💥Berikan senyum terindahmu buat para pembencimu, karena tersenyum adalah cara mengintimidasi terbaik💥
Ameera gadis cantik dengan tinggi 153 cm itu nampak berjalan riang masuk ke dalam kantornya pagi itu.
Ia selalu mengulas senyumnya pada siapa saja yang ia temui, karena keramahannya itu ia banyak di sukai oleh para karyawan di perusahaannya terutama karyawan pria.
Namun ada juga sebagian teman-temannya yang iri dengannya.
"Meera, tunggu !!" teriak seorang laki-laki saat Ameera hendak masuk ke dalam ruangannya.
"Ya ada apa, mas ?" sahutnya sembari menatap pria itu.
"Kamu cantik sekali hari ini ." puji seorang pria bernama Bimo, seorang supervisor di kantornya tersebut.
"Terima kasih, mas." sahut Ameera tanpa ada perasaan apapun.
Ini bukan pertama kali Ameera mendapatkan pujian atau perhatian dari sebagian besar karyawan pria di kantornya tersebut.
Jadi baginya itu sudah biasa dan ia hanya menganggap mereka sebagai seorang abang.
"Meera, bagaimana kalau nanti siang kita makan bersama ?" ajak Bimo dengan nada berharap.
"Maaf mas sepertinya lain kali saja, hari ini aku banyak kerjaan." tolak Ameera dengan halus.
"Kalau begitu aku masuk duluan ya, mas." imbuhnya lagi, kemudian ia melangkahkan kakinya ke dalam ruangannya.
"Dasar ganjen, pagi-pagi sudah menggoda laki orang." bisik beberapa karyawan wanita di sana yang sedang mengintip di balik pintu.
Sedangkan Ameera yang mendengar itu hanya bisa menghela napas panjangnya, ingin sekali ia membela diri namun ia memilih bersikap pura-pura tidak mendengar saja agar hubungan mereka tetap baik-baik saja.
Mengingat Ameera di kota ini adalah seorang perantau, ia harus bisa menjaga dirinya sendiri dan berharap mempunyai banyak teman.
Kemudian Ameera mengulas senyumnya saat baru masuk ke dalam ruangannya tersebut.
"Selamat pagi, semua." sapanya dengan ramah seperti biasa, seakan sindiran mereka tadi hanya angin lalu baginya.
Ameera yang bekerja sebagai staf keuangan, selalu mengerjakan pekerjaannya dengan cekatan hingga ia menjadi karyawan yang paling disukai oleh menejer di kantor cabang tersebut.
"Meera, ini buat kamu." seorang pria tiba-tiba meletakkan bungkus makanan di meja kerja Ameera.
Ameera yang sedang sibuk di layar komputernya langsung mengangkat wajahnya menatap pria itu.
"Ini apa, mas ?" tanyanya kemudian.
"Makan siang buat kamu " sahut pria itu yang di ketahui bernama Derry, Derry adalah kepala staf keuangan di kantor cabang tersebut.
Meski pernah Ameera tolak cintanya tapi sepertinya Derry tak pernah menyerah dan selalu mendekatinya dengan cara apapun.
"Terima kasih, mas. Maaf merepotkan." sahut Ameera tak enak hati karena laki-laki itu sering sekali memberikannya makanan.
Setelah kepergian Derry, Ameera langsung membagi makanan tersebut pada teman-temannya yang lain. Baginya itu bukan rezekinya sendiri tapi rezeki bersama.
Setelah menghabiskan makan siangnya, Ameera segera berlalu ke ruangan menejernya untuk menyerahkan laporan keuangan.
"Selamat siang, pak." sapanya setelah membuka pintu.
"Hai, Meera masuklah." sahut pak Mario menejer di kantor cabang tempatnya bekerja.
"Apa hari ini kamu sibuk ?" tanyanya kemudian.
"Tidak terlalu pak." sahut Ameera.
"Baiklah kalau begitu kamu bantu saya memeriksa ini ya, karena nanti sore harus di bawa ke kantor pusat." Pak Mario nampak memberikan tumpukan dokumen di atas mejanya.
