"Mah... aku ingin pindah sekolah"
"Kenapa kamu ingin pindah sekolah?"
"Em... aku enggak betah di sekolah. Jadi bolehkan aku pindah sekolah."
"Kamu mau pindah sekolah kemana?"
"Itu mah sekolah yang ada di kota Y"
"Bolehkan aku pindah ke sana mah"
"Padahal bentar lagi kamu lulus loh nak, enggak bisa di betahin dulu apa sekolah di sekolah mu saat ini."
"Enggak bisa mah, aku ingin pindah aja."
"Hem... ya udah nanti mamah bilang dulu ke papah. Kalau papah setuju besok kita langsung ke sana buat daftar kamu sekolah di sana."
"Iya mah jangan lupa bujukkin papah ya biar papah setuju."
"Lah ko gitu, mamah gimana papah aja. Kalau papah setuju mamah juga setuju jadi mamah enggak akan bujuk papah kamu buat izinin kamu pindah sekolah."
"Ya mamah ko gitu"
"Emangnya enggak boleh ya mamah kaya gitu sikapnya."
"Boleh ko mah, ya udah deh mah aku masuk kamar lagi aja."
"Lah kamu enggak berangkat sekolah"
"Enggak mah aku males, jadi kalau mamah mau aku sekolah lagi bujukin papah biar aku bisa pindah sekolah."
"Rey jangan kaya gitu. Ayo ini masih sempet loh buat sekolah."
"Enggak mau mah aku mau tidur aja"
"Ya udah deh iya mamah ngalah nanti mamah bujukin papah kamu biar kamu bisa pindah sekolah. Tapi hari ini kamu pergi sekolah ya."
"Tapi janji dulu mamah mau bujukin papah."
"Iya mamah janji akan bujukin papah."
"Ya udah mah aku mandi dulu"
"Ya udah sana jangan lama - lama ntar telat lagi ke sekolah nya."
"Siap mah" kata Reyhan sambil memberikan hormat pada mamahnya.
Lima belas menit kemudian Reyhan pun telah siap dengan seragam sekolahnya. Lalu ia menghampiri mamahnya untuk pamit ke sekolah.
"Mah aku pergi dulu ya"
"Iya hati - hati di jalan"
"Iya mah, Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Di luar rumah pak Didi sudah siap mengantarkan Reyhan ke sekolah. Ya pak Didi adalah supir pribadi keluarga nya Reyhan.
"Sekarang den berangkatnya?" kata pak Didi setelah Reyhan masuk kedalam mobil.
"Besok pak"
"Bener nih den kita berangkatnya besok."
"Enggak lah pak sekarang berangkatnya kalau besok bisa - bisa aku di marahin sama mamah."
"Ya udah den kalau gitu kita langsung berangkat aja. Biar aden enggak di marahin sama nyonya."
"Ya udah pak langsung jalan aja."
"Siap"
Mobil yang mereka tumpangi kini pergi meninggalkan rumah. Di perjalanan Reyhan hanya terdiam tak ada sepatah kata keluar dari bibirnya saat ini.
Pak Didi yang aneh dengan sikap Reyhan sempat ingin bertanya. Namun kemudian ia urungkan niat nya untuk bertanya pada Reyhan saat pak Didi melihat wajah Reyhan yang tak seperti biasanya.
"Den Reyhan kenapa ya? ko dari tadi hanya diam aja. Apalagi ada masalah. Em... aku tanya jangan ya. Tapi kalau aku tanya terus malah den Reyhan marah malah berabe jadinya. Ya udah deh aku enggak usah tanya aja." kata pak Didi dalam hatinya.
Tak berapa lama kemudian mobil mereka telah berhenti karena saat ini mereka telah sampai di sekolahnya Reyhan.
"Udah sampai den"
"Hem... iya pak, kalau gitu aku keluar dulu. Bapak langsung pulang aja. Nanti aku telpon bapak kalau udah mau pulang."
