"Nuna Kamelia" seru seseorang.
"Saya hadir" jawab nuna sambil mengacungkan tangannya.
Nuna Kamelia, mahasiswa baru jurusan manajemen akuntasi, gadis cantik berhidung mancung dan berkulit putih ini sedang mengikuti ospek di kampus barunya.
Dan ini merupakan hari terakhir ospeknya, 3 hari menjalani ospek, nuna sudah mendapatkan teman baru yaitu Lena dan Pita.
"huh... akhirnya bakal berakhir juga siksaan neraka ini" seru Lena.
"hahaa... kamu bisa aja Len..." jawabku menanggapi ucapan Lena.
"abisnya semua kegiatannya menyiksa lahir dan bathinku" sungut Lena.
"ah kamu aja yang lebay dan ga menikmati" sergah Pita yang sedari tadi sibuk mengunyah permen karetnya.
"ah kamu mah bukan menikmati kegiatannya, tapi sibuk milihin cowok ganteng" timpal Lena.
Hahaha kami tertawa bersama menikmati hari terakhir ospek yang menurutku memang sedikit berat dan sedikit nyeleneh, hehe..
Sepulang dari kampus seperti biasa, aku dan kedua sahabat baruku nongkrong di cafe dekat kampus, selain harganya yang pas di kantong, tempatnya pun nyaman serta ada wifi gratis.
🍡🍡🍡🍡🍡🍡
"Pak hari ini jadwal untuk meninjau pembangunan perumahan yang ada di dekat kampus MK" kata Sendi, sekretasisku.
"apa harus saya turun langsung?" jawabku.
"saya rasa bapak harus meninjaunya sendiri, untuk melihat langsung proses pembangunan dan yang lainnya" kata Sendi lagi sambil membungkukkan badan dan akan bergegas keluar dari ruanganku.
Dimas Adiwijaya, ya itulah namaku, aku seorang pengusaha properti terkenal di kotaku, usiaku sudah menginjak 28 tahun tapi aku masih betah melajang bahkan karena kesibukanku, aku tak sempat berpikir untuk memiliki seorang kekasih padahal diluar sana banyak gadis cantik yang mengantri untuk menjadi kekasihku.
"oke kalo begitu, siapkan mobil, saya akan meluncur ke lokasi setengah jam lagi" kataku sebelum Sendi berlalu dari tempatnya.
"siap...akan segera saya siapkan" jawab Sendi seraya keluar dari ruanganku.
Sepeninggal Sendi, aku kembali berkutat dengan laptopku.
🍬🍬🍬🍬🍬🍬
"nun, sebelum balik nongkrong dulu yuk" ajak Lena.
"dicafe biasa?" jawabku balik bertanya.
"iyalaah.. dimana lagi yang murah dan nyaman, wifi gratis lagi" jawab Lena.
"hayukkkk, kamu Pit ikut ga?" tanyaku menoleh pada Pita yang sibuk dengan ponselnya.
"iya donk ikut, aku butuh wifi gretongannya hahahha" jawab Pita dengan semangat.
Cukup dengan berjalan kaki, kami bertiga sudah sampai di cafe tujuan.
Brugh.....
"auw...." seruku tak sengaja menabrak seseorang ketika hendak masuk ke cafe.
"maaf...." kata orang yang ku tabrak.
"oh... harusnya aku yang minta maaf, maaf tak sengaja menabrak anda" kataku sambil menunduk karena malu dengan kecerobohanku.
Orang tersebut tak menjawabku malah langsung pergi begitu saja, sepertinya dia terburu buru, aku masih mengamatinya dari balik tirai cafe,
"wah... sepertinya orang penting yang sibuk, wajahnya...cakep" gumamku sambil senyum senyum menatap ke arah luar cafe.
"woiii... malah begong, ayo duduk" ajak Pita.
"iya... iya..." jawabku.
Kamipun menghabiskan waktu di cafe dengan kesibukan masing masing, aku memanfaatkan wifi gratis untuk mendownload drakor yang sedang aku tonton, sebagai anak kost aku harus benar benar jeli dalam penggunaan uang termasuk hobiku menonton drakor yang butuh banyak kuota, harus di akali dengan wifi gratis.
