Hai readers... ini adalah karya pertamaku, semoga suka ya, disini terdapat cerita mafia tapi tidak terlalu banyak, lebih banyak menceritakan kisah romantis. maafkan jika ada kesamaan nama, tempat atau alur cerita dengan kisah yg lainnya. ini adalah murni dari hasil karyaku.
selamat menbaca....
***
Aresha Cassandra usia 20 tahun, Arina Ariani teman baik sekaligus sahabat dari Aresha yang biasa di panggil Rere oleh orang dekatnya, Reynald Narendra Abraham kekasih dari Rere biasa di panggil Rey.
Rere adalah gadis cantik yang memiliki sifat yang baik, pintar, kalem dan sederhana. Dia anak pertama sekaligus cucu pertama dalam keluarganya. Meskipun dia dari keluarga yang berada, Rere tidak pernah sombong dan membeda-bedakan, dia bisa berteman dengan siapa saja tanpa memandang kasta. Dia juga mempunyai sahabat yang biasa di panggil Arin gadis cantik dan pintar sedikit barbar yang berbanding terbalik dengan Rere. Mereka selalu pergi kemana-mana berdua tidak bisa dipisahkan seperti perangko.
Rere mempunyai kekasih bernama Reynald Narendra Abraham. Mereka memiliki hubungan sejak berumur 17 tahun. Hubungan mereka sangat manis dan sweet. Hari demi hari mereka lalui dengan berbagai kisah didalamnya, susah, senang, bahagia dan sedih mereka lalui bersama. Berbagai banyak perjuangan pula yang sudah dilakukan Rere untuk kekasihnya. Dia selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Hingga pada suatu hari, Rere melihat kekasihnya dengan wanita lain tepat didepan matanya. Seketika dunia Rere runtuh hancur, kecewa, sedih ingin marah menjadi satu. Dia memilih memutuskan hubungannya dengan rasa sakit dan kecewa yang ia terima.
Pada akhirnya Rere memutuskan untuk pergi dari kota kelahirannya untuk melupakan semua rasa sakit dan kenangan yang sudah ia lalui bersama dengan orang terkasih tanpa di ketahui siapapun kecuali oleh keluarganya sendiri.
Ia memutuskan untuk pergi jauh ke negara A, menjadi orang yang kuat dan menjadi wanita karir yang sukses. Dan usahanya selama bertahun-tahun pun membuahkan hasil. Dia memiliki perusahaan di bidang property, memiliki usaha kuliner yang terkenal dan memiliki banyak cabang cafe.
Dia juga diam-diam menjadi ketua mafia yang terkenal bengis dan sangat disegani dikalangan para mafia.
4 tahun kemudian....,
Saatnya Rere kembali pulang ke kota kelahirannya di negara I.
"Bagaimana Nes, apa semuanya sudah siap?" Tanya Rere pada Agnes, sekertaris sekaligus tangan kanannya di perusahaan maupun dunia bawah.
"Sudah nona, semuanya sudah siap. Kita tinggal berangkat nona," jawab Agnes.
Agnes priticia berumur 23 tahun. 1 tahun lebih mudah dengan Rere. Dia di tolong oleh Rere dari keluarga bibinya yang bersikap kasar dan semena-mena pada Agnes. Bahkan dia di usir oleh paman bibinya karena di anggap benalu dalam keluarganya. Agnes anak yatim piatu karena kedua orang tuanya sudah meninggal dalam kecelakaan.
Dia diangkat oleh Rere menjadi orang kepercayaannya, dia juga memiliki sifat seperti Rere cantik, pintar dan penyayang, yang terkadang juga memiliki sifat bobrok. Hanya dengan musuh-musuhnya dia akan bersikap kejam tanpa ampun.
"Baiklah kita berangkat ke bandara sekarang," jawab Rere
Sesampainya di bandara anak buah Rere dari dunia bawah sudah siap stand by disana. Mereka di sambut Max yang merupakan orang kepercayaan dan juga tangan kanan Rere yang lain di dunia bawah.
"Max, aku titipkan markas disini padamu. Jaga markas dengan baik, jika ada terjadi sesuatu hubungi aku secepatnya. Aku tidak mau jika kalian semua kecolongan dengan para musuh. Untuk perusahaan disini aku sudah serahkan pada Will dan Vallen," ucap Rere pada Max.
