NovelToon NovelToon

MAFIA HOBI BERCOCOK TANAM

Bab. 01. Pistol Baja

"Sebut namaku!"

Teriak Ben.

"Sekarang giliran kau darl....! pv waskan aku!!!" Ujar pria tampan itu menghentikan aktifitasnya sehingga membuat wanita di bawahnya merasa kecewa karena pelepasannya gagal.

Pria bermata coklat tajam itu berdiri dengan cucuran keringat sehingga membuatnya tampak lebih menggoda.

Dengan nafas menggebu-gebu seorang wanita berjongkok dengan kepala menadah ke atas. Tanpa menunggu lama memangsa pistol baja yang sudah berdiri keras.

Waww...

Suara serak itu tertahankan dengan kedua tangan menarik mundurkan kepala wanita yang sedang menik Matti pistol baja miliknya.

"Cepat darl....." Pistol baja ingin di ledakan didalam mulut hangat itu.

Kepala wanita itu menggeleng, ingin mengakhiri tetapi sayangnya tidak bisa melepaskan.

Ssst....

Eran gan itu memenuhi isi kamar. Pistol baja meledak bukan di sarangnya.

Plak

"Pergi sekarang juga!" Ujar pria itu setelah menampar pipi sebelah kiri wanita yang baru saja memberi kenikmatan untuk dirinya.

"Darl.....kamu curang, bahkan aku belum merasakan pistol baja per kaza itu," lirih wanita tersebut sembari memegang pipi bekas tamparan tadi.

"Pergi sekarang juga!" Bentaknya dengan mata tajam seperti ingin menelan hidup-hidup sembari melemparkan segepok uang.

Dengan rasa takut bahkan tubuh bergetar wanita panggilan itu beringsut memunguti pakaian yang berserakan di lantai. Lalu memakainya dan bergegas keluar dari kamar tersebut dengan perasaan takut.

🍁🍁🍁

Prolog

Ben Brylee adalah ketua mafia atau bos mafia yang sangat berkuasa dan ditakuti oleh para saingannya. Pria berusia 27 tahun itu memiliki ketampanan luar biasa sehingga memikat hati para kaum hawa.

Ben Brylee tidak memiliki satupun keluarga. Dari usia 10 tahun ia ditinggal oleh Daddy dan Kakak perempuannya dengan cara tragis.

Ben Brylee adalah dikenal sebagai mafia kejam dan hobi bercocok tanam kepada wanita panggilan. Tetapi ada satu keunikan dari pria itu yaitu ia tidak pernah menembakan pistol baja didalam sasaran tepat.

Dendam dan dendam itulah yang menjadi misi dari awal.

🍁🍁🍁

Dalam markas Ben mengumpulkan beberapa orang kepercayaannya.

"Bos geng Bird malam ini akan mengirimkan barang lewat jalur A B," terang Bram memberi informasi yang ia selidiki.

"Jangan biarkan! gagalkan," ujar Ben.

"Mereka membawa rombongan dengan senjata lengkap bos," pungkas Bram.

Ben menyipitkan ujung matanya. "Bram kau takut dengan senjata mereka? senjata mereka tak sebanding dengan senjata yang ku rakit sendiri," ujar Ben dengan mata menajam.

"Tidak bos, hanya saja orang yang kita lawan cukup kuat," ungkap Bram kembali.

"Bram kau meremehkan aku? apa kau lupa siapa mafia yang terkenal di Rusia ini? Ben Brylee, Bram!" Ujar Ben dengan suara menggema. "Mereka hanya aku singkirkan dengan seujung kuku, jika kalian takut biar aku sendiri yang menghadapi," pungkasnya dengan murka.

"Maaf bos bukan maksud saya seperti itu. Bos tidak perlu turun tangan, biar kami yang menghadapi geng Bird," ujar Bram dengan takut. Bagaimana tidak takut jika berhadapan dengan seorang Ben.

