NovelToon NovelToon

Venus Untuk Sang Bumi

Retak

Venus dengan menenteng belanjaannya berjalan dengan hati yang berbunga. Ia membayangkan betapa senangnya hati suaminya ketika melihatnya akan memasakan makanan enak untuknya.

Seorang dokter seperti Venus memang jarang meluangkan waktu untuk suaminya. Karena, profesi dokter Anastesi yang ia jalani saat ini sangat ramai dengan para pasien. Meskipun begitu, ia selalu berusaha meluangkan waktunya demi suaminya yang baru dinikahinya 3 tahun silam.

Langkah kakinya terhenti ketika melihat ibu mertuanya sudah berdiri di depan kamarnya. Merasa penasaran akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.

" Ada apa ya, mah? "

Ibu Diana mendesah mempermainkannya, Venus mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu dengan apa yang terjadi dirumah ini.

" Mamah, kenapa? " tanyanya mengulang pertanyaannya beberapa menit yang lalu.

Parrr ....

Bukannya mendapat jawaban, Venus malah mendapat sebuah tamparan keras dari ibu mertuanya itu.

Venus menggigit bibir bawahnya, dia menahan isak tangisnya.

" Apa Mars, ada didalam? " tanyanya dengan suara bergetar.

" Mengapa kau mencariku? " seorang prua bertubuh tinggi muncul di hadapannya. Ingin sekali ia memeluk pria itu erat, tapi, ia urungkan niatnya karena mengetahui tatapan tajam dari ibu mertuanya.

" Apa yang terjadi disini? " sekali lagi ia hanya butuh jawaban pasti.

" Apa kau tidak mengerti sampai sekarang!? " bentak Mars dengan suara angkuhnya.

Venua terkejut. Pria yang ia harapkan membelanya dihadapan ibu mertuanya, kini menjadi salah satu siksaan baginya.

" Apa maksud kalian semua! " kali ini belanjaan ditangan Venus tergeletak bebas dilantai.

" Kau hanya alat sebagai pemuas nafsuku saja!. Aku sama sekali tidak mencintaimu, dan kali ini aku akan menikahi Bintang. Jadi ... "

Venus terkapar bebas dilantai. Ia tahu apa lanjutan dari kalimat suaminya itu. Ia memang selalu mendapat perlakuan kasar dari keluarga Mars, tapi, itu tak ia permasalahkan. Tapi, berbeda dengan sekarang, ia tidak bisa menahan air matanya ketika mendengar Mars sendiri yang mengatakan itu.

" Apa salahku dengan kalian? Kenapa kalian memperlakukanku dengan kejam, aku bahkan sudah bersusah payah untuk menjadi menantu sekaligus istri yang baik "

" Salahmu menjadi orang miskin! " perkataan ibu mertuanya itu seakan menjadi bom atom yang siap meledak dihatinya sekarang.

Dia menutup wajahnya dengan tangan, menyembunyikan kesedihannya, kali ini dia benar-benar sudah hancur.

Apa yang harus ia katakan nanti kepada papah kesayangannya. Dia tidak bisa melihat ayahnya itu hancur bahkan penyakit lemah jantungnya harus kambuh.

Tak apa dirinya yang terluka, tapo, jika begini mereka sama saja menyakiti ayahnya juga.

Venus seorang anak kecil yang sudah ditinggal ibunya sedari usia 5 tahun hanya berharap mendapatkan kasih sayang yang layak dari ibu mertuanya. Tapi, ia malah mendapatkan sebaliknya, ia mendapatkan sambutan spesial dihari yang cerah ini.

Dia berusaha bangun, menguatkan dirinya sendiri supaya tidak memohon ampun kepada keluarga iblis didepannya.

" Lalu, bagaimana dengan Langit? " ia menanyakan anak angkatnya, anak yang diasuhnya dengan kasih sayang itu.

" Itu anakmu, ya kamu yang mengurusnya! " jawab ibu Diana ketus. Ibu Diana berbalik menggeret tangan seorang anak lelaki berusia 5 tahun dengan kasar.

" Nih! Anak kesayanganmu, kami tidak akan menyanderanya, jadi, jangan terlalu curiga! " fia melempar Langit dengan seenaknya hingga anak itu meneteskan air mata.

Venus mengelus lembut rambut anak kesayangannya itu. Ia berharap anaknya itu bisa mengerti keadaan saat ini.

" Sekarang kau pilih mana? Cerai atau di madu?" tanya Diana dengan penuh penekanan.

" Aku akan bercerai! Tapi, tolong beri aku waktu untuk menemui papah dulu. Bagaimanapun aku harus meminta izin terlebih dahulu " jawab Venus dengan suara bergetar.

" Baiklah, silahkan. Karena, sekarang kau bukanlah lagi urusan kami "

Venus keluar dengan barang-barangnya. Ia hanya bisa menangis dalam hati. Langit yang melihat itu menarik tangan Venus.

