NovelToon NovelToon

Cinta Olivia

PERTEMUAN

^^^Jiwaku yang telah mati^^^

^^^Bukan cintaku^^^

^^^Janjiku slalu abadi^^^

^^^Hanya milikmu^^^

"Kak Via!"

Tepukan serta sapaan dari Alicia yang rupanya baru datang bersama suaminya, membuyarkan lamunan Olivia yang sedang duduk di teras seraya menyumpal telinganya dengan earphone.

"Hai, Alice!" Sapa Olivia sedikit canggung pada sang adik.

"Sore, Kak Via," gantian Dikta, suami Alicia yang menyapa Olivia.

"Sore, Dikta!" Balas Olivia seraya mengulas senyum pada pria yang pernah menjadi cinta pertamanya tersebut. Sayang seribu sayang, Olivia harus menelan pil pahit tatkala mengetahui fakta bahwa ternyata Dikta sudah mencintai gadis lain.

Gadis yang tak lain dan tak bukan adalah adik kandung Olivia, Alicia!

Flashback empat tahun sebelumnya....

Ciiiit!

Brak!

"Hah!" Olivia menutup mulutnya dengan telapak tangan dan kedua bola mata gadis delapan belas tahun tersebut sudah membulat sempurna.

"Ya ampun!" Olivia melepaskan sabuk pengamannya dengan cepat, lalu membuka pintu mobil dan turun untuk melihat seorang pengendara sepeda angin yang rak sengaja tertabrak mobilnya.

"Hai, maaf!" Ringis Olivia seraya menghampiri pemuda pengendara sepeda tadi yang ternyata adalah siswa SMA juga sama seperti Olivia. Namun sepertinya tidak satu sekolah dengan Olivia, jika ditilik dari seragamnya yang mirip dengan seragam Alicia.

Mungkin pemuda ini memang satu sekolah dengan Alicia.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Olivia pada pemuda tersebut.

"Ya," jawabnya lirih seraya menatap ke arah sepedanya yang penyok di bagian depan.

"Aku benar-benar tak melihat kau keluar dari gang tadi," Olivia mengungkapkan alasan sekaligus melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Ngomong-ngomong, kau sekolah di SMA Permata, ya!" Olivia ganti berbasa-basi pada pemuda yang sepertinya pendiam tersebut.

"Ya!"

"Ayo aku antar ke sekolah saja, dan sepedamu biar aku bawa ke bengkel untuk diperbaiki. Akan aku tanggung semua ongkosnya."

"Aku sudah terlambat ke sekolah!" Ringis Olivia selanjutnya.

"Jam berapa memangnya?" Pemuda itu akhirnya buka suara.

"Setengah tujuh," jawab Olivia tegas.

"Bukannya jam sekolah dimulai jam tujuh?" Pemuda tadi sedikit bingung.

"Iya, itu untuk siswa lain. Kalau aku setengah tujuh harus sudah di sekolah!" Olivia menghentakkan satu kakinya ke tanah karena kesal.

"Aku tidak suka terlambat!" Sungut Olivia lagi.

"Memang apa bedanya? Kau murid luar biasa?" Tanya pemuda itu seraya menggaruk kepalanya dengan bingung.

"Ck! Sudah diam, dan bawa sepedamu itu ke bagasi mobil, lalu ayo naik!" Perintah Olivia sedikit galak pada pemuda yang entah bernama siapa itu.

"Bukankah katamu kau tadi sudah terlambat? Lalu kenapa mau mengantarku?" Tanya pemuda itu bingung.

"Karena aku sudah menabrak sepedamu hingga penyok! Jadi biarkan aku bertanggung jawab dan tolong jangan bawel lagi!" Jawab Olivia panjang lebar yang benar-benar sudah kesal sekarang.

"Baiklah, kalau kau memaksa!" Pemuda tadi mengangkat sepedanya, lalu membawanya ke bagasi mobil Olivia.

"Aku tak memaksa! Aku hanya bertanggung jawab!" Sergah Olivia kembali bersungut, sementara pemuda tadi sudah selesai menaikkan sepedanya ke dalam bagasi.

"Ayo jalan, katanya sudah terlambat," ajak pemuda tadi yang malah sudah naik ke mobil Olivia duluan.

