"Apa yang terjadi sama mama, kek?" tanya Letta yang terkejut dengan berita yang ia dapat barusan, padahal tadinya ia sedang mengikuti perkuliahannya di bidang bisnis di salah satu universitas ternama di kota J.
Tapi berita yang disampaikan kakeknya itu membuatnya meninggalkan perkuliahannya siang itu dan langusng pulang ke kediaman kakek dan mamanya. Aletta merasa menjadi yatim piatu dan sebatang kara sekarang.
Ya, karena Aletta Wijaya adalah anak semata wayang dari pasangan Nilam Wijaya dan almarhum Alexander Sunyata. Kalau mamanya benar meninggal berarti dia hanya sendirian saja di dalam dunia ini. Dan ia hanya memiliki kakek Wijaya yang merupakan papa kandung dari Nilam Wijaya, dan sesudah suami Nilam meninggal maka ia yang juga tak mengenal keluarga suaminya yang sudah yatim piatu, maka Nilam memakai nama keluarga ayah kandungnya sebagai nama anaknya.
"Mama kamu meninggal karena serangan jantung, dek!" sahut kakek Wijaya dengan suara sendu dan mata yang masih basah bekas air mata yang mengalir deras, bayangkan, anak perempuan satu satunya harus meninggal dengan cara mengenaskan seperti itu, padahal ia yang sudah tua saja tidak memiliki penyakit yang mematikan itu.
"Apa? Ini tak mungkin, tak mungkin, kakek pasti bohong kan ya?" tanyanya dengan nada sendu.
" Tidak, ayo kita ke rumah sakit untuk mengambil jenasah mama kamu di rumah sakit untuk segera di kuburkan, " kata kakek sambil mendesak sang supir untuk segera memacu kendaraannya untuk bisa sampai ke Rumah Sakit Permata di mana tubuh dari anaknya, mama dari cucunya ditaruh di sana.
Rencananya, besok adalah hari bahagia buat mamanya karena akan menikah dengan Hans Armando Javier, 39 tahun. Dan hari ini adalah hari penting terakhir bagi mamanya, Hans dan juga kedua orang tuanya.
Sesampainya di Rumah Sakit Permata, Letta langsung saja berlari ke lorong dimana tempat ruangan jenasah mamanya berada, dan disitu sudah ada Hans, dan kedua orang tuanya yang menatap ruangan dihadapannya itu dengan tatapan sedih dan sendu bahkan air mata tidak lepas dari wajah mereka semuanya.
"Gimana? Dimana mama aku, Om! Kenapa bisa begitu? Kenapa Om... ?" tanya Letta bertubi tubi kepada Hans yang menatap pintu ruangan kamar jenasah itu dengan tatapan pilu.
" Nilam, pingsan sambil memegang dadanya, dan waktu dibawa kesini ia sudah tidak ada..." jelas Hans dengan suara lirih.
"Tidak mungkin... tidak mungkin, " kata Letta merapal kata-kata yang sama sedari tadi agar kejadian yang dia dengar yaitu tidak benar-benar terjadi dan saat ini dirinya sedang bermimpi buruk.
"Maaf, tapi..."
"Tidak itu tidak terjadi!!!!" kata Letta sambil meluruh, badannya lemas dan tidak sadarkan diri. Letta pingsan, untung saja tubuhnya sempat ditangkap oleh Hans sehingga ia tidak jatuh di bawah.
***
Mereka berempat ada di dalam sebuah ruang rawat inap VIP.
" Bagaimana dengan acara pernikahan besok, tuan Wijaya, jangan lupa kalau anda masih memilikin perjanjian dengan kami." kata tuan Arland Javier dengan nada cemas.
" Mau tidak mau, Letta harus mau menggantikan mamanya dalam hal ini menjadi pengantin pengganti! " kata nyonya Merlita Javier, mama dari Hans.
"Nyonya, dia masih sedih, mana mungkin kita memaksanaya untuk menikah sekarang..."
