Pa ... kenapa tidak bilang mau datang?" sapa Geni basa-basi. Ia kemudian mempersilahkan ayah mertuanya itu untuk duduk. Dan detik berikutnya, mata Geni langsung tertuju pada gadis yang mengekorinya sang mertua.

'Kenapa papa membawa pembantu ke sini, biasanya juga tidak pernah bawa pembantu. Adapaun asisten papa pasti berpenampilan rapi dan menarik, tapi siapa dia?' batin Nyonya Geni dengan tatapan merendahkan.

"Duduklah!" titah kakek Mahindra Prakash pada sang gadis. Tangan kakek Mahindra menepuk sofa di sebelahnya. Ia mempersilahkan gadis yang datang bersamanya untuk segera duduk.

'Loh ... ngapain pembantu disuruh duduk di samping papa? Siapa sebenarnya anak ini?' gerutu Nyonya Geni dalam hati. Ia semakin curiga, sepertinya bukan pembantu sembarangan. Ia mulai mengendus sesuatu yang tidak beres.

"Maaf Pa ... siapa dia?" tanya Nyonya Geni.

Dari pada penasaran setengah mati, Nyonya Geni pun bertanya langsung. Ia penasaran dengan mahluk apa yang mengekori sang mertua dari tadi.

Kakek Mahindra lantas tersenyum pada Nyonya Geni, "Kenalkan ini Hanum, dia gadis itu."

Kakek pun akhirnya mengenalkan gadis yang ia bawa. Dia adalah gadis yang akan dijodohkan dengan Gadhiata Ratama Prakas, pewaris global Tourshine Groups.

'Apa?' dalam hati Nyonya Geni menjerit. Ia tidak mengira, mertuanya itu akan menjodohkan Gadhi, anaknya yang hebat itu dengan gadis seperti ini. Astaga, apa kakek amnesia? Gadhiata Ratama Prakas itu pria hebat, laki-laki pilihan. Lalu mengapa harus bersanding dengan gadis seperti ini? Bahkan pembantu di rumahnya pun lebih modis dari pada Hanum.

"Papa nggak salah?" Mata Nyonya Geni menatap penuh selidik pada sosok gadis sederhana yang ia kira pembantu sejak tadi. Jujur ia sama sekali tidak suka. Kalau papa kesulitan cari jodoh buat putranya, Nyonya Geni bahkan bisa mencari jauh yang lebih di atas Hanum.

"Hanum ... sapa calon mertua dan calon suamimu!" titah kakek Mahindra tanpa peduli dengan pertanyaan Nyonya Geni.

Sementara itu, Gadhi hanya memasang muka dingin. Kemudian mengangguk pelan pada Kakek.

'Seperti mau mama, kan? Ayo kita mulai,' ucap Gadhi dalam hati.

"Salam kenal Tante, nama saya Hanum ... Salam kenal Tuan Gadhi, nama saya Hanum." Hanum terlihat tidak nyaman saat memperkenalkan diri. Ia menundukkan wajah, seolah menyembunyikan wajah.

"Jangan panggil Tuan, Hanum. Jika kelak menikah status kalian sama!" cetus kakek Mahindra dengan tegas.

Nyonya Geni pun tambah kebakaran jenggot. Ketika mendengar kata-kata ayah mertua yang mengatakan bahwa status mereka akan sama nantinya.

"Dan Gadhi ... Kakek mau bicara hal penting padamu."

Gadi pun mendekat, pria itu lalu duduk di sebelah sang kakek.

"Kakek mau kalian segera menikah."

Gadhi mendongak, kemudian bertanya. "Kalau boleh tahu, kenapa harus dengannya? Kenapa Kakek tidak membebaskan kepada siapa Gadhi akan menikah?"

"Ehem!" kakek berdehem.

"Lakukan saja perintah Kakek," ujar kakek tegas.

Hanya itu penjelasan kakek. Tidak ada keterangan apapun lagi. Dan cukup membuat Gadhi terdiam. Jika ia melawan, sudah pasti namanya mungkin akan di keluarkan dari hak waris.

"Bisa beri kami waktu? Sebab kami sama sekali belum mengenal."

Kakek kemudian menatap Hanum, lalu melihat ke arah Gadhi.

"Tepat perayaan perusahaan ke 50 tahun nanti, kakek harap kalian sudah resmi menikah."

"Apa?" Mata Gadhi menajam, ulang tahun perusahaan adalah bulan depan. Jelas Gadhi jadi panik.

"Maaf Kakek, tapi ini terlalu mendadak." Pria itu mencoba menolak.

"Kakek sama sekali tidak mau mendengar apapun."

Nyonya Geni langsung mendekat sebelum suasana semakin panas. Ia tidak mau Gadhi mengacaukan semuanya, bisa-bisa putranya itu benar-benar hidup tanpa warisan.

"Baik, Pa ... semua akan Geni urus. Papa tidak usah khawatir!" sela Nyonya Geni dengan wajah yang dihiasi senyuman. Tapi jauh dalam lubuk hatinya, ia merutuki apapun tentang keluarga almarhum suaminya itu.

