Happy reading
.
"Papa mau kamu menerima perjodohan ini" tegas Devan Papa Regan pada sang putra.
"Regan enggak mau pa" bantah Regan
"Ini bukan jamannya lagi jodoh jodohan pa, Regan gak mau pokoknya!"
"Papa tidak terima penolakan Regan, mau tidak mau kamu harus menerima perjodohan ini!" ujar Devan lalu pergi dari sana.
"Pa, Regan gak mau pa. Papa! pa" Regan memanggil Devan yang pergi dari sana begitu saja, Regan meremas rambut nya kesal karena panggilan nya diabaikan oleh sang Papa.
"Sayang, kamu terima aja ya kamu tau kan bagaimana kalau Papa kamu marah. Lagian ya nak gadis itu baik cantik lagi di jamin kamu gak nyesel deh kalau kalian menikah" kata Rara, Mama Regan.
"Tapi ma Regan gak mau ma, Regan masih muda Regan mau bebas dan gak mau terikat yang namanya pernikahan" bantah Regan lagi.
"Sayang setelah kamu menikah kamu masih bisa kumpul-kumpul sana teman-teman kamu dan apa pun yang ingin kamu lakukan, kamu masih bisa melakukannya setelah kalian menikah. Itu gak papa sayang" jelas Rara mencoba untuk membujuk sang putra agar setuju dengan perjodohan nya.
"Bukan gitu ma, Regan cuma-"
"Mama gak bisa bantu kamu kalau Papa kamu marah loh sayang" potong Rara, lalu ia berdiri dan menepuk pundak sang putra "Mama yakin kamu gak akan menyesal karena menerima perjodohan ini sayang, Mama aja udah di buat jatuh cinta sama calon menantu Mama waktu pertama kali bertemu" ucap Rara sebelum pergi.
*Huff
Argan menghembuskan nafasnya kasar dan mengacak rambutnya frustasi, ia tidak ingin menerima perjodohan itu tapi disisi lain jika ia tidak menerimanya pasti Papa nya akan marah dan itu yang selalu ia hindari. Papa nya itu tidak tanggung-tanggung menghukum nya jika ia tidak menurut.
"Ckk sialan" Regan meraih jaket dan kunci motornya lalu keluar dari rumah menuju motor besar yang terparkir di depan sana, Regan menyalakan mesin motor nya dan melaju keluar dari pekarangan rumah nya, ia berniat pergi ke markas nya dari pada terus frustasi memikirkan perjodohan gila itu.
***
"Sayang sini duduk dulu, Abi sama Umi mau bicara sebentar" ucap wanita paruh baya yang memakai jilbab pasmina besar yang bernama Annisa.
"Iya umi" kata gadis cantik itu duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya "Ada apa Umi Abi?" tanya nya.
"Sila udah kelas 3 ya sekarang nak" kata pria paruh baya itu yang bernama Adam seraya mengelus kepala putrinya yang berlapis jilbab.
"Iya Abi, Sila udah kelas 3 emang kenapa ya Abi?" tanya gadis cantik itu lagi merasa aneh dengan Abi dan Ummi nya.
"Anak Abi udah besar ternyata ya" ucap pria paruh baya itu yang masih mengelus kepala putrinya, sang Umi pun ikut tersenyum.
"Abi kenapa sih bi, mau bicara apa sama Sila bilang aja bi insyaallah Sila akan turutin jika Sila mampu" ucap Sila lembut memegang tangan sang Abi.
Adam tersenyum sebelum kembali berbicara "Abi ingin menjodohkan Sila dengan anak teman Abi" ujar Adam mampu membuat Sila terdiam.
"Sila di jodohkan?" tanya Sila dengan tatapan tetap kedepan, Umi Annisa mengelus tangan putri nya dan menyadarkan lamunan nya "Iya sayang, pernikahan kalian akan diadakan satu minggu lagi nak Sila mau kan?" tanya Umi Annisa lembut pada sang putri.
Sila menghembuskan nafas pelan sebelum menjawab "Jika Abi sama Umi merestui dan meridhoi nya, insyaallah Sila mau Umi" jawab Sila membuat Adam dan Annisa tersenyum senang. Putri nya itu memang selalu patuh dan jarang membantah dengan mereka, Adam dan Annisa sangat bersyukur dan beruntung mendapatkan putri seperti Sila.
