⚠️Biasakan suka dan komen, karena itu adalah bentuk dukungan pada author⚠️
Pada pagi hari yang cerah, keluarga Huwl sedang sarapan di ruang makan, Ahmad Huwl sebagai kepala rumah tangga pun membuka obrolan.
“Ma.” ucap Ahmad pada istrinya July Oseania Huwl, wanita bule yang berasal dari New Zealand.
“Iya pa?” sahut July.
“Ma, mama ingat enggak papa pernah cerita soal kota kelahiran papa.”
“Ingat, kota N kan?” ujar July seraya melahap roti panggang yang ada di mulutnya, sedang Kissky hanya menyimak percakapan kedua orang tuanya.
“Oh, ternyata mama masih ingat, pada hal papa cerita itu pada waktu kita masih kuliah.” terang Ahmad.
“Iya, karena cerita itu, mama jadi dekat sama papa, itu tahun pertama kita bertemu di kampus kan pa?”
“Iya, waktu itu usia papa baru 18 tahun,” ucap Ahmad.
“Dan mama 19 tahun.” timpal July.
“Tapi tetap dong, sikap dan cara berpikir, papa lebih dewasa.”
“Iya-iya, kalau itu mama setuju pa.” July tertawa mengingat kenangannya bersama sang suami.
“Nah, karena itu ma.”
“Kenapa pa?”
“Bagaimana kalau kita menikahkan Kissky dengan putra Basuki.” terang Ahmad dengan hati was-was, ia takut kalau istrinya akan murka.
“Apa!” netra July membelalak, begitu pula dengan Kissky, ia tak percaya dirinya yang baru lulus SMP akan di nikahkan, namun ia tak berani angkat bicara, karena Kissky adalah anak yang pemalu dan penurut pada orang tua.
“Ma...”
“Pa!” Brak!! July menggebrak keras meja makan.
“Kissky itu masih kecil, mana mungkin kita menikahkannya sekarang! Berbakti pada kita saja belum, masa iya, dia sudah mau mengabdi pada orang lain?!” July naik pitam, ia tak terima bila anaknya akan segera melepas masa lajang.
“Mama, dengarkan papa dulu.”
“Enggak, papa yang harus dengar mama, pokoknya Kissky enggak boleh nikah, kalau pun mau menikah, minimal lulus SMA dulu, ngurus diri sediri saja dia enggak beres, apa lagi ngurus anak.” terang July seraya beranjak dari meja makan.
Ahmad hanya dapat menelan salivanya, begitulah, apabila July marah, kata-katanya tidak boleh di bantah.
Kini di meja makan tersisa Ahmad dan Kissky, lalu Ahmad melirik putrinya yang sedang mengunyah roti bakar yang ada dalam mulutnya.
“Ky.” ucap Ahmad
“Iya pa?” sahut Kissky dengan nada lembut.
“Menurut mu bagaimana?” tanya Ahmad pada putrinya.
“Maaf pa, menurut Kissky apa yang di katakan mama barusan, ada benarnya.” ujar Kissky.
“Tapi nak, papa kan tidak menikah kan mu dengan orang sembarangan, mereka itu 5 kali lebih kaya dari kita, jadi kau enggak usah khawatir, akan di suruh kerja rumah dan lainnya, tugas mu hanya menjadi menantu disana.” terang Ahmad mempengaruhi Kissky yang masih polos, terlebih ia tahu, kalau putrinya tidak akan pernah membantah apapun yang ia katakan ataupun July.
“Ehm, apa menurut papa itu yang terbaik?” tanya Kissky pada Ahmad.
“Tentu saja nak.”
“Tapi, papa dan mama tidak sependapat.” ujar Kissky.
“Kalau kau setuju, semua akan beres, kau tahu tidak, kalau kau menikah dengan keluarga Rabbani, hidup mu akan sejahtera 14 keturunan, papa dan mama juga akan bahagia, kita makin kaya nak.”
Kissky merasa sedikit kecewa mendengar penuturan ayahnya, namun ia tak dapat membantah, karena menurutnya, orang tua adalah suri tauladan.
