NovelToon NovelToon

Rahim Lima Miliar

RLM bab 1

"Hei, Kau! Tidak punya mata, ya!" pekik seseorang yang sedang berjalan kaki di keramaian kota Milan

Namun sama sekali tidak dihiraukan oleh seorang gadis yang nampak terburu-buru, ia mencoba menerobos kerumunan orang-orang yang sedang berjalan kaki, tidak peduli sebagian dari mereka memakinya.

Seperti orang tuli, gadis itu terus berlari tergesa-gesa. Keringat mulai membasahi seluruh tubuhnya, kepanikan akan kabar yang baru diterimanya membuat ia tidak bisa lagi berpikir logis.

Ya, seharusnya ia tidak berlari seperti saat ini, karena masih banyak kendaraan umum yang bisa membawanya cepat sampai.

Hingga akhirnya ia terpelanting saat menabrak seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap, tubuhnya yang mungil terpental begitu saja, membuatnya mau tidak mau harus tergeletak di lantai jalanan kota

"Are you ok, Nona?" tanya laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

Tidak menjawab atau menyambut uluran tangan laki-laki itu, Audrey bangkit sendiri dengan tatapan sinis yang ditujukan pada laki-laki itu.

Tanpa satu patah kata pun, Audrey kembali berlari meninggalkan laki-laki itu begitu saja.

Melihat kelakuan Audrey, membuat laki-laki itu tercengang dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Dasar aneh! Dia yang menabrak, kenapa dia yang marah?"

Laki-laki itu mengedikkan bahu tak mengerti dan melanjutkan perjalanannya yang sempat terindah tadi.

Sementara Audrey terus berlari hingga akhirnya dengan napas yang masih terengah-engah ia sampai juga ke sebuah rumah sakit besar di kota Milan.

Ia langsung berlari menuju resepsionis, untuk menanyakan ruang pasien yang akan dia kunjungi.

Sambil menunggu penjaga resepsionis mencari data pasien yang dimaksud, Audrey tampak gelisa dan tidak sabar.

Ia terus mengetukkan jari-jarinya ke meja resepsionis tersebut, untuk mengurangi debar jantungnya yang berdetak kencang akibat khawatir berlebihan dan juga lelah berlari begitu jauh.

Bukan hanya sekali ia merasakan seperti ini, tapi sudah berkali-kali sejak dinyatakan kalau adik satu-satunya mengidap kanker darah stadium akhir.

Begitu penjaga resepsionis memberitahu ruangan adiknya ada di lantai berapa, tak membuang waktu Audrey langsung berlari menuju lift.

Beberapa menit kemudian gadis itu sampai juga di depan ruang pasien, ia melihat ada ibu tirinya yang sedang duduk di bangku tunggu.

Audrey mendekat ke pintu yang masih tertutup, yang mana didalamnya sang adik sedang mendapat pertolongan dari tim dokter yang menanganinya selama ini.

"Dasar tidak punya otak, kau pikir adikmu sakit apa, hingga kau meninggalkannya begitu lama, hah!" hardik Charlotte penuh emosi.

Bukan dia khawatir, bukan. Tapi kesal karena harus berusaha payah membawa anak tiri keduanya ke rumah sakit.

"Diam lah, kau membuat keributan," ucap Audrey datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Charlotte.

Kesal mendengar ucapan Audrey, Charlotte langsung menjambak rambut gadis itu dengan berang.

"Lancang sekali mulutmu itu, kau pikir kau siapa, hah!"

Audrey meringis merasakan sakit pada kulit kepalanya, akan tetapi ia enggan untuk melawan.

Meski sakit, rasa ini sudah biasa ia rasakan sejak ayahnya meninggalkan ia dan adiknya untuk selama-lamanya.

Namun kali ini Audrey selamat, karena hanya jambakan yang ia dapatkan, Charlotte melepaskan tangannya pada rambut Audrey. sebab ada beberapa orang berjas hitam sedang berjalan mendekati mereka.

"Kali ini kau selamat, sialan!" bisik Charlotte sambil melepaskan tangannya pada rambut Audrey.

Audrey yang masih khawatir terhadap adiknya tidak menghiraukan atau bahkan hanya sekedar ingin tahu siapa gerangan yang memakai jas serba hitam itu.

RLM bab 2

Audrey merapikan rambutnya serta mengusap air matanya yang hampir jatuh dari pelupuk matanya dan kembali berdiri di depan pintu, berharap bisa melihat sedikit saja bayangan adiknya di dalam sana.

