NovelToon NovelToon

End Of Suffering

Awal mula

"An apa Kamu tidak dijemput lagi?" Angel bertanya karena dia tidak melihat keberadaan ayah Anisa.

"Ya seperti biasa aku harus pulang sendiri dan jalan kaki." jawab Anisa sambil tersenyum kepada sahabatnya itu

"Apa kamu mau ikut bersamaku saja biar aku mengantar mu sampai rumah an, tuh jemputan ku sudah datang ayo." ucap Angel sambil menarik tangan Anisa tapi..

"Tidak Angel aku jalan kaki saja aku sudah terbiasa seperti itu. Kamu sebaiknya cepat pulang bukankah tadi kamu bilang akan ada acara keluarga di rumah mu. Pasti kamu harus bersiap." ucap Anisa yang menolak ajakan sahabatnya itu karena dia merasa tidak enak.

"Yaampun aku sampai lupa. Yasudah aku duluan kamu hati hati ya." ucap Angel sambil melangkah kan kakinya menuju mobil jemputan pribadinya.

Setelah melihat sahabatnya itu sudah pergi akhirnya Anisa melangkahkan kakinya untuk pulang. Memang jarak antara rumah dengan sekolah dasar nya lumayan cukup jauh ya tapi dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Di sisi lain Suryo ayah tiri Anisa sedang kebingungan karena dia tidak mempunyai uang untuk membayar biaya sekolah Anisa karena sebentar lagi Anisa akan lulus dari sekolah dasar. Dia terus memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak dalam waktu singkat.

"Ah ya aku mendapatkan solusinya. Tino dia rentenir yang sangat terkenal karena kejam dan licik tapi dia juga bisa dengan gampang meminjamkan uang kepadaku. Tapi bagaimana jika aku tidak bisa membayar nya. Ah sudahlah itu urusan belakangan yang terpenting aku dapat uang untuk sekolah Anisa dan kehidupan sehari hari. Sebentar uang yang aku akan pinjam tidaklah sedikit pasti akan mencapai 650 juta karena uang itu harus cukup untuk biaya sehari hari dan pembayaran sekolah Anisa sampai tamat sekolah menengah pertama. Apa dia akan memberikan ku pinjaman sebanyak itu? Sudahlah coba saja dulu semoga dia percaya kepadaku dan meminjamkan uang nya." akhirnya Suryo memutuskan untuk menemui Tino supaya dia cepat mendapatkan uang yang dia butuhkan.

Tok tok tok!!!

"Masuklah" jawab seseorang yang ada di dalam rumah.

"Permisi tuan" ucap Suryo dengan ramah sekaligus segan.

"Berapa jumlah uang yang kau butuhkan?" tanya Tino karena dia sudah tau jika ada seseorang kerumah nya maka orang itu hanya akan meminjam uang darinya.

"Anu tuan saya butuh 650 juta." dengan ragu ragu Suryo pun mengucapkan nominal uang yang dia butuhkan.

"650 juta? Apa aku tidak salah dengar." Tino sedikit kaget karena tidak ada orang yang langsung meminjam uang sebanyak itu.

"Tidak tuan, saya sangat membutuhkan uang untuk kehidupan saya dan putri saya." jawab suryo

"Baiklah aku akan pinjamkan tapi dalam jangka waktu 4 tahun kau harus lunasi hutangmu beserta bunga nya. Apa kau paham?" ucap Tino sambil menulis diatas cek untuk diberikan kepada suryo.

"Baik tuan. Terima kasih" ucap Suryo sambil mengambil cek yang diberikan oleh Tino.

Suryo langsung bergegas ke tempat dimana cek itu bisa dicairkan dan mendapatkan uang. Sedangkan di sisi lain Anisa masih terus berjalan sambil melihat lihat keadaan disekitarnya tapi tiba tiba dia melihat seseorang yang sedang berjalan tanpa melihat sekeliling nya sedangkan ada kendaraan motor yang melaju kencang mendekati seseorang itu. Tanpa tinggal diam Anisa berniat membantunya karena dia tau bahwa seseorang itu akan celaka jika tidak di tolong.

"Bu awas bu!" teriak Anisa dan segera mendorong seseorang itu menjauh dari jalur kendaraan itu melaju. Tapi setelah mendorong seseorang itu Anisa tertabrak oleh motor itu. Anisa meringis kesakitan karena kaki dan tangan ya terluka dan berdarah.

"Aww, bu ibu gak kenapa kenapa?" Anisa berjalan kearah seseorang yang ditolongnya dan ternyata itu adalah seorang ibu. Walaupun sakit Anisa tidak merasanya karena dia lebih mengkhawatirkan ibu itu.

"Ibu gak kenapa kenapa nak. Astaga tangan dan kakimu terluka, kita kerumah sakit ya ayo." ibu itu panik karena melihat tangan dan kaki Anisa terluka.

"Tidak usah bu ini cuman sedikit kok nanti Anisa obati saja dirumah." jawab anisa sambil tersenyum ramah dan sedikit menahan sakit.

Tak lama kemudian datang sebuah mobil mewah yang tidak lain adalah mobil anak ibu itu. Dia berhenti karena melihat ibunya yang sedang terduduk di jalan dengan seorang anak berusia 13 tahun.

"Mom. Astaga mommy kenapa? Siapa bocah ini?" tanya seorang laki laki dewasa berumur 23 tahun itu.