"Alhamdulillah, kalau begitu nanti Abi akan menghubungi teman Abi kalau putri cantik Abi ini menyetujui perjodohannya" ujar Abi Adam memegang dagu Sila.
"Yaudah Umi Abi, Sila pamit ke kamar dulu ya" pamit Sila, ia menyalimi keduanya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam" jawab Adan dan Annisa bersamaan.
***
Regan berhenti di sebuah bangunan yang bertingkat lalu memarkirkan motornya di depan sana dan berjalan masuk ke sana "Wih bos udah dateng nih" ujar laki-laki yang kira-kira seumuran dengan Regan, Regan mengacuhkan mereka ia masuk dan duduk di sofa yang ada di dalam sana.
"Kenapa tuh muka nya bos kusut amat, kaya gak habis di setrika saja" ujar pria yang duduk di seberang dengan nya, Regan langsung menatap nya dengan datar. Mood nya sudah jelek dan ia berniat tidak menanggapi candaan sahabatnya itu.
Pria yang duduk di sebelah lelaki itu tadi memukul pelan kepala temannya itu membuat sang empu mengaduh kesakitan "Duh sakit bego" ujar nya.
"Lo sih udah liat kalau Regan lagi gak bisa diajak bercanda malah becanda, mau liat singa mengamuk lo" bisik laki-laki itu yang biasa di panggil Boy, lantas pria yang tadi bercanda dengan Regan yang bernama Tomi pun menggeleng ngeri cuy kalau singa nya mengamuk.
"Yaudah diam aja, mendingan kita mau game aja" ajak Boy pada Tomi.
"Boleh deh, ayo" ajak Tobi, mereka pun bermain game online yang di gemari oleh orang-orang sekarang ini.
Disisi lain Regan yang tak henti-hentinya memikirkan masalah perjodohan itu pun beranjak menuju kamarnya yang memang di sengaja ia tempatkan disini, jika ia malas untuk pulang ke rumah nya maka dia akan bermalam disini ataupun di apartemen nya.
Regan menuju balkon kamarnya dan berdiri seraya memegang pembatas balkon tersebut memandang kota Jakarta yang padat.
Jika ia tidak punya pilihan untuk menikah dengan gadis pilihan orang tua nya maka ia akan menjadikan gadis itu mainannya. Regan tersenyum miring saat mendapat kan ide seperti itu, sepertinya sangat akan seru.
*Ting
Notifikasi pesan Regan, ia membuka pesan tersebut yang ternyata dari sang Mama. Ia mendengus kesal karena ia disuruh untuk pergi ke butik untuk perihal baju pengantin nya nanti.
Regan menghembuskan nafasnya, ia memasukkan handphone nya kedalam jaket nya dan pergi dari sana melewati teman-temannya "Udah mau pergi aja gan" ujar Tomi melihat Regan yang hendak keluar, padahal ia tidak baru aja rasanya sampai.
"Ada urusan" jawab Regan singkat dan keluar dari sana.
"Eh kalian gabung aja sini" ajak Tomi pada temannya yang lain untuk bergabung bermain game bersama dengannya.
"Boleh deh bang, suntuk juga lama-lama" ujar mereka setuju.
Disisi lain Sila yang berada dikamar nya terus memikirkan perjodohan nya itu, Sila terus menerka-nerka bagaimana suaminya kelak apakah pria itu sebaik Abi nya? Selembut Abi nya? Sila takut jika pria itu ternyata pria yang ringan tangan.
Tapi ia percaya dengan pilihan Abi dan Umi nya yang insyaallah terbaik untuk nya, jika pun suaminya kelak seperti itu semoga saja dengan dirinya menikah suaminya nanti akan merubah.
Sila terus memikirkan hal-hal positif untuk menghilangkan pikiran negatif yang sering bermunculan itu "Yaallah jika ini memang yang terbaik untuk Sila maka berkahilah pernikahan kami nanti yaallah" batin Sila berdoa menutup matanya dan kembali membuka nya.
Menatap jam yang sebentar lagi akan ashar, Sila pergi untuk mengambil wudhu dan membaca Alquran untuk menenangkan hatinya serasa menunggu shalat ashar di mulai.
Tbc.
Like dan komen, jangan lupa!
see u next part ❤️
^^^Mawar Jk^^^
Happy reading
.