“Kalau menurut papa itu yang terbaik, Kissky bersedia pa.” ucap Kissky.
“Bagus, soal mama, papa yang urus, terimakasih banyak nak.”
“Iya pa, Kissky permisi mau ke kamar dulu.” Kissky yang bersedih namun tak bisa berkata apa-apa meninggalkan ayahnya sendiri di meja makan.
Sebenarnya hatinya tak siap, namun ia sadar dirinya yang menyandang nama Huwl bukanlah anak biologis dari kedua orang tuanya sekarang.
Ia hanya menggantikan tempat, dari seorang anak yang kini telah berada di sisi Ilahi.
FLASHBACK ON
Ide perjodohan ini bermula dari perkenalan dua orang pria dewasa yaitu Ahmad Huwl dan Basuki Rabbani.
Dimana pertemuan mereka berawal dari bisnis trip yang mereka jalani beberapa bulan yang lalu.
Karena memiliki visi misi yang sama dalam menjalani usaha yang mereka geluti, Ahmad dan Basuki menjadi lebih sering bertemu.
Mereka sesekali membawa anak dan istri masing-masing untuk liburan bersama pada waktu tertentu.
Kissky Huwl, itu adalah nama putri semata wayang Ahmad yang kini telah duduk di kelas 6 SD.
Zanjiil Rabbani adalah nama putra semata wayang Basuki yang juga duduk di kelas 6 SD. Zanjiil terpaut hanya 4 bulan lebih tua dari Kissky.
Berbeda dengan ayah mereka, Zanjiil dan Kissky tak pernah sependapat dalam hal apapun.
Meski begitu, kedua keluarga selalu saja menyuruh mereka untuk bermain bersama.
3 tahun kemudian, tepatnya di hari ulang tahun kissky yang ke 15, Basuki mengajak Ahmad untuk membicarakan suatu hal.
Kedua sahabat ini memisahkan diri dari kerumunan tamu menuju ruang kerja Ahmad.
“Ayo silahkan duduk.” ucap Ahmad seraya menuntun Basuki ke sebuah sofa yang ada dalam ruang kerjanya.
Basuki duduk sesuai arahan Ahmad, lalu Ahmad pun duduk tepat di hadapan Basuki.
“Mau ngomong apa Ki? Bukan hal serius kan?” tanya Ahmad dengan hati penuh tanya.
“Gini Mad, kita kan sudah lumayan lama berteman, menurut mu bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita?” Basuki mengutarakan isi hatinya.
“Loh, kok dadakan begini Ki?” Tanya Ahmad kembali.
“Ini bukan dadakan Mad, aku sudah memikirkan ini dari setahun yang lalu, ku rasa kalau kita menjadi besan, itu akan cocok sekali, mengingat saat ini kita sedang menjalani kerja sama yang sangat erat, aku juga puas dengan kinerja mu, yang membuat bisnis ku meningkat pesat sahamnya.” terang Basuki dengan senyum lepas.
“Tapi Ki, mereka kan masih kecil, di zaman yang sudah moderen begini, mana ada orang yang menjodohkan anaknya yang masih belia, belum lagi kalau kita ketahuan KPAI (komisi perlindungan anak Indonesia), nanti kita bisa kena undang-undang.” timpal Ahmad.
“Kau tenang saja, aku yang urus, selain karena bisnis, kita juga berasal dari daerah yang sama, di tempat kita kan muasalnya perjodohan dan nikah di usia dini,” terang Basuki.
“Kamu benar sih.” Ahmad mengusap-usap tengkuknya.
“Saya dan ibunya Zanjiil juga menikah di usia belasan, sama seperti mereka, saya kelas 1 SMA, ibunya kelas 2 SMP.” terang Basuki.
“Hum!” Ahmad menganggukkan kepala seraya berpikir.
“Neneknya Zanjiil juga sering tanya, kapan Zanjiil di jodohkan, di keluarga ku, tradisi itu masih kental Mad, aku hanya punya satu anak, aku mau dia menikah dengan orang baik-baik, kalau bisa, ya sama Kissky, itu sudah paling cocok.” ucap Basuki.