"Baik, pak."
Meski sedikit keberatan karena bukan pekerjaannya, Ameera tetap mengerjakannya hingga selesai. Karena itulah managernya tersebut sangat menyukainya.
Setelah selesai Ameera segera meninggalkan ruangan tersebut dengan wajah yang lumayan lelah.
"Sabar." gumamnya seraya melangkahkan kakinya menuju ruangannya.
Namun tanpa ia tahu Bimo dan Derry mengawasinya dari kejauhan, mereka nampak memandang datar Ameera. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.
Sore harinya saat Ameera hendak pulang ke mess karyawan yang ia tempati selama bekerja di kantor tersebut, ia nampak terkejut saat Bimo sudah menunggunya di sana.
"Mas ngapain di sini ?" tanya Ameera saat melihat Bimo berdiri di depan mess kantornya, sebuah rumah dua lantai dengan beberapa kamar di dalamnya.
"Aku menyukaimu, Mir." ucap Bimo dengan tiba-tiba memegang tangan Ameera, namun gadis itu langsung menarik tangannya kembali.
"Maaf mas, aku hanya menganggap mas sebagai seorang abang." tolak Ameera dengan halus.
"Aku benar-benar menyukaimu, Meera. Tolong terima aku sebagai pacarmu." mohon Bimo tak menyerah.
"Mas bukannya sudah mempunyai pacar ya ?" tukas Ameera yang langsung membuat Bimo gelagapan.
"Aku sudah putus." dusta Bimo.
"Tapi aku nggak bisa mas, lebih baik kita berteman seperti ini aja." mohon Ameera.
"Tapi Meera...."
"Maaf mas, aku sangat lelah." sela Ameera dengan nada memohon, setelah itu ia segera melangkahkan kaki masuk ke dalam mess tersebut.
Bimo yang merasa di tolak mentah-mentah nampak mengepalkan tangannya, sudah lama ia menyukai Ameera. Namun gadis itu selalu saja jual mahal, menurutnya.
"Sepertinya gosip yang beredar selama ini memang benar, kamu adalah simpanan pak Mario." gumamnya seraya menatap kepergian Ameera, pak Mario adalah seorang menejer di kantor cabang tersebut.
Setelah itu Bimo segera berlalu ke messnya sendiri yang berada tak jauh dari mess karyawan wanita.
Keesokan harinya....
Hari minggu adalah hari yang paling Ameera tunggu, karena ia bisa bermalas-malasan di kamarnya tanpa harus bangun pagi dan menatap layar komputer seharian.
"Meera, bangun." seorang gadis bernama Nita nampak mengguncang lengan Ameera siang itu.
"Apaan sih, aku masih ngantuk." protes Ameera yang enggan untuk bangun.
"Ada cowok cakep." tukas Nita, namun Ameera sepertinya tidak peduli.
"Astaga nih bocah, ngebo banget sih tidurnya." gerutu Nita.
"Ameeraaa." teriaknya lagi dengan sangat nyaring hingga membuat Ameera langsung bangun terduduk.
"Ada gempa." ucapnya dengan panik, ia segera bangkit namun satu-satunya sahabatnya yang paling tulus itu langsung menariknya hingga ia terduduk kembali di kasurnya.
"Bukan gempa Meera, tapi cowok cakep." ucap Nita memberitahu.
"Astagfirullah Nit, kamu membuatku panik saja. Lagipula secakep apa sih sampai kamu heboh begitu ?" gerutu Ameera dengan kesal.
"Sudah lihat saja, dia baru datang katanya pindahan dari kantor pusat." jawab Nita meyakinkan.
"Awas saja kalau nggak cakep, lagipula mau cakep atau nggak apa peduliku." gerutu Ameera sembari bangkit dari duduknya.
Kemudian ia berlalu keluar dari kamarnya, saat akan berjalan keluar dari messnya ia melihat beberapa teman wanitanya sedang heboh membicarakan karyawan pria yang baru datang tersebut.