" Bunda, jangan sedih. Macih ada Langit, Langit janji gak akan ninggalin bunda " jawabnya sembari menghapus air mata Venus.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Iya, sayang. Mami jaji akan membalas perbuatan nyamuk-nyamuk tak berperasaan seperti mereka! "

.

.

.

****

Halo! Readersku tersayang. Maunya sih novel ini launching di bulan Juni, tapi, karena lagi gabut jadi launching sekarang aja gak papa ya? 😁😁

Cuss ah! lanjut! Gak usah pakek basa-basi

😁😁

Menemui Papah

🌹🌹🌹

Mobil sedan Venus berhenti disebuah ruamh mewah disebuah kawasan Elite. Ia dengan satu tangannya menggandeng tangan Langit, dan satu tangannya lagi membawa koper segera mengetuk pintu rumah Papahnya itu.

Tok ... tok ... tok ...

Pria paruh baya muncul dibalik pintu kayu yang sudah sangat tua itu. Melihat senyum menawan sang ayah membuat hati Venus semakin tidak tega untuk menceritakan kejadian sebenarnya..

"Kenapa kau kemari? Apa suamimu mengizinkannya?" pertanyaan dari sang ayah membuat Venus menelan Salivanya kuat. Dia tidak tahu harus memulainya dari mana

Langit, bocah kecil yang sedari tadi hanya berada disamping Venus, berlari memeluk sang Kakek.

" Kakek, tadi, oma jahat " adunya mengingat perlakuan Diana padanya dan ibu kesayangannya.

"Oh ya? Jahat kenapa? "

" Oma mengusir Langit dan Bunda. Katanya, Bunda terlalu miskin untuk berada di tempat itu" jawabnya polos. Venus hanya memaklumi penagkuan jujur dari sang anak, ia tahu Langit masih terlalu kecil untuk mengerti.

"Venus, ikut papah keruangan! " tegasnya

.

.

.

.

.

Diruangan khusus kerja sang ayah, Venus meneguk teh itu. Entah kenapa teh yang seharusnya terasa manis itu menjadi terasa pahit baginya.

Dia memutar bola matanya berkeliling. Tidak ada yang berubah, masa saja dihiasi ornamen dirinya dan sang Mami yang telah tiada 2 tahun silam.

Ayahnya duduk didepan, kali ini kedua anak dan ayah itu saling berhadapan. Untuk memulai pembicaraan khusus ini, ayah berdehem kecil.

"Apa yang sebenarnya terjadi? " tanyanya dengan mata masih menatap lekat mata anak bungsunya itu.

Venus menggeleng, ia juga sebenarnya tak tahu apa yang sebenarnya terjadi kali ini. Ia hanya menuruti keinginan sang mertua untuk menggugat cerai sang suami.

Pandangan mata Venus tertuju dengan ayahnya, dia membenarkan helaan nafasnya. Dan mulai bicara.

" Aku gak tahu, tadi, setelah aku pergi belanja. Tiba-tiba langsung ada kerusuhan, dan Ibu memintaku untuk menggugat cerai Mars dan meninggalkan rumah itu " jawabnya sembari menahan isak tangis pilunya.

" Apa alasannya? " tanya ayah

" Karena, aku miskin " Venus menunduk dia seakan minder untuk mengatakan itu, walau ia tahu itu adalah alasan utama sang mertua mengusirnya dari rumah dengan sangat terhina.

" Lalu? "

" Aku ingin meminta cerai kepada Mars, bagaimana menurut ayah? Sebenarnya, aku sangat takut membuat ayah kecewa. Tapi, aku tidak bisa melakukan apapun " lirihnya pasrah.

Ayah berpindah tempat duduk, menjadi disamping putrinya itu. Dia mengelus pundak anak kesayangannya itu, anak yang dulu selalu merengek meminta es krim kini malah dihina oleh keluarga suaminya sendiri.

" Kalau memang tidak bisa dipertahankan, kau bisa menggugatnya. Tapi, jadikanlah ini pelajaran, jangan terlalu gegabah untuk pergi kejenjang pernikahan. Karena, pernikahan adalah hal yang suci, cukup kesalahan fatal ini, jangan diulangi lagi "

" Ayah memang kecewa, karena, ayah ingin anak ayah hanya menikah sekali seumur hidup. Tapi, ayah maklum kalau itu berurusan dengan harga diri "

Ayah menghapus air mata di pelupuk mataku. Dia memelukku dengan erat. Aku menagis dipelukannya yang terasa hangat itu.

.

.

.

" Bunda, om Bram belum pulang? " tanya Langit sembaro menarik ujung pakaian Venus.

" Om Bram sedang dinas ke ke Jepang sayang, ia akan pulang besok pagi. Jadi, sabar ya! "

Langit menangguk pelan. Tiba-tiba dering ponsel Venus memecah suasana.

" Om Bram! " Seru Langit gembira.

" Hei, jagoan!. Mau minta apa nih sama om? " tanya om Bram diseberang sana.