"Kerjakan apa yang menjadi tugas kalian. Aku tidak ingin mendengar kata gagal dan lain sebagainya. Bawa hasil dari kerja keras kalian," ujar Ben sembari memberi ancaman.

"Baik bos," sahut mereka bersamaan.

"Laksanakan!"

Beberapa diantara mereka meninggalkan markas.

"Tunggu Bram. Aku akan menunggu ditempat biasa, cari wanita yang dapat me mvwazkan," ujar Ben seperti biasanya. Satu hari ia bisa tidvr dengan tiga wanita atau bahkan bisa lebih jika moodnya lagi menginginkan.

"Baik bos," sahut Bram. Lalu tidak lama menghubungi seseorang.

Hmm

Kini Ben sudah berada di tempat biasa, dimana ia akan bermain panas dengan sejumlah wanita.

"Kenapa lama sekali? keburu moodku hilang," umpat Ben karena sudah 20 menit ia menunggu sedangkan pekerjaannya telah menunggu.

Tok tok tok

"Masuk!"

Klek

"Bos mangsa sudah datang," ucap pria yang sering mengantarkan wanita kedalam kamar hotel tersebut. Mangsa itu adalah sebutan wanita panggilan.

"Suruh masuk sekarang juga, kenapa bisa lama sekali?" ujar Ben dengan marah.

"Maaf bos ada sedikit masalah."

"Masalah?" ujar Ben meniru ucapan anak buahnya. "Masalah apa? apa ada yang menghalangi?" tanyanya dengan rahang mengeras.

"Mangsa sedikit berulah bos. Hmm sok jual mahal," pungkasnya.

"Kurang aja*! Berani melakukan itu kepada seorang Ben Brylee? panggil jala** itu sekarang juga!"

Anak buah Ben langsung keluar, dan segera menyuruh wanita panggilan tersebut.

"Jangan macam-macam dan berulah karena bos membenci hal tersebut," peringatan dari anak buah Ben.

"Diam jangan banyak omong," ucap ketus wanita panggilan itu sembari berlenggang dengan percaya diri.

"Wanita banyak tingkah," ujar pria yang memiliki rambut gondrong bergidik jiji*.

Klek

Pintu kamar kembali dibuka.

"Maaf darl.... menunggu lama," ucap wanita bertvbvh sintal itu berlenggang mendekati.

Ben yang lagi tengah membalas email yang masuk dari ponselnya menoleh kearah belakang. Tatapannya langsung menyelusuri seluruh tvbvh wanita itu dari atas sampai bawah.

Senyuman menyeringai tercetak di bibir tebal menggoda itu. Bagaimana tidak wanita yang berulah seperti yang diinfokan oleh anak buahnya adalah wanita yang berpenampilan perfek.

Waaw....

Ujar Ben seketika melihat dva tonjolan yang menjulang indah dihadapannya.

"Oh shitt...." Ben mengigit bibir bawahnya merasakan jari-jemari halus itu mera yapi seluruh tvbvhnya.

"Darl.... sekarang pv waskan aku," bisik manja wanita itu sembari mengigit halus daun telinga Ben.

Ben melakukan seperti biasa ia lakukan ketika bermain di rangg jang. Pria tampan itu hanya menggunakan jari-jemarinya saja untuk menikmati di setiap jengkal aset milik sang wanita. Jangan pernah mengharapkan lebih dari itu sehingga tidak sedikit wanita yang merasa kecewa tetapi tidak membuta mereka berhenti menjerit nik Matt.

"Darl..... plis?" mohon wanita itu yang kini menginginkan, sedangkan Ben dengan santai mengobok aset wanita tersebut menggunakan jari-jemarinya.

Ben langsung menghentikan aktivitasnya.

"Darl...." wanita itu ingin protes.

"Kau sudah ba zzah, sekarang gantian," ujar Ben sudah tidak tahan lagi.

Huh....

