Suara riuh anak-anak SMA NIS (Nasution Internasional Scool) saat dibubarkan dari barisan upacara yang membosankan. Apalagi tadi sebelum bubar kepala sekolah bapak Susilo mrlengumumkan bahwa hari ini sekolah mereka kedatangan murid baru dari luar kota semakin menambah riuh suasana.
"Gue penasaran banget sama murid baru itu, "
" Iya gue juga, cewek apa cowok ya murid barunya? "
" Semoga aja cowok dan tentunya ganteng, "
" Semoga murid barunya cewek dan masuk dikelas gue, biar langsung bisa gue gebet, "
Begitulah ocehan anak-anak disekolah yang penasaran sama murid baru itu, kecuali Kania gadis cantik berambut panjang itu tak ikut berkomentar ataupun mengutarakan harapannya tentang murid baru yang nantinya akan belajar disekolah yang sama dengannya.
Bagi Kania untuk apa sibuk penasaran dengan murid baru, toh nantinya tiap hari ada disekolah dan pasti akan tau juga siapa orangnya.
Daripada ikut berjejer di koridor sekolah menanti siapa gerangan si murid baru itu, Kania lebih memilih masuk kekelasnya dan mengulang pelajaran yang akan diajarkan di jam pertama ini.
Begitulah Kania dimana ada waktu untuk mengulang ataupun membuka pelajaran yang akan diajarkan sebelum dimulai proses belajar mengajar ia pasti melakukannya, maka dari itu dia cerdas.
Saat khusyu membaca tiba-tiba teman-temannya yang tadi asyik diluar menunggu murid baru itupun masuk kedalam kelas sambil dorong-dorongan karena di suruh pak Susilo termasuk sahabat baiknya Rania dan Razia si kembar tapi tak sama, tak sama ibu dan tak sama ayah.
" Eh dasar si Kania orang pada sibuk menantikan murid baru dia malah bodo amat dan sibuk dengan bukunya, dasar kutu buku, " Rania tak habis fikir dengan sahabatnya ini.
"Iya Rani bener, gue juga bingung sama lo kok bisa lo ya seenggak peduli itu, perasaan lo orangnya baik malah peduli banget sama orang lain apalagi sama kita berdua, " kata Razia.
Kania menoyor kepala sahabatnya itu. "Rania dan Razia si kembar tapi tak sama, bukannya gue gak peduli tapi gue males aja dengan hal-hal kek gitu, untuk apa nungguin tu murid baru hari ini, toh nanti tiap hari juga bakalan ketemu, "
"Iya sih betul juga kata lo, " ujar Rania membenarkan perkataan Kania.
Razia pun mengangguk setuju.
Tiba-tiba ibu Erika masuk dengan diiringi si murid baru yang tadi membuat anak-anak di kelas XI IPA 1 semakin gaduh.
"Cogan kenalan dong, "
"Ganteng banget mau dong jadi pacarnya, "
ucap cewek-cewek kecentilan yang ada di kelas itu.
"Huuuuu, "
Anak-anak cowok merasa malas karena anak barunya cowok mana tampan lagi ini mah bakal bisa menggeser popularitas mereka sebagai cowok-cowok keren dikelas.
"Oh hancur sudah popularitas gue sebagai cowok keren dikelas ini, " gumam Rudi yang selalu merasa tampan dan populer padahal nyatanya biasa aja.
Bu Erika meminta si anak baru memperkenalkan dirinya di hadapan teman-teman barunya.
" Hai semua, perkenalkan nama gue Narendra Putra Adijaya pindahan dari Bandung," dengan gaya datarnya ia bicara seadanya membuat semua yang ada di dalam kelas itu melongo.
"Ini manusia beneran apa patung yang diberi ruh, kok kaku banget, " celetuk Rudi yang masih mampu didengar semua orang didalam kelas, namun orang yang di maksud tak menggubrisnya.
Narendra langsung mendudukan dirinya dikursi kosong yang ada di pojok kiri tanpa disuruh bu Erika terlebih dulu.
Hal itu membuat anak-anak dikelas semakin melongo, ada juga yang menggelengkan kepalanya. Mereka tak habis fikir" ternyata murid baru itu tak tau sopan santun.