"Tadi mom hampir tertabrak karena mom tidak fokus melihat keadaan di sekeliling, untung saja ada gadis kecil ini yang menyelamatkan mom. Tapi dia terluka cepat ambilkan obat di mobilmu lalu obati dia." tanpa menjawab pernyataan ibunya itu dia langsung melangkah menuju mobilnya untuk mengambil obat merah.

"Ini mom." ucap laki laki itu sambil menyodorkan kotak obat.

"Kau ini kenapa menyuruh mommy, obati dia sekarang juga." ucap ibu itu sambil melirik tajam kepada anaknya.

"Baiklah. Hey kau bocah kemarilah aku akan mengobati mu." dengan terpaksa dia menurut karena kalau tidak ibunya itu pasti akan menceramahi dia mungkin bisa sampai 7x 24 jam, dan Anisa pun mendekat. Setelah selesai diobati Anisa pun berdiri dan berpamitan untuk pulang.

"Maaf bu, om Anisa permisi dulu karena Anisa harus pulang." Anisa berpamitan dan kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang tapi...

"Tunggu nak, ibu antar kamu pulang ya dimana rumahmu?" tanya ibu itu dengan ramah.

"Terimakasih sebelumnya bu, tapi rumah saya sudah dekat jadi tidak usah diantar." Jawab Anisa.

"Benarkah? Yasudah terimakasih ya nak kalau bukan karena pertolongan kamu mungkin ibu sudah celaka. Kalau begitu ibu duluan ya." ucap ibu itu dan dibalas anggukan dan senyuman oleh Anisa.

Anisa kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang dan di sisi lain laki laki tadi berkata dalam hatinya.

( om dia memanggil ku om. Apa dia katarak laki laki setampan dan babyface begini dia bilang om, Dasar bocah menyebalkan. Astaga kenapa aku malah memikirkan kata kata dia, sudahlah terserah dia saja)

Beberapa menit kemudian Anisa sampai dirumahnya tapi dia tidak melihat ayahnya. Lalu dia mencari ke setiap sudut ruangan rumahnya dan dia tidak menemukan ayahnya. Tiba tiba seseorang dari luar memanggil Anisa.

"Anisa kamu sudah pulang? Lihatlah ayah membawa uang yang banyak untuk kehidupan kita. Ini untuk sekolahmu dan ini untuk kehidupan sehari hari kita." dengan gembira ayahnya itu membagi bagi uang sesuai kebutuhan. Tapi anisa heran darimana ayahnya itu mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

"Ayah darimana uang ini Kenapa ayah dengan cepat bisa mendapatkan uang sebanyak ini?" Tanya Anisa.

"Sudahlah jangan banyak tanya ini uang halal dan yang terpenting kebutuhan kita terpenuhi." jawab ayahnya dia tidak mungkin jujur kalau uang ini hasil pinjaman dari Tino.

Suryo yang sedang bahagia dia tidak melihat kalau Anisa terluka karena kejadian tadi. Dia terus terusan membagi bagi uang itu dan berteriak gembira. Anisa pun menuju ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.

Keesokan harinya Anisa kembali bersekolah karena sebentar lagi dia akan menghadapi ujian Nasional.

"Astaga an tangan dan kakimu terluka. Siapa yang menyakiti mu aku akan melaporkan dia ke polisi." Angel kaget melihat sahabatnya itu terluka bukannya mendengar dulu penjelasan sahabatnya dia malah ingin melapor polisi.

"Itu tidak perlu Angel aku hanya sedikit terluka karena kemarin aku menolong ibu yang akan tertabrak." ucap Anisa kepada sahabatnya itu.

"Oh kenapa kamu tidak bilang daritadi aku kan panik melihatmu seperti ini." ucap Angel sambil memukul halus Anisa.

"Angel kamu terus saja berbicara jadi aku tidak sempat menjelaskan." jawab Anisa

"Sudahlah ayo ke kantin aku sangat lapar karena tadi belum sempat sarapan, aku akan mentraktir mu karena kamu adalah sahabat ku hahahaha" Angel mengajak Anisa ke kantin untuk makan dan mentraktir nya.

4 tahun kemudian

Anisa dan Angel tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik dan pintar tapi sayang keadaan Anisa berbanding terbalik dengan sahabatnya itu. Jangankan untuk melanjutkan sekolah untuk biaya makan saja masih susah Anisa hanya bisa pasrah karena dia tidak mau memaksakan untuk sekolah.

"Aku tidak boleh memaksakan keadaan ku karena untuk biaya sekolah itu pasti sangat banyak uang darimana aku harus membayar nya." ucap Anisa sambil tiduran di kasur karena dia bingung harus mengerjakan apalagi karena semua pekerjaan rumah sudah selesai dia kerjakan.

Drrrrtttt drrrrtttt tiba tiba ponsel Anisa bergetar, ternyata Angel menelpon nya.

"Hallo an apa kamu benar benar tidak akan meneruskan sekolahmu?" tanya Angel yang merasa sedih karena sahabatnya harus putus sekolah karena tidak punya biaya.