Mau tidak mau wanita itu menuruti keinginan Ben. Ben berbaring dengan telentang, lalu wanita itu berjongkok. Kini pistol baja sudah tengelam didalam sasarannya.

Awww....

"It's okay!" Ucap Ben dengan serak. Wanita itu semakin mengikuti irama Ben.

"Darl.... kenapa si membidik pistol bajanya di sini?" ucap wanita itu sembari mengelap sisa cairan kental itu dari bwbirnya.

"Siapa kau berani menanyakan itu? pergi sekarang juga!" Bentak Ben seakan membenci wajah wanita yang baru saja memberi Kenik***** untuk dirinya.

Ben melemparkan segepok uang sehingga mengenai wajah wanita yang kini pucat pasi itu. Dengan tangan bergetar wanita itu memungut pakaian serta uang yang dilemparkan oleh Ben.

Setelah kepergian wanita itu Ben langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sebenarnya ia sendiri muak dengan itu tetapi kecanduan itu tidak bisa lagi ia hindarkan.

Bersambung.....

Bab. 02. Masa Kecil Ben 1

"Gres tolong jangan pergi. Lihat anak-anak, mereka masih membutuhkanmu," seru pria bermata coklat itu sembari menghalangi jalan wanita berkulit putih.

"Minggir Wil, jangan halangi aku!" Teriak Gres sembari menghentakkan tangannya sehingga genggaman Williams itu terlepas.

"Kau benar-benar seorang wanita yang tak punya perasaan. Dimana hati nurani kau Gres?" bentak Williams sudah tersulut emosi, selama ini ia hanya mengabaikan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Tetapi kali ini ia tidak bisa diam saja karena Gres sudah kelewatan batas.

"Wil aku tidak ingin hidup dengan terlilit hutang sana sini. Aku tidak bisa Wil," cecar Gres tak mau mengalah. "Sekarang kita tak punya apa-apa lagi, yang ada terlilit hutang. Semua perusahaan sudah bangkrut, aku tidak ingin menjadi gembel, dimana aku taruh wajahku ini dengan teman-teman sosialita?" imbuhnya dengan menggebu-gebu.

"Itu semua karena kau, terlalu royal dengan uang perusahaan. Gaya hidupmu sungguh diluar nalar. Selama ini aku membanting tulang untuk mendirikan perusahaan tetapi dengan mudahnya kau hancurkan, kau kuras Gres!" Pungkas Williams sembari mencengkram erat lengan Gres.

"Lepas sakit," lirih Gres seperti hentakan sembari menghentakkan tangannya agar terlepas tetapi sayangnya tidak membuahkan hasil.

"Sakit? asal kau tau yang lebih sakit di sini adalah aku. Dengan tak tau diri kau menduakan aku dan membayar sejumlah gigolo di luaran sana untuk memenuhi nafsu setanmu itu!"

Gres tersenyum mengejek.

"Apa kau bisa memenuhi itu semua? apa kau bisa Wil? tidak bukan?" ucap Gres sembari tertawa mengejek tak mau disalahkan.

Williams mengeraskan rahang dengan kedua tangan terkepal erat.

"Aku seperti ini juga karena kau, asal kau tau itu," ujar Williams.

Gres membeku sesaat, ingatan beberapa tahun yang lalu terlintas di ingatannya. Dimana saat itu ia hampir saja dilindas sebuah mobil, tetapi nyawanya masih terselamatkan oleh Williams.

Williams menyelamatkan Gres sehingga ia sendiri yang mengalami kecelakaan. Akibat dari musibah itu alat vitalnya divonis tidak bisa lagi berfungsi.

Tahun ketahun Gres mulai berubah. Ia lebih banyak wara-wiri sana sini dengan para geng sosalitanya. Entah pergaulan bebas sehingga membuatnya terjerumus lebih dalam. Perselingkuhan itu sudah dari awala diketahui Williams tetapi ia masih sabar.

Dret....

Ponsel milik Gres bergetar sehingga membuat keadaan sempat hening kembali memanas.