Bu Erika pun geleng kepala melihat tingkah Narendra. Pantas lah dia dikeluarkan dari sekolahnya dulu fikir bu Erika.
Sedangkan Kania seolah tak perduli,
setelah drama murid baru kini proses belajar mengajar sudah dimulai hingga 90 menit kedepan.
Teng Teng Teng
Lonceng tanda istirahat sudah berbunyi, bu Erika mengakhiri mata pelajarannya dengan memberikan tugas untuk di kerjakan dirumah oleh semua murid kelas XI IPA 1.
Setelah bu Erika keluar para murid berhamburan meninggalkan kelas, ada yang menuju perpus, rooftop dan tentu saja kantin adalah pilihan utama para murid karena perut mereka sudah keroncongan minta diisi.
Tak terkecuali tiga sahabat yang sudah hampir 2 tahun ini bersahabat, karena mereka sama-sama bertemu saat masuk SMA.
" Gue perhatiin akhir-akhir ini si Mika suka banget makan rujak, " celetuk Rania disela makannya seraya telunjuknya mengarah kearah seorang gadis culun berkacamata tebal dan rambut yang dikepang 2 yang duduk dipojok kantin.
Kedua sahabatnya itu pun mengarahkan pandangan mereka ke arah pojok kantin dan benar saja Mika sedang asyik memakan mangga muda yang sudah dipermentasi dengan air gula dan garam atau yang sering disebut asinan.
"Iya kok bisa ya, jangan-jangan tekdung lagi, " saut Razia spontan.
"Huss gak boleh suudzon sama orang gak baik, lagian dia kan sempet seminggu gak masuk katanya sakit, biasanya nih orang yang baru sembuh itu memakan sesuatu yang memancing nafsu makannya, ya contohnya seperti asinan itu kan rasa asamnya yang nanti bakal bikin perut keroncongan akhirnya jadi pengen makan, " jelas Kania panjang lebar.
"Emang gitu ya? " tanya Razia.
" Sebagian orang emang ada yang kek gitu, " ujar Kania lagi.
Kini mereka kembali fokus pada makanannya, tak lagi membahas tentang gadis culun itu.
Tiba-tiba kantin heboh karena kedatangan si murid baru yang tampan rupawan alias Narendra.
Tanpa ba bi bu Narendra langsung mendudukan dirinya di depan Kania dan dua sahabatnya.
Rania dan Razia tentu saja sudah terpesona berbeda dengan Kania yang biasa aja, tidak terpesona juga tidak membenci.
" Gue boleh gabung kan?" tanya Narendra, akhirnya cowok itu membuka suaranya.
"Boleh, boleh banget malah, " ujar Razia antusias, dan diangguki oleh Rania.
Narendra menatap Kania meminta persetujuannya.
Seolah mengererti Kania pun berucap, " gak ada kok yang melarang lo duduk disini, "
Narendra bernafas lega karena ia akhirnya merasa punya teman dengan adanya Kania, Rania dan Razia.
Narendra pun memesan salah satu makanan favoritnya yaitu nasi uduk. Akhirnya mereka makan bersama dalam satu meja.
Sedangkan anak-anak cewek yang lain merasa iri kepada keberuntungan tiga sahabat itu yang bisa makan bersama si anak baru yang kini juga menjadi idola baru di sekolah terutama kaum hawa.
Cewek-cewek senang karena mereka punya idola baru disekolah tak mau kalah dengan cowok-cowok yang sudah lebih dulu punya idola siapa lagi kalau bukan si anak pemilik sekolah, Kania.
Kini kubu cewek dan cowok jadi seimbang karena masing-masih ada yang diidolakan.
.
.
.
Setelah kemarin mereka berkenalan dikantin hari ini tugas mereka adalah belajar kelompok yang kelompoknya memilih sendiri dan harus berisi 5 orang, Kania dan kedua sahabatnya pun tak sudah memutuskan untuk bertiga tinggal nyari 2 orang lagi agar anggota mereka lengkap.