"Baik nona, akan saya usahakan. Mari nona. Pesawat akan berangkat 10 menit lagi," ucap Max pada Rere.
***
Setelah kejadian beberapa tahun yang lalu. Sikap Rere berubah drastis berbanding terbalik. Sekarang dia memiliki sikap yang acuh, cuek, dingin dan terkenal kejam pada musuh-musuhnya. Meskipun begitu dia tetaplah orang baik. Hanya saja, karenya kisah cintanya yang gagal sikapnya berubah. Semenjak itu juga Rere tidak pernah memiliki hubungan dengan siapapun meskipun banyak laki-laki yang mengejarnya.
CINTA!! Cinta memang bisa mengubah segalanya. Begitu juga dengan apa yang di alami oleh Rere.
Beberapa jam perjalanan hingga akhirnya Rere dan Agnes tiba di bandara negara I. Mereka langsung disambut oleh anak buah Rere yang berada di indonesia. Perusahaan yang dipimpin olehnya sangat terkenal di Amerika ataupun di indonesia. Bahkan mafia yang ia pimpin pun juga terkenal di berbagai negara. Hanya saja Rere masih menutupi identitas aslinya dari publik.
"Selamat datang nona, senang bisa bertemu dengan anda". Sapa anak buah Rere yang bernama Liam
"Kita langsung ke mension pribadiku, aku lelah ingin istirahat." jawab Rere.
"Baik nona."
Dalam perjalanan menuju mension pribadinya, Rere selalu diam sambil memandang keluar jendela mobil. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Hampir 2 jam perjalanan menuju mension akhirnya mereka sampai.
"Bagaimana nona, apa anda suka dengan model mension ini? jika tidak, akan saya carikan lagi," tanya Liam itu.
"Tidak perlu, aku suka dengan mension ini. Kita masuk dulu, kau boleh kembali Li. Besok pagi datanglah kesini laporkan semua yang ada disini padaku, dan juga carikan supir pribadi dan pelayan kesini. Besok harus dapat." Perintah Rere
"Baik nona, akan saya usahakan. Kalau begitu, saya permisi dulu." Pamit Liam sambil menunduk sedikit memberi hormat pada Rere.
Skip pagi hari...
Rere terbangun akibat suara berisik dari gawainya, setelah melihat siapa pagi-pagi yang sudah menelfonnya dia berdecak kesal. Siapa lagi kalau bukan adiknya yang super cerewet. Aresha memiliki adik perempuan bernama Lalita Cassandra, saat ini usianya baru 15 tahun, dia memiliki sifat yang jail, cerewet, centil dan menyebalkan bagi Rere, tapi dia tetap sayang pada adiknya itu.
"Hmmm..., kenapa?" suara seraknya khas bangun tidur
"Kakkaaaaakkkkk...." teriak Lalita di seberang sana.
Sontak Rere langsung terbangun dan menjauhkan gawainya dari telinganya akibat teriakan adiknya yang memekikkan telinganya itu. "Kenapa kau teriak-teriak, hah? pagi-pagi sudah teriak," geram Rere pada adiknya itu.
"Hehehee..., cengir lalita diseberang sana. "Kau sudah pulang? kenapa kau tidak pulang kemari? apa kau tidak merindukan adikmu yang imut ini?"
Aresha mengernyitkan alisnya "siapa yang bilang kau imut itu, hah. wajah pas-pasan kau bilang imut," sengal Rere pada adiknya. Adiknya yang diseberang sanapun manyun 5 cm karena dikatai pas-pasan oleh kakaknya itu. "Iyaa... nanti sore aku kesana."
"Benar ya?" dengan wajah berbinarnya
"Ck..., iyaa bawel." Rere berdecih kesal. "Ya sudah aku sibuk." Tanpa menunggu jawaban dari seberang sana Rere langsung mematikan sambungan telfonnya.
"Dasar, orang itu. Seenak jidatnya dimatikan telfonku," kesal Lalita pada kakaknya. Mamanya hanya tersenyum mendengar percakapan kedua anaknya itu, "mamaa..., nanti kakak akan datang kemari."