"Halo say.... oke aku akan segera ke sana"

Dengan santainya Gres menjawab telepon itu dihadapan Williams.

Williams menajamkan matanya mendengar apa yang dibicarakan Gres.

Tok tok

Tiba-tiba pintu rumah diketuk.

Williams segera membuka pintu karena ia pikir itu adalah pria yang ingin menjemput Gres.

Klek

Pintu terbuka. Ternyata di depan pintu sedang berdiri dua pria dengan tangan memegang kertas.

"Tuan Williams tujuan kami datang ke sini ingin menyampaikan jika rumah milik Tuan Williams akan disita," ucap salah satu pria berpakaian kemeja putih itu sembari menyodorkan kertas yang bertuliskan rumah ini disita.

Deg

Williams segera memegang dadanya yang begitu sakit. Bagaimana tidak, rumah mewah satu-satu miliknya akan disita oleh bank.

"Kami akan memberi waktu tiga hari untuk keluarga Tuan Williams angkat kaki," ujar mereka kembali.

Williams terdiam, tidak tau akan berkata apa karena sekarang ia tak memiliki harta sepeserpun.

Selepas kepergian dua petugas bank itu, Gres kembali mencecar Williams.

"Dasar sumi tak berguna. Kita tak memiliki apapun lagi, lihat rumah ini juga akan disita," teriak Gres sembari menatap tajam Williams.

Dengan santainya ia berlalu sembari menyenggol bahu Williams yang berdiri mematung diambang pintu.

"Gres..... " panggil Williams tetapi tak digubris oleh Ibu dua anak itu.

Williams hancur, ia berlutut dengan dua kaki di lantai terbuat dari marmer tersebut.

Aaak....

Teriaknya sembari meninju lantai. Mencurahkan rasa kehancurannya.

Tanpa disadari dua sosok sejak tadi memperhatikan pertikaian kedua orang tua mereka. Bukan ini kalinya mereka mempertontonkan pertengkaran itu, bahkan hampir setiap kedua orang tua mereka.

"Ben ayo ikut Kakak. Sebaiknya kita kerjakan tugas masing-masing," ucap lirih anak remaja berparas cantik itu.

"Kak Brenda kenapa Mommy jahat sekali kepada Daddy?" ucap Ben setelah mereka berada diruang belajar.

"Sayang jangan pikirkan itu ya? apa lagi membicarakan hal itu kepada Daddy. Daddy sudah banyak pikiran," ucap lembut remaja berusia 15 tahun itu.

"Mommy sungguh keterlaluan Kak," cicit Ben kembali mengutuk sang Mommy.

Seketika bayangan dimana Gres membawa pria lain ke rumah itu, dan bahkan Ben melihat bagaimana Gres bercinta dengan beberapa pria di rumah ini.

"Sayang apapun yang terjadi tetap semangat," hanya itu yang bisa dikatakan Brenda karena ia sendiri juga sudah tau bagaimana perselingkuhan sang Mommy.

Ben mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras. Bocah berusia 9 tahun itu sangat murka dan muak dengan perbuatan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

"Ben benci Mommy, sangat benci!" Cecar Ben dengan tatapan tajamnya.

Brenda langsung membawa Ben kedalam pelukannya.

"Kakak juga sangat membenci Mommy. Sungguh jika disuruh memilih, Kakak tidak ingin terlahir dari rahim Mommy," batin Brenda berusaha menahan tangisnya.

Hmm

Deheman seseorang yang mereka kenali diambang pintu membuat kesadaran keduanya membuyar.

"Daddy...." seru mereka serentak.

"Sepertinya kalian lagi melepas kerinduan?" ucap Williams sembari melangkahkan kaki masuk kedalam ruang belajar.

"Daddy," Brenda langsung memeluk tubuh kekar yang berdiri menjulang dihadapannya.

"Ada apa sayang? apa ada masalah?" tanya Williams berpura-pura, ia tau bahwa kedua buah hatinya mendengar pembicaraan mereka dengan petugas bank tadi.