Langit tampak berfikir. Hingga membuat siapapun gemas dengan tingkah berfikirnya yang sok keras.

.

.

.

.

.

" Aku mau anak ayam aja, tapi, yang blasteran Imdonesia-Jepang, ya Om! "

.

.

🍇🍇🍇🍇🍇🍇

Kedatangan Om Bram

🍓🍓🍓🍓🍓🍓

********

Langit, bocah kecil itu kini masih terlelap dibawah naungan selimut hangatnya. Venus hanya bisa menggulum senyum ketika melihat anak angkatnya begitu nyenyak tidur di rumah orang tuanya.

Tok ... tok ... tok ...

Dengan cekatan Venus membukakan pintu. Dia sangat terkejut sekaligus bahagia melihat kakaknya sedang berdiri didepan pintu.

" Kakak! " Venus berhambur memeluknya.

.

.

.

Langit menggeliat kecil, dia perlahan membuka matanya, dan merasakan sinar matahari pagi di samping tubuhnya. Dia lalu membereskan tempat tidurnya, dan melangkah menuruni tangga satu demi satu.

" Bunda! " Langit berhambur memuluk Venus yang tengah asyik curhat dengan kakaknya. Venus yang melihat itu langsung menerima pelukan dari anak angkatnya itu dengan senang.

Dengan penuh kasih sayang ia membelai rambut halus Langit.

" Sudah bangun? Tumben bangun siang? " tanyanya ketika Langit sudah mengurai pelukannya.

" Emm ... Tadi, dah nyoba bangun, tapi, mata dede lengket jadi ketiduran lagi " ucapnya sembari tersenyum memperlihatkan berisan gigi putihnya.

Venus yang merasa gemas mengacak rambut anaknya itu hingga rambutnya menjadi hancur berantakan.

Langit mengalihkan pandangannya kepada seorang lelaki dewasa yang duduk didepan Bundanya.

" Om Bram dah pulang? " Langit memeluk om kesayangannya itu dengan erat seakan tak ingin ditinggalkan.

" Mana anak ayam blasteran yang dede minta? " Langit mengedarkan pandangannya berharap bisa menemukan oleh-oleh yang ia minta kemarin.

" Oh! Kalau itu udah om beliin. Didepan, yuk! " Bram menggandeng tangan mungil Langit menuju halaman belakang.

Langit terkejut ketika melihat dua buah anak ayam. Padahal kan ia hanya meminta satu kenapa bisa ada dua?

" Kok anak ayamnya ada dua, om? " tanya Langit dengan polosnya.

" Iya yang cewek om beli dari Jepang, yang cowok om beli dari Indonesia. Nanti kalau dah besar baru jadi ayam blasteran " jelasnya

Langit menatap bingung,tapi, kemudian ia mengelus lembut anak ayam itu.

" Halo, Moy dan Poy! Jadi, anak ayam jangan nakal ya? Nanti kalau nakal dede suruh Bunda jadiin ayam bakar lho " ancamnya yang mengundang gelak tawa dari siapa saja yang mendengarnya.

.

.

.

Bram melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

" Dek, makan malam yuk! Ajak dede juga " ajaknya, yang dibalas anggukan kepala dari Venus.

Venus lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Langit yang berada di lanta dua. Venus membuka pintu secara perlahan, hingga ia melihat anak angkatnya itu sedang membaca koleksi bukunya.

" Ada apa, Bunda? " tanya Langit ia segera menutup bukunya dan mengalihkan pandangannya kepada Bundanya itu.

" Yuk turun! Dede diajak om Bram makan malam diluar! "

Langit segera menuruni tangga secara beriringan dengan Venus. Mereka bertiga langsung menaiki mobil BMW milik om Bram.

Langit sangat gembira, ia bisa melihat rambutnya terkena angin dan menciptakan ilusi yang bisa membuat semu orang menjadi jatuh cinta dibuatnya.

Mereka sampai di kedai sushi terdekat. Venus menggandeng tangan Langit.

Langit menatap bingung terhadap kedai yang bisa di bilang sangat mewah itu. Ia memang belum pernah kesana sebelumnya. Karena, Venus selalu membiasakan ia makan di dalam rumah yang Venus pikir lebih sehat dan terjamin kebersihannya.

Langit mengerutkan keningnya, apalagi ketika melihat gambar menu yang menurutnya tidak matang. Ia segera menelan salivanya kuat, ia sangat tidak suka makanan mentah seperti sushi atau apapun sejenisnya.

Langit menarik ujung baju Venus hingga membuat Venus menoleh kearahnya.

" Bunda, kita ke tempat makan lain saja ya? "

" Kenapa? "

.

.

.

.

.

.

" Aku tidak suka sushi, mentah!. Aku pengin makan seblak jeleton, supaya keluar keringatnya, Bunda! "

.

.

.

🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇

Seblak jeleton memak enak ya

Haha, meskipun author juga gak suka 😁😁

Dah ah! Lanjut aja yok! 😂

🌹🌹🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!