"Iya, mau gimana lagi aku tidak bisa memaksakan untuk sekolah karena biaya sekolah itu tidak sedikit." jawab Anisa

"Bagaimana jika aku meminta ayahku untuk membiayai sekolah mu sampai lulus bahkan sampai ke perguruan tinggi apa kamu mau an?" ucap Angel dengan menawarkan bantuan agar sahabatnya itu bisa melanjutkan pendidikannya

"Tidak usah Angel kamu ini kan aku sudah bilang biaya sekolah itu tidak sedikit apalagi sampai ke perguruan tinggi." Anisa menolak bantuan sahabatnya itu

"An kenapa kamu slalu menolak jika aku mau membantu mu apa kamu tidak menganggap ku sebagai sahabat mu? Kenapa kamu slalu seperti ini. Aku sangat kesal an." Angel sedikit tersinggung dengan penolakan Anisa tapi Anisa menolak pasti ada alasan tertentu.

"Bukan seperti itu, aku sangat menyayangimu bahkan lebih dari sahabat. Aku hanya ingin sukses dengan kerja keras ku sendiri aku tidak ingin merepotkan orang lain. Dan aku ingin merubah kehidupan ku menjadi jauh lebih baik dengan caraku sendiri. Walaupun aku putus sekolah tapi aku yakin akan ada banyak cara untuk menuju kebahagiaan ku." Jawab Anisa dan diapun menjelaskan alasan menolak bantuan sahabatnya itu karena Anisa tidak ingin ada kesalahpahaman dengan sahabatnya itu.

"Yasudah jika itu keputusan mu, tapi ingat jika kamu butuh bantuan jangan sungkan aku akan membantu dan selalu ada untukmu oke. An aku tutup dulu soalnya ibu memanggil ku dahhh." ucap Angel

"Baiklah" setelah menutup percakapan itu Anisa kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Tapi di sisi lain Suryo sedang memikirkan bagaimana caranya melunasi hutangnya kepada Tino. Karena hari ini hutangnya harus segera dilunasi.

"Arrrggghhh sial karena harus membiayai sekolah anak itu aku jadi terlilit hutang sebanyak ini. Dasar anak pembawa sial!" Suryo terus terusan menyalahkan keadaan nya sekarang kepada Anisa padahal uang itu dia pergunakan untuk kepentingan dia juga.

"Bagaimana ini astaga aku tidak punya uang sedikit pun, rumah ini saja tidak akan bisa melunasi hutang ku arrggghhh bagaimana ini." Suryo terus menerus berfikir dengan frustasi karena dia takut nyawa nya lah yang akan jadi pelunas hutangnya.

Di sisi lain Anisa sangat bosan karena tidak ada pekerjaan apapun. " Yaampun apa yang harus aku lakukan ini sangat membosankan. Pekerjaan rumah sudah selesai semuanya. Aku lapar tapi tidak ada makanan yasudahlah lebih baik tidur saja biar rasa laparnya hilang."

Ketika Suryo masih kebingungan memikirkan cara melunasi hutangnya kepada Tino tiba tiba..

Brakk!! Suara pintu terbuka dengan kasar karena Ternyata Tino dan anak buahnya sudah datang untuk menagih dan mengambil uang yang dipinjam oleh Suryo.

"Kau tidak lupa kan dengan perjanjian saat meminjam uang kepadaku?" Tanya Tino yang sedang terduduk santai di sofa.

"Tapi tuan saya belum bisa melunasi hutangnya sekarang." ucapan Suryo itu sontak membuat Tino marah karena Tino tidak suka jiga perjanjiannya itu dilanggar. Bahkan Tino bisa saja langsung membunuh seseorang yang berani melanggar perjanjian itu. Jadi sampai saat ini tidak ada orang yang berani melanggar perjanjian. Karena sudah tidak bisa mengendalikan amarahnya, Tino mendekati Suryo dengan tatapan membunuh nya itu Dia mencekik dan mendorong Suryo sampai tersungkur ke lantai.

Pahit

Brukk!!!

"Kapan kau akan membayarnya hahh?!"ucap rentenir sambil menatap tajam kearah laki laki paruh baya.

"Sa sa saya belum ada uangnya tuan, tolong beri saya waktu untuk membayar semua hutang hutang saya." dengan suara gemetar laki laki paruh baya menjawab.

"Apa? waktu katamu. Sudah 4 tahun tapi kau masih meminta waktu? Dasar orang tua gila!" sekali lagi dia akan menghajar laki laki paruh baya itu,tapi tiba tiba...

"Tunggu, seingatku bukankah kau mempunyai putri yang sangat cantik dan masih sangat muda? Bagaimana jika kau memberikan putrimu kepada ku sebagai pelunas hutangmu itu, laki laki tua?".

Dalam diam laki laki paruh baya itu berfikir dan bergumam dalam hatinya (ah ya benar aku serahkan saja anak sialan itu lagi pula dia bukan anak kandungku).

"Baik, tuan aku serahkan dia kepadamu." ucap laki laki paruh baya yang ternyata dia itu adalah ayah tiri dari anisa.

"Baiklah hutang mu akan aku anggap lunas jika dia sudah sah menjadi istriku.".

"Kau, bawa anisa kemari karena dia sudah menjadi milikku" ucap rentenir itu kepada salah satu anak buahnya.

"Baik tuan".

TOK TOK TOK!!! Suara ketukan di pintu kamar anisa.

"Isshh, kenapa ayah tidak langsung masuk biasanya juga seperti itu." ucap Anisa yang tidak tahu kalau itu bukan lah ayahnya melainkan anak buah rentenir itu.

"Ada apa Ayy..." belum sempat Anisa bertanya, tetapi tangannya terlebih dahulu ditarik oleh anak buah rentenir yang akan membawanya.