"Daddy yang sabar ya?" lirih Brenda dengan wajah dibenamkan untuk menahan tangisnya.

"Son," panggil Williams kepada Ben yang hanya berdiri mematung dengan mata memerah.

"Daddy," balas Ben seiringan ikut memeluk pinggang Williams.

Williams mendekap kedua tubuh itu dengan dada sesak. Bagaimana mampu ia membawa kedu buah hatinya meninggalkan rumah mewah ini. Dari sejak kecil mereka sudah hidup bergelimang harta.

Sungguh Williams tidak mampu untuk membayangkan semua itu. Mereka akan tinggal dimana? sedangkan ia sudah tak memiliki apa-apa lagi. Semua hartanya sudah terkuras.

Williams membawa keduanya kembali duduk di kursi masing-masing.

"Daddy minta maaf," ucap Williams dengan wajah menunduk.

Brenda maupun Ben menggelengkan kepala. Mereka tidak setuju dengan permintaan maaf Williams, karena semua yang terjadi bukanlah kesalahan Daddy mereka tetapi semua adalah kesalahan seseorang yang salah satunya adalah wanita yang telah melahirkan mereka. Wanita yang tak punya hati nurani.

"Daddy tidak salah apapun. Bagi Brenda Daddy adalah pria hebat dan luar biasa," kata Brenda sembari berusaha tersenyum.

"Kamu anak yang baik, tidak mengikuti jejak Mommy kalian," Williams membatin.

"Daddy adalah seorang superhero," timpal Ben dengan gaya menepuk dada Williams berkali-kali.

Seketika Williams menyunggingkan senyuman mendengar dan melihat gaya Ben, putra tampannya itu.

Bersambung.....

Bab. 03. Masa Kecil Ben 2

Dua hari berlalu. Besok adalah jangka waktu yang ditetapkan.

Williams mengusap wajahnya merasa frustasi. Ia tidak mendapat pinjaman, padahal ia sudah menemui beberapa rekan kerjanya dulu tetapi mereka seakan tidak merasa simpatik, yang ada mereka sekarang menilai rendah seorang Williams.

"Mereka seolah tak mengenal diriku lagi," gumam Williams dengan mata terpejam. "Aku harus bagaimana? bagaimana masa depan Brenda dan Ben?" imbuhnya kembali dengan hati tersayat.

Williams saat ini sangat terpuruk, beban pikiran tak sanggup untuk ia pikul.

Brak

Dentuman beberapa koper di lantai membuat Williams tersentak kaget sehingga ia segera membuka mata.

"Gres," ujar Williams sembari menegakkan tubuhnya.

"Aku sudah mengajukan gugatan cerai Wil," cicit Gres disela kehancuran Williams.

Williams membeku, ia tidak begitu terkejut karena lambat laun Gres akan melakukan itu.

Gres berdiri santai sembari memain-mainkan kuku indahnya. "Aku akan pergi. Hak asuh anak-anak kepadamu," imbuhnya kembali.

Sungguh seorang istri atau Ibu yang kejam. Gres sama sekali tak prihatin dengan keadaan mencekam itu.

"Aku tidak bisa hidup menjadi gelandangan, dimana aku taruh harga diriku ini," cecarnya tanpa merasa tindakannya salah.

"Gres apa sedikitpun hatimu itu tak tergerak kepada Brenda maupun Ben? mereka masih membutuhkan sesosok pendamping yaitu Mommy mereka," ujar Williams membentak.

"Turunkan nada suaramu Wil, kau berani membentak? sekarang kau tidak punya apa-apa lagi!"Gres balik membentak, bahkan suaranya lebih meninggi.

" Kau!"

"Apa?"

"Dad, Mom," tiba-tiba suara lirihan di muka tangga menghentikan pertikaian mereka.