Saat mereka kasak-kusuk mau ajak siapa Narendra menghampiri meja ketiganya yang duduknya tak berjauhan. Kania memang duduk sendiri karena murid di kelas berjumlah ganjil pas kedatangan Narendra.
"Hai, gue boleh ikut gabung kelompok kalian gak? soalnya gue belum akrab dengan yang lain, " Narendra berharap Kania dan teman-temannya mau membawanya menjadi anggota kelompok.
"Boleh, kebetulan kita kekurangan anggota dua orang " jawab Kania.
" Berarti satu lagi dong, emmm siapa ya? " Narendra celingak-celinguk menyoroti teman sekelasnya siapa lagi yang bisa di ajak satu kelompok bersama.
"Eh elo, mau ikut kelompok kita gak? " tanya Narendra menunjuk Rudi.
Rudi pun mengangguk karena tak punya pilihan lain, meski ia sedikit tak suka dengan Narendra.
Akhirnya kelima orang itu berunding akan mengerjakan tugas dirumah siapa. Dan keputusannya mereka akan mengerjakan dirumah Narendra weekend nanti.
Di jam istirahat mereka kembali ke kantin untuk menyenangkan cacing-cacing diperut yang sudah berdemo sejak tadi.
"Dikantin ini banyak ya pilihan menunya, di sekolah gue dulu gak banyak jadi gue bosan, " ungkap Narendra.
"Jadi alasan lo pindah sekolah karena menu dikantin sekolah lo yang itu-itu aja ya Ren? " tanya Razia di sambut gelak tawa Kania dan Rania.
"Iya, " jawab cowok yang akrab disapa Rendra ini.
"Haaaaa, " ketiga cewek itu sontak menganga, tak percaya mendengar alasan konyol Narendra pindah sekolah.
"Salah satunya, salah-salah yang lain mengikuti, " ucap nya lagi.
Ketiga cewek itu pun kompak menepuk keningnya bersamaan.
***
Hari ini kembali Kania melihat Mika memakan buah asam itu, tapi bukan lagi dikantin melainkan di samping gudang, disana nampak ia sendirian dengan lahap memakan mangga muda tersebut.
Kebetulan Kania baru saja dari gudang setelah mengembalikan bola volly yang sudah tak bisa dipakai lagi.
Dari kejauhan Kania memperhatikan teman sekelasnya itu, Kania sejujurnya penasaran mengapa dia memakan buah itu sembunyi-sembunyi ini untuk kali kedua Kania melihatnya.
Kania tak ingin berburuk sangka terhadap Mika, namun ia merasa perlu menyelidiki apa yang terjadi pada Mika.
Tak ingin Mika mengetahui keberadaannya Kania memutuskan untuk kembali ke kelas, karena memang bel sebentar lagi berbunyi.
Kania berjalan meninggalkan area gudang. Sesampainya di kelas Kania langsung bergabung dengan Rania dan Razia.
Tak lama lonceng pun berbunyi, bersamaan dengan sampainya pak Sam ke kelas XI IPA 1, pak Sam terkenal dengan ke on timeannya.
"Selamat siang anak-anak silahkan buka buku Fisika kalian halaman 38, " perintah pak Sam.
Semua murid XI IPA 1 sibuk membuka buku paket mereka dan mulai mendengarkan penjelasan dari pak Sam.
"Assalamualaikum, " ucap Mika yang baru saja datang setelah 10 menit pelajaran berlangsung.
"Waalaikumsalam, dari mana kamu pelajaran sudah di mulai kamu baru masuk, " omel pak Sam.
"Maaf pak saya tadi dari toilet, " jawab Mika.
" Kamu tau kan tak ada toleransi bagi anak yang terlambat jika di mata pelajaran bapak? " tanyanya.
"Iya pak, maaf, " ucap Mika.
Akhirnya Mika tak diperbolehkan masuk dan ia memutuskan untuk pulang saja karena memang pelajaran pak Sam, pelajaran terakhir.
Setelah 2 jam pelajaran pak Sam, yang gak semua yang dijelaskan beliau bisa di cerna otak oleh anak-anak XI IPA 1 akhirnya pelajaran rumus-rumus itupun berakhir.