Beberapa langkah kemudian akhirnya Anisa berdiri tepat di depan rentenir itu. Betapa terkejutnya Anisa karena dia melihat ayahnya yg terduduk lemas dan beberapa org yang tidak dia kenal berada di dalam rumahnya.

"Siapa kalian? Kenapa kalian ada di rumah ku ,dan kenapa kalian membuat ayahku sampai ketakutan seperti ini?" dengan cepat Anisa memeluk ayah tirinya itu dengan kasih sayang padahal ayah tiri nya itu sama sekali tidak pernah menyayangi nya dan malah membuat kehidupan Anisa menjadi pahit.

"Hey cantik, jangan seperti itu karena sebentar lagi kau akan menjadi nyonya mereka." ucap rentenir sambil menunjuk ke semua anak buahnya.

"Nyonya? Apa maksudnya? Aku bukan nyonya kalian! Pergi kalian!pergi!"

"Hahahahaha.. Anisa apakah kau takut? Ah ya aku belum memperkenalkan diri kepadamu."

"Aku, Tino calon suamimu. Tenang saja aku masih muda umurku 26 tahun ya hanya berbeda beberapa tahun darimu. Sebenarnya aku kesini untuk mengambil uangku yang dipinjam oleh ayahmu. Tapi uang itu tidak ada jadi aku akan mengambil mu sebagai pelunas hutang ayahmu." dengan tenangnya rentenir itu memperkenalkan diri sebagai calon suami dari Anisa.

"Apa?calon suami? Apa maksudnya ini ayah? Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku kenal." Anisa bertanya dengan heran dan kesal karena diakui sebagai calon istri rentenir itu

"Sudahlah aku tidak punya waktu untuk melihat perbincangan antara anak dan ayah tiri nya ini. Suryo ingat 2 hari lagi aku akan datang kemari untuk menikahi putrimu jadi jangan sampai putrimu itu menolak pernikahan ini karena jika dia menolak maka kau akan kehilangan nyawa diwaktu itu juga."

Dengan langkahnya Tino(rentenir) keluar dari rumah Anisa di ikuti oleh para anak buahnya.

"Apa maksudnya ini ayah jawab pertanyaan ku?"

"Aku tidak punya uang maka dari itu aku terima tawaran tuan Tino untuk memberikan mu padanya. Sudah lah nis lagi pula jika kau menikah dengannya kehidupan mu akan senang dan jauh lebih layak. Jadi tidak ada alasan untuk menolaknya."

"Ayah apakah kau tidak menyayangi ku? Kenapa ayah memberikanku kepada dia?" tanya anisa sambil menahan tangisnya.

"Tidak karena kau bukan putri kandungku!"

Jawab suryo sambil mendorong anisa lalu dia pergi menuju kamarnya.

Arrrrgggghhhh!!!

"Ibu..ayah...hiks hiks kenapa kalian ninggalin aku sendirian seperti ini. Kehidupan ku saat ini sangat pahit dan kejam apa kalian tega melihatku seperti ini. Hiks...hiks..."

Dengan semua rasa sakit hati dan sesaknya dada Anisa berlari menuju kamarnya

"Angel ya Angel dia sahabatku walaupun kita sangat berbeda dalam hal ekonomi tapi dia dan keluarganya sangat baik padaku pasti mereka mau meminjamkan uang untuk melunasi hutang hutang ayah." dengan semangat dia mengusap air mata nya dan langsung mengambil handphone untuk menghubungi Angel.

"Hallo an,ada apa?" an adalah panggilan khusus dari angel untuk Anisa

"Hiks...hiks... Tolong aku tolong hiks..hiks.."

"An apa kau menangis? Ada apa ceritalah aku akan membantumu."

"Aku butuh uang untuk melunasi hutang ayah ku Angel karena jika tidak melunasi hutangnya aku akan dipaksa menikahinya, hiks..hiks.."

"Tenanglah an aku akan membantumu uang tabungan dan uang jajan ku mungkin akan cukup untuk melunasi hutang ayah mu. Berapa hutangnya an?"

"Apa kau yakin akan membayar nya itu sangat banyak karena aku pernah sekali mendengar percakapan ayah dengan dia (Tino si rentenir gila). Huu huu hutangnya 650 juta angel."

"650 juta? Astaga uangku masih kurang banyak an aku juga tidak bisa meminta kepada ayah atau ibuku karena perusahaan sedang ada masalah, bagaimana ini an?" dengan kaget sekaligus bingung Angel terus berfikir bagaimana caranya menyelamatkan sahabatnya itu.

"Sudahlah mungkin ini memang takdirku. Harus menikah dengan seorang yang tidak aku kenal bahkan aku benci." air mata Anisa kembali membasahi pipi nya karena sakit yang sangat hebat.

"Maafkan aku an, tapi aku berjanji aku akan slalu ada untukmu karena kamu adalah sahabat ku bahkan sudah aku anggap saudara ku an. Jangan takut ada aku jika kau merasa sedih datanglah kerumah ku aku dan orang tuaku akan slalu menjadi keluarga mu an."

"Terimakasih Angel, tolong semangati aku untuk bisa tetap kuat menjalani hidup yang kejam ini."

"Pasti an, sudah istirahat lah kau butuh istirahat untuk mengahadapi dunia yang kejam ini an. Ingat jangan takut ada aku disini aku sahabat sekaligus keluarga mu."