Lah! Yang punya mobil siapa memangnya?

Olivia menyusul masuk ke dalam mobil dan mendelik sekilas pada pemuda tadi.

"Ngomong-ngomong, aku Dikta," Dikta mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.

"Via!" Jawab Olivia singkat, sebelum gadis itu lanjut melajukan mobilnya menuju ke arah sekolah Dikta.

****

"Pagi, Bu Ketua!" Sapa Youbel cengengesan pada Olivia yang sudah memasang raut wajah sengit di pintu gerbang.

"Kau mau ke sekolah atau jadi preman?" Tanya Olivia galak pada satu siswa yang gemar membuat masalah tersebut. Ada saja peraturan yang dilanggar oleh Youbel setiap harinya. Seperti hari ini yang seharusnya Youbel memakai seragam rapi, dasi serta topi karena ini hari Senin dan ada upacara bendera. Tapi Youbel malah memakai seragam serampangan. Baju keluar, rambut berantakan, tidak pakai dasi.

Hhhhhh!

Ingin rasanya Olivia menendang keluar kapten tim basket putra di sekolahnya ini. Mungkin alasan pihak sekolah tak pernah mengeluarkan Youbel dari sekolah meskipun anaknya urakan ya satu alasan itu. Kemampuan bermain basket Youbel luar biasa dan selalu membawa tim basket putra juara di berbagai turnamen basket antar sekolah.

"Bu Ketua OSIS mau mememoloti saya sampai kapan? Tidak takut bola matanya copot?" Celetuk Youbel yang tentu saja langsung membuat Olivia geram. Olivia memang masih memegang jabatan sebagai ketua OSIS hingga detik ini dan gadis itu rajin mengadakan sidak di depan gerbang untuk memantau siswa yang tidak taat peraturan seperti Youbel Van Willer ini.

Terkesan kurang kerjaan memang. Tapi Olivia selalu melakukannya agar para siswa di sekolahnya taat peraturan.

"Dasi kemana?" Tanya Olivia galak pada Youbel.

"Ada di laci meja sepertinya. Lagipula, tidak bagus memakai dasi di leher seperti itu," Youbel menunjuk ke arah dasi Olivia.

"Nanti kalau leher tercekik," Youbel mempraktekkan dengan lebay ekspresi orang tercekik yang mungkin menurutnya adalah sebuah kelakaran, namun justru mengesalkan bagi Olivia.

"Bahaya, Bu Ketua!" Lanjut Youbel lagi.

"Mana ada orang tercekik saat memakai dasi? Tidak usah mengada-ada! Kau itu tak pernah taat peraturan," Cerocos Olivia mengomeli Youbel dari Sabang sampai Merauke. Gadis itu juga mengeluarkan sebuab buku catatan kecil untuk mencatat nama siswa yang melanggar peraturan, lalu Olivia akan melaporkannya ke guru BK.

"Youbel Van Willer, Bu!"

"Masih belum berubah nama saya," kekeh Youbel saat Olivia mulai mencatat namanya. Dari halaman depan sampai belakang buku catatan Olivia, nama Youbel yang tertera paling banyak.

Menyebalkan!

Triiiiiing!

Bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi.

"Ayo upacara, Bu Ketua! Masa ketua OSIS terlambat datang ke lapangan," kekeh Youbel seraya ngacir meninggalkan Olivia yang kini bersungut-sungut.

Dasar menyebalkan!

****

Olivia masih berada di dalam mobilnya yang terparkir di depan SMA Permata. Tatapan mata gadis itu tak lepas dari pintu gerbang utama sekolah dan menunggu seorang siswa keluar.

Setelah sedikit sepi, barulah seseorang yang sejak tadi Olivia tunggu keluar dari pintu gerbang utama.

"Dikta!" Panggil Olivia yang sudah membuka kaca jendela mobilnya.

Dikta sedikit celingukan sebelum kemudian pemuda itu sadar kalau yang memanggilnya adalah Olivia yang masih betada di dalam mobil. Dikte segera menghampiri mobil Olivia.

"Hai, Via!" Sapa Dikta sedikit canggung.

"Sepedamu sudah jadi," lapor Olivia seraya tersenyum pada Dikta.