"Iya den"
Setelah itu Reyhan pun keluar dari mobil dan melangkahkan kaki memasuki kelasnya.
To be continued
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Tak lama kemudian Reyhan kini telah berada di dalam kelas nya.
"Hey Rey muka lho ko nggak enak di liat banget. Lho kenapa?" kata Zidan
"Hem bener banget Zid ini Rey ko gini banget ya mukanya kaya yang nggak di kasih uang aja. Hahaha... haha..." kata Dino sambil tertawa di ujung kalimat yang dia ucapkan.
"Hahaha... hahaha... ya ampun Din lho bener banget. Ketawa gue sama ngakak kaya gini. Haha... hahaha...." kata Zidan malah ikut tertawa.
"Bagus banget di terusin aja ketawanya sampai tuh bibir kalian nggak bisa tertawa lagi." kata Reyhan
Seketika tawa Zidan pun berhenti saat ia mendengar suara Reyhan yang tak bersahabat itu.
"Sorry bro canda gue. Ini lho kenapa sih Rey kaya emak - emak yang lagi bunting tau nggak." kata Zidan setelah menghentikan tawa nya.
"Terserah lho aja gue lagi pusing jangan ganggu gue." kata Reyhan
"Pusing kenapa sih bro? lho kan bisa cerita biar ntar siapa tau gue sama Zid bisa bantu lho biar enggak pusing lagi." kata Dino
"Kalian enggak akan bisa bantu jadi enggak perlu gue cerita." kata Reyhan
"Jahat bener sih Rey lho anggap kita ini apa? mau di bantu aja malah jawab gitu." kata Zidan
"Entahlah gue kan udah bilang jangan ganggu gue." kata Reyhan
Kemudian tak lama setelah itu hanphone Zidan pun berdering.
Tut... Tut...
"Eh... eh... gue terima dulu telpon ya" kata Zidan kemudian meninggalkan mereka berdua.
"Hem... ya udah Rey kalau lho mau cerita. Cerita aja ya jangan ragu gue dan Zidan pasti dengerin cerita lho ko." kata Dino
Tak ada jawaban dari Reyhan untuk ucapan Dino barusan.
Beberapa menit kemudian Zidan yang telah menerima telpon pun kembali menemui Reyhan dan Dino.
Saat Zidan telah sampai di dekat mereka Zidan pun mengeluarkan suaranya.
"Ya ampun kalian duduk berdua dan saling deketan aja ko enggak saling bicara kaya musuh aja." kata Zidan kemudian duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari mereka.
"Hem... gue bicara aja tadi enggak di jawab sama Rey ya udah deh gue diem aja." kata Dino
"Oh gitu, ya ampun Rey lho ini ya kenapa sih kalau ada masalah enggak cerita ke gue dan Din." kata Zidan.
"Kalian aja enggak akan bisa bantu buat apa gue cerita." kata Rey setelah cukup lama terdiam tanpa mau mengeluarkan suaranya lagi.
"Hem... siapa bilang enggak bisa. Gue dan Din bisa ko coba lho cerita apa masalah lho sekarang." kata Zidan
"Lho berdua sekarang bilang kaya gitu ntar pas gue cerita lho berdua malah pada diem jadi buat apa gue cerita." kata Reyhan yang masih enggan untuk menceritakan masalahnya itu.
"Ya ampun Rey saking nggak percayanya lho ke gue dan Din. Ya udah enggak usah di kasih tau sekalian. Karena gue udah tau dari bokap lho." kata Zidan dengan emosi.
"Maksud lho apa Zid?" kata Reyhan
"Lho pikir aja sendiri" kata Zidan enggan menjawab ucapan Reyhan.
"Yuk bro kembali ke tempat duduk kita. Buat apa masih di sini tapi enggak pernah di anggap." kata Zidan sambil menarik Dino untuk ikut dengan dirinya dan melirik Reyhan dengan sinis.
Dino pun tanpa menjawab ucapan Zidan langsung ikut bersama Zidan.