"Baiklah Angel aku tutup dulu"

Tidak terasa sudah 2 hari dari kejadian itu dan tepat dihari ini Anisa dan Tino akan menikah. Walaupun pernikahan ini tidak diinginkan oleh Anisa tapi dia tidak bisa berbuat apa apa yang dia bisa hanya berserah pada takdir dan berusaha untuk kuat.

"Astaga lama sekali dia." ucap Tino yang daritadi sudah menunggu anisa

Di sisi lain suryo ayah tirinya menggedor gedor pintu kamar sambil berteriak " Anisa cepatlah tuan Tino sudah menunggu mu."

Ceklek

"Ayo ayah aku sudah siap" dengan senyuman palsu nya itu Anisa melangkahkan kaki.

(Ternyata dia memang benar benar cantik) gumam Tino

"Baiklah nak Tino apakah sudah siap?" tanya pak penghulu

"Siap pak."

"Saya nikahkan kamu Tino dengan Anisa Fadilah dengan mas kawin emas seberat 20gram dibayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Anisa Fadilah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

Sah... Ucap semuanya

Ijab kabul sudah selesai Anisa dan Tino sudah sah menjadi suami istri. Beberapa saat kemudian mobil yang dikendarai oleh Tino sampai diparkiran rumahnya.

"Turunlah sekarang disini rumahmu. Dan ingat disini tidak ada pembantu jadi semua pekerjaan rumah kau yang harus menyelesaikan nya." Setelah itu Tino berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Anisa.

"Aku harus bisa menjalani ini dengan baik.ya ada Angel dia penyemangatku." ucap Anisa sambil mengikuti langkah Tino menuju kamar mereka.

"Ini kamar kita. Aku mau segera punya anak tapi, aku menginginkan anak laki laki jika tidak maka aku akan menyiksa bahkan membunuh anak itu."

Degg!! Betapa terkejutnya Anisa mendengar ucapan suaminya itu. Bagaimana nasibnya nanti jika dia mengandung dan melahirkan anak perempuan.

"Ba ba baik mas"

Anisa segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi dan menggunakan pakaian santai Anisa lanjut memasak dan membereskan dapur yang sangat berantakan.

"Mas aku sudah memasak ayo makan" ajak Anisa kepada Tino

Tidak ada jawaban sama sekali dari Tino. Karena dalam pikiran Tino Anisa hanyalah seorang perempuan pembayar hutang. Tak lama kemudian Tino berjalan menuju meja makan yang sudah dipenuhi oleh hidangan masakan yang dibuat oleh Anisa.

"Hey kau jangan makan disini makanlah di dapur kau tidak layak makan bersamaku dasar perempuan murahan." ucap Tino dengan kasar

Tanpa Tino sadari Anisa menatapnya dengan airmata yg mengalir di pipinya sungguh sakit hati dengan ucapan yang dilontarkan Tino. Tanpa menunggu lama Anisa berjalan ke arah kamar bukan kedapur karena dia sudah tidak tahan menahan teriakan tangisan nya.

Brakkk!! Tanpa disadari Anisa menutup pintu dengan kasar. Dia menangis sejadi jadinya karena baru beberapa jam menjadi istri Tino dia sudah merasakan sakit yang begitu hebat.

"Hikss..hikss.. Ibu Anisa gabisa seperti ini bu.. Anisa takut kalau nanti anisa hamil anak perempuan Anisa akan menerima siksaan mas Tino bu hikss hikss." Anisa terus menangis sampai sampai dia tidak mendengar suara ketukan pintu

"Kenapa kau lama sekali membuka pintunya!" teriak Tino

"Maaf mas tadi Anisa lagi di kamar mandi." elak Anisa

Tanpa mendengar ucapan Anisa,Tino langsung kearah tempat tidur karena dia sudah mau istirahat tanpa menunggu lama Tino pun tertidur sedangkan Anisa masih dengan perasaan sakitnya.

"Angel ya Angel aku harus kerumah dia agar aku bisa menangis dengan tenang." ucap Anisa sambil melangkahkan kaki tetapi belum sempat pergi Tino terbangun dan memanggil Anisa.

"Hey kau kapan masa suburmu berlangsung aku tidak mau terlalu banyak menghabiskan waktu dengan tidak jelas." teriak Tino

"Selama 1 minggu dari sekarang aku masih dalam masa suburku." jawab Anisa

"Bagus,jika begitu kemarilah aku menginginkan anakku cepat datang di hidupku."

Dengan ragu Anisa melangkahkan kaki ke arah Tino. Dengan cepat Tino ******* bibir Anisa dengan penuh tuntutan Anisa tidak bisa menolak ataupun menerima dia hanya diam karena ini pertama kali nya untuk dia. Tanpa tinggal diam Tino mulai melucuti pakaian Anisa sampai Anisa polos tanpa tertutup sehelai benang pun.

Tino langsung memulai aksinya tanpa memikirkan rasa sakit Anisa Tino terus menerus melakukan aktivitasnya. Sampai beberapa saat dia sudah mencapai puncaknya semburan cairan yang masuk kedalam rahim Anisa.

Setelah melakukan aktivitasnya mereka berdua membersihkan diri dan tidur. Pagi harinya Anisa terbangun karena teriakan Tino.

"Anisa! Bangunlah kau berada disini bukan untuk bersantai tapi kau harus melayani semua permintaan ku! Cepat bersihkan kotoran yang ada dirumah ini dan jangan sampai ada setitik pun debu yang tersisa!"

" Satu lagi jangan lupa masak karena aku sangat lapar."