Karena hari sudah sore, kamipun pulang ke kost, kebetulan Pita dan Lena juga satu kost denganku tapi kami beda kamar, aku lebih memilih kamar sendiri sedang Lena dan Pita berbagi kamar.
Aku yang agak introvert, lebih nyaman tinggal di kamar seorang diri, lebih bebas dan menjaga privasi menurutku.
"hmmmm kenapa aku jadi kepikiran dengan cowok yang kutabrak tadi ya??" gumamku
"selain cakep, dia juga sopan, masih sempat minta maaf padaku" kataku lagi sambil senyum senyum.
"arghhh... aku ingin bertemu dengannya lagi"
"mudah mudahan bisa ketemu lagi di tempat yang sama" harapku.
Seminggu ini jadwal kampus lagi padat padatnya maklumlah, minggu minggu pertama menjadi mahasiswa harus banyak penyesuaian dan adaptasi.
"hallo, nun, kamu kemana aja?gimana kuliah kamu? kok ga pernah telepon mama?" kata mamaku yang daritadi berusaha menghubungi ponselku.
"maaf maah, beneran nih nuna sibuk banget, banyak yang harus di kerjain" jawabku.
"ya udah, tapi jangan sampe lupa makan ya, jaga kesehatan, mama ga bisa sering sering nengokin kamu kesana" kata mamaku menasehati.
"siap maa... ya udah nuna masih ada kuliah, nuna tutup teleponnya ya" jawabku.
Mamaku seorang single parent, mama bercerai dari papa ketika aku masih kecil, mama bekerja banting tulang sebagai seorang penjahit, usaha yang di rintisnya mulai dari nol, kini membuahkan hasil, mama sudah punya banyak karyawan meskipun belum bisa membuka cabang, tapi hasilnya lebih dari cukup untuk hidup kami berdua.
Aku bergegas ke cafe langgananku,tanpa menunggu Lena dan Pita yang entah kemana sejak jam kuliah berakhir.
Aku sengaja mengambil meja di pojokan, sehingga dengan mudah bisa mengamati orang yang keluar masuk cafe.
Beberapa menit berlalu, tak ada tanda tanda kehadiran orang yang sedang ku tunggu, yaa.. aku menunggu cowok yang kemarin aku tabrak.. aku penasaran dengan sosoknya.
Akupun mulai asyik menonton drakor sehingga mulai tak memperhatikan orang yang lalu lalang keluar masuk cafe.
"pak bos, mau minum apa biar saya pesankan" ujar seseorang yang duduk tak jauh di depanku.
"capucinno panas" jawab suara berat laki laki berjas hitam dengan rambut tertata rapi.
Aku membelalakkan mata, melihat orang yang ku tunggu sudah duduk manis di meja depan tempatku duduk.
"hmph.... dia disini" kataku girang pada diri sendiri sambil menyumpal mulutku dengan tanganku sendiri.
Aku terus memperhatikannya, mengaguminya dalam diam.
Sungguh luar biasa tampan dan sempurnanya dia...batinku,
Dia yang sedang sibuk dengan laptopnya, tak akan pernah menyadari kalau ada seorang gadis pengecut sedang memperhatikannya.
Diam diam aku mengambil fotonya dengan kamera ponselku, aku senang bisa mendapatkan fotonya dengan posisi yang pas sehingga terpotret jelas wajahnya luar biasa tampan, aku senyum senyum sendiri setelah berhasil mendapatkan fotonya.
"wahhh... memuaskan..." seruku sambil senyum senyum bahagia.
Hampir sebulan lamanya aku jadi penguntit, hehe.. penguntit cowok tampan yang sering ku lihat di cafe, hanya aku yang melihatnya, sedang dia tidak.. bahkan mungkin tak merasakan kehadiranku.
Sudah banyak foto yang aku dapatkan, setiap bertemu dengannya aku selalu memotretnya, ketampanannya makin hari makin meningkat saja, membuatku makin gila tapi aku takut dan gengsi untuk berkenalan terlebih dulu.
"sepertinya dia seorang ceo yang menangani pembangunan proyek perumahan deket kampusku deh, pantesan aja dia sering disini" gumamku.
"heh... lagi liatin apa nonaaa cantikkkk...." kata Lena.