"Pernikahannya itu besok, tuan ! Tidak mungkin kita memundurkan acara itu, dan akau tak mau kalau keluarga Javier malu dengan kejadian begini." sanggah nyonya Merlita dengan wajah memerah, sedangkan Hans hanya diam saja yang tak menanggapi apa yang dikatakan oleh orang yang ada di sana, ia hanya menatap anak perempuan yang cantik yang sedang tak sadarkan diri.
Tangannya meremas tangan mungil yang tampak dingin dan lemah karena mendengar apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya kalau ia akan dinikahkan oleh gadis manis dihadapannya itu.
Ia tak menampik, dibanding kan dengan mamanya, jelas ia akan memilih bersama dengan gadis ini secara ia masih muda dan penurut, tapi apakah ia bisa tahan saat tahu rahasia yang ia miliki?
Di saat kedua belah pihak yang ada disitu masih beradu argumen, tangan kecil itu bergerak tanda ia akan siuman atau mungkin karena terganggu dengan perdebatan orangtuanya dan kakek Wijaya.
"Ssshtt... Letta sadar!" kata Hans sambil menggoyangkan lengan si gadis manis itu sambil memanggil namanya.
"Letta... bangun !"
"Erghh, mama?"
"Mama kamu sudah meninggal sayang, dan sekarang ia sudah dikuburkan." ya tubuh Nilam yang membeku sudah di kuburkan secara langsung, karena keluarga Javier berkeras besok akan ada pernikahan, jadi Nilam harus segra dikuburkan.
"Bagaimana bisa? Kalian tidak mengijinkan aku untuk melihat jasad mamaku." kata Letta dengan nada sedih. Ia menangisi nasibnya yang menjadi yatim piatu dan bahkan ia tidak bisa melihat jasad mamanya.
"Letta sayang, kita tidak bisa melakukannya karena kamu harus menikah dengan Hans," duarrr bak petir menyambar langsung ke tubuh Letta, ia jadi gamang mendengar hal itu.
"Apa? Tapi om Hans adalah calon papa aku, dia adalah calon suami mama, kan?"
"Mama kamu kan sudah meninggal, sedangkan pernikahan besok gak mungkin batal, jadi mau tidak mau kamu harus menikah dengan Hans, karena ini menyangkut perjanjian yang ditanda tangani oleh kakek kamu, kalau kakek kamu mengingkari maka ia akan masuk penjara." jelas Tuan Arland Javier dengan nada lembut, jadi gak ada pilihan.
"Apa??"
"Sayang, coba kamu pikirkan terlebih dahulu, karena ini menyangkut kepentingan orang bnayak, baik bagi keluarga Javier dan juga keluarga Wijaya, kamu mau ya sayang ya?" tanya Merlita dengan nada mendesak.
"Apakah aku bisa mundur?" tanyanya dengan nada lesu, ia menatap kakeknya yang sudah tua, dan kembali menatap Hans yang notabene seharusnya adalah calon papa tirinya.
Hans hanya diam, namun papa dan mamanya terus mendesak agar Letta menerima pernikahannya itu dan pernikahan besok tetap berjalan, bukan hanya pers dan juga keluarga kalangan jetset, namun juga kolega dan juga rekanan bisnis. Mau ditaruh dimana muka mereka kalau pernikahan megah nan mewah itu bakalan batal?
"Bagaimana dengan kuliah aku? Aku tidak mungkin menghentikan kuliahku. Aku..."
"Aku tidak akan melarang kamu untuk meneruskan kuliah, asal kamu tahu tanggung jawab kamu sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga." sahut Hans dengan cepat, membuat ayah ibunya bahagia karena Hans mau memperjuangkan gadis manis itu sebagai istri. Mereka menyukai Letta selain anaknya penurut dan wajahnya cantik, ia juga anak yang cerdas dan mandiri. Arland sudah tahu tentang semuanya itu, karena sebelum menjodohkan anaknya dan Nilam, ia sudah menyelidiki latar belakang keluarga Wijaya.