"Baik mas." jawab anisa

Anisa berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya dan setelah itu dia langsung bergegas membersihkan rumah sesuai perintah Tino. Ketika Anisa membersihkan rumah tiba tiba ponselnya berdering.

"Ayah."

"Hallo ayah ada apa?" tanya Anisa

"Hallo apa ini benar dengan nona Anisa? Saya dari rumah sakit Kh*****a mau mengabarkan bahwa pak suryo mengalami serangan jantung dan meninggal dunia."

"Innalillahi wainna illahi rojiun, saya akan segera kesana." ucap anisa sambil menahan tangis

"Mas Tino mas Tino ayah meninggal antar aku kerumah sakit mas hikss hikss."

"Astaga orang tua itu merepotkan sekali! Minta antar supir aku sedang malas keluar." dengan santai Tino berbicara tanpa berfikir bagaimana jika dia yang berada di posisi itu

Oh iya mana mungkin dia merasakan posisi itu karena dari kecil dia sudah di terlantarkan oleh kedua orang tuanya dan dia tinggal bersama kakek dan neneknya. Ketika sudah beranjak remaja dia mengambil keputusan untuk hidup sendiri.

"Pak supir antar aku ke rumah sakit Kh*****a." ucap Anisa kepada supir di rumah Tino

"Baik nyonya."

Tanpa menunggu lama mereka segera pergi .Beberapa menit kemudian Anisa sampai di rumah sakit dan langsung mencari ruang ayahnya.

"Ayah kau juga akan meninggalkan ku?" Anisa bertanya kepada jenazah ayahnya

"Maaf nyonya apakah kita akan memakamkan jenazah pak suryo sekarang?" tanya salah satu perawat di rumah sakit.

(Kehidupan ini memang kejam Kehidupan aku sangat menyakitkan)

Menuju kebahagiaan

"Iya"

Beberapa jam kemudian pemakaman sudah selesai Tino datang untuk menjemput Anisa.

"Ayo pulang lagian ini sudah mau hujan"

Tanpa menunggu jawaban Anisa Tino menarik tangan Anisa dan masuk kedalam mobil

2 bulan kemudian

Hoek...hoek...

Anisa terus merasa mual dan pusing entah itu hamil atau penyakit lainnya. Karena tubuhnya sudah lemas Anisa pun pingsan. Betapa terkejutnya Tino melihat Anisa sudah pingsan di lantai

" Astaga Anisa Anisa kau kenapa." tanpa tunggu lama Tino membawa Anisa ke rumah sakit.

Beberapa menit kemudian Anisa terbangun dan dia merasa aneh dimana dia berada?

( Aku dimana?)

"Mas kenapa aku ada disini?" tanya Anisa

"Kamu tadi pingsan." jawab Tino dengan wajah datar

"Selamat ya pak bu sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua" ucap seorang dokter

Entah apa yang harus Anisa lakukan bahagia kah atau sedih karena dia takut jika bayi yang ada dalam kandungannya bukanlah bayi laki laki. Tapi berbeda dengan Tino dia langsung menanyakan apakah anaknya laki laki atau perempuan.

"Maaf pak kalau itu harus menunggu sampai kandungannya berusia 4 bulan keatas." jawab dokter

" baik kalo begitu kami permisi bu" ucap Anisa.

4 bulan kemudian

Dengan keadaan perutnya yang sudah agak besar Anisa berjalan menuju mobil karena hari ini usia kandungannya menginjak 5 bulan dan saatnya dia melihat jenis kelamin anaknya.

"Anisa cepatlah." Dengan tidak sabar Tino ingin segera melihat jenis kelamin anaknya

Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Tino sampai di rumah sakit. Mereka berjalan menuju ruang khusus usg.

"Selamat siang dok." ucap Anisa

"Siang bu silahkan masuk dan berbaring lah kita akan melihat jenis kelamin bayi nya ya." ucap dokter sambil tersenyum ramah

"Dok apa jenis kelamin anak saya?" Tanya Tino

"Bisa kita lihat disana ada bayi berjenis kelamin perempuan pak bu." ucap dokter sambil melihat layar usg

Betapa terkejutnya Anisa karena bayi yang ada dalam kandungannya bukanlah bayi laki laki melainkan bayi perempuan. Dia sudah ketakutan karena ancaman Tino di pertama dia meminta seorang anak laki laki.

Setelah selesai usg mereka pulang. Tino melajukan mobilnya dengan sangat cepat Anisa hanya bisa menahan tangis karena dia sudah bisa melihat betapa marahnya Tino karena mengetahui anaknya bukan lah laki laki. Sesampainya di rumah Tino langsung saja membanting benda yang ada dihadapannya.

Arrrgghhh!!!

"Anisa!!!" teriak Tino dengan tatapan membunuh

"Hikss hikss maafkan aku mas ini sudah takdir anak kita perempuan tapi dia sehat tidak ada kelainan apapun." ucap Anisa sambil terus menangis karena ketakutan

Brukk!! Anisa tersungkur kelantai karena dorongan Tino , tendangan kaki Tino tepat di perut Anisa. Anisa menjerit kesakitan dan Tino mengabaikan rasa sakit Anisa. Dia malah terus menyiksa Anisa dengan cara menampar dan memukul perut Anisa.

Tanpa dia sadari anisa yang sudah pingsan dengan muka lebam dan berdarah begitu juga dengan perutnya dibawah keluar darah yang mungkin akan mengakibatkan bayinya meninggal.