Karena penasaran Ameera segera keluar dari messnya, ia nampak melihat pria asing sedang berbicara dengan beberapa teman pria kantornya yang ada di mess khusus laki-laki yang berada di seberang messnya.
Pria itu terlihat sangat tampan bahkan lebih tampan dari Bimo maupun Derry yang terkenal sangat tampan di kantornya.
Pria itu berkulit putih, hidung mancung, bibirnya sensual, rahang tegas serta tatapannya yang tajam membuatnya terlihat sangat sempurna apalagi di tunjang oleh bentuk tubuh yang proporsional.
"Bagaimana, cakepkan ?" bisik Nita agar tidak kedengaran sampai mereka.
"Ck, biasa saja." sahut Ameera yang memang tidak terlalu peduli dengan hal seperti itu, yang ada di pikirannya hanya bagaimana ia bisa bekerja dengan benar dan membuktikan pada kedua orang tuanya jika ia bisa hidup mandiri di kota orang.
"Matamu katarak apa, orang cakep seperti bule begitu di bilang biasa saja." gerutu Nita sembari mengikuti Ameera berlalu masuk ke dalam messnya.
Sementara itu pria asing yang bernama Awan itu nampak menatap kepergian Ameera dengan senyuman tipis yang penuh arti.
*💥**Jangan menilai buruk seseorang dari pendapat orang lain, karena itu hanya** akan mengotori hatimu💥***
Sore itu terlihat seorang pria dengan kacamata riben yang bertengger di hidung mancungnya nampak keluar dari mobil yang ia kendarai.
Pandangannya lurus menatap gedung perkantoran di depannya tersebut.
"Jadi ini kantor cabang di mana aku di pindahkan." gumamnya.
Matanya mengawasi beberapa karyawan yang keluar masuk gedung tersebut.
Kedatangannya sore itu nampak menjadi pusat perhatian para karyawan kantor di sana.
Terutama para karyawan wanita yang terlihat begitu mengagumi parasnya yang memang lumayan tampan.
Awan berjalan tegap masuk ke dalam kantor tersebut, ia senang karena para karyawan di sana terlihat ramah padanya.
Apalagi sambutan para karyawan wanita yang terang-terangan mengaguminya dan itu membuatnya semakin percaya diri sebagai seorang pria.
Namun ada seorang gadis yang tak lepas dari pandangannya, gadis itu nampak sibuk dengan pekerjaan membawa dokumen kesana kemari tanpa mempedulikan kehadirannya.
"Sialan, apa dia sedikit pun tidak terpesona denganku ?" gumamnya dengan kesal.
Awan terus saja menatap gadis itu, semakin menatapnya ia merasakan getaran aneh pada hatinya.
"Kalau kamu menatapku sekarang, bisa jadi kamu adalah wanita yang akan menjadi jodohku." gumam Awan sembari menatap Ameera yang nampak sedang berjalan memunggunginya.
Takdir seakan menyambutnya, tiba-tiba saja Ameera menoleh ke belakang dan itu membuat Awan langsung bersorak dalam hati.
Meski gadis itu tidak jelas melihatnya atau bukan, tapi bisa melihat wajahnya saja membuatnya merasakan seperti banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya.
Apakah ia sedang jatuh cinta pada pandangan pertama? entahlah, terlalu dini untuk menyimpulkan tapi saat ini ia merasa sangat bahagia.
Awan nampak menerbitkan senyum tipisnya saat mengingat pertemuan pertamanya dengan gadis itu kemarin di kantornya.
Seorang gadis yang sama sekali tak tertarik padanya, namun mampu membuat hatinya seketika bergejolak.
"Ku rasa kamu memang jodohku." gumamnya seraya menatap kepergian Ameera yang kembali masuk ke dalam messnya siang itu.
"Beneran kamu tidak tertarik pada pria itu, Meera ?" cercah beberapa teman satu messnya saat Ameera kembali masuk.
"Nggak sama sekali." sahut Ameera yang memang tidak merasakan apa-apa saat melihat Awan.