"Hmm baiklah aku akan menuruti apa yang menjadi kemauan kalian tapi aku tetap mau kuliah sampai selesai." sahut Letta dengan nada tegas.
"Iya tentu, karena sebagai mas kawinnya aku akan memberikan Wijaya Grup yang sahamnya 75 persen ada di tangan keluarga Javier, itu akan kuberikan padamu kalau kamu bisa lulus dengan cumlaude." kata Hans dengan nada datar, ia memang tahu kalau Aletta adalah anak yang sangat cerdas dan mandiri, bahkan ia bisa menyelesaikan SMAnya dalam waktu 2 tahun dan di usianya yang ke 20 ini ia sudah hampir menyelesaikan kuliahnya.
"Benarkah?" pikiran Aletta melayang, kalau ia bisa mengambil balik saham milik keluarga kakeknya maka ia tak perlu berhutang lagi dengan keluarga Javier, oleh karena itu ia mau.
Hans itu tampan dan tak terlihat seperti usia 39 tahun, jadi Aletta tak berpikir panjang lagi untuk menerima Hans sebagai suaminya, toh tak ada satupun temannya yang tahu tentang hal itu.
Aletta selalu menyembunyikan identitasnya. Sahabatnya pun tak tahu kalau mama Aletta akan menikah besok sabtu ini, jadi Aletta pikir ini masih bisa ia sembunyikan sementara waktu.
.
.
.
TBC
Hay readers, welcome back sama author Nophie.
Ini cerita baru gress.... tolong di fav ya... like dan juga komen lalu vote... ditungguuuuuuuuu
Sekalipun tak cinta, namun ketika melihat wujud Aletta yang sangat cantik ketika di make over, tentu membuat jantung Hans berdebar kencang. Wajah Aletta bak bidadari yang jatuh dari langit.
Sealay itukah Hans, pria berusia 39 th yang menikahi wanita muda, yang harusnya menjadi anak tirinya?
Wajah cantik Aletta mengalihkan dunianya, bahkan waktu mama Aletta menjadi calon istri akibat perjodohan, ia tak pernah seberdebar ini. Jantungnya terkondisikan dengan baik, kenapa sekarang tidak?
" Sekarang kalian adalah suami dan istri. Pengantin laki laki yang sedari tadi menatap pengantin perempuan tak berkedip sekarang boleh mencium pengantin wanitanya."
Seketika itu juga, semua hadirin yang datang berteriak dan bersiul dengan cukup keras, membuat Aletta merona wajahnya karena malu, sedang Hans melakukan apa yang disuruh oleh sang pendeta untuk mencium pengantinnya, yahhh.. mungkin sulit untuk mencium bibir Aletta sekarang, jadi ia cium kening istri yang lebih pantas menjadi anak tirinya itu.
cup..
Aletta canggung dengan semuanya ini, bayangkan dirinya yang tak pernah sekalipun menjalin hubungan dekat dengan laki laki dan sekarang harus bersama dengan seorang laki laki yang bertitel suami sah, namun pernah dijodohkan dengan mamanya. Huh, miris bener nasibnya ...
" Om, emang sehabis ini acaranya apa?" tanya Letta dengan suara berbisik ketika melihat rombongan orang berduyun duyun untuk menyalami mereka. Apakah setengah kota ini pada datang kesini hanya untuk menyelamati mereka?
Aletta mengedarkan pandang pada sekeliling tempat ini, luar biasa orang kaya ini...
Bahkan inisial pengantin, nama pengantin tereja rapi disana, dan bukan nama mamanya, melainkan namanya dan nama calon suami mamanya itu. A dan H
" Ganti panggilan kamu itu, masa manggil suami dengan om?" sergah Hans, kesal dengan panggilan tak bermoral seperti itu, ia bagai pedo**l yang menikahi korbannya.
" Lha siapa manggilnya, kebiasaannya manggil om, lagian kita dulu jarang bertemu, jadi yahhh..." sahut Letta beralasan.