"Benarkah?" Dikta menatap tak percaya pada Olivia yang langsung mengangguk.

"Maaf karena baru aku antar sekarang, karena kemarin aku pulang sore," ujar Olivia lagi seraya turun dari mobil. Olivia membuka bagasi belakang mobilnya dan mengeluarkan sebuah sepeda baru yang sedikit mirip dengan sepeda lama Dikta.

"Ini sepeda siapa?" Tanya Dikta bingung.

"Sepedamu!"

"Yang kemarin kerusakannya lumayan parah dan sepertinya rugi juga kalau dibenerin. Jadi aku tukar yang baru saja," ujar Olivia yang malah membuat Dikta berekspresi aneh dan cenderung tidak senang. Bukankah seharusnya Dikta bersorak senang sekarang?

"Seharusnya kau tidak perlu melakukan ini,Via!" Sergah Dikta yang hendak mengembalikan sepeda pemberian Olivia.

"Eh, jangan begitu!"

"Aku benar-benar tidak bermaksud apa-apa, Dik! Aku hanya ingin bertanggung jawab atas kelalaianku kemarin."

"Tolong diterima dan jangan tersinggung, ya!" Pinta Olivia memohon pada Dikta.

"Tapi, Via-"

"Anggap sebagai tanda pertemanan kalau begitu!" Olivia memotong kalimat Dikta yang belum selesai.

"Bukankah kita teman sekarang?" Lanjut Olivia lagi seraya mengulurkan tangannya pada Dikta.

"Ya!" Jawab Dikta akhirnya setelah menghela nafas berulang kali.

"Terima kasih sepeda barunya, Via!" Ujar Dikta lagi yang langsung membuat Olivia mengulas senyum. Hati Olivia terasa menghangat sekarang.

.

.

.

Hai!

Karya ke-32 kita ketemu sama Olivia Abraham Arthur. Alur mundur dulu, ya! Balik ke jaman Olivia masih SMA yang timingnya beriringan sama 'kecelakaan' Ethan-Ruby.

Jadi Olivia Abraham Arthur ini anak sulungnya Kyle Arthur dan Audrey Abraham. Cerita Audrey-Kyle ada di "Remember Me Please, Hubby!" udah tamat dan mengandung banyak bawang 😁😁.

Lupa?

🤣🤣🤣🤣

Nggak apa-apa. Nanti juga akan ingat dengan sendirinya.

Terima kasih buat yang masih setia mengikuti karya sambung menyambung bak sepur ini. Mari masak opor dan ketupat dulu sebelum lanjut bab 2

😁😁😁😁

Jangan lupa like, biar othornya semangat bikin opor. Lho!

JATUH CINTA?

"Nonton pertandingan basket. Mau ikut?" Tawar Ruby pada Olivia yang sedang membereskan bukunya.

"Sama siapa saja? Rumi main memangnya?" Tanya Olivia kepo.

"Main, jadi penghangat bangku cadangan," celetuk Ethan yang tiba-tiba ikut menyahut. Ethan sudah merangkul pundak Ruby sekarang namun dengan cepat disentak oleh Ruby yang sepertinya sok jual mahal.

"Rumi jadi cadangan." Ruby mengulangi jawaban Ethan.

"Lawannya?" Tanya Olivia lagi kepo.

"SMA Permata. Masa kamu ketua OSIS nggak tahu menahu, sih?" Jawab Ruby sambil berkomentar.

"Nggak penting juga harus tahu tentang dunia basket! Kapten timnya saja nyebelin, kerap melanggar aturan, urakan,"

"Hhhhh!" Olivia memutar bila matanya dengan malas.

"Youbel maksudnya," Ruby terkekeh.

"Iyalah! Siapa lagi memangnya?" Olivia masih berekspresi malas.

"Eh, lawannya SMA mana tadi?" Olivia bertanya sekali lagi pada Ruby.

"SMA Permata! Dasar dodol!" Ruby menoyor kepala Olivia.

"Ish! Nggak fokus saja!" Kilah Olivia kesal.

"Jadi mau ikut, nggak? Mumpung ada sopir!" Ruby menunjuk ke arah Ethan yang tetap nimbrung bersama Olivia dan Ruby. Aneh memang tetangga Ruby ini. Bukannya gabung sama teman-teman cowok,malah ngekorin Ruby kemana-mana kalau di sekolah.