"Syukurlah." ucap mereka bersamaan, terdengar nada lega pada suaranya.
Selama ini mereka selalu menganggap Ameera adalah saingan terberat mereka di kantornya. Karena selain paling muda, entah kenapa semua laki-laki seakan pada menyukainya.
Keesokan harinya....
Pagi itu Ameera nampak berjalan kaki menuju kantornya, jarak mess ke kantornya yang kurang dari 500 meter itu selalu ia tempuh dengan berjalan kaki.
"Pagi, Meera." sapa Derry yang tiba-tiba berjalan di sebelahnya.
"Pagi, mas." sahut Ameera.
"Sendirian? kemana Nita ?" tanyanya berbasa-basi.
"Dia ada urusan." sahut Ameera.
"Di mana mobil mas, tumben jalan kaki ?" imbuhnya lagi yang tak biasa melihat Derry berjalan kaki menuju kantornya.
"Lagi ingin jalan saja." sahut Derry beralasan.
"Oh." Ameera hanya ber oh ria menanggapinya.
"Meera ?" ucap Derry kemudian.
"Ya, mas ?" sahut Ameera, ia ikut berhenti saat Derry menghentikan langkahnya.
"Mir, kamu tahukan dari dulu aku menyukaimu. Jadi tolong untuk kali ini berikan aku kesempatan." tukas Derry berharap.
"Maaf mas, jawabanku tetap sama. Aku ingin kita seperti ini saja, berteman seperti biasanya. Lagipula aku sudah menganggap mas seperti abangku sendiri." tolak Ameera dengan halus.
"Meera, sebenarnya apa sih kurangku? jabatanku bagus di kantor, aku punya mobil bahkan apapun yang kamu minta pasti akan ku kabulkan." bujuk Derry tak menyerah.
"Maaf mas, saat ini aku hanya ingin fokus bekerja." sahut Ameera menatap tegas Derry, setelah itu ia melanjutkan langkahnya.
Ia bukannya tidak menyukai Derry, laki-laki itu memang tampan dan sangat baik padanya.
Namun menurut gosip yang ia dengar, Derry seorang playboy seperti halnya dengan Bimo.
"Apa ini semua ada hubungannya dengan pak Mario ?" tuduh Derry hingga membuat langkah Ameera terhenti lalu berbalik menatapnya.
"Terserah mas mau bilang apa, aku menjelaskan pun mas pasti juga tidak akan percaya." ucapnya, setelah itu ia berbalik badan kemudian berlalu pergi.
"Sial." Derry nampak mengepalkan tangannya, sudah sekian kalinya gadis itu menolak perasaannya.
"Aku semakin yakin kamu ada hubungan spesial dengan pak Mario." gumamnya lagi.
Sesampainya di kantornya Ameera segera masuk ke dalam ruangannya dan tak berapa lama kemudian manager di kantor tersebut menyuruh seluruh karyawan untuk berkumpul.
"Ada apa ?" tanya Ameera pada salah satu karyawan disana.
"Ada karyawan baru yang mau di kenalkan, sepertinya sih pria yang dua hari lalu datang kesini." sahut karyawan tersebut.
"Oh." Ameera hanya ber oh ria, ia tahu pasti pria kemarin yang ia lihat di Mess yang akan di kenalkan oleh managernya itu.
Tak berapa lama kemudian pak Mario nampak datang bersama seorang pria tampan.
"Selamat pagi semua, seperti yang kalian ketahui kalau di kantor kita kedatangan karyawan baru. Beliau adalah pak Awan syailendra dari kantor pusat, beliau akan bergabung di departemen keuangan." ujar pak Mario yang langsung membuat semua karyawan bertepuk tangan.
Sementara itu para karyawan yang melihat Awan sedang memperkenalkan dirinya nampak begitu terpesona menatapnya.
Pria keturunan Belanda dari garis sang ibu itu memang terlihat sangat tampan dan berwibawa.
"Duh gantengnya." puji Nita sahabat Ameera yang baru datang.