"Iyaa mama sudah dengar," dengan wajah sok cueknya, dalam hati mamanyapun merasa senang jika anak sulungnya akan datang.
Nama mama Rere dan Lalita bernama Dias Putri Ningrum dan papanya bernama Xander Permana. Mamanya Asli Indonesia dan papanya blasteran antara Indonesia Amerika. Meskipun mereka berada, tapi tidak pernah membatasi kedua putrinya selagi itu baik untuk mereka.
"Mama sama saja menyebalkan," gayanya yang sudah kesal sambil melenggang pergi keluar.
***
Kembali ke Rere
Dia masih asik merebahkan dirinya diatas kasur king sizenya sambil memandangi langit-langit kamarnya, entah apa lagi yang dipirkan gadis itu hingga tak ingin beranjak dari kasurnya.
Hingga suara dari Agnes membuyarkan lamunannya. "Bu booosss..., banguuun, sudah hampir siang ini. Ada Liam dibawah mencarimu," teriak Agnes sambil menggedor-nggedor pintu kamar Rere.
Pemilik kamar itupun langsung menyahuti "suruh tunggu 30 menit lagi aku akan kebawah", sahut Rere dari dalam kamarnya. Segera iapun betanjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
Diluar kamar Agnes menggerutu kesal karena kebiasaan Rere yang susah di bangunkan, "dassar orang itu, kebiasaan," Agnes segera turun dan menuju dapur.
"Tuan Li, tunggu sebentar ya. Kata bu bos 30 menit lagi, silahkan diminum dulu," tawar Agnes.
"Terima kasih nona, tak perlu repot-repot aku kesini hanya sebentar saja".
Tak lama kemudian, Rere pun turun menuju ruang tamu.
Liam langsung memberikan berkas laporan yang dibawanya dan mulai menjelaskan semuanya, mulai dari perkembangan perusahaan, markas dan usaha yang dimiliki oleh Rere.
"Markas yang ada disini aman terkendali nona, perusahaan juga tidak ada masalah dan banyak yang mengajukan kontrak kerja sama terutama Abraham group yang di pimpin oleh tuan Rey sendiri," jelas Liam.
Seketika aktifitas Rere terhenti dan menoleh kearah Liam, "kau setujui saja untuk Abraham group, bagaimana dengan dirinya selama aku pergi?" Tanya Rere dengan wajah datarnya kembali membaca berkas-berkas yang ada ditangannya
Liam juga menceritakan bagaimana Rey selama ini, Rey yang hampir setiap hari datang kerumah orang tua Rere menanyakan keberadaan dan kabar Rere.
Rey juga meminta maaf kepada kedua orang tua Rere atas apa yang sudah ia lakukan pada Rere.
Bohong jika Rere tidak pernah memikirkan Rey bahkan hingga sekarang perasaannya pada Rey tetap sama. Hampir tiap malam Rere selalu menangis dalam diam memikirkan Rey. Sejauh kemanapun Rere pergi, seberapa lama ia pergi tidak bisa mengubah rasa itu pada Rey. Rere hanya ingin memberikan pelajaran yang berharga untuk Rey. Jika kesabaran tidak bisa menyadarkannya, maka kehilanganlah yang akan menyadarkannya.
Rere tak pernah memiliki dendam pada Rey hanya karena dia dihianati. Hanya saja sikapnya yang sekarang lebih banyak diam, dingin dan cuek terhadap sekitar, berbicara hanya seperlunya saja.
"Emm yasudah kalau begitu, bagaimana dengan orang-orang yang aku suruh semalam? kapan mereka tiba?"
"Mereka akan segera sampai nona."
Tak berselang lama orang-orang yang yang di maksud Rere dan Liam baru saja tiba, 2 orang sopir pribadi dan 10 Art. Tak lupa merekapun memperkenalkan diri mereka masing-masing.
"Tugas kalian sudah tahu sendiri bukan tanpa harus di jelaskan panjang lebar?, kalian harus saling membantu dan bagi tugas, bersikaplah jujur, aku tak suka menerima orang pembohong, untuk kamar, kalian pilih sendiri-sendiri yang sudah tersedia. Untuk Bi Nunung, bertugas membersihkan kamar pribadiku & ruang kerjaku. Kalian boleh bubar dan melaksanankan tugas masing-masing, siapkan makan malam nanti, saat ini aku ada urusan di luar," ujar Rere pada mereka semua.