"Aku bawa mobil!" Jawab Olivia sombong. Gadis itu sudah beranjak dari bangkunya dan menyampirkan tasnya di bahu.

"Tapi jadi nonton, kan?" Tanya Ruby penasaran.

"Jadilah!" Jawab Olivia yang sudah kekuar kelas duluan seraya bersenandung riang.

"Kelihatan sedang bahagia. Mencurigakan!" Gumam Ruby yang lamunannya langsung disentak oleh rangkulan Ethan di pundaknya.

"Ayo berangkat!" Ajak Ethan.

"Iya!"

****

"Dikta! Dikta! Dikta!" Terdengar sorak sorai dari para pendukung tim basket SMA Permata.

"Dikta main?" Olivia bergumam sendiri sebelum kemudian gadis itu mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Alicia di sana. Olivia segera mengetikkan pesan untuk sang adik yang usianya hanya terpaut satu tahun tersebut.

Namun saat ini Alicia dan Olivia sama-sama duduk di bangku kelas dua belas, karena Alicia ikut kelas akselerasi. Namun keduanya bersekolah di SMA berbeda, sesuai keinginan masing-masing. Toh Mama Audrey dan Papa Kyle tak pernah mengatur-atur soal Olivia dan Alicia yang harus sekolah dimana.

[Hai, kau nonton pertandingan?] -Olivia-

[Yap! Aku di deretan paling depan] -Alicia-

Olivia melemparkan pandangannya ke bangku penonton paling depan dari pendukung tim basket SMA Permata dan langsung terlihat Alicia yang melambaikan tangan ke arahnya. Olivia balik melambaikan tangan meskipun hanya sekilas karena sudah dicibir oleh Ruby.

"Apaan dada dada?" Ledek Ruby yang langsung membuat Olivia mendengus. Olivia lanjut mengetik pesan untuk Alicia.

[Dikta siapa? Kayaknya banyak fans?] -Olivia-

[Kapten tim basket. Aku belum pernah cerita, ya?] -Alicia-

[Belum! Emang aku pernah nanya?] -Olivia-

[Lha ini kamu nanya! Dasar!] -Alicia-

[Panggil kakak atau aku kutuk jadi cantik kau nanti!] -Olivia-

[Mau dikutuk jadi cantik, dong, Kak!] -Alicia-

[Bahasa jawanya depan!] -Olivia-

[Apaan?] -Alicia-

[Ngarep!] -Olivia-

[Dah ah, mau nonton basket! Bye!] -Alicia-

Olivia tak membalas lagi pesan sang adik dan ikut fokus ke court, dimana para pemain sudah masuk dan berbaris rapi. Jantung Olivia mendadak jadi berdetak tak karuan, saat melihat Dikta yang kini mengenakan jersey sekolahnya. Terlihat cool dan tampan!

Namun pemandangan cool dan tampan itu harus ternoda sejenak, saat Dikta bertukar badge tim bersama Youbel.

Iyuuuh! Kenapa juga yang jadi kapten tim sekolah Olivia adalah Youbel? Kenapa bukan Rumi atau Arkan saja atau yang lainnya?

"Dor!" Gertak Ruby usil pada Olivia yang masih fokus memperhatikan Dikta.

"Perhatiin siapa, sih? Sampai senyum-senyum begitu?" Tanya Ruby kepo.

"Kepo!" Jawab Olivia yang kembali memperhatikan Dikta yang kini sedang melakukan pemanasan bersama anggota timnya.

"Kayaknya naksir salah satu pemain dari SMA Permata," terka Ethan setelah menelusuri arah pandang Olivia.

"Sok tahu, Kutu buku!" Olivia yang usil, mengambil kacamata Ethan dari wajah pemuda chubby tersebut.

"Via, kembalikan!" Protes Ethan yang berusaha mengambil kembali kacamatanya dari tangan Olivia.

Olivia kembali fokus ke tengah lapangan basket terutama pada sosok Dikta yang benar-benar membuat Olivia merasakan perasaan aneh saat melihatnya.

Olivia kenapa?

****

"Dikta!" Panggil Olivia pada Dikta yang baru keluar dari ruang ganti bersama beberapa temannya.