"Saya terima nikah dan kawin nya Asila Az-Zahra binti Muhammad Adam Al-Fatih dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" ujar Regan lantang menjabat tangan Abi Adam.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"SAH!"
"Sah"
"Sah"
"Alhamdulillah ....." setelah memanjatkan doa, pengantin wanita pergi di jemput oleh Umi Annisa dan Mama Rara.
"Nak" Umi Annisa memegang pundak putrinya yang sudah dimiliki oleh orang lain, putri bungsunya itu sudah menjadi seorang istri sekarang dan itu membuat matanya berair.
"Umi" cicit Sila, matanya memanas dan hendak menitihkan air mata "Putri Umi sudah jadi seorang istri sekarang, jadi istri yang penurut ya sayang" ujar Umi Annisa memeluk Sila, Sila pun membalas pelukan Umi nya dan menumpahkan tangis nya.
Umi Annisa melepaskan pelukannya dan menghapus jejak air matanya nya dan menghapus air mata Sila "Udah jangan nangis lagi, nanti make up nya luntur gak cantik lagi deh" kata Umi Annisa.
"Ih Umi jadi Sila gak cantik kalau enggak pakai make up gitu" ujar Sila cemberut "Eh, enggak dong. Anak Umi ini cantik kok pakai make up maupun tidak tetap sangat cantik" puji Umi Annisa membuat Sila terkekeh.
Mama Rara tersenyum melihat itu lalu memegang pundak Sila yang sudah menjadi menantu nya sekarang "Sekarang kita turun yuk sayang, para tamu pasti udah nungguin mempelai perempuan nya" ujar Mama Rara, membuat Sila menoleh dan mengangguk. Mama Rara membantu Sila berdiri dan menuntut menantunya itu, Umi Annisa ikut membantu di sisi kiri.
*Tap tap tap
Suara langkah kaki membuat perhatian orang yang ada di ruangan itu terpusat pada mempelai wanita yang turun menuruni tangga, dengan gaun indah yang di padukan dengan hijab nya membuat Sila sangat cantik. Bahkan Regan sendiri dibuat tertegun melihat betapa cantiknya wanita yang kini menjadi istri nya itu, ia benar-benar tidak menyangka jika wanita itu yang dijodohkan dengan nya.
Sila di dudukan tetap di samping Regan "Silahkan untuk memakai kan cincin untuk istri nya terlebih dahulu" titah pak penghulu pada mereka. Regan mengambil cincin yang lebih kecil dari cincin yang satunya, Sila dengan ragu mengangkat tangan nya untuk dipasangkan cincin, sungguh itu akan menjadi hal pertama ia bersentuhan dengan lawan jenisnya selain Abi nya.
Melihat putrinya yang ragu untuk mengangkat tangan nya Umi Annisa membantu dengan memegang tangan Sila dan Regan pun langsung memegang tangan Sila dan memasang kan cincin tersebut.
"Ayo sayang" ujar Umi Annisa membuyarkan lamunan Sila yang tadi terdiam terkejut, Sila bergumam maaf lalu mengangguk cincin untuk di pasangkan pada pria yang ada didepannya yang beberapa menit lalu sudah sah menjadi suaminya.
Argan kesal karena wanita yang ada di depannya itu lama sekali hanya untuk memakai kan nya cincin, Regan menyodorkan tangan lebih dekat dengan Sila bahkan Regan memasukkan ujung jarinya. Sila nampak terkejut tapi Sila langsung memasukkan cincin itu hingga pas di jari Regan.
"Silahkan mempelai wanita untuk menyalimi sang suami, dan sang suami mencium kening sang istri" titah pak penghulu membuat Sila menelan ludah nya sendiri.
Karena Sila yang begitu lama Regan menagkup kedua pipi Sila 'halus' satu kata yang dapat Regan ucapkan. Lalu Regan mendekat untuk mencium kening Sila, Deg. Jantung Sila berdetak lebih cepat dari biasanya, Regan pun demikian ia merasa seperti tersengat listrik saat ia mengecup kening Sila. Hingga beberapa saat kemudian saat maendengar sorakan tamu undangan barulah Regan sadar dan menjauhkan bibir nya dari kening Sila.