"eh... enggakk... aku ga liatin apa apa, lagi mikir mau download drakor apa" jawabku berbohong, aku malu jika sampai ketahuan memperhatikan cowok ganteng di hadapanku ini.
"iyaaa nih daritadi ngelamun aja kamu nun, bingung banget kayaknya" tambah pita.
" iya jelas bingung lah secara gitu loh... drakor makin banyak yang bagus bagus, bingung mau nonton yang mana duluan" jawabku sambil membereskan buku bukuku yang berserakan di atas meja cafe.
"kamu mau kemana kok udah beres beres nun?" tanya Lena.
"Aku mo balik, gerah pengen cepet balik ke kost dan mandi" jawabku.
"wah aku belom kelar nih downloadnya nun" sahut Pita.
"ya kalian disini aja dulu, aku balik dulu ya,bye" pamitku.
Ketika aku melewati meja cowok tersebut, tatapan kami bertemu, saking gugupnya aku langsung membuang muka dan berjalan cepat keluar dari cafe.
"duhhh jantungku.... mau copot rasanya diliatin dia" kataku sambil mengelus dadaku yang berdebar debar.
"akh..... dia akhirnya ngeliat aku juga" seruku senang, berkata pada diri sendiri.
🌶🌶🌶🌶🌶🌶
Dimas Pov
"Sen, kamu liat gadis di depanku?" kataku pada Sendi yang langsung mengalihkan pandangannya pada gadis di meja pojokan.
"iya saya liat, kenapa bos?" tanya Sendi.
"Sepertinya dia sedang memperhatikan kita, aku selalu melihatnya duduk disana setiap kita kemari, entah dia sendirian atau dengan teman temannya" kataku.
"saya ga terlalu memperhatikannya bos, tapi dia gadis yang cantik bos, sepertinya anak kuliahan kalo diperhatikan dari penampilannya" jawab Sendi.
"dan dia suka memotret secara diam diam" kataku lagi.
"bos, kok bos tau secara detail apa yang dia lakukan?? bos memperhatikannya?? jangan jangan bos naksir dia ya?" jawab Sendi dengan penuh selidik.
"kamu jangan ngomong sembarangan, saya hanya ga suka ada yang melihat seakan ingin menerkam bahkan dengan sengaja memotret" sergahku kesal dengan ucapan Sendi.
"apa mungkin dia suka sama bos? sampai harus memotret secara diam diam?"
"dia suka sama saya atau sama kamu, itu bukan urusan saya! cuma saya risih aja harus ditatapnya setiap hari"
" tapi gimana lagi bos? cuma disini tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil meninjau lokasi pembangunan dan satu lagi bos, dia ga mungkin sedang memperhatikan dan mengambil foto saya, karena posisi saya membelakangi dia!"
"terserah kamu!" jawabku dengan gusar.
"siapa gadis ini sebenarnya dan apa tujuannya mengambil fotoku secara diam diam?" gumamku dalam hati.
End Pov.
🍳🍳🍳🍳🍳🍳
Setelah kejadian saling menatap tempo hari, aku semakin bersemangat untuk bertemu dengannya di cafe, eitss... bukan bertemu tapi memperhatikannya dari jauh, hihi....
Ketika tengah asyik membaca buku, seseorang menghampiriku,
"maaf nona, apakah saya boleh bertanya sesuatu?" kata orang tersebut, ternyata dia laki laki yang sering bersama dengan pujaan hatiku.
"ya ada apa pak?" sahutku.
"boleh saya duduk?" katanya lagi.
"oya silahkan" kataku sambil mempersilahkannya duduk di bangku kosong yang ada di hadapanku.
"jangan panggil pak, kenalkan nama saya Sendi" katanya memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya.
"saya Nuna" jawabku tanpa membalas uluran tangannya.
Sendi nampak menarik uluran tangannya dengan raut wajah malu bercampur kecewa, terlihat dari senyum yang pudar dari wajahnya.
"dan yang sedang duduk disana, dia bos saya, namanya dimas" kata Sendi sambil menunjuk kearah tempat duduk pujaan hatiku.
"owhhh namanya dimas" kataku dalam hati,
"oooh.... dan apa yang akan anda tanyakan pada saya?" jawabku pura pura santai.
"bos saya merasa tak nyaman karena kamu memperhatikannya setiap dia kesini dan juga tak senang karena kamu memotretnya secara diam diam" kata Sendi.