"Hai! Kau disini?" Dikta berbasa-basi pada Olivia seraya sedikit mengacak rambutnya sendiri yang tampak basah.

"Pulang bareng siapa?" Tanya Olivia seraya menggenggam tali tas selempangnya.

"Bareng teman-teman mungkin. Tadi pas kesini bareng mereka juga. Sepeda juga masih di sekolah." Dikta menjeda sejenak kalimatnya saat ponsel pria itu berdering.

"Maaf, aku angkat tekepon dulu," pamit Dikta yang langsung membuat Olivia mengangguk.

"Halo, kau dimana?" Sambut Dikta setelah mengangkat telepon.

"Aku sudah pulang bareng teman-teman. Kamu? Masih di GOR?"

"Iya, tapi udah mau pulang." Jawab Dikta cepat.

"Oh, yaudah! Hati-hati pulangnya, trus langsung istirahat!"

"Ada shift malam." Dikta mencari alasan. Dikta memang bekerja paruh waktu selama ini karena ia bukanlah anak yang terlahir dari keluarga kaya dan berada.

"Libur dulu emang nggak bisa? Kan baru aja tanding."

"Nggak bisa."

"Ck! Dasar keras kepala!"

"Aku tutup dulu teleponnya. Udah mau jalan pulang," pamit Dikta pada seseorang di seberang telepon.

"Iya! Bye! Hati-hati pulangnya!"

"Siap!" Pungkas Dikta sebelum kemudian pria itu menyimpan kembali ponselnya. Dikta kembali menghampiri Olivia yang masih menunggunya.

"Jadi, kau pulang bersama siapa? Teman-temanmu udah pada duluan tadi," ujar Olivia bertanya sekaligus memberitahu Dikta.

"Masa?" Dikta langsung berlari ke arah tempat parkir, dan benar saja. Mobil temannya sudah tidak ada.

Bagus sekali!

Bagaimana Dikta akan ke sekolah dan mengambil sepedanya sekarang?

"Ayo bareng aku saja!" Ajak Olivia yang sudah menyusul Dikta ke tempat parkir.

"Emang nggak ngrepotin?" Dikta sedikit ragu.

"Enggak!" Jawab Olivia santai tetap sambil mengulas senyum.

"Baiklah! Tapi sampai sekolah aku saja, ya! Sepedaku ada di sekolah soalnya," ujar Dikta memberitahu Olivia.

"Oke!" Olivia tiba-tiba sudah meraih tangan Dikta, lalu menariknya ke arah mobil. Dikta sedikit kaget namun tak terlalu ambil pusing dan terus mengikuti langkah Olivia.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

GEBETAN?

"Via!" Panggil Ruby saat Olivia baru saja akan masuk ke dalam mobilnya.

"Apa?"

"Pulang bareng boleh?" Tanya Ruby sedikit merayu Olivia.

"Ethan kemana? Bukannya biasanya kamu diantar jemput sama si kutu buku itu?" Tanya Olivia penuh selidik.

Ruby mengendikkan kedua bahunya.

"Aku lagi males pulang sama Ethan!"

"Ngambek? Marahan? Ada masalah? Ethan selingkuh?"

"Tapi yang terakhir sepertinya mustahil. Ethan kan hanya tergila-gila padamu," Cerocos Olivia yang bertanya pada Ruby namun malah menjawab pertanyaan sendiri. Sedangkan Ruby hanya memutar bola matanya dengan malas, sebelum kemudian gadis itu masuk ke dalam mobil Olivia.

"Wajahmu terlihat bahagia. Apa ada sesuatu yang aku lewatkan?" Tanya Ruby kepo setelah Olivia menyusul masuk dan duduk di belakang kemudi.

"Tidak ada!" Olivia tersenyum sendiri karena mendadak ingat pada Dikta dan senyuman manis pemuda tersebut.

Ya ampun!

Olivia kenapa?

"Tidak ada apa-apa!" Ruby menirukan jawaban Olivia sambil mencibir-cibir.

"Bilang tidak ada apa-apa , tapi senyum-senyum sendiri seperti orang sinting!" Ledek Ruby yang langsung berhadiah toyoran dari Olivia.

"Sembarangan!"