Brenda turun dengan kedua kaki gontai. Gadis remaja itu mendengar perdebatan kedua orang tuanya dari awal. Hatinya begitu perih ketika mendengar sang Mommy mengucapkan kata cerai.

"Bagus kau ada di sini Brenda. Mommy dengan Daddy akan bercerai, kau dan Adikmu akan diasuh oleh Daddy kalian," ucap Gres tanpa memperdulikan perasaan Brenda.

Brenda membeku. Hatinya sangat sakit mendengar pernyataan wanita yang telah melahirkannya. Tidak lama bibirnya melengkung dan itu membuat kedua orang dewasa itu mengerutkan kening. "Jika itu keputusan Mommy, Brenda tidak mempersalahkan karena Brenda dan Ben berada dalam hal asuh yang tepat, bukan jatuh kepada seorang wanita yang tidak memiliki hati nurani sama sekali, wanita yang tega meninggalkan keluarganya ditengah badai menghadang, wanita yang tega mengkhianati pernikahannya sendiri demi kebahagiaannya sendiri," ucap Brenda panjang lebar seakan menyindir sang Mommy.

Plak

Tamparan keras melayang di pipi sebelah kiri Brenda. "Anak kurang ajar!" Serunya dengan amarah, bahkan urat-urat di lehernya timbul dengan sangat jelas.

"Brenda atau Mommy yang kurang ajar?" teriak Brenda. Kini saatnya ia menumpahkan rasa kecewanya.

Gres ingin melayangkan tamparan sekali lagi tetapi hal itu tidak dibiarkan Williams. "Lepas Wil, anak tak tau diri ini perlu dikasi pelajaran," teriak Gres sembari menghentakkan tangannya dari cengkraman erat Williams.

"Sekali lagi kau menyentuh tubuh Brenda, akan aku patahkan tanganmu itu Gres. Seharusnya kau yang koreksi diri, siapa dan siapa yang kurang ajar atau tidak tau diri di sini?" bentak Williams sembari mengancam. "Kau bukan?" pungkasnya.

"Daddy dan anak sama saja," cecar Gres tanpa merasa bersalah. "Hmm tidak, kalian tidak memiliki ikatan darah, aku sampai melupakan itu," seru Gres dengan santainya.

Seketika Williams maupun Brenda saling memandang dengan mata melebar.

"Apa maksud dari ucapan kau Gres?" ujar Williams sembari melangkah mendekati Gres.

"Maksud Mommy apa dengan mengatakan hal itu?" timpal Brenda dengan mata berkaca-kaca.

Gres memutar bola matanya sesaat, lalu menghela nafas sejenak. "Wil aku akan kasi tau bahwa Brenda sebenarnya bukan darah dagingmu, dia bukanlah anak kandungmu," terang Gres dengan santainya.

Deg

Mendengar pernyataan Gres membuat Williams langsung mencengkram kedua rahang Gres dengan mata berapi-api. "Jangan omong kosong Gres, jika kau ingin pergi, pergi saja tetapi jangan katakan omong kosong itu!" Bentak Williams semakin mengeratkan cengkraman tersebut.

"Itulah kenyataannya, kau bukanlah Daddy biologis Brenda," lirih Gres sembari menahan sakit.

Plak

Setelah melepaskan cengkraman itu Williams langsung melayangkan tamparan keras di wajah Gres. Selama berumah tangga baru kali ini ia mengotori tangannya.

Gres tersenyum sinis sembari mengusap bekas jari-jari kasar itu tercetak di pipinya. "Jika belum yakin silahkan lakukan tes DNA," ucap Gres dengan sinis.

Williams langsung melemas mendengar pengakuan Gres. Ia ingin sekali apa yang dikatakan Gres adalah sebuah kebohongan tetapi ia tidak bisa menolak dengan kenyataan yang ada.

Williams menyeret kedua kakinya kembali duduk di sofa. Pandangannya jatuh kepada Brenda yang masih berdiri dengan mematung.