" Gak mau tahu, sekarang gak boleh panggil itu!" nada datar dan dingin Hans menyakiti perasaan Letta, gak tahu ya, kalau Letta sedang berusaha memainkan peran sebagai istri yang baik. Gak menghargai banget jadi suami! Loh ehh..
" Mau dipanggil apa, om? Eh... "
" Terserah!"
Nah kan kayak wanita lagi PMS semua serba terserah... Letta kan jadi bingung.
" Ehm mas?"
" Ya?"
" Maksudnya kalau aku manggilnya mas, gimana?"
Wk wk kayaknya gak pantes, tapi ya sudahlah, dengan begini kan dia tampak muda, walau yaaaahhh emang dia tampan dan kelihatan ga sesuai umurnya, batin Letta lagi.
" Uhukk, ehm boleh.." sahut Hans sedikit salah tingkah. Mungkin Letta gak tahu, sebagai laki laki yang berusia matang, ada sesuatu yang meronta saat Letta memanggil Hans dengan nada manja begitu.
" Masss, capek, ini kaki udah kayak kesebelasan, berdiri terus..." rajuknya manja, emang sifat Letta yang blak blakan membuatnya tak ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya pada pria yang usianya hampir 2 kali lipat usianya itu.
Hans yang bersifat dingin, datar dan tak tersentuh menjadi sedikit luner dengan kehangatan sikap Aletta.
" Mau duduk?" Hans bisa saja menyetop antrian salaman yang mengular, agar istri kecilnya bisa duduk, ia sadar kalau istrinya itu tak terbiasa pakai high heels dan juga menemui tamu dan berbasa basi seperti itu.
" Emang bisa? Tuh lihat ngeri banget kan panjangnya...Huft!" katanya kesal karena melihat antrian salaman yang tak habis habis.
Lalu Hans memanggil EO acara dan langsung berbisik, entah berbisik apa ia tak tahu namun sejurus kemudian Hans langsung menggandengnya menuju meja prasmanan kecil yang berada di pojok, tempat mempelai dan juga keluarga ini makan.
Aletta membulatkan matanya karena melihat makanan enak yang di meja prasmanan tersebut, Hans membantunya berjalan karena ekor gaun yang panjang membuatnya agak kesulitan untuk berjalan sendiri.
"Lapar juga ternyata?" tanya Hans yang melihat istri kecilnya yang baru sah beberapa jam yang lalu.
"He he he, ketawa basa basi itu melelahkan ya, jadi gak salah dong kalau aku kelaparan." sahut Letta yang tanpa jaim dan malu malu langsung mengambil makanan.
Hans bahkan tak pernah tahu kalau ternyata dibalik tubuh Letta yang kecil dan ramping itu ternyata daya makannya sangat kuat dan terbilang cukup bar bar.
" Makannya banyak juga?" tanya Hans dengan nada menggoda, niatnya agar gadis itu marah dan kemudian merajuk.
Pasti akan sangat lucu kalau itu terjadi, namun impiannya lenyap karena gadis itu hanya biasa saja.
"Yah namanya juga lagi dalam masa pertumbuhan." Wk wk wk
Ajegile, jawabannya benar benar skak mat dan tepat sasaran. Emang masih kecil kan anaknya. Jadi bener dong masih dalam masa pertumbuhan. Sindiran bagi sang perjaka tua yang mengawinin anak gadis yang beda jauh banget sama umurnya. Seketika Hans insecure saudara saudara...
"Kamu makan segitu banyak, sisanya kamu sembuyiin dimana? Mungkin cacing dalam tubuh kamu itu banyak ya, soalnya badan kamu itu masih ramping ramping saja, " kata Hans sambil memperhatikan bentuk tubuh dari Letta yang proposional dan tampak membesar di tempat tempat yang seharusnya. Yah walau mungkin ga terlalu besar ya? Secara gadis ini masih sangat muda.