Ciiiit!

Olivia menginjak rem secara tiba-tiba karena mendadak ada Youbel yang menyeberang tanpa memperhatikan jalan. Ruby yang belum memakai sabuk pengaman, refleks menggerutu karena kepalanya terantuk dashboard mobil.

"Nyeberang lihat-lihat!" Seru Olivia kesal pada Youbel yang hanya cengengesan.

"Maaf, Bu Ketua!" Jawab Youbel seraya menepuk kap depan mobil Olivia sambil bersiul.

Olivia hanya berdecak sembari mendelik pada pemuda urakan tersebut.

"Bye, Bu Ketua! Kurang-kurangi galaknya, biar nggak cepat tua!" Ledek Youbel yang langsung membuat Olivia menggerutu sebal.

"Enak saja! Aku masih delapan belas tahun!" Gerutu Olivia sembari melajukan mobilnya dan meninggalkan Youbel menyebalkan. Sementara Ruby yang sejak tadi duduk di samping Olivia langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ledekan Youbel pada sahabatnya tersebut.

"Gokil si Youbel." Celetuk Ruby yang langsung berhadiah keplakan dari Olivia.

"Diam!"

Ruby tak langsung diam dan tetap meledek Olivia hingga mobil melaju membelah jalanan kota.

"Loh, loh! Kita mau kemana,Via? Kok lewat sini?" Tanya Ruby bingung saat Olivia mengambil arah berlawanan dengan arah rumahnya dan juga rumah Olivia.

"Udah diam!"

"Kalau numpang itu ya nurut saja! Nggak usah banyak protes!" Ujar Olivia sedikit bersungut pada Ruby.

Olivia menghentikan mobilnya di depan SMA Permata, dan gadis itu langsung celingukan seolah sedang mencari keberadaan seseorang.

"Nyariin siapa, sih, Via? Pacar kamu?" Tanya Ruby kepo.

"Ada, deh!" Jawab Olivia sok rahasia.

Olivia masih celingukan, saat ponsel Ruby berdering nyaring.

"Halo, Ethan!" Sambut Ruby masih sambil memperhatikan Olivia yang celingukan.

"Kau dimana? Aku udah sampai di parkiran."

"Aku di depan SMA Permata! Sedang menemani Olivia mencari gebetan ini," jawab Ruby asal yang langsung membuat Olivia berdecak.

"Olivia punya pacar? Anak SMA Permata? Bukannya itu sekolahnya Alicia, ya?"

Ruby sengaja menyalakan loudspeaker agar Olivia bisa mendengar cecaran pertanyaan dari Ethan.

"Kepo!"

"Nggak Ruby nggak kamu, sama-sama kepo!" Cibir Olivia yang langsung membuat Ethan tertawa terbahak-bahak di seberang telepon.

"Kan kami berdua sehati, Via!"

"Iyuuh! Enggaklah!" Sergah Ruby yang tidak mau disebut sehati dengan Ethan.

"Ruby jual mahal, Eth! Besok jangan dikasih contekan pas ujian!" Lapor Olivia pada Ethan yang langsung membuat Ruby memukul tangannya.

"By, aku jemput, ya!"

"Nggak usah! Aku masih penasaran sama cowoknya Olivia!" Tolak Ruby cepat.

"Pulang jam berapa?"

"Nggak tahu! Udah, ah! Aku tutup teleponnya, bye!" Pungkas Ruby seraya memutuskan telepon Ethan secara sepihak. Olivia hanya tertawa kecil dan kembali melemparkan pandangannya ke arah gerbang utama SMA Permata.

Saat itulah, terlihat Dikta yang berjalan keluar seraya menuntun sepedanya. Olivia langsung mengulas senyum dan hendak membuka pintu mobil, saat kemudian terlihat seorang gadis yang menghampiri Dikta.

Tapi tunggu...

Bukankah itu adalah Alicia?

"Itu Alicia sama siapa, Via? Kelihatan mesra! Pacarnya Alicia, ya?" Cecar Ruby yang ternyata melihat Alicia juga.

"Aku tidak tahu," jawab Olivia masih sambil menatap ke arah Alicia dan Dikta. Seperti kata Ruby tadi, Alicia dan Dikta memang terlihat akrab dan mesra!

