Namaku luisa, aku biasa di panggil Luis. Aku di anugerahi sebuah kekuatan yang tidak semua orang lain punya. Bisa melihat hantu dan menyembuhkan orang sakit. Ketika anak tetangga sakit, mereka kadang ke rumah dan meminta bantuan padaku. Tetapi itu dulu, sejak ibuku meninggal, aku dilarang ayahku untuk menggunakannya.
"Percuma saja kau gunakan, tidak akan membantu. Ibumu saja tidak bisa kau sembuhakan apalagi orang lain" Kata ayahku yang selalu mengingatkanku.
Apa yang di katakan ayahku benar, ibuku meninggal karena di santet oleh adik ayahku sendiri. Entah apa yang dilihat mereka sehingga tega melakukannya. Terlebih ibuku selalu ramah dan baik padanya.
Sejak saat itu, tidak ada orang lagi yang datang ke rumahku meminta bantuan. Walau aku tidak bisa menyembuhkan orang sakit, tetapi mataku masih bisa melihat dan merasakan kedatangan tak kasat mata. Baik hantu dan semacamnya.
Hari ini, ibu Ratna menjual rumah yang berada di dekat rumahku. Bu Ratna butuh uang untuk biaya kuliah anaknya, mau tak mau dia harus menjual rumah.
"Luis, ibu minta permisi. Ibu mau pindah ke kota, susul anak ibu yang kuliah" kata ibu ratni yang datang ke rumahku.
"Oh, rumahnya sudah terjual bu?" Tanyaku.
"Sudah, mereka dalam perjalanan ke sini. Katanya mau segera tinggali"
"Terima kasih banyak bu, sudah membantu aku ketika ibu masih bertetangga denganku. Kalau ada salah, tolong di maafkan" kataku sambil mencium tangan ibu Ratna.
Ibu Ratna bukan hanya sebatas tetangga, dia sering membantuku dan keluargaku dalam masalah perekonomian meskipun dirinya dalam keadaan susah. Jarang loh ada orang sebaik itu.
"Sama-sama, ibu juga senang bisa ketemu dan berkenalan dengan keluarga sepertimu" kata ibu Ratna dengan senyum.
"Kalau begitu, ibu pamit. Mobil yang ibu kendarai ke kota sudah datang menjemput ibu" kata Ibu Ratna sambil berlari ke mobilnya.
Begitu berat melepas tetangga yang sangat baik seperti bu Ratna. Harus bagaimana lagi, dia tidak bisa tinggal di rumahnya lagi. Rumahnya sudah terjual.
"Ah, aku tidak perlu pikirkan. Semoga bu Ratna selamat sampai tujuan" kataku sambil tersenyum.
Aku tinggal di desa yang lumayan jauh dari kota. Perjalanan bisa sampai delapan jam. Meski begitu, kami hidup rukun di desa, bergotong royong dan saling membantu.
Keluargaku hanya mengelolah pertanian, jadi wajar jika hidup serba cukup. Apalagi sejak ibuku meninggal, aku yang harus lebih pandai mengatur keuangan. Aku anak kedua, dari empat bersaudara. Kakakku tinggal di kota jadi aku yang mengantikannya untuk mengurus adik-adikku.
Saat aku menyapu halaman rumah, kulihat mobil pik up yang membawa banyak barang bertumpukan. Itu pasti tetangga baruku. Tidak lama, turun seorang wanita cantik dengan pakaian terlihat mewah. Seksi, membuat legukan tubuhnya terlihat.
"Astagfirullah Al-Azim..." Sontak aku memegang dadaku.
Turun lagi seorang laki-laki dan anak perempuan dari mobil yang berbeda. Mereka seperti ayah dan anak yang seumuran denganku. Pakaian mereka terlihat simpel dan staylis. Anak menggunakan rok yang sangat pendek, bahkan sampai di atas lutut.
Aku bukan terkaget dengan wajah mereka yang cantik, melainkan aku sedikit tidak percaya. Cantik tetapi berpakaian seperti wanita malam.
"Astagfirullah Al-azim..." Kataku lagi.
"Aku tidak boleh berpikiran negatif dengan tetangga baruku" kataku dalam hati.
Aku tersenyum kepada anak perempuan yang melihat ke arahku. Tetapi dia tidak membalas senyumanku. Aku merasa tidak enak, apa karena aku tidak selevel dengan mereka.
Satu per satu barang mereka di pindahkan ke rumahnya. Ibu-ibu yang lewat jadi mampir di rumahku.
"Ibu-ibu kenapa ke sini? mau gosip lagi?" Tanyaku yang menebak.