“Tapi, aku harus tanya ibunya dulu,” ujar Ahmad.
“Ngapain tanya ibunya sih? kau kan kepala rumah tangga, yang memegang kendali atas keluarga.” Basuki pun mempengaruhi pikiran Ahmad.
“Bukan begitu Ki, ibunya kan berasal dari luar, kalau aku enggak bicarakan baik-baik, bisa ngamuk dia.” ujar Ahmad lebih lanjut.
“Ya sudah, kau diskusikan dulu pada ibunya, mumpung keduanya baru lulus SMP, nanti kita masukkan dalam sekolah yang sama.” ujar Basuki.
“Dan... aku ingin jujur pada mu Ki.” Ahmad bingung harus memulai dari mana.
“Soal apa Mad? Katakan saja pada ku, jangan sungkan, ceritakan saja.” Basuki yang ingin tahu pun terus meminta sahabatnya untuk bercerita.
“Baiklah, agar tak ada perselisihan ke depan, aku, akan katakan pada mu, kalau Kissky itu, bukan anak kandung ku,” Ahmad pun mengatakan rahasia yang tak di ketahui orang lain selama ini kecuali keluarga terdekat mereka.
“Dia anak angkat?” Basuki memperjelas ucapan sahabatnya.
“Iya, dia anak panti asuhan, yang ku adopsi, jadi pikirkan saja dulu, aku tak mau ada masalah di kemudian hari, atau kau mengungkitnya pada putri ku, yang tak bersalah itu,” terang Ahmad.
Cukup lama Basuki menimbang, keputusan apa yang akan dia ambil.
“Baiklah, tak apa, aku menerimanya,” ucap Basuki dengan percaya diri.
“Kau yakin?” tanya Ahmad.
“Ya, tentu saja.” jawab Basuki dengan yakin.
Setelah kedua sahabat itu selesai mengobrol mereka pun kembali ke area pesta.
...Bersambung......
“Hoamm!!!” Zanjiil yang baru bangun dari tidurnya menguap lebar, dengan wajah yang belum di basuh serta rambut yang masih kusut, ia langsung bergabung bersama keluarganya untuk sarapan pagi.
Dimana di meja makan terdiri dari Basuki, Pinkan (mama Zanjil) serta adik bungsunya Alula, yang kini masih duduk di kelas 1 SMP.
“Ih... bang Zanjiil kebiasaan deh, belum cuci muka dan sikat gigi sudah langsung sarapan.” Alula meledek Zanjil yang selalu bersikap jorok.
“Iya Jiil, jangan di biasakan loh,” ujar Pinkan.
“Ahh... mau makan saja harus ribet,” ucap Zanjiil dengan wajah kecut.
“Ih, enggak malu! Pada hal minggu depan sudah mau nikah,” ucap ketus Alula.
“Heh, bocil ngomong apa sih, siapa yang mau nikah?!” Zanjiil yang tak tahu, dirinya akan di jodohkan malah memelototi adiknya.
“Kaulah bang! Masa Lula.” ucap Alula.
“Dasar anak sinting ya.” ucap Zanjiil dengan memutar mata malas.
“Yang di katakan Lula benar Jiil, minggu depan kau akan menikah,” ujar Basuki.
Sontak Zanjil memuntahkan susu yang baru saja ia minum.
Uhuk uhuk uhuk..
“Pelan-pelan dong.” Pinkan menepuk bahu putranya.
Setelah merasa lebih baik, Zanjiil memperjelas ucapan ayahnya.
“Pa! Papa bercanda kan? Zanjiil baru lulus SMP, gimana ceritanya mau nikah? Zanjiil masih muda pa, yang seharusnya masih bermain sama teman, nanti malah jadi repot urus istri dan anak, Zanjiil enggak mau pa.” Zanjiil menolak keras keinginan ayahnya.
“Disini papa yang memutuskan, lagi pula mama mu juga sudah setuju, apa lagi nenek mu di kampung, dia yang mendesak pernikahan mu segera di laksanakan.” ujar Basuki dengan santainya.