"Baik nona," jawab mereka bersamaan.
"Panggil aku nona sulung," ujar Rere sambil berjalan keluar di ikuti Agnes dan Liam.
"Nona, kalau begitu saya pamit undur diri," pamit Liam.
"Hmmm," hanya disahuti deheman oleh Rere sambil menganggukkan kepalanya.
"Sekarang kita mau kemana bu bos?" tanya Agnes
"Kita keliling sebentar dan mengunjungi cafe ku disini, setelah itu kita kerumah mama," ucap Rere sambil melempar kunci mobil ke Agnes.
"Aahh... siap bu bos. Kita main balap-balap, hihihii," semangat Agnes 45 sambil memasuki mobil mewah Rere.
Tak lama mobil mewah yang di kendarai Rere dan Agnes pun melesat cepat membelah jalanan kota. Agnes tak peduli sumpah serapah yang di lontarkan padanya karena mengemudi dengan kencangnya.
***
Setelah menempuh perjalanan 1 jam akhirnya tiba di cafe Rere yang diberi nama Cassandra Cafe. Cafe memiliki desain yang elegan dan nyaman sehingga banyak pengunjung yang menyukainya, bahkan kalangan pebisnis pun sering datang ke cafe itu.
Agnes dan Rere keluar dari mobilnya tak lupa menggunakan masker dan kaca mata hitamnya agar tak banyak orang yang mengenalinya, sesampainya didalam mereka memilih tempat duduk yang berada di pinggir jendela yang menghadap ke jalan raya.
"Aku mau keruang manajer dulu, kau disini sebentar. Pesan saja sesuka hatimu," ujar Rere pada Agnes.
"Bener ya boleh?" Dengan semangat 45 nya. Kalau sudah berhadapan dengan makanan Agnes juaranya.
Rere langsung menemui manajernya yang bernama Audrey di dalam untuk melihat laporan perkembangan cafenya.
Tak perlu berlama-lama Rere langsung keluar menuju meja makan tadi bersama Agnes. Rere di buat melongo dengan apa yang di pesan oleh Agnes, bagaimana tidak? Hampir semua menu ada dihadapannya.
"Perutmu itu karung atau apa, hah? Bisa-bisanya semua makanan kau pesan." Ledek Rere pada Agnes.
"Semua menu disini enak bu boss aku suka, tempatnya juga nyaman pantas saja banyak pengunjung yang datang."
Seketika mata Agnes pun menangkap sosok yang sepertinya dia kenal, yang sepertinya pernah dia lihat tapi entah kapan.
"Bu boosss ... bukankah orang itu.... " ucap Agnes yang dijeda sambil menunjuk orang yang di maksud. Rere pun ikut menoleh kesumber yang ditunjuk oleh Agnes
Yaaa... orang yang dimaksud Agnes adalah Rey, mantan dari bosnya yang cantik itu. Agnes ingat jika dia pernah melihat foto yang tergantung dikamar Rere saat masih di Amerika.
Bahkan di mension Rere sekarang dikamar pribadi dan ruang kerjanya terdapat foto mereka berdua. Rere tak pernah membuang foto-foto mereka. Ada satu foto yang paling menonjol diruang kerjanya terdapat foto mereka berdua dengan ukuran yang sangat besar. Sebelumnya Rere sudah berpesan pada Liam untuk mengatur semuanya.
Dengan perasaan yang tak karuan Rere melihat orang yang selama ini memnuhi pikirannya, orang yang dirindukannya. Saat ini perasaan Rere tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tanpa suara sekatapun Rere tiba-tiba berdiri dari duduknya begitu saja melenggang pergi. Yang dilakukan Rere membuat Agnes bingung entah apa yang dilakukan oleh bosnya itu.
Tak lama kemudian Rere kembali ketempat Agnes "ayo kita pergi dari sini, mama sudah menungguku," ucap Rere sambil berjalan keluar diikuti Agnes.
"Kau dari mana bos? kenapa pergi begitu saja?" tanya Agnes yang tak disahuti oleh Rere.