"Nanti dilanjut di kamar ya, duh pengantin baru" goda mereka membuat wajah Sila dan Regan memerah, karena Sila memakai make up jadinya tidak terlalu kelihatan berbeda dengan Regan membuat mereka terkekeh karena menggoda pengantin baru itu, Para orang tua terkekeh melihat itu "Hari pertama saja kau sudah baper son apalagi nanti untuk hari-hari kedepannya" batin Papa Devan tersenyum tipis melihat wajah merah putranya.
Sila menormalkan kembali ekspresi nya dan meraih tangan Regan dan menyalimi nya. Setelah itu mereka menandatangani surat-surat pernikahan hingga selesai, kini sesi foto dan menyambuta tamu yang datang di acara akad tersebut. Acara berjalan dengan lancar hingga siang harinya dan pengantin baru itu pergi ke kamar untuk beristirahat sejenak sebelum lanjut ke resepsi.
Regan berbaring di atas kasur Sila tanpa mengganti pakaian nya "K..kamu gak ganggu baju dulu?" tanya Sila pelan karena gugup, ini pun pertama kalinya laki-laki berada di kamarnya, berduaan di satu ruangan tersebut.
Regan tidak bergeming, ia malah memperbaiki posisi tidur nya untuk mencari kenyamanan dan tidur. Sila hanya maklum pasti suaminya kelelahan karena ia pun sanga lelah, Sila beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badan nya sebelum beristirahat agar lebih nyaman.
Selang beberapa menit Sila telah selesai dan sudah mengganti pakaian dengan gamis dan jilbab panjang, ia melihat suaminya belum bangun juga Sila membangunkan sang suami untuk melaksanakan sholat dhuhur "Regan bangun, kita sholat dhuhur yuk" ucap Sila, karena Regan tidak bergeming Sila menyentuh pipi Regan dan menepuk pelan pipi Regan "Tampan nya suami ku" batin Sila, seakan tersadar ia kembali membangun kan Regan "Bagun sholat yuk" ujar Sila lembut.
Regan merasa ada tangan halus menepuk pipi pun perlahan membuka mata dan memegang tangan tersebut "Eughh" lenguh Regan yang masih memegang tangan Sila Regan sendiri tidak sadari.
"Bangun shalat yuk" ajak Sila lagi dengan lembut, mata Regan terbuka dengan lebar saat kesadarannya terkumpul, ia langsung melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Sila "Ngapain lo" ucap Regan sewot menatap Sila kesal karena dibangunkan dari tidur nyenyak nya.
"Shalat dulu gan, baru lanjut tidur nya" kata Sila lembut membuat Regan terdiam sesaat merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Sesaat kemudian Regan tersadar dan menepis tangan Sila "Minggir" ucap nya turun dari kasur beranjak menuju kamar mandi.
Melihat itu Sila tersenyum, ia pergi menyiapkan alat sholat untuk mereka. Regan keluar dengan keadaan lebih segar dengan pakaian santai, Sila segera mengambil wudhu. Regan melihat baju koko yang Sila siapkan untuk nya, ia berfikir kapan terakhir ia shalat? Entahlah dirinya pun lupa dengan sedikit ragu ia mengenakan baju tersebut dan memasang sarung nya.
Sila keluar saat selesai mengambil wudhu melihat suaminya sudah siap, ia segera memakai mukena nya dan berdiri di shaf belakang Regan. Sedangkan Regan sendiri menelan ludah nya sendiri, ia takut jika nanti ia melupakan bacaan sholat nya dan shalat Sila pun jadi tidak sah.
"Mulai aja lah, semoga enggak lupa" batin Regan. Mereka pun sholat dengan khusyuk hingga rakaat terakhir.
"Assalamualaikum warahmatullah.."
"Assalamualaikum warahmatullah.."
Regan berbalik, Sila langsung meraih tangan Regan dan menyalimi nya. Lagi dan lagi jantung Regan berdetak kencang, kenapa dirinya seperti ini arghh, sialan.
"Mau makan?" tanya Sila pelan, takut membuat Regan marah meski ia hanya menawari nya makan "Hem, bawa kemari" jawab Regan, Sila tersenyum lalu mengangguk ia melepaskan mukena lalu melipatnya membereskan alat sholat mereka lalu berlalu keluar.
Regan menatap pintu kamar yang baru saja di tutup oleh Sila, ia masih bergelut dengan pikiran yang disaat ia bersentuhan dengan Sila sialnya jantung nya itu berdetak tak karuan. Ini semua terjadi setelah ia merasakan seperti tersengat listrik saat mengucap kening Sila waktu akad tadi.