“Ma.” Zanjiil menoleh ke arah Pinkan, seolah meminta pembelaan.
Namun Pinkan malah menganggukkan kepala, Zanjiil tak tahu harus mengadu pada siapa lagi, sebab semua keluarga mendukung pernikahannya.
Lalu Zanjiil pun bertanya, “Aku akan di nikahkan dengan siapa pa?”
“Kissky.” mendengar nama gadis itu, batin Zanjiil tak terima.
“Pa, dari sekian banyak perempuan yang ada di muka bumi ini, kenapa harus Kissky? Akh!! Aku enggak mau, kalau harus dia, setidaknya kalau memang di wajibkan untuk ku menikah muda, biarkan aku yang pilih, dengan siapa aku menikah.” terang Zanjil meminta hak pada ayahnya.
“Hep! Jangan coba-coba mengatur papa, selagi kau masih menyandang nama Rabbani, ikuti apa yang papa katakan, kalau tidak, angkat kaki dari sini, dan jangan harap mendapat sepersen pun harta warisan dari papa.” Basuki memang seorang yang keras, apa yang ia mau, semua harus ia dapatkan.
“Pa....” Zanjiil mencoba memohon pada Basuki.
“Zanjiil, jangan pikir kalau papa sama dengan om Doni, yang dengan bodohnya selalu menuruti apa kemauan putranya, jangan pernah kau remehkan papa mu ini.” Basuki yang telah selesai sarapan pun meninggalkan meja makan terlebih dahulu.
“Mama, tolong bujuk papa, setidaknya jangan dengan Kissky.”
“Memangnya kenapa sih kalau Kissky?” tanya Pinkan.
“Dia itu suka makan jengkol, dan juga mulutnya pedas, bukan tipe Zanjiil ma,” ucap Zanjil.
“Maaf nak, kau tahu sendirikan, kalau keputusan papa selalu mutlak?” Zanjiil yang kecewa pun meninggalkan Pinkan dan Alula menuju kamarnya.
Sesampainya ia di kamar, yang terletak di lantai 2, Zanjil langsung mendial nomor calon istrinya.
📲 “Halo Ky, hari ini bisa ketemu?” Zanjiil.
📲 “Bisa,” Kissky.
📲 “Oke, aku tunggu di kafe @Saya_muchu,” Zanjiil.
📲 “Oke,” Kissky.
2 jam kemudian, kedua calon pengantin itu pun bertemu.
“Ada perlu apa?!” ucap Kissky dengan wajah judesnya.
“Apa kau belum tahu?” Zanjiil yang berpikir Kissky tak tahu apapun berniat untuk cerita.
“Sudah tahu!” jawab Kissky singkat.
“Soal rencana pernikahan kita?” Zanjiil memperjelas maksudnya.
“Iya, aku sudah tahu Zanjiil!” pekik Kissky.
“Kau menolak kan? Jujur saja aku belum ingin menikah, kau juga begitu kan?”
“Aku menerimanya!”
“Apa?!” netranya membelalak, kala Kissky menjawab dengan santai, seolah tak ada beban.
“Ya ampun, bisa saja Jiil, heboh banget sih!" Kissky geleng-geleng kepala.
“Kau taruh dimana otak mu? Dengan mudah kau menerimanya? Apa kau enggak berpikir kita terlalu muda untuk menikah? Kau dan aku baru 15 tahun, masih sama-sama suka nonton Doraemon dan Spongebob! Konyol banget kalau tiba-tiba kita momong anak!” Zanjiil seolah mau gila, ia yang berharap Kissky bisa membantunya untuk menolak, malah menginginkan pernikahan mereka.
“Siapa juga yang mau punya anak dengan mu? Kau pikir aku enggak mau sekolah juga apa?!” Kissky yang dalam hati memendam kesal atas perjodohan mereka, meluapkannya pada Zanjiil, sebab pada keluarganya ia tak berani.
“Oh ya?” Zanjiil menggaruk kepalanya karena merasa malu.