Bu boss kenapa ya? kenapa jadi aneh begitu? aahh sudahlah. Batin Agnes
Keduanya pun kembali melesat membelah jalanan menuju rumah keluarga Rere
***
Diperjalanan menuju rumah keluarga Rere, ia hanya terdiam tak berbicara sepatah katapun. Setelah menempu perjalanan selama setengah jam akhirnya mereka sampai di rumah keluarga Rere. Lokasi cafe dan rumah keluarga Rere tak begitu jauh dari cafe.
"MAMAAA I'M COMIIIING... suara Rere yang menggelegar mengagetkan seluruh penghuni rumah.
"Astaga, suara siapa itu seperti mercon yang menggelegar?" Kaget Lalita saat mendengar teriakan kakaknya. Semua penghuni rumah hanya bisa mengelus dada setelah tau siapa yang datang teriak-teriak tanpa permisi.
"Pulang juga kau, aku kira kau tak ingat keluargamu disini," sungut Lalita.
"Diam kau bocil, aku mau bertemu mama sama papa. Minggir kau," sahut Rere sambil meyingkirkan adiknya yang menyebalkan itu menghalangi jalan.
"Mamaaa papaa..." panggil Rere sambil berlari memeluk mama dan papanya, mereka saling melepas rindu setelah sekian lama Rere berada di negara orang.
Tak lupa juga Rere mengenalkan Agnes pada kedua orang tuanya.
Lalita adik Rere pun ikut nimbrung mendekat ke arah kakaknya, "kakaaakk... apa kau tau?"
"Tidak. Aku tidak tahu," selah Rere sebelum Lita menyelesaikan apa yang ingin di bicarakan.
"Aku belum selesai ngomong, makanya jangan selah dulu kenapa sih," geram Lita pada kakaknya. "Kau tau kak, hampir setiap hari kak Rey datang kemari hanya menanyakan kabar dan keberadaanmu. Kalau dilihat-lihat, kak Rey tampan juga ya."
"Laluu?" Ucap Rere sambil mengernyitkan alisnya
"Kenapa kakak harus putus sih dengannya? Kan sayang. Orang setampan gitu, menjadi pengusaha muda pula. Apa kurangnya coba?" Lanjut Lita dengan wajah centil dan girangnya. Rere yang mendengar adiknya hanya tepok jidat dan membuang nafas kasar.
"Kalau kau suka dengannya kenapa bukan kau saja yang menjadi kekasihnya," jawab Rere dengan wajah cueknya.
"Aduuuuhh... Aku kan masih kecil, andai saja aku sudah besar seperti kakak, pasti aku sudah dekati kak Rey," jawab Lita, Lita kalau sudah melihat yang bening-bening langsung berbinar-binar.
"Re... benar apa yang dikatakan adikmu itu, Rey hampir setiap hari datang kesisni hanya menanyakanmu. Dia juga meminta maaf sama mama dan papa karena dia berbuat salah," jelas mama Dias.
"Cobalah untuk membicarakannya Re, selesaikan masalah kalian berdua. Awalnya papa dan mama terkejut mendengarnya, bahkan papa juga hampir memukulnya jika mamamu tidak menghalangi papa waktu itu," sambung papa Xander.
"Dia hampir setiap hari menemui papa dan mama untuk meminta maaf, dengan bujukan mamamu, mau tidak mau papa mulai memberikan maaf padanya."
"Huuhh..." helah Rere. "Entahlah ma, pa Rere juga tidak tahu harus bagaimana, biarkan saja, biar dia ambil pelajarannya," ujar Rere.
"Yasudah, semua keputusan ada ditanganmu," ucap papa Xander.
Setelah lama berbincang membahas banyak hal, Rerepun pamit dengan kedua orang tuanya.
***
Diperjalanan menuju mension milik pribadi Rere, tiba-tiba handphone milik Rere bergetar menandakan jika ada panggilan masuk.
Deerrtt... deerrttt
"To the point," jawab singkat Rere tanpa berbasa basi.
"Maaf nona sulung, gudang penyimpanan persenjataan telah diserang," ujar seseorang diseberang sana. Para anak buah Rere didunia bawah mamanggilnya dengan sebutan nona sulung itu karena permintaaan dari Rere sendiri. Rere lebih suka dengan panggilan itu.