Tbc.
...Like dan komen!...
...See u next part ❤️...
^^^Mawar Jk^^^
Saat ini Sila sedang di dandani oleh MUA nya, sebentar lagi mereka akan melaksanakan resepsi pernikahan mereka. Meskipun pernikahan ini dibilang privat tapi tamu undangan nya banyak yang datang.
Regan berdecak kesal menunggu Sila selesai, padahal Sila yang terlebih dahulu bangun dan mandi tadi. Tapi sekarang ia sudah selesai tapi wanita itu belum selesai juga.
"Nah sekarang sudah selesai" kata mbak MUA menatap Sila bangga karena membuat wanita cantik itu tambah cantik setelah ia make up "Perfec" ucap nya.
Sila hanya tersenyum menanggapi pujian MUA nya tersebut, lalu ia berbalik menghadap Regan "Aku udah selesai" ujar Sila, dari tadi ia mendengar decakan Regan membuat dirinya merasa tidak enak.
Regan mengangkat wajahnya yang tadinya menunduk memainkan handphone, ia sekali lagi terpaku melihat wajah cantik istrinya itu.
"Tatap tatapan nya nanti di lanjutkan ya mas, para tamu sudah menunggu pengantin nya" ujar mbak MUA itu.
"Lo yang lama bukan gue" kata Regan sewot, ia berdiri menghampiri Sila dan mengambil tangan Sila untuk di lingkaran di lengannya "Jangan geer, gue gini cuma pura-pura pada tamu undangan" kata Regan, Sila yang tadinya terdiam kaget mendongakkan wajahnya melihat Regan ia mengangguk dan tersenyum.
"Sialan, kenapa senyumnya terlihat sangat manis" batin Regan.
"Kamu kenapa?" tanya Sila karena Regan hanya terdiam seraya menatapnya.
"Ayo" ajak Regan. Mereka keluar dari kamar dan turun dimana acara di lakukan, tamu yang hadir sangat terpukau melihat mereka apalagi saat Regan Dan Sila duduk di pelaminan mereka seperti raja dan ratu yang duduk di singgasana nya.
Satu persatu tamu undangan pun naik menyalimi mereka, memberi ucapan selamat dan banyak doa untuk kelancaran rumah tangga mereka.
Terdengar decakan dari Regan "Katanya pernikahan ini privat, tapi kok tamu nya gak habis-habis" gerutuk Regan berdecak pinggang karena sudah merasa lelah terus berdiri menyalimi para tamu undangan.
"Sabar ya, nanti kalau acaranya selesai aku pijitin" suara lembut nan halus terdengar di telinga Regan, ia menoleh kesamping dan melihat Sila yang tersenyum pada nya
Regan menutupi wajah Sila menggunakan tangan kekarnya, entah mengapa tapi ia tidak ingin orang lain melihat wajah cantik istrinya ketika tersenyum. Tunggu, apa tadi istrinya? Apakah ia tadi mengakui bahwa Sila adalah istri nya? Ia sepertinya sudah gila sekarang.
"Kenapa?" tanya Sila saat Regan sudah tidak menutupi wajah nya lagi.
"Jangan senyum" jawab Regan mengalihkan pandangannya kearah tamu undangan yang sedang menyantap hidangan pernikahan nya.
Sila mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang Regan maksud, tiba-tiba ada seorang pria yang datang "Selamat ya atas pernikahan kalian" ucap pria itu, Regan memutar bola matanya malas karena sudah lelah mungkin sedangkan Sila membalasnya dengan senyuman manis nya seraya mengatupkan kedua tangan nya di depan dada.
Setelah pria itu turun dari pelaminan Regan menatap Sila dengan tajam "Gue bilang gak usah senyum senyum kayak gitu, apalagi sama pria lain gue gak suka!"
"Maaf, tapi memang nya kenapa? Kan senyum adalah ibadah" ucap Sila.
"Tapi senyum lo jelek" ujar Regan.
"Tap-"
"Jelek!" Regan memotong ucapan Sila membuat Sila memilih untuk diam saja. Karena sudah melihat tidak ada tamu yang ingin naik ke pelaminan mereka berdua kembali duduk.
"Kalian kalau mau istirahat, istirahat aja. Biar kami yang urus sisanya nya kalian pasti capek kan" Mama Rara datang dan menyuruh mereka untuk beristirahat "Sana naik, Regan bantu istri kamu naik" titah Rara pada putranya itu.