"Ya, gitu deh, mungkin that's the gifts. Jadi makan banyak pun tubuhnya segini saja." kata Letta sambil memakan makaanan yang tersedia di meja prasmanan.
Udang asam manis, Bebek peking, Sop asparagus, masyaaalah ini adalah piring ke 4 yang berisi nasi goreng seafood dan ia masih menambah bebek peking di dalam piringnya. Oh my God!
"Mas ambilin ice creamnya dong, vanila and strawberry ya..."
pinta Letta dengan santai tanpa memperhatikan kalau suaminya bahkan belum makan apa apa.
"Astaga, Letta!" Kakeknya yang sudah tahu betapa bar bar-nya cara makan cucunya, hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya.
"Itu suami kamu gak kamu layani makan duluan dan kamu sudah habis 4 piring?" tanya kakeknya dengan nada marah.
"Maaf kek! Khilaf!" sahutnya sambil terkekeh santai, tapi tetap saja menuruti apa yang dipinta kakeknya yaitu mengambilkan makanan buat suaminya itu, bahkan berniat menyuapi suaminya itu.
Kakeknya hanya bisa mengelus dada melihat cucunya yang masih belum terlihat dewasa namun sudah menikah karena menjadi istri pengganti bagi papa tirinya.
Sedangkan, Hans pun hanya bisa menyantap makanan yang di suapkan oleh istrinya itu, entah kenapa walau istrinya tu kekanak kanakan dan tingkahnya semau sendiri, ia tak marah. Malah ia menyukai perangai Letta yang apa adanya dan menjadi dirinya sendiri.
"Kamu gak nambah. Letta?" sindir suaminya sambil berbisik lirih.
" Ah ada kakek gak enak, soalnya kakek itu sedikit bawel." bisik Letta dengan nada santai, namun ia masih saja sambil menyuapi suaminya yang mau mau saja dibegitukan, padahal sudah banyak yang melihatnya dan menatap kemesraan mereka dengan iri. Apalagi fans Hans yang memang sangat banyak, mereka bahkan rela melemparkan tubuhnya ke atas ranjang Hans hanya unyuk memuja tubuhnya di sana. Tapi Hans memang aneh, ia tak peduli.
Bahkan saat ini, ia lebih peduli dengan istri kecilnya yang bagaikan magnet, membuat perhatiannya hanya kepada Letta saja.
Dasar ABG labil! pikir Hans dengan senyum yang melengkung di wajahnya yang tampan,sambil menatap gerak gerik istrinya yang tampak menarik.
.
.
.
.
TBC
Hay readers, ini cerita baruku, langsung cuss dilike, komen dan juga vote ya.... biar cepat naik dan dikontrak. Makasih
Letta mengikuti Hans memasuki sebuah suite dimana dia harus mau gak mau merasa takjub dengan kemewahan kamar yang sangat luas itu.
Mau tak mau dengan berduaan saja bersama Hans, membuat dirinya yang masih perawan dan juga tidak pernah... catat!!!
Aletta tidak pernah berhubungan dekat dengan s eorang laki laki tentu saja membuat dada Letta berdebar kencang, bahkan ia takut kalau ternyata sekalipun ia masih muda tapi ia memiliki penyakit jantung.
Tau gak rasanya jantung itu berlompatan tak mau berhenti gitu?
Nah, itulah yang saat ini ia alami...
Apalagi saat Hans melepaskan jas dan kemejanya, kemudian menggantinya dengan kaos rumahan berwarna putih ketat sehingga mencetak jelas otot otot tubuhnya yang sangat menggoda iman seorang wanita.. eh gadis kecil berusia 20 tahun yang sama sekali belum pernah melihat seorang laki laki yang bugil, ingat papa kandungnya sudah meninggal jauh sebelum ia dewasa membuatnya tak pernah merasakan cinta seorang ayah dan figure ayah.