Deghh.....
Aku sangat terkejut dengan apa yang di ucapkan Sendi barusan, ternyata kelakuanku selama ini ketahuan oleh dimas. sungguh aku benar benar malu sekarang.
"ma..maksud kamu apaa?? saya ga ngerti" jawabku sedikit gugup tapi dengan wajah sesantai mungkin.
"saya rasa kamu sangat mengerti dengan apa yang saya katakan barusan, dan bos saya berharap kamu menghapus semua foto yang sudah kamu ambil tanpa ijin" kata Sendi lagi.
Bagai di sambar petir, aku terpaku ditempatku, tak tahu harus menjawab apa atas yang Sendi katakan barusan.
"hei Nuna.... kenapa kamu diam?" panggil Sendi membuyarkan lamunanku.
"maaf...." hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku, lalu aku bergegas pergi dari sana tanpa menghiraukan Sendi dan tak berani menoleh sedikitpun pada Dimas yang sedang menatapku dengan tajam.
"hei Nun... Nuna... saya belom selesai bicara...." panggil Sendi kemudian.
Aku terus saja berjalan keluar, rasa malu sudah menguasai seluruh jiwa dan ragaku.
"bodohnya aku, menyangka dia tak mneyadari kelakuanku" racauku sambil menepuk jidatku.
Di pikiranku sekarang bagaimana caranya menghilang dengan cepat dan sejauh mungkin, aku sudah tak punya muka untuk sekedar berpapasan dengan Dimas lagi.
Sejak kejadian memalukan itu, aku enggan ke cafe lagi, bahkan ketika kedua sahabatku mengajakku kesana, aku menolak dengan berbagai alasan, padahal aku sangat ingin kesana dan menikmati wifi gratis.
Sudah dua minggu aku menahan diri untuk tak mengunjungi cafe, ada rasa rindu ketika tak bisa melihat dimas lagi, tapi rasa maluku lebih besar daripada rasa rindu ini sehingga aku tetap tak berani menginjakkan kaki disana sampai detik ini.
"kamu kenapa sih Nun? setiap di ajak ke cafe, kamu mesti banyak alasan, sebenernya ada apa?" tanya Lena kepo.
"gapapa sih, cuma kebetulan aku lagi ga mood nongkrong aja" jawabku berbohong.
"masa iya, kamu males ke tempat favorit kita secara tiba tiba?ini udah 2 minggu lho kita ga nongkrong bareng" kata Lena lagi.
"apa kamu punya tanggungan di cafe Nun? sampe sampe kamu kaya musuhan gitu sama cafe?" kata Pita menambahkan.
"ya enggaklah... masa iyaa aku sampe ngutang di cafe" jawabku pura pura ngambek untuk menghindari kekepoan Lena dan Pita.
"bukan gituuu maksudku...abisnya aku heran aja kok tiba tiba kamu aneh begini" Kata Pita.
"udah ah... aku mau balik, udah selesai,kalian mau balik ga?" kataku.
"kamu balik duluan aja, aku sama Pita mau ngerjain tugas di cafe" jawab Lena.
"oh yaudah kalo gitu, aku duluan ya..." kataku lagi seraya meninggalkan mereka berdua.
Aku berjalan dengan langkah gontai, ku gunakan tasku untuk menutupi wajahku dari terpaan sinar matahari yang menyengat,
"hai Nun....lama ga jumpa" sapa seseorang.
Aku memicingkan mata berusaha mengenali wajah orang yang sedang menyapaku,
"oh hai Sendi...." jawabku ketika melihat dengan jelas.
"kamu kemana aja kok ga pernah keliatan lagi di cafe?" tanya Sendi.
"ohhh... aku sudah jarang kesana sekarang" jawabku singkat.
"ohhh pantesan, kenapa jarang kesana? bukannya kamu langganan cafe itu ya?" tanya Sendi oenuh selidik.
"iya langganan, tapi lagi males aja" jawabku sekenanya..
" apa karena ucapanku waktu itu ya?" tanya Sendi mulai kepo.
"ahhh... enggak kok, ya udah deh Sen, maaf yaa aku buru buru" jawabku sambil pergi dari hadapan Sendi.