"Biasa saja, gantengan juga ayahku." celetuk Ameera, baginya hanya ayahnya satu-satunya laki-laki di dunia ini yang paling tampan, sabar dan baik hati.
Jika saja ada laki-laki yang seperti ayahnya, tentu saja ia akan dengan senang hati menerima cintanya.
Setelah sesi perkenalan selesai mereka segera kembali ke ruangannya masing-masing, sedangkan Awan yang sedari tadi mencuri pandang ke arah Ameera nampak kesal saat gadis itu mengabaikannya.
Keberadaan dirinya seakan tak terlihat di mata gadis itu dan itu membuatnya semakin penasaran dengannya.
"Selamat bergabung di kantor ini bro semoga betah." ucap Derry berbasa-basi, kemudian mengajak Awan melihat ruangannya.
"Terima kasih." sahut Awan dengan ramah sembari melangkahkan kakinya, sebelumnya mereka sudah saling kenal saat Awan baru datang di Mess.
Saat berada di depan ruangan staff keuangan mereka nampak menghentikan langkahnya.
"Staff keuangan saat ini ada 4 karyawan laki-laki dan 1 karyawan wanita." ujar Derry seraya menunjuk karyawan di dalam ruangan tersebut.
"Wanita ?" Awan nampak menaikkan sebelah alisnya.
"Benar, kamu lihat gadis itu !! namanya Ameera satu-satunya staf wanita di sini." Derry menunjuk ke arah Ameera yang nampak sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Awan yang melihat Ameera ternyata satu departemen dengannya nampak sangat senang.
"Sepertinya jodoh memang tidak kemana." gumamnya dalam hati.
Saat mereka masih sibuk berbicara, tiba-tiba Bimo datang menghampiri mereka.
"Hai bro, suka dengan kantornya ?" ucapnya sembari memberi salam tos pada Awan, mereka terlihat akrab meski baru sehari Awan tinggal di Messnya.
"Lumayan." sahut Awan.
"Oh ya, apa kamu sudah mempunyai pacar ?" tanya Bimo lagi.
Awan langsung menggeleng, menandakan dia belum mempunyai kekasih saat ini.
"Benarkah, sayang sekali." Bimo nampak kecewa mendengarnya begitu juga dengan Derry.
Sejak kedatangan Awan di messnya, mereka merasa kalah saing dengan pria itu. Bahkan beberapa karyawan wanita mulai mengalihkan perhatiannya pada Awan.
"Baiklah, kamu boleh naksir cewek-cewek di sini tapi jangan dia." ucap Bimo sembari mengarahkan pandangannya pada Ameera.
"Kenapa memangnya, bukannya dia cantik ?" Awan mengikuti arah pandang Bimo dan ia sedikit tersentak, apa gadis itu sudah mempunyai kekasih pikirnya.
"Dia memang cantik, tapi cewek nggak benar." celetuk Derry, mengingat ia masih marah dengan Ameera karena menolak perasaannya tadi pagi.
"Apa ?" Awan nampak melebarkan matanya.
"Dia simpanan manager di sini, pak Mario." ucap Bimo menimpali dengan suara pelan yang langsung membuat Awan terkejut mendengarnya.
"Benarkah ?" gumamnya tak percaya.
*💥*Sabar ketika di bully itu rasanya pahit, tapi kadang yang pahit itu justru yang bisa menyembuhkan luka💥
Setelah berbicara dengan Bimo dan Derry, Awan melangkah masuk ke dalam ruangannya.
Ia masih memikirkan perkataan kedua temannya tadi mengenai Ameera yang menjadi simpanan managernya.
Sembari memeriksa pekerjaannya, ia nampak mencuri pandang ke arah Ameera yang sama sekali tak mempedulikannya.
"Pantas tak mempedulikan ku ternyata seleranya om-om." gumamnya, hatinya terasa tercubit saat memikirkan hal itu.
Ia pikir Ameera bersikap cuek karena ingin menjaga harga dirinya, ternyata tak lebih seperti wanita murahan di luaran sana.