Oh my God, demi apa coba, ia buka celana panjangnya juga…
“Arghhhhh… jangannnnn disini! Kenapa Om gak buka buka di kamar mandi saja, disini kan masih ada anak kecil?” tanyanya dengan nada kesal dan ingin rasanya ia mengumpat semua umpatan kasar yang ia kenal, hiiiyyy !
Hans tak menghiraukan perkataan istri kecilnya itu dan tetap meneruskan kegiatannya dengan santai.
Letta bahkan masih mengenakan baju pengantinnya yang maha indah serta berusaha memalingkan wajahnya yang memerah bak tomat busuk.
“ Kamu sendiri emangnya mau terus pakai baju pengantin? Gak mau rugi dengan make up kamu yang membuat kamu kelihatan dewasa ya?” cemoohnya dengan nada sinis.
Astaga ini laki laki mulutnya kayak boncabe level 50, ngeselin banget ya! Padahal tadi kelihatannya baik loh, dasar pencitraan dihadapan hadirin rupanya.
Om om itu menatap Letta dengan mengangkat alisnya sedikit dan sudut bibirnya ada senyum samar yang membuatnya semakin tampan, orang gak akan tahu kalau om om ini usianya hampir 40 tahun, karena wajahnya yang baby face.
“Emang om bawain bajuku?” tanya Letta dengan nada kesal.
“Pilih aja baju yang kamu mau, ada di lemari situ, kalau kamu ingin mengganti baju kamu, asisten aku yang sediain jadi aku juga gak tahu selera bocil macam kamu itu apaan!” katanya dengan nada yang lagi lagi ngeselin.
Orang ini kayaknya memiliki dua kepribadian karena kadang ia baik, kadang ia ngeselin kayak gini.
Wajah Letta sudah ditekuk 12 dan membuatnya tambah menggemaskan, justru itu yang dicari oleh Hans.
Wajah marah si Letta itu menggemaskan dan tampak lucu! Oh my God, kayaknya ia benar benar Pedo**l, saat ia usia 19 tahun ada bayi wanita lahir dan itu adalah Aletta dan kemudian ia memutuskan untuk menikahinya.
Hu huh u… harga dirinya akan jatuh kalau teman teman sekolah jaman dulu tahu ia menikahi anak kecil kayak gini.
“Terima kasih!!” sahutnya dengan nada sarkas.
Letta segera menunaikan apa yang disuruh oleh laki laki itu karena ia tak mau banyak membantah dan malah membuatnya semakin banyak berinteraksi dengan laki laki yang nyebelin itu. Walau ia heran, kenapa si Hans ini kayak di rumah sendiri aja, bahkan bajunya tertata rapi disana. Hmm orang kaya mah bebas ya? Tidur semalam aja kayak orang tidur setahun. Bawaannya banyak bener.
Dia bangkit berdiri dan menuju ke lemari yang ditunjuk oleh Hans, suaminya itu, lalu segera membuka lemari itu.
Ia sungguh terkejut ternyata baju yang ada di sana ada banyak, ataukah ini milik mamanya? Tapi gak mungkin mamanya pendek dan sedikit lebih gemuk dibandingkan dirinya, sedangkan tubuhnya ini setinggi 170cm dan dengan berat tak sampai 48 kg, Kutilang, eh tapi jangan salah sekalipun begitu, ia memiliki postrur tubuh yang benar benar menakjubkan karena *********** yang bulat dan menantang dan juga bemper belakangnya yang
mencuat membuat ia layak menjadi model pakaian dalam Victornya Seksi wk wkwkwk.
“ Itu baju yang dibeli asistenku, jadi jangan pikir kalau itu baju miliki mama kamu,” katanya seakan tahu apa yang saat ini ada di dalam pikirannya, padahal wanita itu bahkan belum bilang apa apa sama laki laki tua dihadapannya itu.
“Hemm, aku gak ngomong apa apa kok! ” katanya sambil menghindar, kayaknya Hans ini adalah laki laki indigo, padahal aku belum ngomong apa apa tapi ia tahu aja, pikirnya dalam hati.