Aku sudah paham betul dengan ibu-ibu sekampungku. Selalu penasaran dengan urusan orang lain. Meski itu tidak penting baginya, mereka tetap merekapnya menjadikan bahan gosip.
"Mereka pasti orang kaya, pakaiannya saja bermerek" Kata ibu Ani yang memulai.
"Iya bu, beruntung kita punya orang kaya di sini. Semoga saja bisa membantu warga di sini kalau lagi butuh" timpah bu lisa.
"Aamiin" Sahutku.
"Luis, kamu beruntung punya tetangga kaya. Kalau lagi susah, tinggal ke tetangga minta bantuan"
"Aamiin bu, kalau mereka juga mau bantu" kataku.
"Masa sih mereka tidak mau bantu, dari pakaian mereka terlihat punya banyak uang"
"Ibu-ibu, kalian lanjut gosipnya di rumah masing-masing. Aku mau melanjutkan menyapu" kataku mencoba mengusir ibu-ibu. Kalau tidak di usir, sampai magrib mereka bergosip.
"Yah, kita di usir"
Aku hanya tersenyum, sudah biasa bagi ibu-ibu melihatku mengusirnya secara halus. Mereka hanya menganggap sebagai candaan.
Setelah ibu-ibu pergi, kulihat tetangga baru masuk ke rumahnya. Setelah membawa semua barang-barangnya. Aku melanjutkan menyapu.
Ketika berada di samping rumah yang merupakan perbatasan antara rumahku dan rumah tetangga, aku merasa ada yang aneh. Bulu-bulu kudukku merinding walau masih sore. Angin tipis bertiup tetapi sangat menyengat. Aku bisa merasakan hawa yang tidak biasa.
"Ada apa ini, aku merasa sangat takut" Gumanku dalam hati.
Aku menghentikan menyapu, melihat sekeliling. Mencari sesuatu yang belum aku tau apa itu. Tanpa sadar, aku melihat sosok nenek-nenek yang menunduk sambil berjalan. Rambut putih dan menggunakan tongkat. Aku tidak pernah melihat orang seperti itu di kampungku. Aku mengenal semua orang di kampungku tetapi tidak pernah melihat nenek-nenek yang menggunakan tongkat.
"Mungkin nenek tetangga yang pulang" kataku mengalihkan pandanganku. Aku tidak mau berpikir negatif.
Saat aku mengambil sapuku, kulihat bayangan berada di belakangku. Aku yakin itu bukan bayanganku, rambut panjang dan tubuh yang begitu tinggi. Aku bahkan tidak bisa melihat bayangan kakinya. Yang membuatku yakin, rambutku pendek jadi tidak mungkin mempunyai bayangan yang berambut panjang.
Di tambah, matahari mulai tergelam. Sinarnya sudah tidak terlihat lagi, bagaimana bisa aku melihat bayangan. Aku berdiam diri sebentar. kakiku gemetar seperti sesuatu yang di belakangku bukan manusia. Aku bisa merasakan energi yang sangat kuat.
Aku menghela nafas panjang kemudian berbalik sambil menutup mata. Saat aku membukanya, aku terkejut. Dia......
tidak ada apapun, bahkan bayangan yang aku lihat sudah menghilang. Aku mematung mencoba merenung.
"Perasaan kampungku sudah lama tidak muncul makhluk tak kasat mata. Kenapa sekarang tiba-tiba muncul dan energinya begitu kuat?" gumanku.
"Kenapa kau masih menyapu, sudah mau magrib. Cepat masuk!" Teriak ayahku yang berada di depan pintu.
Aku berhenti melamun dan berlari masuk ke rumah. Aku kunci pintu rapat-rapat sambil mengintip di jendela. Sempat aku melihat bayangan itu kembali. Tetapi sudah tidak ada.
Aku mulai berpikir mungkin karena sudah mau magrib jadi aku melihat hal aneh. Dikampung halamanku, mereka mempercayai jika waktu magrib, para setan, hantu, iblis bahkan guna-guna atau santet mulai datang. Makanya kita diharuskan untuk menutup pintu rumah serapat mungkin dan tidak berkeliaran di waktu magrib.
Makan malam sudah siap, aku memanggil adik-adikku untuk makan. Ketika sedang makan, aku teringat dengan hal aneh yang menimpa ku tadi sore.
"Yah, sebelum magrib, aku melihat hal aneh di depan rumah. Seorang nenek-nenek yang menggunakan tongkat berhenti di depan rumah tetangga. Aku tidak pernah melihat nenek itu, apa dia nenek tetangga yang baru datang?"