"Itu bohong kan Mom? Daddy adalah Daddy Brenda. Katakan jika itu hanya sebuah kebohongan?" teriak Brenda diiringi tangisan.

"Terserah bagaimana kalian menanggapinya tetapi apa yang aku katakan itu adalah kebenarannya," ucap Gres tanpa memperdulikan perasaan keduanya. "Kamu jangan khawatir Brenda, Daddymu sangat menyayangimu seperti anak kandungnya sendiri. Bukankah begitu Wil?" pungkasnya dengan wajah tersenyum dengan bergantian menatap Williams dan Brenda.

"Brenda segera masuk ke kamar," titah Williams, ia ingin berbicara empat mata dengan Gres sebelum wanita itu pergi.

Brenda tak berkutik, ia masih berdiri mematung dengan perasaan tercabik-cabik.

"Brenda!" Peringatan Williams sekali lagi sehingga lamunan Brenda buyar.

"Baik Dad," lirih Brenda dengan wajah tertunduk.

Brenda meninggalkan ruang keluarga dengan perasaan sesak. Ia memilih menenangkan dirinya kedalam kamar.

Williams mendekati Gres dengan tatapan tak bersahabat. Cinta yang dulu kini hanya kebencian di hati dan pancaran mata Williams.

"Kau sungguh wanita licik Gres. Kau menipu keluargaku selama ini," ujar Williams dengan mata tajamnya. "Kau menutupi aib itu dengan menerima lamaranku," imbuhnya Williams.

Gres terdiam dalam arti mengabaikan perkataan Williams.

"Pergi! Pergi!" Teriak Williams sembari menunjuk pintu dengan jari telunjuknya kearah pintu keluar.

Hahaha...

"Kau mengusirku? oke tidak masalah karena besok hal itu juga terjadi kepadamu, bahkan itu sangat memalukan," ucap Gres sembari tertawa seakan mengejek.

"Pergi!" Peringatan dari Williams kembali karena ia sudah sangat muak melihat diri Gres, wanita yang dulu sangat ia cintai.

Gres merapikan dua buah koper. "Selamat menikmati jadi gelandangan Tuan Williams," ejek Gres sembari melangkahkan kakinya meninggalkan rumah selama belasan tahun ditempatinya dengan Williams.

Selepas kepergian Gres membuat Williams mengeram murka di ruang keluarga.

Di halaman rumah Gres menghentikan langkahnya karena sosok Ben yang menghalangi langkahnya.

"Minggir Ben," bentak Gres tanpa merasa sedih meninggalkan Ben.

"Bagus anda keluar dari rumah ini," ucap Ben sangat berani.

Plak

"Dasar anak kurang ajar," seru Gres sembari melayangkan tamparan di wajah kecil Ben.

"Aku kurang ajar karena belajar dari anda," sahut Ben sungguh sangat berani.

"Kau!"

"Apa?"

"Jangan pernah mencari Mommy lagi. Mommy akan menikah dengan kekasih Mommy," ucap Gres dengan santainya kepada Ben.

Mendengar hal itu membuat darah Ben seakan mendidih. Walau di usia 9 tahun tetapi ia cukup paham dengan apa yang Gres katakan.

"Aku tak memiliki seorang Mommy, jadi untuk apa dan apa keuntunganku mencari anda? anda adalah seorang wanita egois serta tak miliki hati nurani pada umumnya. Bahagia selagi langit dan bumi berpihak kepada anda, jika kedua benda itu sudah bosan maka berlapang dada menerimanya," cicit Ben panjang lebar.

"Anak kecil sok tau. Pikirkan saja besok bagaimana nasib kalian," ucap Gres lalu berjalan meninggalkan Ben yang tetap berdiri mematung.

"Anda yang mengajariku untuk berbuat kasar. Tunggu balas dendam dariku," gumam Ben sembari memandangi mobil yang mulai meluncur, meninggalkan rumah yang sebentar lagi mereka tinggalkan.

Ben masuk kedalam rumah dengan kedua kaki melemah.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!