"Iya ma" jawab Regan patuh, sekarang ia tidak mau berdebat atau pun apa ia sekarang hanya ingin istirahat.
"Ayo" Regan menarik tangan Sila untuk ikut dengan nya, sesampainya di kamar Regan langsung membaringkan tubuhnya di kasur "Mandi dulu Regan" ucap Sila, ia duduk di depan meja rias mengampu makeup terlihat dahulu.
"Nanti" jawab Regan menutup kedua matanya. Sila menghela nafas lanjut menghapus makeup dan melepas pernak-pernik yang ia gunakan, setelah itu ia pun masuk ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama Sila sudah selesai dengan gamis coklat nya dan jilbab yang senada.
Sila menghampiri Regan dan membangunkan nya "Regan bangun, mandi dulu baru tidur" kata Sila menggoyang lengan Regan
"Emm bentar..."
"Sekarang, ayo bangun mandi pasti gak nyaman kan tidur dengan badan lengket dan pakaian seperti itu"
"Ck cerewet. Iya gue bangun ini" Regan dengan kesal membanting pintu kamar mandi.
"Astaghfirullah" Sila mengelus dadanya kaget.
Beberapa menit kemudian Regan keluar dengan keadaan lebih segar dari sebelumnya, dengan baju kaos dan celana selutut Regan tanpa berbicara sedikit pun langsung naik ke kasur lalu berbaring "Kenapa? Lo gak mau tidur?" tanya Regan melihat Sila hanya diam duduk di sofa yang ada disana.
"Mau" jawab Sila
"Yaudah ayo tidur" ajak Regan menarik selimut menutupi dirinya, Sila berdiri dengan pelan lalu duduk di kasur dia sisi Regan. Sila menelan ludah nya saat sudah duduk di kasur, ini pertama kali untuk nya apalagi bersama laki-laki membuat nya sedikit gugup meskipun itu Regan suaminya sendiri.
"Mau aku pijitin gak?" tanya Sila. Tidak ada jawaban dari Regan membuat Sila berfikir kalau Regan sudah tidur.
Regan sebenarnya belum tidur ia hanya berpura-pura dengan menutup matanya, entah mengapa setelah tidur nya tadi ngantuk nya hilang entah kemana dan saat merasakan gerakan kasus di belakang entah mengapa ia sedikit gugup.
Sila yang memang sudah berjanji untuk memijat Regan pun duduk dan memijat betis Regan.
"Sial gue kenapa?" tanya Regan dalam hati saat jantung nya berpacu dengan cepat lagi.
Setelah beberapa menit Sila sudah tidak memijat Regan karena sudah tidak tahan untuk beristirahat, ia berbaring dan menutup matanya.
"Alhamdulillah yaallah, akhirnya bisa baring juga" gumam Sila
Canggung. Itulah hal yang menggambarkan suasana pengantin baru itu, keduanya belum tidur dan hanya menutup matanya berpura-pura. Regan dengan sengaja berbalik karena mereka saling memunggungi, menghadap pada punggung Sila entah mengapa tangan Regan seperti bergerak sendiri memeluk pinggang Sila dari belakang, Regan dapat merasakan ketegangan Sila karena ia belum tidur.
"Sial, apa yang gua lakukan. bodoh, bisa-bisanya-" karena sudah terlanjur ia tetap memeluk pinggang Sila, dan mencoba untuk tertidur. Sementara Sila masih diam tidak bergerak sama sekali karena terkejut dengan apa yang Regan lakukan, ia ingin berbalik melihat apa Regan benar-benar tertidur atau tidak tapi ia tidak bisa karena Regan memeluk nya sedikit erat.
"Gak papa Sila, Regan suami kamu dan kita sudah sah. Jadi ini tidak apa-apa" batin Sila merilekskan tubuh nya dan terbukti Regan sudah tidak merasa ketegangan Sila, Regan makin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di leher Sila menghirup aroma tubuh Sila yang beraroma mawar meski di lapisi jilbab tapi Regan bisa mencium nya.
Tanpa sadar keduanya mulai memasuki mimpi mereka masing-masing dengan Regan yang memeluk Sila dari belakang.
Tbc.
Like dan komen!
see u next part ❤️
^^^Mawar Jk^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!