Semua murid menbubarkan diri, begitu pula Kania yang sudah dijemput oleh sopir pribadinya.
Setelah menempuh perjalanan 30 menit, Kania sampai dirumah besar keluarga Nasution dan langsung disambut hangat oleh sang Mama siapa lagi kalau buka nyonya Sasmita.
Kania langsung menghambur kepelukan Mama Sasmita, karena memang dasarnya Kania anak yang manja pada kedua orang tuanya eh bukan tapi sama semua anggota keluarganya karena ia anak bungsu dari dua bersaudara.
"Anak mama manja banget sih, gimana hari ini sekolahnya? " tanya mama Sasmita.
" Lancar kok mah, ya sudah Kania ganti baju dulu ya mah, " jawab Kania, sekalian pamit kekamarmya.
"Iya sayang, mama siapin makan siang kamu dulu, " timpal mama Sasmita.
Saat menyantap makan siangnya Kania bertanya pada sang mama tentang ciri-ciri orang hamil.
"Mah aku mau nanya, " kata Kania
"Nanya apa sayang, hmm,? saut sang mama dengan nada bertanya.
" Mmm kan kalau orang hamil biasanya suka makan yang asam-asam ya mah, nah apa itu terjadi tiap hari? "
" Kebanyakan orang hamil iya, selama trimester pertama, memangnya kenapa? " mama Sasmita memicingkan matanya pada sang putri.
"Ya gak papa mah nanya aja, " ujar Kania.
"Tapi kan ya bisa juga orang yang benar-benar penyuka asam memakan makanan asam terus, kalau ciri spesifiknya yang hanya dialami orang hamil apa aja mah? " lanjut nya lagi.
" Orang hamil akan mengalami morning sicknes dan ngidam juga, kadang kalau ngidam ia bisa memakan makanan yang sebelumnya sama sekali belum pernah ia makan bahkan dulunya dia tak menyukai makanan itu, "
" Oh gitu ya mah makasih ya mah, " ucap Kania seraya tersenyum manis.
Mama sasmita membelai kepala putrinya, " kenapa sih sayang kamu nanya-nanya seputar kehamilan ke mama, kamu gak lagi hamil kan? " dalam hati mama Sasmita sudah ketar-ketir berharap apa yang ia takutkan tidak terjadi.
"Astaghfirullah, naudzubillah mah gak kok, mama ih kok berfikir gitu, " Kania mengerucutkan bibirnya.
"Alhamdulillah, ya mama cuman heran aja kenapa kamu nanya seputar kehamilan kan mama jadi takut sayang, " mama Sasmita menggenggam tangan putrinya.
"Gak kok mah, insyaallah Kania bisa jaga diri, jadi mama tenang aja, " Kania tersenyum menenangkan sang mama.
Tak sampai disitu perbincangan mereka masih berlanjut sampai Kania selesai makan.
Usai berbincang dengan sang mama seraya makan siang Kania akhirnya pamit kekamar, pamitnya. mautidur siang nyatanya sampai saat ini matanya masih enggan terpejam meski ia sudah merebahkan diri dikasur bernuansa pink tersebut.
Fikiran Kania jauh melayang memikirkan teman sekelasnya Mikayla, ada apa sebenarnya dengan Mikayla.
Apakah ia hamil seperti dugaan kedua sahabat Kania?
Ataukah itu hanya memang Mikayla suka makanan asam?
Tapi kenapa makan asamnya sembunyi-sembunyi?
Dan banyak lagi pertanyaan lainnya di benak Kania hingga membuatnya susah tidur.
"Astagfirullah, gakboleh suudzon Kania, " Kania tak ingin berprasangka tapi ia memutuskan menyelidiki Mikayla saja biar ia tau apa ynag sebenarnya yang terjadi.
Bukan tanpa alasan atau hanya karena alasan sepele yang ingin cari muka, tapi disini Kania ingin membantu temannya itu.
.
.
.
Sepulang sekolah hari ini Kania tak langsung kerumah melainkan pergi membuntuti Mikayla.
Kania ingin membuktikan apakah dugaannya benar, jika benar siapa yang telah melakukan itu pada gadis polos seperti Mikayka, fikirnya.