“Enggak mau nikah, tapi mikir punya anak, memangnya aku mau melakukan itu dengan mu? Percaya diri banget sih!” sikap sombong Kissky membuat Zanjiil makin tak suka pada Kissky.
“Kau pikir aku juga mau? Hahaha... jijik! Lagi pula aku sudah punya pacar, kami juga memutuskan untuk satu sekolah, meski pun kau telah menjadi istri ku, aku enggak akan putus dengannya, dan jangan pernah katakan pada siapapun mengenai hubungan kita, bisa malu seumur hidup aku, ketahuan menikah muda!”
“Ck!” Kissky berdecak seraya bersedekap. “Percaya dirimu akut banget ya! Kau pikir hanya kau yang punya pacar? Aku juga punya tahu! Orangnya tampan, tubuhnya tinggi kekar perutnya bagai roti sobek, dan juga karismatik, jadi mana mungkin aku mengumbar soal pernikahan Kita pada orang lain, hahaha... kehilangan dia lebih membuat ku patah hati, dari pada melihat mu bermesraan dengan pacar mu!” Kissky yang tak mau kalah, terus saja memancing amarah Zanjiil.
“Oh ya? Ku pegang kata-kata mu ya! Jangan salahkan aku, jika hatimu berdarah-darah, karena melihat ku lebih peduli pada wanita lain dari lada dirimu!” terang Zanjiil.
“Terserah!” ketika keduanya masih asyik cekcok, tiba-tiba pelayan datang mengantar pesanan mereka.
“Apa ini?” Kissky menunjuk ke arah spaghetti yang ada di hadapannya.
“Mata mu sakit ya! Kau tahu itu apa masih saja bertanya!”
“Aku lagi diet! Harusnya kau pesan aku rujak atau teh lemon!” pekik Kissky.
“Ya Tuhan! Ini alasan aku enggak suka pada mu, selain mulut mu pedas, kau juga sangat membosankan! Bisa mu hanya membuat aku marah, dari kita SD, hobi mu hanya memancing emosi ku!” Zanjiil yang tak tahu kalau dirinya hanya pelampiasan amarah Kissky, malah berpikir kalau wanita cantik itu membenci dirinya.
“Pokoknya aku enggak mau! Makan saja sendiri atau kau buang!” sikap egois yang Kissky tunjukkan membuat Zanjiil ingin merobek-robek bibir pedas calon istrinya.
“Untung kau perempuan!” gumam Zanjil, Kissky yang mendengar pun memberi tatapan mata tajam.
Saat Zanjil tengah mengunyah nasi goreng miliknya, tiba-tiba handphonenya berdering
Ia pun segera mengambil ponselnya dari dalam saku bajunya.
“Nih, kau lihat! Yang memanggil ku namanya Luna! Dia pacar ku dari kelas 2 SMP, jangan bunuh diri ya, kalau suatu saat kau sudah mencintai ku, tapi aku tak bisa memberikan hatiku pada mu!” tingkah percaya diri Zanjil yang sangat tinggi membuat Kissky ingin tertawa, namun ia berusaha menahannya.
...Bersambung......
“Berharap banget sih aku akan jatuh hati pada mu, maaf saja ya! Enggak sempat!”
“Baguslah!” Zanjiil tanpa sungkan pun mengangkat panggilan Luna di hadapan Kissky.
📲 “Halo sayang,” Zanjiil.
📲 “Halo, kok enggak ada kabar sih seharian?” Luna.
📲 “Maaf, aku sibuk yang, makanya tak bisa menghubungi mu,” Zanjiil.
📲 “Jangan begitu lagi, aku khawatir kalau enggak ada kabar mu sedetikpun,” Luna.
Uhuk uhuk uhuk...
Kissky tersedak, saat mendengar kata-kata Luna yang menurutnya menggelikan, sedang sang tambatan hati Zanjiil, yang mendengar ada suara batuk dari seorang wanita pun menaruh curiga.
📲 “Sayang, kau lagi dimana sih?” Luna
📲 “Aku di kafe sayang,” Zanjiil.