Mungkinkah itu...

Olivia masih bergelut dengan batin dan pikirannya saat terlihat Ruby yang ternyata sudah turun dari mobil Olivia dan menghampiri Alicia serta Dikta.

Ck! Dasar Ruby!

Olivia tak tahu Ruby ngobrol apa bersama Alicia. Namun sepertinya Ruby baru saja memberitahu Olivia kalau dirinya sedang ada di depan sekolah sang adik tersebut karena terlihat Ruby yang menunjuk-nunjuk ke arah mobil Olivia.

Dasar Ruby menyebalkan!

"Kak!" Sapa Alicia yang tiba-tiba sudah mengetuk kaca pintu mobil Olivia.

"Ya! Mau pulang? Ayo bareng!" Ajak Olivia menawarkan tumpangan.

"Alice pulang bareng Dikta, Kak!"

"Itu Dikta, ketua tim basket yang tempo hari Kak Via tanyain. Mau kenalan?" Tawar Alicia pada sang kakak.

"Emmmmmm! Nggak usah!" Tolak Olivia cepat yang sebisa mungkin berusaha mengusir segala prasangka di hatinya.

Alicia mungkin teman sekelas Dikta, Via! Tak usah berprasangka dan berpikiran yang bukan-bukan!

Olivia men-sugesti dirinya sendiri.

"Eh, tapi Ngomong-ngomong, kok kamu pulang sama Dikta? Emang kamu ada hubungan gitu sama Dikta? Kalian pacaran, ya?" Tebak Olivia seraya tertawa kecil meskipun hati Olivia mendadak rasanya tak karuan.

Olivia kenapa?

"Iya, Dikta pacar Alice, Kak!" Jawab Alicia seraya tersenyum malu-malu yang malah terdengar seperti sambaran petir di siang bolong bagi Olivia. Senyum di bibir gadis itu seketika menjadi pudar dan hatinya mendadak terasa sakit.

Sakit sekali!

"Pacar?" Gumam Olivia pelan seraya menatap tak percaya pada Dikta yang masih menunggu Alicia selesai mengobrol dengan Olivia.

"Jadi, kakak tadi kesini mau nyariin siapa? Kata Kak Ruby kakak punya gebetan anak SMA Permata."

"Siapa, Kak? Nanti biar Alice bantu comblangin kakak sama gebetan Kakak!" Cecar Alicia penuh semangat yang hanya membuat Olivia mengulas senyum tipis. Sebuah senyum yang benar-benar dipaksakan.

"Nggak usah, Alice!" Tolak Olivia tanpa semangat.

"Jadi gimana, Alice! Mau pulang bareng kita berdua atau bareng pacar kamu, Si Captain?" Tanya Ruby yang sudah menyusul masuk ke dalam mobil Olivia.

"Alice pulang sama Dikta, Kak! Udah ditungguin itu!" Jawab Alicia seraya mengendikkan dagunya ke arah Dikta. Wajah adik kandung Olivia itu juga terlihat berseri-seri.

"Iya, deh! Iya! Silahkan pulang bersama pacar gantengmu!" Celetuk Ruby yang langsung menbuat Alicia tertawa kecil. Berbeda dengan Olivia yang masih berusaha menelan ganjalan pahit di tenggorokannya.

"Alice pulang dulu, ya, Kak!" Pamit Alicia.

"Nanti kalau kakak butuh bantuan buat pedekate sama gebetan kakak, Alice siap bantu!"

"Oke!" Lanjut Alicia lagi seraya mengacungkan jempolnya ke arah Olivia.

"Oke!" Jawab Olivia tanpa semangat namun tetap balas mengacungkan jempol ke arah Alicia.

"Bye, Kak!" Alice melambaikan tangan sekali lagi pada Olivia sebelum gadis itu menghampiri Dikta. Terlihat Dikta yang tersenyum pada Alicia, lalu mengacak rambut gadis rersebut.

Setelah itu, Alicia naik ke top tube sepeda Dikta, dan Dikta langsung mengayuh sepedanya meninggalkan sekolah serta Olivia yang kini tersenyum kecut.

Hati Olivia mendadak sakit setelah mengetahui kebenaran bahwa ternyata Dikta adalah pacar Alicia.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!