Sepanjang jalan Kania meminta kang ojek yang mengantarkannya agar tetap fokus dengan motor yang ada di depan mereka namun jangan sampai ketahuan.
Setelah mengikuti jalan yang berbelok-belok mengikuti motor matic Mikayla akhirnya ia tiba.
Sebuah rumah sederhana yang letaknya lumayan jauh dari sekolah yang memang berada di perkotaan. Kalau ini bisa di katakan pinggiran kota yang penghuninya pun tak terlalu banyak.
"Neng ngapain sebenarnya kita kesini? " si kang ojek mulai kepo.
"Gak papa pak saya cuman penasaran sama teman saya, " jawab Kania sekenanya.
Kania terus memperhatikan rumah tersebut namun nihil ia tak menemukan apapun.
Kania memutuskan untuk pulang kembali kesekolah karena ia meminta sopir menjemputnya disekolah.
Keesokan harinya saat dikantin Kania terus memperhatikan Mikayla dari jarak jauh, apakah dia akan memakan buah asam itu lagi.
Ternyata Mikayla tak lagi memakan buah asam itu, entah karena dikantin atau karena memang dugaannya salah.
"Kania lo kenapa sih? dari tadi perasaan gak fokus sama makanan lo, " kata Razia.
"Ah gak papa kok, gue fokus kok yuk kita makan, " Kania tak ingin dulu memberi tau kedua sahabatnya jika ia pun punya kecurigaan yang sama terhadap Mikayla.
Saat mereka asyik menyeruput kuah bakso, mereka kedatangan dua orang yang tampak mulai akrab.
"Hey, kita boleh gabung gak nih? " tanya Rendra.
" Tentu, cie akrab, " goda Rania pada Rendra dan Rudi.
"Jadi kalian sudah berteman nih, " Razia ikut menggoda.
Sedangkan Kania hanya senyum menanggapi obrolan teman-temannya.
"Iya nih dia sudah mau nerima gue jadi temennya, " Rendra menunjuk Rudi yang hanya nyengir.
"Syukur deh kalau kalian berteman, " timpal Kania.
Kelima orang yang sekaramg semakin dekat itu kembali menikmati makanan mereka.
Seperti hari kemarin Kania masih berusaha membuktikan kecurigaannya tentang Mikayla.
Kania kembali mengikuti Mikayla sepulang sekolah, sepanjang jalan Kania berfikir kemana Mikayla ini soalnya ini bukan jalan yang kemarin.
Ternyata Mikayla ke cafe yang berbeda simpangan dengan arah rumahnya.
Kania berpura-pura menjadi pembeli di cafe tersebut, ia memilih duduk tepat di belakang Mikayla.
Namun karena cukup lama menunggu Kania akhirnya memutuskan untuk memesan Capucino.
Setelah lima belas menit berlalu, tampak seorang laki-laki dan perempuan datang menghampiri Mikayla.
Yang laki-laki berwajah cukup tampan, terlihatlebih ramah dan yang wanita pun cantik, namun tak ada senyum diwajahnya malah tampak cemberut.
" Apa sudah berhasil? " tanya si wanita.
" Jika belum kamu harus sabar sayang, " ujar si lelaki menenangkan.
Kania masih mengamati dengan mencuri dengar, Kania pun belum mengerti arti omongan mereka.
Tiba-tiba tanpa berkata apapun Mikayla menyodorkan sesuatu berbentuk persegi panjang, kemudian langsung di terima oleh si wanita meskipun dengan raut wajah masamnya.
Setelah bungkus itu dibuka, seketika wajah wanita itu berubah sumeringah hal itu lantas membuat Kania mengerutkan kening, apa gerangan isi bungkus yang sepersekian detik mampu merubah ekspresi seseorang fikir Kania.
"Terimakasih atas bantuan kamu, saya senang sekali mengetahui kabar bahagia ini, " ucap si lelaki, setelah ia melihat benda itu.
" Iya, saya juga senang, dan terimakasih, " ucap si wanita tersenyum manis pada Mikayla, " tapi ingat kamu harus extra hati-hati menjaga Dia, saya tidak ingin Dia kenapa napa, " lanjutnya lagi kembali dengan ekspresi dinginnya.