"Nenek-nenek, perasaan di kampung sini tidak ada nenek-nenek. Paling yang tua hanya pak imam saja di sini"
Aku sedikit curiga, yang aku lihat seperti bukan manusia. Mungkin hantu tak kasat mata, tetapi kenapa muncul di sore hari? Hantu yang berkeliaran muncul ketika malam hari.
Ah, mungkin hanya nenek tetangga. Menurutku, tidak mungkin hantu muncul di siang hari. Aku berpikir positif saja.
Tiba-tiba mati lampu, aku mencoba mencari senter hp. Malam ini, bulan bersinar dengan terang jadi saat mati lampu, tidak terlalu gelap. Saat aku berdiri, aku merasa kedatangan tamu. Kursi di dekat ayahku yang tadinya kosong terlihat seperti seseorang yang duduk di sana.
Aku bisa melihatnya walau samar-samar. Hanya bayangan hitam, entah itu apa. Aku kembali menghitung, mungkin adikku yang pindah tempat. Tetapi adikku masih duduk di tempatnya.
Aku mulai ketakutan, bulu-buluku merinding. Tidak terlihat jelas siapa yang duduk di dekat ayahku. Aku yakin dia adalah makhluk tak kasat mata. Aku belum yakin sepenuhnya. Aku harus memastikannya.
Aku kembali duduk dan menatap sosok aneh yang duduk di dekat ayahku. Aku ingin meraihnya, jika dia manusia, aku bisa memegangnya.
Tanganku semakin mendekat, aku semakin ketakutan. Tanganku bergetar membayangkan Bagaimana jika dia bukan manusia?
Tidak mungkin, mungkin hanya bayangan saja. Aku kuatkan kembali tekadku tetapi belum menyentuhnya, dia menoleh ke arahku. Jelas sekali, mata putih dan rambut panjang. Walau gelap, aku bisa melihatnya. Terlihat menyeramkan, mata putih yang begitu terkesan. Sontak aku berteriak membuat ayahku dan adik-adikku kaget.
"Ada apa luis?" Tanya ayahku dengan suara yang khawatir.
"Kak luis kenapa?" Adikku juga menyahut.
Aku gemetar, hantu itu masih menatapku.
Ting… lampu kembali menyala. Aku memandang kursi yang kosong di dekat ayahku.
"Tidak mungkin, aku tidak mungkin salah liat. Jelas sekali aku melihat seseorang dengan mata putih duduk di dekat ayahku. Siapa dia?" Gumanku.
Aku menormalkan diriku, takut membuat adik-adikku ketakutan. Mereka terlihat bingung sambil menatapku.
"Luis, kenapa kau berteriak tadi?" Tanya ayahku.
"Tidak apa-apa yah, aku hanya kaget saja" kataku tidak ingin mengatakan yang sebenarnya. Bisa saja adikku akan ketakutan nanti.
"Kau membuat ayah terkejut. Untung tidak serangan jantung dadakan"
Kami melanjutkan makan, aku sudah menyiapkan hp di dekatku. Takut jika mati lampu lagi. Tidak lama, pintu rumah kami di ketuk.
Aku dan ayahku saling menatap sebelum mengeceknya.
"Siapa yah?" Tanyaku yang berjalan di belakang ayahku. Adik-adikku mengikut.
"Belum tau, malam-malam begitu kenapa ada orang yang bertamu?" Tanya ayahku.
Suara ketukan semakin keras, aku terkejut. Kenapa bisa seseorang mengetuk pintu sekeras itu, aku menjadi takut. Sementara adikku bersembunyi di belakangku.
"Lampu di teras tidak kau nyalakan Luis?" Tanya ayahku.
"Astagfirulah al-azim, aku lupa yah" kataku berlari menyalakan lampu. Aku benar lupa.
"Sudah nyala yah" kataku sambil berlari ke belakang ayahku. Penampakan di meja makan, membuatku ketakutan. Biasanya ketika berhadapan dengan makhluk halus, aku bisa menahan ketakutanku. Tetapi kali ini sangat berbeda. Kekuatan dan energi mereka sangat besar, sulit aku kendalikan.
Ayahku sudah memegang gang pintu, aku menahan tangannya.
"Ayah sebaiknya cek di jendela dulu, takut tidak ada orang" kataku sambil bergetar. Ayahku mengerti jika aku ketakutan.
"Jangan takut, ini rumah kita. Tidak akan ada apa pun"
Ayahku menarik tirai gorden jendela di dekat pintu, dia memeriksa tetapi wajah ayahku begitu terkejut. Kemudian menutupnya kembali.
Aku jadi bingung, adik-adikku mempererat pelukannya padaku.
"Siapa yah?" Tanyaku yang melihat ayahku mematung di belakang pintu.
"Tidak ada orang" kata ayahku.