Setelah melihat itu Tino tersadar " Astaga " tanpa menunggu lama Tino membawa Anisa kerumah sakit. Setelah lama menunggu akhirnya dokter yang menangani Anisa pun keluar ruangan.

"Maaf apakah anda dengan suaminya bu Anisa?" tanya dokter kepada Tino

" iya benar dok" jawab Tino

"Maaf pak karena banyak nya luka kami tidak bisa menyelamatkan bayi nya dan keadaan ibu nya juga sangat tidak baik" jelas dokter

( karena ini yang aku inginkan biarkan saja mereka berdua mati karena aku tidak menginginkan mereka) gumam Tino

Dokter berlalu pergi begitu juga dengan Tino yang melangkahkan kakinya ke tempat administrasi.

" Saya mau membayar semua biaya perawatan Anisa sampai dia pulih dan bilang padanya jangan pernah datang lagi kerumah saya karena saya sudah tidak membutuhkan dia." ucap Tino yang sontak membuat petugas disana sangat terkejut.

"Baik tuan silahkan ini total semua biayanya."

Setelah selesai membayar semua biaya rumah sakit Anisa, Tino langsung meninggalkan Anisa begitu saja. Setelah beberapa hari tak sadarkan diri akhirnya Anisa pun membuka matanya dan reflek langsung mengusap perutnya yang kini sudah datar karena sang bayi tidak bisa di selamatkan. Betapa terkejutnya Anisa saat dia mengusap perutnya dia histeris dan terus menanyakan keberadaan bayinya sambil menangis.

"Dok dimana bayi saya dok! Dimana !" teriak histeris Anisa

"Maaf bu bayi nya tidak bisa kami Selamatkan." jawab dokter

"Dan satu lagi bu,tadi pak Tino menitipkan pesan bahwa ibu jangan lagi kerumahnya karena ibu sudah tidak dibutuhkan lagi." ucap dokter yang menerima ucapan dari petugas administrasi tadi.

Setelah mendengar ucapan dokter tadi, hati Anisa semakin sakit karena siksaan dari Tino memang benar benar kejam dari mulai membuat dirinya seperti menjadi pembantu bahkan menyiksa sampai bayi nya pun tidak bisa diselamatkan. Disaat Anisa sedang menangis dan berteriak terus menerus karena masih belum bisa menerima kenyataan, Angel dan orang tuanya masuk kedalam ruang rawat Anisa.

"An hikss hikss maafkan aku an aku tidak bisa menjadi sahabat yang baik. Bahkan aku tidak bisa melindungi mu an hikss hikss." Angel menangis dan terus merasa bersalah karena tidak bisa menjaga sahabatnya itu.

"Sayang Anisa anak ibu, jangan terus menangis nak ibu memang tidak bisa mengembalikan bayimu tapi ibu berjanji akan membuat hidupmu jadi lebih baik sayang. Tenanglah jika kau terus begini maka suamimu akan sangat bahagia karena tujuan dia adalah membuatmu menjadi seperti ini. Berjuang lah nak untuk terus hidup dan menjadi lebih baik karena di depan sana kebahagiaan sedang menunggu mu." ucap Rika yang sudah Anisa anggap seperti ibunya sendiri itu membuat dirinya menjadi sedikit tenang.

"Nak kamu adalah anak ayah juga, sepulang dari sini kamu akan tinggal bersama kami. Biarkan ayah yang akan mengurus surat perceraian mu dengan Tino, jadi kamu tenanglah karena sekarang kami yang akan menjagamu." ucap Dimas

"Aku sangat beruntung masih punya kalian. Apa kalian benar benar menyayangi ku?" Tanya Anisa sambil menahan tangisnya. Dan pertanyaan itu dijawab dengan anggukan dan pelukan yang penuh dengan kasih sayang.

3 hari kemudian Anisa sudah diperbolehkan pulang karena kondisi nya sudah semakin membaik. Anisa pulang kerumah Angel dan sekarang itulah rumahnya.

"Anisa kemarilah ayah ingin berbicara denganmu." Anisa pun mengangguk dan segera mendekat kepada seseorang yang sudah dia anggap sebagai ayahnya itu.

"Anisa ayah sedang mengurus perpisahan mu apa kamu memberi ayah wewenang untuk hal ini? Ayah bertanya karena ini adalah hak mu ayah tidak bisa berbuat apa apa tanpa seizin mu nak." ucap Dimas sambil menatap kearah Anisa

"Ayah .. Sekarang kau adalah ayahku apapun yang kau lakukan untukku pasti itu yang terbaik untukku kan? Jadi ayah tidak usah meminta izin ku lakukan lah yah karena ayah lebih tau mana yang terbaik untukku." jawab Anisa.

"Baiklah ayah akan urus secepatnya hal ini karena ayah tidak mau anak ayah terus terjebak dalam hal pahit seperti ini." ucap Dimas dan langsung mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.

"Angel jika semuanya sudah selesai aku akan hidup mandiri aku akan mencari pekerjaan karena aku tidak mau merepotkan ayah dan ibu lagi." ucap Anisa kepada sahabatnya itu.

"Kenapa seperti itu kamu sama sekali tidak merepotkan kami an jangan pergi dari sini ini kan rumah mu ini keluargamu." jawab sahabatnya itu dengan perasaan sedih karena dia akan hidup terpisah lagi dengan Anisa.