"Selamat siang nyonya Charlotte," sapa salah satu dari orang-orang berjas hitam itu.

"Selamat siang Tuan," sambut Charlotte sopan.

"Ada apa anda menghubungi saya, nyonya?" tanya orang berjas hitam itu.

Charlotte tersenyum lalu mendekat "Anda melihat gadis itu?" Charlotte menunjuk Audrey yang sedang berdiri di depan pintu sambil terus mencoba melihat bayangan yang ada di dalam ruangan.

"Ya?" jawab laki-laki mengikuti arah tunjuk Charlotte.

"Dia gadis yang saya bilang kemarin, Tuan. Dia sedang butuh uang banyak untuk operasi adiknya, dia pasti bersedia menikah dengan majikan Tuan," ujar Charlotte tak berperasaan.

Wanita itu sangat tahu berapa nominal yang dijanjikan oleh orang-orang tersebut jika mau menikah dengan bos mereka.

Tidak ada yang ia pikirkan kecuali uang dan kesenangan, dengan memanfaatkan keadaan anak-anak tirinya.

Sifatnya yang suka bersenang-senang dan berfoya-foya, mampu melakukan segala cara tanpa harus capek bekerja.

"Baiklah, saya akan bicara padanya," kata laki-laki itu.

"Iya tuan, lebih cepat lebih baik, dia sedang butuh biaya banyak, saya yakin dia bersedia," bisik Charlotte agar tak didengar Audrey kalau ia sangat antusias dengan pernikahan yang sama sekali belum diketahui Audrey sendiri.

Beberapa laki-laki itu berjalan mendekat ke tempat Audrey berdiri dengan tatapan kosong pada pintu ruangan yang tak kunjung terbuka.

"Permisi Nona!" sapa salah satu laki-laki tersebut.

Audrey menoleh kaget karena tidak fokus dengan sekitar, dahinya mengernyit saat melihat salah satu laki-laki tersebut.

Audrey ingat, kalau laki-laki yang sedang berada di hadapannya saat ini, adalah laki-laki yang ditabraknya saat berlari ke rumah sakit tadi.

Begitu juga laki-laki itu langsung mengenali Audrey yang sempat menabraknya tadi.

"Bukankah Anda yang menabrak saya tadi, Nona?" tanya laki-laki itu memastikan.

Dalam hati laki-laki itu ia sangat senang, pikiran licik sudah melintas di dalam otaknya, bukan karena dia jahat, akan tetapi ini adalah peluang untuknya.

Audrey hanya mengangguk sebagai jawaban, karena hatinya merasa was-was, untuk apa laki-laki datang kesini, apakah akan meminta tanggung jawabnya karena sudah menabraknya tadi, Audrey bertanya-tanya dalam hati.

Ia mengamati tampilan beberapa laki-laki di hadapannya, semua yang mereka kenakan dari ujung rambut hingga ujung kaki adalah benda-benda mahal.

Terlintas didalam pikiran Audrey, bahwa orang-orang ini adalah orang kaya, yang suka memeras orang kecil sepertinya hanya karena masalah sepele saja.

Dengan hati-hati Audrey langsung bertanya, saking takutnya ia sampai gugup mengeluarkan kekhawatirannya.

"A-apakah Anda akan meminta ganti rugi untuk kejadian tadi? Tapi maaf tuan, saya tidak punya uang untuk ganti rugi," ucap Audrey gugup sambil menunduk.

"Hhmm, harusnya begitu, tapi karena anda tidak punya uang, bagaimana kalau saya menawarkan anda sebuah pekerjaan yang gajinya sangat menjanjikan," tutur laki-laki tersebut.

Laki-laki itu langsung menembakkan peluru pada Audrey, mungkin terlihat licik, tapi ia harus melakukan itu agar pekerjaannya cepat selesai.

Sebenarnya ia muak dengan pekerjaan mencari jodoh untuk tuannya, oleh sebab itu ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya.

"Pekerjaan? Pekerjaan apa yang anda maksud tuan, saya tidak mengenal Anda, begitu juga anda tidak mengenal saya, bagaimana dengan sangat mudah anda menawarkan saya pekerjaan?"

"Tidak masalah Nona, saya memang tidak mengenal Anda, tapi saya mengenal ibu anda." Laki-laki tersebut melirik sedikit ke arah Charlotte.