Kini laki-laki itu nampak memandang rendah Ameera yang sedang duduk di kursi kerjanya.
"Ku kira polos sekalinya suhu." ucapnya lagi bernada sindiran saat Ameera melewati mejanya.
Sedangkan Ameera yang tidak merasa tersindir hanya sedikit menganggukkan kepalanya saat menatapnya.
"Sialan."
Setelah kepergian Ameera, Awan nampak membanting berkas di tangannya, ia masih belum terima jika gadis itu menjadi seorang simpanan.
Awan langsung beranjak dari duduknya, kemudian ia mengikuti kemana perginya Ameera. Ternyata gadis itu masuk ke dalam ruangan pak Mario.
"Ck, bahkan saat jam kerja pun kalian berzina." gerutunya dengan kesal.
Baru juga akan melangkah pergi, ia mendengar beberapa karyawan wanita sedang asyik bergosip.
"Dasar cewek ganjen, semua laki di godain." ucap salah satu dari mereka.
"Benar itu, nggak mas Derry sama mas Bimo aja tapi semua karyawan laki di sini pada di godain." sahut yang lain.
"Dan sekarang dia mulai godain pak Mario juga, lihat saja pasti di dalam bakal lama." gerutu mereka dengan kesal seraya menatap pintu ruangan pak Mario yang tertutup rapat.
Sedangkan Awan yang sedari tadi mencuri dengar nampak semakin geram, tidak hanya karyawan pria saja tapi karyawan wanita pun juga ikut membicarakan gadis itu.
"Serendah itu kah kamu ?" gumamnya, setelah itu ia kembali ke ruangannya.
Sementara itu Ameera yang sedang berada di ruangannya pak Mario, nampak sibuk dengan laporan di hadapannya.
"Maaf Meera, lagi-lagi merepotkan mu." ujar pak Mario tak enak hati karena Ameera selalu saja dengan sukarela membantu pekerjaannya.
"Tidak apa-apa pak, saya senang membantu anda. Lagipula pekerjaan saya tidak terlalu banyak, hitung-hitung saya sambil belajar." sahut Ameera, tidak hanya laporan keuangan saja yang dia kerjakan tapi juga kerjaan lainnya.
Ameera yang berasal dari luar kota dan jauh-jauh merantau ke kota ini tentu saja ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar segala hal.
Apalagi managernya itu sangat baik, mau mengajarinya apa pun itu. Meski pun kadang teman-temannya memberikan penilaian buruk, dia sama sekali tidak peduli.
Toh semenjak ia datang kesini mereka memang tidak pernah menyukainya, jadi terserah mereka mau bilang apa dia tidak peduli.
"Itu yang bapak suka dari kamu Meera, selain cekatan kamu juga sangat rajin. Berbeda sekali dengan karyawan lain, kerja ogah-ogahan tapi minta gaji besar." tukas pak Mario bernada menggerutu.
"Terima kasih pak, mereka juga rajin kok." sahut Ameera dengan mengulas senyumnya.
"Tapi rajinan kamu, oh ya hari ini kamu tidak usah beli makan siang. Saya akan mentraktirmu." tukas pak Mario.
"Tidak usah pak, merepotkan." Ameera merasa tidak enak hati.
"Saya yang banyak merepotkanmu." sahut pak Mario.
"Baik pak, kalau begitu terima kasih." ucap Ameera kemudian.
Saat jam makan siang, Awan dan beberapa teman-temannya nampak berada di kantin.
"Makanlah sesuka kalian, saya yang bayar." ucapnya pada beberapa teman-temannya tersebut baik perempuan maupun laki-laki.
Mereka yang jarang mendapatkan traktiran langsung bersorak gembira.
"Lihat Ameera nggak ?" tanya Derry yang baru bergabung.
"Di ruangan pak Mario." sahut Awan dengan nada kesal.
"Oh" Derry juga terlihat kesal.