📲 “Sama siapa? Coba angkat video call dari ku,” Luna.
Sebelum mengangkat telepon dari Luna, Zanjiil terlebih dahulu pindah ke meja yang kosong. Kissky yang melihat tingkah konyol dari Zanjiil, merasa aneh.
“Ribet banget, baru juga pacaran,” gumam Kissky.
📲 “Aku sendiri kok sayang, masa begitu saja kau curiga?! Maklumlah, di tempat umumkan ramai orang sayang,” Zanjiil.
📲 “Baiklah kalau begitu, jangan lupa, besok kita bertemu,” Luna.
📲 “Siap sayang,” Zanjiil.
Setelah panggilan telepon selesai, Zanjiil yang menoleh ke arah mejanya, tak melihat keberadaan Kissky lagi
“Dasar cewek enggak ada akhlak! Masa pergi tanpa permisi!” Zanjiil sedikit kesal dengan sikap Kissky.
__________________________________________
Kissky yang berada di halte seberang kafe pun menunggu bis untuk pulang.
Zanjiil yang baru keluar melihat calon istrinya menaiki bis, ia mengernyitkan dahinya sebab, setahunya Kissky adalah anak orang berada, namun harus repot-repot naik bis yang padat akan penumpang.
Aku enggak tahu, ternyata dia ada sisi sederhananya juga, ku pikir mulutnya yang pedas akan menjadikan dia seorang yang angkuh tak mau berbaur dengan lingkungan, batin Zanjiil.
Kissky yang berdiri di dalam bis bersama penumpang lainnya pun memikirkan banyak hal di kepalanya.
Apa sudah benar, dengan menikah dengannya? batin Kissky, gadis yang masih di bawah umur.
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, ia pun sampai di ujung gang rumahnya. Selanjutnya gadis cantik itu berjalan kaki menuju rumahnya.
Ia yang baru tiba di rumah mendapati ayah dan ibunya sedang mengobrol serius di ruang tamu.
“Ma, tolong kasih izin, lagi pula Kissky juga setuju kok untuk menikah,” ucap Ahmad.
“Papa, dia masih kecil, apa kau enggak kasihan?” July yang iba pada putrinya tetap tak mengizinkan.
“Ma, kau tahu, bisnis kita saat ini sedang terombang ambing, kalau sampai Kissky dan Zanjiil menikah, maka perusahaan kita akan terselamatkan, tolonglah ma, mengerti, kalau kita sampai gulung tikar, yang sengsara siapa? Ya kita juga.” Ahmad pun menjelaskan situasi bisnis mereka.
“Kok bisa, perusahaan akan bangkrut? Bukannya penjualan kita selalu meningkat tiap bulannya? Bagaimana ceritanya pa?”
“Papa, tertipu dengan klien ma, uang kita habis 3 triliun.” wajah Ahmad jadi muram ketika membahas hal tersebut.
“Papa kok bisa sebodoh itu?! Hah! Ya Allah, itu adalah perusahaan yang kita rintis dari nol! Aku meminta modal pada ibu ku mati-matian dengan menyakinkan mereka, kita akan berhasil, kalau begini apa yang akan ku katakan?” July benar-benar marah pada suaminya.
“Ini salah ku, maafkan aku ma.” Ahmad menggenggam erat tangan istrinya.
“Ini kedua kalinya papa mengecewakan mama, pertama, karena papa terlambat mengantar mama ke rumah sakit, mama harus kehilangan Adela, kedua, kau hancurkan kepercayaan keluarga ku, pada hal karena mu, aku menentang orang tua dan agama ku, orang tua ku hanya minta di kembalikan modal setengah, tapi sampai sekarang, belum juga kita kembalikan, dan selanjutnya kau ingin mengorbankan Kissky!” netra July tak hentinya membelalak pada suaminya.
“Maafkan aku ma, papa janji, akan berubah, setelah ini tidak akan membuat mama marah lagi,” ucap Ahmad.
“Terserah papa saja! Urus sendiri!” July yang kecewa meninggalkan suaminya di ruang tamu.