Letta langsung mengambil pakaian yang diinginkan yaitu piyama lengan pendek dan juga celana pendek di atas lutut seperti kebiasaannya di rumah., tanpa ingat kalau ia membutuhkan penutup dada kalau ia tak mau singa magadasgkar itu menerkamnya, namun namanya juga lupa dan emang kebiasaannya di rumah emang seperti itu, dan kalau gak begitu ia gak bisa tidur.
Letta menuju kearah kamar mandi karena suaminya sudah pakai pakaian tidur yang hanya kaos putih dan boxer… ingat boxer ya bukan celana pendek, sehingga itu nya, ah sudahlah!
Di kamar mandi, Letta berusaha melepas baju pengantin yang maha rumit namun seperti cerita klise kisah pengantin dadakan, ia gak bis a lepasin baju sialan itu dengan tangannya.
Kalau mau minta tolong, ia enggan banget karena itu berarti sang laki laki bisa lihat punggungnya yang polos dong!!! Ogah! Emang ia belum membuat kontrak apa apa sih, yang kayak di novel novel itu, namun ia agak gak rela melepas mahkotanya bersama kekasih mamanya, apalagi dulu ia pernah melihat kalau Hans mencium bibir mamanya, huekkk!!
Namun gimana ya enaknya?? Disobek aja? Ya gak mungkin, ia aja gak tahu ini sewa atau beli. Ya kalau beli, kalau sewa???
Kan berarti besok harus dikembalikan ya? Kalau rusak ia harus ganti. Padahal ia juga tahu kalau keluarga Hans itu tajir, jadi gak mungkin kalau harga gaun pengantin itu pasti mahal. Ehm, coba diingat dulu, rekening tabungannya ada berapa juta ya? Buat ganti baju yang nantinya sobek ini, soalnya dia ogah banget minta tolong sama om Hans buat bukain gaun ribet ini.
Ya Tuhan, masa di malam pertama ini malah ia harus tekor bayar kerusakan baju pengantin? Tapi ia masih muter muter gimana caranya melepas gaun sialan yang sayangnya indah saat melekat di badannya.
Sementara itu di luar kamar mandi, Hans jadi bingung apakah istri kecilnya itu memutuskan untuk tidu di kamar sehingga gak keluar keluar walau sudah ditungguin sebegitu lama? Ia bingung namun ia mencoba bersabar.
Kemudian di menit yang ke 30 ia mulai resah, takut kalau istri kecilnya itu ketiduran di kamar mandi dan tenggelam di bath tube, sehingga ia harus melakukan sesuatu.
Hans mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya dengan pelan.
“Letta, are you okey?” tanya Hans dengan nada cemas, secemas perasaan Letta yang sampai sekarang belum bisa melepas gaun pengantinnya itu.
Letta tak mau menjawab, karena posisinya saat ini baju pengantinnya itu masih melekat di tubuhnya, kalau ia buka pintu tentu om Hans tahu kalau ia belum ganti baju.
“Letta, kamu kenapa? Aku dobrak pintu ini kalau kamu gak segera menjawab!” katanya dengan nada marah sekarang, ia menganggap Letta sedang bermain main dengannya.
“Eh sebentar, om aku kebelet soalnya..” sahut Letta dengan cemas, membuat setidaknya Hans lega, Letta bukannya tenggelam di dalam bath tube.
Sebagai orang kaya, pasti semua berita tentangnya itu bisa mengisi tabloid gossip.
Ia sama sekali gak bisa bayangin kalau besok Headline newsnya adalah, “ Telah ditemukan wanita cantik yang meninggal gara gara tenggelam di bath tube. “ bagaimana dengan kredibilitasnya sebagai pewaris tunggal?
.
.
.
TBC
Hai readers, yang sabar ya, soalnya authornya sama nyelesaiin cerita.
Jangan lupa di fav, di like dan juga di kasi gift donggggg!! happy reading ya gays.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!