"sial banget sih harus ketemu sendi lagi" gerutuku sambil berjalan cepat agar lekas sampai ke kost.
🍋🍋🍋🍋🍋🍋
"kamu lama banget, darimana aja Sen??ngambil berkas di Jeddah?" sungutku kesal menunggu Sendi daritadi.
"maaf bos, tadi diluar ketemu Nuna, gadis yang waktu itu suka memotret bos secara diam diam" sahut Sendi.
"gadis pojokan itu??" tanya Dimas tertarik.
"iyaaa... gadis cantik yang diam diam memperhatikan bos" jawab Sendi.
"sekarang dimana dia?? saya sudah lama tak melihatnya di meja pojok itu"
"dia sudah pergi bos, katanya buru buru, dan memang dia sudah jarang kesini, saat saya tanya alasannya, dia hanya bilang sedang sibuk"
"ooooh..." jawabku.
"eh tapi coba kamu lihat di meja pojokan itu, bukankan itu temannya yang sering bersamanya di cafe ini?? teman temannya masih kesini kalau aku perhatikan" lanjutku.
"eh iya.... yaa... entahlah bos mungkin dia malu setelah kejadian tempo hari" jawab Sendi.
Aku jadi merasa kehilangan dengan ketidak hadiran gadis itu di meja pojoknya, aku memang tidak senang di perhatikan bahkan di potret diam diam, tapi setelah tak pernah melihatnya lagi, aku merasa kehilangan setiap berada di cafe ini, sepertinya aku mulai terbiasa dengan kehadirannya.
🍉🍉🍉🍉🍉🍉
"haiii....permisi kakak kakak cantik" sapa Sendi pada Lena dan Pita yang sedang asyik mengobrol di cafe yang sama.
"oh haiiii juga...." sahut Pita yang terpana akan ketampanan Sendi.
"boleh aku ikut gabung dengan kalian?" tanya Sendi sambil tersenyum.
"oh boleh boleh" sahut Pita dengan cepat menarik kursi kosong di sebelahnya.
"thanks" jawab Sendi sambil duduk.
"hemmm... kenalkan, aku Sendi" kata Sendi memperkenalkan dirinya.
"hai Sendi, salam kenal, Aku Pita dan ini temanku Lena" Pita terlihat lebih agresif ketimbang Lena.
"Hai Pita, hai Lena, senang bisa berkenalan dengan kalian.. sering ya nongkrong disini?" tanyaku basa basi padahal aku tau bahwa mereka selalu kesini setelah ngampus.
"ini cafe langganan kami dan merupakan tempat favorit kami juga" lagi lagi Pita yang menjawab.
"memang tempat yang nyaman buat nongkrong.. btw, kalian cuma berdua aja?" Sendi mulai mengorek info tentang Nuna.
"Biasanya sih kami bertiga, cuma beberapa minggu terakhir ini, temen kami Nuna, ga pernah kesini lagi" akhirnya Lena ikut menjawab.
"oh jadi begitu, memangnya kenapa teman kalian ga ikutan lagi?" tanya Sendi hati hati agar mereka tak curiga.
"entahlah... kami juga ga tau alasan sebenernya" jawab Lena lagi.
"oh begitu, sayang sekali ya...Ya udah, kalian pesen aja, apa yang kalian mau, aku yang traktir sebagai salam perkenalan" kata Sendi.
"yeayyyy, makasih Sendi" jawab Pita girang dan langsung memesan beberapa menu.
"oya Sen, apa kamu sedang meeting di cafe ini?" tanya Lena penasaran dengan sosok Sendi.
"kok kamu tau?iya aku dan bosku sedang meninjau pembangunan perumahan dekat kampus"
"oh perumahan dekat kampus kami itu ya? wah bisa sering ketemu donk" ucap Pita senang.
"iya aku lumayan sering berkunjung kesini" sahut Sendi sambil terkekeh.
"ya udah, aku kembali dulu ya, lain kali aku traktir lagi tapi formasi kalian harus lengkap" kata Sendi lagi sambil mengedipkan sebelah mata lalu pergi dari meja Lena dan Pita.
"formasi lengkap?"gumam Pita.
"mungkin maksud dia, kita harus ngajak Nuna juga, supaya kebagian di traktir juga cetus Lena.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!