Sedangkan Gadhi, ia menatap heran pada mamanya. Bisa-bisanya sang mama malah maju ke depan dan akan melancarkan perjodohan ini.

'Cih ... Mama gak salah mau menantu model begini?' batin Gadhi. Ia menatap risih pada gadis yang dibawa oleh kakek.

"Bagus!" komentar kakek Mahindra singkat.

Sementara itu, Hanum tampak tersiska. Berada di dalam sana, sepenuhnya bukan kemauan gadis tersebut. Semua sudah diatur oleh Kakek Mahindra, dan Hanum tidak bisa melakukan apapun.

***

Setelah Nyonya Geni menjamu tamu dadakan tersebut, Nyonya pun bersikap sangat manis di depan kakek Mahindra. Pokoknya ia harus terlihat baik demi warisan. Beberapa saat kemudian, kakek dan Hanum pun pergi. Di sana Ghani mulai protes.

"Mama serius dengan kata-kata Mama tadi? Yang benar saja! Dia bahkan tidak lebih bagus dari pelayan di rumah ini!" ujar Gadhi kasar.

"Satu tahun, hanya tahan satu tahun. Nanti Mama akan urus gadis udik itu!"

Tanpa mereka sadari, Hanum berdiri di depan pintu. Ada benda kakek Mahindra yang tertinggal dan kakek meminta Hanum mengambil barang itu untuknya. Tapi apa yang Hanum dengar di balik pintu, membuat tangannya perlahan mengepal. BERSAMBUNG

Bagian 3

Crazy Rich Bagian 3

Oleh Sept

"Jangankan satu tahun! Satu hari saja Gadhi tidak akan betah tinggal satu atap dengan wanita seperti itu!" Gadhi berkacak pinggang, ia berjalan meninggalkan Nyonya Geni. Pria itu melangkah menuju kamarnya.

"Gadhi! Tunggu ... stop! Dengerin Mama. Kamu pokoknya harus menikahi gadis itu. Tidak peduli dia sangat di bawah standard penilaianmu. Pokoknya kamu harus turutin apa kata Mama dan kakek!"

Nyonya Geni mengejar putranya sampai masuk ke dalam kamar. Malam ini, ia harus membujuk Gadhi. Jika tidak, maka semua harta warisan keluarga Mahindra Prakash akan jatuh ke tangan Akas.

Hal itu tidak boleh, karena pewaris satu-satunya adalah Gadhiata Ratama Prakas, anak pertama Nyonya Geni dengan almarhum tuan Prakash.

Sementara itu, karena suasana di sana kini terlihat lengah. Tanpa permisi terlebih dahulu karena merasa sakit hati, Hanum lantas masuk dan mengambil barang kakek Mahindra yang ketinggalan di atas meja.

Setelah mendapat apa yang ia cari, Hanum kemudian bergegas keluar dengan hati-hati, agar tidak ada yang menyadari kehadirannya. Dan begitu tiba di mobil, kakek Mahindra malah sudah tertidur.

"Apa kakek baru saja tidur?" tanya Hanum pada sopir yang menoleh ke belakang.

"Iya, Nona. Tuan besar baru saja tertidur."

Hanum kemudian meperhatikan wajah keriput kakek. Terlihat tua dan sangat lelah. Seharusnya kakek menikmati masa tua dengan santai, bukan malah melakukan hal-hal seperti ini.

"Baiklah, Pak. Kita langsung antar kakek pulang."

"Siap Nona."

***

Setelah menyusuri puluhan kilo meter aspal hitam, akhirnya mereka masuk ke sebuah kawasan elite dengan banyak penjagaan. Jarak antara gerbang utama dan gerbang inti cukup jauh, membuat Hanum berkali-kali menguap malam itu.

"Kenapa mereka tidak membangun lapangan golf saja di sini?" gumam Hanum ketika mobil yang mereka tumpangi tidak kunjung berhenti.

Baru juga akan mengatakan pada sang sopir untuk lebih cepat, tapi ternyata mereka malah sudah sampai.

Saat mesin mobil dimarikan, tiga pelayan membuka pintu dan langsung mempersilahkan kakek turun. Kakek baru bangun sesaat yang lalu. Pria itu kemudian langsung masuk rumah karena lelah.

Ia hampir lupa, bahwa tadi satu mobil dengan Hanum. Sambil berhenti melangkah, Kakek Mahindra menoleh ke belakang.

"Hanum, minta antar sopir pulang ke rumah ... Kakek mau istirahat malam ini. Besok pagi datang ke sini jam 8. Kakek mau membahas sesuatu besok."

Hanum menundukkan wajah, gadis itu kemudian mengangguk hormat.

"Baik, Kek!"

"Bagus! Sekarang pulanglah!"

"Terima kasih," ucap Hanum kemudian menutup pintu mobil.

***

Beberapa jam kemudian, mobil pribadi milik kakek Mahindra berhenti di sebuah kawasan perumahan sederhana.

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama, Nona."

Setelah mengucap terima kasih pada pak sopir yang sudah mengantar jauh-jauh sampai depan rumahnya. Hanum kemudian masuk ke dalam rumah. Ia sudah membawa kunci cadangan sebelumnya.