Kissky yang tak ingin keberadaannya di ketahui oleh orang tuanya, memutuskan untuk keluar rumah kembali.
Ia pun memilih untuk singgah sejenak di sebuah taman yang tak jauh dari kediamannya.
Ternyata aku harus tetap balas jasa, batin Kissky.
“Ku pikir, setelah keluar dari panti, hidup ku akan bahagia, nyatanya tetap menyesakkan, bedanya di panti aku dapat perundungan, sedang di rumah, aku selalu di paksa melakukan apa yang tak ku inginkan.” ia pun kembali mengingat masa-masa kelamnya di panti asuhan, tempat ia tinggal 10 tahun yang lalu, sebelum akhirnya ia di adopsi oleh July dan Ahmad.
Flash Back!
Maret 2012, Kissky yang baru memasuki usia 5 tahun di bangunkan oleh Rena yang usianya lebih tua 7 tahun dari dirinya.
Byurrr!!!
Rena mengguyur air segayung pada wajah Kissky, yang membuat kasurnya ikut basah.
“Kak, kenapa menyiram ku?” tanya Kissky kecil, gadis malang yang di tinggalkan kedua orang tuanya di pintu panti saat ia masih berusia satu hari.
“Pakai nanya lagi! Tuh!” Rena menunjuk ke arah jam dinding. “Sudah Jam 07:00, dan kau belum bangun juga?! Apa beda mu dengan kami yang ada disini?! Di suruh bangun pagi-pagi kerja bakti membersihkan seluruh panti! Ayo berdiri!” Rena menarik paksa tangan kecil Kissky dari ranjang, yang membaut Kissky kecil terjatuh ke lantai.
“Auh! Sakit kak...” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
“Makanya bangun tepat waktu! Kau pikir karena kau yang paling muda disini, kau akan dapat hak istimewa? Heh! Kita semua sama disini, jadi tugas apapun harus di kerjakan bersama!” Rena yang kesal pada Kissky pun melempar gayung ke kepala gadis kecil itu.
“Hiks...” Kissky kecil bangkit dari lantai seraya menangis sesungukan. Anak-anak lain yang melihat tak ada yang perduli akan dirinya.
Andaikan aku punya keluarga, andaikan ada yang mengadopsi ku, seperti teman-teman yang lain, pasti hidup ku akan jauh lebih bahagia, ya Tuhan, Kissky juga mau ayah dan ibu yang baik, tolong kirimkan orang tua yang mau menyayangi ku, batin Kissky.
Ia yang melamun pun di kejutkan oleh Lia, teman akrab dari Rena.
“Kerja! Kerja!!!” ia berteriak di telinga kecil Kissky.
“I-iya kak!” tangan mungilnya pun mulai memegang kain lap, lalu ia pun di perintahkan Lia dan Rena untuk membersihkan ranjang dari debu dan kotoran lainnya sampai bersih sendirian.
Pukul 13:00 wib, saat jam makan siang telah tiba, Kissky pun menyudahi pekerjaannya.
“Heh! Mau kemana?!” pekik Rena.
“Mau makan kak.” ucap Kissky dengan perasaan takut.
“Memangnya sudah selesai kerjanya?” tanya Rena dengan netra membulat.
“Belum kak.” seketika nyali Kissky ciut mendapat tatapan intimidasi dari kakak seniornya.
“Enggak ada istilah makan! Selesai dulu baru isi perut mu!!” Setelah keluar dari dalam kamar, Rena dan Lia mengunci pintu agar Kissky tak dapat keluar.
Perlahan bibir Kissky bergetar, netranya yang memerah mengeluarkan genangan buliran bening.
“Lapar.” ucapnya dengan suara redup, namun apa daya, ia tak mendapatkan izin.
Ia dengan berderai air mata kembali melanjutkan pekerjaan bersih-bersih seluruh ranjang yang jumlahnya tak sedikit.
Rugg... perutnya terus saja berbunyi meminta makan, namun ia harus bersabar sampai pekerjaannya selesai.
...Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!