"Ngapain sih nanyain perempuan itu, udah pasti dia bersama pak Mario. Kayak kalian nggak tahu saja, dia kan cewek gampangan." celetuk salah satu karyawan di sana.
Namun tiba-tiba terdengar gebrakan meja tak jauh dari sana.
Brakkk
Nita nampak menggebrak meja kantin saat mendengar sahabatnya itu di jelek-jekekkan oleh mereka.
"Kalau tidak tahu kejadian yang sebenarnya kalian jangan asal menuduh sembarangan, Mira itu rajin makanya jadi kesayangan pak Mario. Kalau kalian mau seperti dia, makanya kerja yang rajin jangan gosip melulu." tegas Nita, ia terlihat sangat kesal.
Setelah itu ia membungkus makanannya, kemudian berlalu pergi.
"Ck, tentu saja karyawan kesayangan. Karena saking rajinnya naik ke atas ranjang pak Mario." celetuk salah satu dari mereka yang langsung membuat karyawan lain tertawa mengolok.
Awan yang mendengar itu nampak mengepalkan tangannya, entah kenapa hatinya terasa tercubit ketika mendengar Ameera di perolok oleh mereka.
Sementara itu Ameera yang baru menyelesaikan pekerjaannya di kantor pak Mario, ia segera keluar dengan membawa bungkusan makanan yang di beri oleh managernya tersebut.
"Loh Nit, kamu kok makan di sini ?" tanya Ameera saat melewati bangku kosong di dekat toilet di belakang kantor tersebut.
"Aku kesal saja sama mereka, selalu saja mengataimu yang tidak-tidak." keluh Nita sembari mengunyah makanannya.
"Udah nggak apa-apa, aku baik-baik saja kok." sahut Ameera menenangkan, kemudian ia ikut duduk di samping gadis itu.
"Meera, bisa nggak sih kamu menolak saja jika pak Mario atau yang lainnya meminta bantuanmu? agar kamu tidak semakin di cap negatif di sini." saran Nita.
Sedangkan Ameera nampak tersenyum kecil menanggapi perkataan sahabatnya itu
"Aku bilang biarkan saja, kenapa harus repot memikirkan mereka. Toh kita makan nggak minta mereka, mereka mau bilang apapun cuekin saja. Cukup kita kasih senyuman, agar kita tidak terlihat lemah saat di tindas." sahutnya menenangkan.
"Kenapa kamu tegar sekali sih." Nita langsung memeluk Ameera.
Sedangkan Ameera nampak menepuk-nepuk pelan punggung Nita.
"Aku juga tidak setegar itu Nit, aku juga rapuh. Aku anak manja di keluarga ku, bahkan menyapu dan mencuci saja aku kurang bersih. Tapi aku ingin membuktikan pada mereka, aku bisa mandiri, aku bisa berhasil meski tanpa mereka." ucap Ameera yang membuat Nita semakin terisak.
"Aku bangga padamu, Meera." ucap Nita kemudian setelah mengurai pelukannya.
"Terima kasih, tapi mulai sekarang jangan dengarkan perkataan mereka ya, ayo kita maju tanpa menjatuhkan lawan." sahut Ameera memberikan semangat.
Setelah itu mereka segera menghabiskan makanannya di sana sembari becanda dan bertukar pikiran. Nita yang hanya karyawan biasa nampak sangat tertarik dengan pekerjaan Ameera di departemen keuangan.
Suatu saat ia juga ingin seperti Ameera, untuk itu ia banyak belajar dari gadis itu.
Beberapa saat kemudian, Ameera dan Nita kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Saat Ameera berjalan menuju ruangannya, Awan nampak sedang berdiri di dekat pintu dengan tangan bersendekap di dadanya. Laki-laki itu menatap datar Ameera yang berjalan ke arahnya.
Ameera yang melewatinya langsung menyapanya dengan senyuman kecilnya kemudian ia berlalu masuk ke dalam.
Namun celetukan Awan langsung membuatnya menghentikan langkahnya.
"Jadi benar kamu kesayangan pak Mario ?" celetuk Awan dengan nada mengolok.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!