"Baru pulang? Kelayapan terus!" sindir kakak tiri Hanum.

"Mana dompetmu! Bagi uang sini!" Tommy langsung merebut tas slempang yang masih dipakai oleh Hanum.

"Mas! Jangan! Ini uang buat berobat ibu!"

"Alaaaah! Mau makan obat satu apotik pun dia gak akan pernah sembuh!" ujar Tommy kasar.

"Mas Tommy!"

"Kenapa? Jangan pelit-pelit kamu. Rumah numpang saja belagu. Sini mana uangnya!"

Hanum mencoba melindungi tasnya. Hal itu membuat Tommy semakin marah. Perjaka karatan itu pun langsung merebut paksa dan menepis tubuh Hanum sampai gadis itu tersungkur di bawah sofa.

"Lain kali tidak usah melawan!"

Bukkk

Tommy melempar tas yang kini isinya sudah ia ambil semua. Ia kemudian mengipas-ngipas uang hasil rampasan di depan wajah Hanum sambil berjongkok.

"Kerja yang rajin! Ingat! Kamu hanya menumpang di rumah ini. Dasar sampah!"

BUGH ...

Hanum meringis menahan sakit ketika punggungnya menyentuh pingiran meja. Kakak tirinya itu mendorong cukup keras. Membuat Hanum kesakitan.

Setelah mendapat uang, Tommy langsung pergi. Ia menyalakan motor dengan suara klakson yang sangat berisik. Hanum mencengkram ujung bajunya. Ada kemarahan di matanya yang sudah berkaca-kaca.

***

Esok harinya

Hanum sudah berpakaian rapi, ia kemudian pergi ke panti. Di sana ia menyuapi ibunya, kemudian berencana akan ke rumah kakek Mahindra.

"Ibu ... cepet sehat ya. Biar Kita bisa kumpul lagi."

Hanum memeluk tubuh ibunya yang lumpuh. Karena di rumah tidak ada yang merawat, hanya ayah yang hobi mabuk-mabukan, dan Tommy yang tidak jauh beda. Akhirnya Hanum menitipkan sang ibu di sebuah panti.

Jika pagi ia akan bekerja sampai sore, hidupnya hanya untuk kerja dan kerja. Hingga suatu hari, seorang pria tua menghampiri Hanum.

Tiba-tiba saja kakek Mahindra menawarkan sesuatu. Merasa ini adalah kesempatan emas, maka Hanum pun mencobanya. Lelah hidup tertindas di bawah, Hanum juga ingin menjadi kaya dan terhormat seperti orang-orang yang selalu menindasnya.

Kediaman kakek Mahindra

"Kamu datang juga, terlambat 15 menit!" ujar kakek dengan wajah dingin.

"Maaf, Kek."

"Jangan pernah mengatakan maaf, sebab aku benci kata maaf."

Hanum seketika menundukkan wajah.

"Ikut denganku!" titah kakek kemudian.

Seperti seekor kucing yang penurut, Hanum berjalan mengekorinya Kakek Mahindra. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam tuang kerja kakek yang luas dan sangat rapi sekali.

Ribuan buku tersusun rapi di dalam lemari yang mengitari ruangan itu. Terlihat sekilas mirip perpustakaan. Sepertinya kakek Mahindra memiliki hobby mengoleksi banyak jenis buku.

"Duduklah!" titah kakek saat dia juga sudah duduk. Pria tua itu kemudian mengeluarkan map biru, dan menyodorkan beberapa berkas pada Hanum.

"Baca, kemudian tandatangi."

"Apa ini, Kek?"

"Baca saja!"

Mata Hanum terbelalak membaca surat kontrak dari kakek Mahindra.

"Apa ini?"

"Aku sudah menyelidiki latar belakangmu. Dan sepertinya kau sangat cocok mendidik cucuku."

"Maksud Kakek?"

"Terima tawaran ini, ibumu akan mendapat pengobatan terbaik di luar negri. Tapi ... jika kau berani melangar perjanjian sedikit saja. Kau pasti paham apa akibatnya!"

Hanum menelan ludah. Ucapan kakek bagai ancaman mematikan.

"Tapi, Kek ..." gadis itu mencoba meminta waktu lebih lama lagi. Ia butuh waktu untuk berpikir. Sebab ini adalah keputusan penting dalam hidupnya. Pernikahan itu bukan mainan, tapi mengapa ia kini justru terjebak dalam permainan keluarga kaya raya itu.

"Tidak ada kesempatan dua kali. Tanda tangan sekarang, atau semua kesepakatan akan batal."

Hanum gelisah, dahinya dipenuhi keringat dingin. Bagaimana bisa ia harus tanda tangan saat itu juga. Itu sama artinya ia menerima menjadi budakk keluarga itu sampai waktu yang tidak terbatas.

"Pikirkan ibumu!" ucap kakek Mahindra memancing emosi Hanum.

Tanpa pikir panjang, akhirnya Hanum pun menandatangani berkas yang ada di tangannya. Sebuah perjanjian dengan syarat yang cukup memberatkan pihak Hanum. BERSAMBUNG

IG Sept_September2020

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!