"Kurang ajar, siapa yang berani melakukannya? serang tuntas kembali mereka yang ingin bermain-main denganku, sisakan satu orang untuk di introgasi," perintah Rere dengan penuh amarah. Agnes yang mendengar kemarahan Rere terlonjak kaget.
"Baik nona, akan saya laksanakan," ucap orang di seberang sana, Rere pun memutuskan panggilannya.
"Kita ke gudang persenjataan Nes, saat ini gudang persenjataan telah diserang, aku tidak akan membiarkan mereka mengambil milikku."
"Laksanakan bu boss," Agnes pun langsung menambah kecepatan laju mobil yang dikendarainya.
Jika Rere sudah mengeluarkan tanduknya, maka tidak akan ada yang bisa hidup tenang bahkan bisa dikatakan tidak ada yang bisa selamat dari kebengisan
***
Setibanya Rere dan Agnes para anak buah Rere masih melakukan baku hantam dan baku tembak dengan musuh yang mencoba merebut senjata milik mafia yang di pimpin oleh Rere. Tanpa menunggu lama Rere langsung mengeluarkan senjata kesayangannya yang selalu dibawa kemana-mana untuk berjaga-jaga.
Dor... dor... dor... dor
Rere langsung melepaskan timah panas tanpa ampun pada mereka yang mau bermain-main dengan Rere. Tanpa membuang-buang waktu semua musuh langsung terkapar tak bernyawa jika Rere sudah turun tangan. Satu orang sudah dibawa kemarkas oleh anak buah Rere untuk di interogasi.
"Kurung dia diruangan bawah tanah, sampaikan pada Liam jika aku besok akan datang kesana menemuinya, jangan biarkan dia kabur sebelum kita mendapatkan informasi darinya," perintah Rere pada salah satu anggota pimpinan digudang persenjataan.
"Kalau begitu aku pamit, perketat lagi penjagaan disini. Banyak yang ingin merebut tempat ini, dan segera obati anggota yang terluka"
"Baik nona, saya mengerti," jawab anak buah Rere sambil menunduk memberi hormat pada pimpinan mereka.
Rere langsung melenggang pergi diikuti Agnes.
***
Setibanya di mension Rere, Agnes turun dengan tampang lesunya tidak bersemangat. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Rere yang melihatnyapun mengernyitkan alisnya.
"Kau kenapa Nes, kenapa kau kelihatan lesu begitu? apa kau baru putus dari kekasihmu?" tanya Rere yang asal bicara.
"Putus dari mananya bu boss. Aku kekasih saja tidak punya, aku kan setia padamu bu boss sampai tidak tahu bagaimana rasanya dekat dengan seorang pria," jawab Agnes ngasal, tapi ada benarnya juga apa yang dikatakan.
"Ooohh... jadi kau menyalahkanku, begitu?" Sengal Rere sambil berkacak pinggang.
"Aku potong gajimu baru tahu rasa kau," ancamnya pada Agnes.
"Heheheee... ampun bos," cengir Agnes sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.
"Becanda kaliii ah. Serius amat sih boss, jangan jutek-jutek napa sih. Aku lapar sekali bu boss. tenagaku terbuang habis tadi. Baru juga sampai disini sudah main baku hantam saja."
"Kau itu baru saja menghabiskan semua makanan di cafe, heran aku denganmu itu. Makan banyak iya tapi gak ada gemuk-gemuknya."
"Aku kan body goals bu boss," jawab Agnes sambil berputar-putar.
"Haiissh... terserah kau lah. Yasudah masuk sana makan."
Sesampainya didalam mereka langsung disambut oleh beberapa pelayan yang ada disana. Karena mereka berdua tiba di mension hampir tengah malam. Rere dan Agnes langsung bergegas membersihkan diri setelah itu mereka makan malam yang sudah disiapkan.
Makan malam selesai, Rere kembali kekamarnya karena lelah. Rere langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur king sizenya sambil menatap langit-langit
"Entah kenapa difikiranku penuh dengan dirimu Rey? apa kau merindukanku saat aku tidak ada? Kenapa kau tega menghianatiku?" gumam Rere, tak lama kemudian Rerepun terpejam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!