"Sudahlah Angel jadi bersedih seperti itu sesering mungkin aku akan pulang kesini oke." Anisa meyakinkan sahabatnya itu jika dia akan sering kerumahnya.

"Baiklah nanti kamu bicara kepada ibu dan ayah juga tentang hal ini." ucap Angel dan dijawab dengan anggukan Anisa

Setelah beberapa bulan kemudian Anisa resmi bercerai dari Tino. Dia pun meminta izin untuk hidup mandiri karena dia ingin menjemput kebahagiaan nya.

"Baiklah jika itu kemauanmu tapi ingat ini adalah rumahmu dan keluarga mu kapanpun kau bisa kembali." ucap sang ayah yang dijawab dengan anggukan Anisa.

1 minggu kemudian Anisa yang sedang bersiap untuk pergi ke luar rumah ini dan melakukan aktivitasnya yang baru, dia sangat bersemangat karena bisa hidup dengan tenang dan bebas.

"Angel,ayah,ibu aku berangkat dulu doakan aku supaya aku dapat kebahagiaan ku dan kehidupan yang baik." ucap Anisa sambil memeluk mereka.

"Hati hati sayang jangan lupa pulang." ucap Rika dengan hati yang masih belum merelakan Anisa pergi.

Anisa pun melangkahkan kaki nya dengan senyuman nya Anisa menatap indahnya dunia. Sambil berjalan diapun berfikir bahwa dia akan bekerja apa karena dia hanya lulusan smp. Rezeki memang tidak kemana tanpa sengaja dia melihat tulisan di dinding luar rumah yang sangat besar. Disana tertulis bahwa dirumah itu sedang dibutuhkan asisten rumah tangga, Anisa pun langsung menekan bel agar bisa masuk dan bekerja disana.

"Ada apa dek? Ada yang bisa bapak bantu?" tanya pak satpam

"Saya Anisa pak tadi gak sengaja liat tulisan di depan katanya disini lagi cari asisten rumah tangga ya? Apa boleh saya menjadi asisten rumah tangga disini?" ucapan Anisa sedikit membuat pak satpam kaget karena Anisa belum cukup umur untuk bekerja.

"Tapi dek kamu masih sangat muda untuk bekerja apalagi pekerjaan ini berat,apa kamu yakin?" tanya pak satpam

"Saya yakin pak" jawab Anisa yang langsung membuat pak satpam mengantar Anisa kepada nyonya besar di rumah itu.

"Maaf nyonya jika saya mengganggu, tapi ini ada orang yang mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang nyonya butuhkan." ucap pak satpam dengan hormat dan menunduk.

"Baiklah langsung terima saja dan antar dia ke bi Ratni biar dia tau apa saja tugasnya." Yulia menjawab tanpa melihat siapa orang yang melamar pekerjaan dirumahnya.

"Baik nyonya."

"Ayo dek kesini." pak satpam langsung mengantar Anisa menuju dapur karena bi ratni sedang ada di dapur.

"Bi Ratni ini asisten rumah tangga yang baru dan nyonya menyuruh saya mengantar kesini." tanpa lama lama pak satpam segera pergi ke tempat biasa dia berjaga dan meninggalkan Anisa.

Setelah beberapa kali menekan bel keluar seorang satpam yang bertanya kepada Anisa.

"Bi perkenalkan nama saya Anisa Fadilah biasa dipanggil Anisa. Mungkin bibi kaget karena saya masih sangat muda untuk bekerja tapi saya bisa kok bi dan nyonya juga sudah menerima saya." Anisa memperkenalkan diri sambil mencium tangan bi Ratni karena dia sangat menghargai orang yang lebih tua darinya.

"Kenapa kamu bekerja nis seharusnya kamu masih sekolah. Ibu dan ayah kamu memangnya tidak memarahimu?" bi Ratni bertanya karena memang dia tidak tau kalau Anisa sudah menjadi anak yatim piatu dan hanya dengan bekerja satu satunya cara agar Anisa bisa bertahan hidup.

Dengan Mata yang berkaca kaca Anisa pun menjawab pertanyaan bi Ratni "Ibu sama ayah Anisa sudah meninggal bi sudah lama jadi Anisa tidak bisa melanjutkan sekolah karena Anisa ga punya uang jadi Anisa memilih bekerja saja biar Anisa bisa melanjutkan kehidupan Anisa."

Setelah mendengar penjelasan Anisa, bi Ratni langsung memeluk Anisa dia sangat kasihan dengan kehidupan Anisa dan dia juga merasa bersalah karena sudah membuat Anisa sedih dengan menanyakan tentang orang tuanya.

"Maafkan Bibi nis bibi tidak tahu, kalau kamu mau kamu boleh menganggap bibi sebagai ibu kamu. Kamu boleh menangis mengadu dan meminta kasih sayang seorang ibu kepada bibi nis. Jangan merasa sendiri an lagi ya sekarang ada bibi." entah apa yang terjadi tapi mereka langsung saja merasa saling sayang sebagai anak dan ibu walaupun ini adalah pertemuan pertama mereka.

"Iya bi. Anisa mau karena Anisa tidak bisa kalau harus memendam rasa sakit ini sendirian. Terimakasih bi sudah mau menganggap Anisa sebagai Anak bibi." Anisa dan bi Ratni pun saling berpelukan karena terharu.

"Sudahlah ayo bibi jelaskan Apa saja pekerjaan kamu dan dimana kamar tidur kamu." ucap bi Ratni dan langsung menjelaskan tugas Anisa terlebih dahulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!