RLM bab 3

Begitu juga dengan Audrey, ada tatapan yang tidak biasa dari ibu tirinya, seperti menyiratkan suatu bahaya padanya.

"Bisa kita bicara berdua saja, Nona?" tanya laki-laki tersebut.

Audrey yang was-was dan bimbang, tidak bisa memutuskan apapun saat ini, dia hanya diam dan mencoba menelisik rencana apa yang sedang di susun oleh ibu tirinya itu.

Sedangkan laki-laki yang nampak lebih dominan dari pertama datang, dapat melihat kegelisahan yang dirasakan Audrey.

Ia juga tahu bahwa wanita yang bernama Charlotte hanyalah seorang ibu sambung, setelah pertemuan pertamanya dengan wanita paruh baya itu, laki-laki yang tidak lain adalah asisten pribadi Byakta sudah mencari tahu latar belakang kehidupan Charlotte.

Namun ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan anak gadis wanita itu, gadis berumur dua puluh tahun yang bernama Audrey Cantika dan adiknya yang bernama Rayyan.

"Tinggalkan kami berdua!" titah laki-laki itu pada beberapa anggotanya dan juga Charlotte.

Sedangkan Audrey hanya diam dan mencoba menetralkan rasa gugup dan takut di dalam dirinya.

Setelah kepergian beberapa laki-laki tadi dan juga Charlotte, Audrey langsung memasang wajah sinis guna melindungi dirinya.

Biar bagaimana pun ia hanya lah seorang gadis lemah, apalagi terlihat lorong rumah sakit di mana adiknya di rawat sangat sepi.

"Apa yang anda inginkan, Tuan? Pekerjaan macam apa yang Tuan maksud?" Audrey memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu.

"Jangan buru-buru, Nona! Mari kita bicara baik-baik, silahkan duduk dulu, saya tidak akan berbuat macam-macam kepada anda," tutur laki-laki tersebut dengan intonasi yang begitu lembut meyakinkan.

"Pertama, perkenalkan nama saya Bastian," sambung laki-laki tersebut memperkenalkan diri.

Audrey merasa laki-laki itu tidak mengintimidasinya, justru malah berbicara layaknya orang biasa sepertinya.

Karena itu rasa takut di hati Audrey sedikit berkurang, namun ia tetap harus was-was karena bisa jadi orang yang di hadapannya ini adalah srigala berbulu domba.

Saat Audrey baru saja mendaratkan tubuhnya pada kursi tunggu rumah sakit, laki-laki itu menyodorkan sebuah kertas yang diambil dari dalam sakunya dan menyerahkannya kepada Audrey.

"Bacalah," titah laki-laki tersebut.

Audrey menerima kertas tersebut dan membukanya perlahan dengan tangan yang gemetar, sesekali ia melihat ke arah laki-laki itu, ada sedikit rasa ragu di hatinya untuk membuka kertas tersebut.

Namun rasa penasaran di dalam dirinya yang tiba-tiba muncul, membuat gerakan pasti pada tangannya untuk membuka kertas tersebut dan membacanya.

"Kertas apa ini, Tuan? Ini apa maksudnya?" tanya Audrey tak paham.

Karena yang ia baca barusan bukanlah surat rekomendasi pekerjaan atau semacamnya.

Justru yang ia baca lebih mirip dengan surat perjanjian pra nikah yang sering ada di film-film drama.

"Baiklah, akan saya jelaskan," kata Bastian lugas.

Mendengar penjelasan Bastian, Audrey menutup mulutnya tak percaya, ada bulir bening yang menggenang di ujung matanya.

"Tidak, saya tidak akan melakukan itu sekali pun saya memang sangat butuh banyak uang!" tolak Audrey mentah-mentah.

"Meskipun aku masih terlalu muda dari kalian semua, tapi aku tahu pernikahan bukanlah hal yang bisa dimainkan," sambung Audrey sarkas.

Lalu gadis itu berdiri dari duduknya, "pergilah Tuan, katakan pada wanita itu, cari saja gadis lain untuk dinikahkan pada majikan, Tuan. Karena sampai kapan pun saya tidak akan mau melakukan pernikahan tersebut,"

Pada saat Bastian ingin menjelaskan kembali isi kertas tersebut, semua terhenti karena pintu ruangan yang digunakan untuk menangani adik dari Audrey terbuka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!