" Ya, saya janji akan menjaga Dia dengan baik, " tutur Mikayla.
"Bagus, kalau kamu ingin memakan apapun akan saya kirimkan kerumahmu atau kita bertemu di sini, saya harap anak kami tumbuh dengan baik dirahimmu, "
Jdeerrr
Kania ternganga kala mendengar kalimat terakhir.
Jadi benar dugaan Rania dan Razia juga aku sendiri. Batin Kania.
***
Di depan meja belajarnya Kania mengulang kembali pelajaran yang ia dapat dari guru-guru disekolah tadi.
Namun seketika ia teringat sesuatu yang sejak beberapa hari ini telah mengganggu fikirannya, dan hari ini ia tau kenyataannya.
Sungguh miris Kania melihat nasib teman sekelasbya itu, meskipunmereka tidak akrab, hanya saling mengenal dan bertegur sapa kala bertemu, namun tetap saja hati Kania merasa sakit, ia menyayangkan perbuatan yang dilakukan Mikayla.
"Ya Allah lindungi hamba dari berbuat hal yang engkau larang, meski apapun alasannya,"
"Lindungilah Mikayla dan bayi yang dikandungnya, entah apa sebabnya hingga ia melakukan hal itu, ampunilah dia ya Allah," doa Kania tulus dalam hatinya.
Kania berjalan kaarah balkon kamarnya, menatap gemerlapnya bintang-bintang mengelilingi sang rembulan.
Tok tok tok
"Iya seventar, " mendengar pintu diketuk Kania berbalik badan hendak membukakan pintu, tak lupa ia tutup dulu pintu yang mengarah ke balkon.
Ceklek
"Makan malam sudah siap non, non ditunggu ibu dan bapa di meja makan, " ucap mbok Iyem, nama aslinya Tukiyem berbadan tambun, namun mulut dan hatinya selembut sutra.
"Baik mbok, Kania turun sebentar lagi mau beresin buku dulu, mbok duluan aja, " ucap Kania seraya tersenyum.
"Siap non, " tak lupa bi Iyem mengacungkan satu jempolnya ke atas tanda setuju.
Beberapa saat kemudian.
"Hai sayang, sudah selesai belajarnya? " tanya bu Sasmita.
"Selesai mah beres, " saut Kania yang baru saja duduk.
"Alhamdulillah, kamu harus rajin belajar terus ya tapi jangan diforsir tenaganya, nanti sakit, harus tetap jaga kesehatan oke, " nasehat bu Sasmita, sedang Kania hanya mengangguk.
"Iya nak benar kata mamahmu, harus rajin belajar tapi harus juga jaga kesehatan, " timpal pak Effendi.
"Terimakasih mah, pah nasehatnya dan dukungannya untuk Kania, insyaallah Kania akan lakukan yang terbaik biar bisa banggain mama sama papa seperti abang, " ucapnya, seraya tersenyum.
"Ya sudah, ayo kita makan, " ajak bu Sasmita.
Ketiganya pun menikmati hidangan yang sudah tersaji di meja makan bahkan sepertinya sudah meronta ingin dimasukan ke kerongkongan karena sudah cukup lama dianggurin akibat keasyikan mengobrol.
Keluarga kecil Effendi Nasution memang tergolong konglomerat namun mereka tidaklah sombong, k
karena mereka masih menjunjung tinggi petuah orang tua mereka, agar tetap seperti padi yng semakin berisi semakin merunduk. Dan jangan pernah meninggalkan sholat, karena sholat adalah tiang agama.
Dan hal itu juga melekat pada diri Kania, meskipun ia tak berhijab eh bukan tidak hanya saja belum menutup auratnya, namun ia selalu mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Sang mama Sasmita padahal sering memintanya untuk berhijab, namunalasan Kania adalah ia belum siap untuk itu.
Kania juga ingin kok menutup auratnya namun belum siap jika saat ini, takut masih buka tutup, ia yakin suatu hari nanti jika waktunya sudah tepat maka pasti akan terjadi.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!