To be continued
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Maksudnya Zidan apa sih? bikin tambah kesel kan, aku di buat nya." kata Reyhan berbicara di dalam hatinya. Setelah Zidan dan Dino pergi meninggalkan dirinya.
Di saat Reyhan sedang sibuk berbicara pada hati nya. Di saat itu juga ada seseorang yang malah mengagetkannya.
Darrr...
"Bengong aja, ntar kesambet lho." kata Intan orang yang mengagetkan Reyhan.
Lalu dengan refleks Reyhan pun mulai marah dengan sikap Intan tersebut.
"Lho bisa nggak sih, nggak ngagetin orang. Kalau gue tiba - tiba jantungan gimana? dasar ya lho..." kata Reyhan pada Intan dengan emosi dan seketika harus terhenti karena intan langsung memotong ucapannya itu.
"Dasar apa Rey? lho kenapa sih? ko kaya orang yang punya banyak masalah gitu. Lho punya masalah sama siapa? coba cerita ke gue." kata Intan yang memotong ucapan Reyhan.
Dengan malas Reyhan tak lagi menjawab ucapan Intan tersebut.
Membuat Intan menjadi greget dengan sikap Reyhan yang acuh seperti ini. Apalagi pertanyaannya tak ada yang di jawab oleh Reyhan satu pun.
"Ih... Rey kamu ya, jawab dong. Jangan diem aja kaya patung. Lho kenapa sih Rey?" kata Intan yang mengepalkan kedua tangannya karena refleks melihat Reyhan yang enggan untuk menjawab ucapannya itu.
Reyhan yang melihat Intan bersikap seperti itu pada dirinya. Tak menghiraukan sama sekali. Karena bisa di lihat, ia masih enggan untuk menjawab ucapan Intan tersebut.
Intan yang cukup lama menunggu Reyhan menjawab ucapannya. Namun, tak kunjung di jawab sama sekali. Membuat ia pergi meninggalkan Reyhan dan ia pun pergi menemui Zidan dan Dino yang sedang duduk tak jauh dari tempat duduk Reyhan saat ini.
"Hay Zid, hay Din. Gue mau tanya nih. Itu Rey kenapa kaya gitu ya sikap nya? lagi ada masalah apa gimana?" kata Intan setelah berada di hadapan Zidan dan Dino.
"Nggak tau gue, lho tanya aja sendiri ke orangnya." kata Zidan dengan jutek nya.
"Gue juga nggak tau Tan" kata Dino
"Lah, ini ko kalian berdua juga kaya gini sih. Kalian bertiga ada masalah apa sih? ko gue jadi bingung gini." kata Intan yang aneh dengan sikap ketiga temannya ini.
"Jangan di buat bingung Tan, lebih baik lho urusin diri lho sendiri. Daripada ntar lho malah stress karena terlalu bingung mikirin sikap kita. Kan bisa gawat itu Tan." kata Dino menjawab ucapan Intan.
"Yeh... lho Din bicaranya ko gitu sih ke gue. Hem... ya udah deh gue langsung duduk aja di kursi gue." kata Intan
"Marah nih lho sama jawaban gue." kata Dino.
"Nggak" kata Intan langsung menjawab satu kata ini pada Dino.
"Nggak tapi wajah lho beda banget sama ucapan lho itu Tan. Sorry, gue lagi kesel makan nya gue bilang gitu ke lho." kata Dino merasa bersalah karena telah berbicara tak baik pada Intan.
"Iya gue tau ko, jadi santai aja Din. Gue ke kursi gue dulu ya." kata Intan.
"Kenapa nggak di sini dulu aja Tan?" kata Dino.
"Gue takut ganggu kalian berdua aja. Kalau gue ikut gabung duduk sama kalian." kata Intan
"Hem... nggak ko Tan, lho nggak ganggu kita. Duduk di sini dulu aja Tan." kata Dino sambil menunjuk salah satu kursi yang berada di dekat ia dan Zidan untuk Intan bisa ikut duduk bersama.
To be continued
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!