Aku sudah mengira, untung tidak membuka pintu. Itulah kegunaan mempunyai jendela di dekat pintu, kita bisa mengecek orang yang berada di luar.
"Ayah, sebaiknya kita tidur saja. Aku takut Idar dan Aidil ketakutan" bisikku pada ayah.
Kami kembali masuk, tetapi tidak ke dapur. Aku dan ayahku mengantar adikku ke kemarnya. Aku tidur dengan Idar, sementara Aidil tidur dengan ayahku.
"Aidil tidur di sini saja, kita semua tidur di sini" kataku. Aku tidak mau berpisah dengan ayahku. Melihat makhluk tak kasat mata sudah berani masuk ke rumah.
Ayahku mengerti, aku yakin dia bisa merasakan kedatangan tamu tak di undang. Jangan salah, aku bisa melihat hantu dan mengobati orang lain karena keturunan dari ayahku. Ayahku dulu seperti itu juga. Tetapi berhenti secara mendadak, aku tidak tau penyebabnya. Sejak saat itu, aku mulai bisa melihat hantu dan sejenisnya. Bisa mengobati orang yang terkena guna-guna atau santet.
"Ayah tidur di bawah saja" kata ayahku mengambil bantal dan berbaring di lantai.
Aku membaringkan diriku juga di dekat adikku. pikiranku belum tenang, kenapa tiba-tiba kami seperti di teror makhluk tak kasat mata.
Idar dan Aidil sudah tidur, aku memejamkan mataku. Tetapi suara orang mengetuk pintu kembali terdengar. Ayahku bangun dari tidurnya. Dia ingin mengeceknya.
"Ayah mau kemana?" Tanyaku yang melihat ayahku mau keluar dari kamar.
"Mau mengecek, siapa yang mengetuk pintu"
"Jika dia manusia, dia akan memanggil berteriak. Tunggu saja" kataku.
Ayahku mundur, dia kembali duduk di tepi ranjang. Tidak lama, suara ketukan menghilang. Sudah aku duga, seseorang sedang bermain-main dengan kami.
"Aku merasa aneh, baru kali ini kita di teror seperti ini" kataku yang mulai bicara.
Ayah menghela nafas tanpa menjawab, dia menghisap rokoknya. Walau ayahku mendengar perkataanku.
"Mereka muncul ketika tetangga di sebelah rumah datang. Apa ada hubungannya dengannya?" Tanyaku meyakinkan.
"Jangan berpendapat seperti itu dulu, bezok ayah akan menemui pak imam. Bisa jadi hanya ada orang-orang yang jahil saja" kata ayahku tenang.
Aku justru yakin dengan pendapatku. Nenek yang aku lihat di depan rumah, bayangan yang berada di belakangku, sosok seseorang yang duduk di kursi makan, dan ketuka pintu berkali-kali. Aku yakin semua berhubungan dengan makhluk tak kasat mata. Tetapi untuk apa? Aku tidak mengerti sama sekali. Sudah lama tidak di datangi makhluk halus, sekarang mereka datang dan membuat kami semua ketakutan.
"Aku harus menemui Ana bezok, aku yakin dia pasti punya jawabannya" Gumanku..
Ana adalah orang yang sama sepertiku, bisa melihat hantu dan merasakan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Hanya dengan memejamkam matanya dan berkonsentrasi, dia bisa melihat bayangan yang akan terjadi selanjutnya.
Aku menemui Ana, seperti perkataanku kemarin. Aku berniat menceritakan pada Ana tentang kejadian kemarin. Orang yang meneror keluargaku susah keterlaluan. Aku kurang tidur semalam, takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
Pas sekali, Ana sedang berada di depan rumahnya. Dia terlihat memperhatikanku dari kejauhan. Seperti melihat sesuatu di belakangku. Aku menoleh memastikan, tidak ada siapapun di belakang. Pandangan Ana bukan ke arahkan, tetapi kebelakangku.
"Ada apa ana, kok kamu liatnya kebelakang aku?" Tanyaku yang semakin penasaran.
"Aneh saja, aku melihat seseorang mengikutimu tadi. Tetapi dia langsung pergi ketika melihatku" Kata Ana masih menatap ke belakangku.
"Mana ada orang mengikutiku, dari tadi aku sendirian ke sini"
"Oh" Ana tidak suka banyak bicara, dia terkadang hanya bicara sesingkat mungkin.
"Aku ngak di ajak masuk ni?" Tanyaku mengoda ana.
Ana orangnya sangat dingin, jadi wajar jika aku suka mengodanya. Terkadang ekspresi marahnya sangat imut menurutku. Entah kalau menurut yang lain.
"Di luar saja"
"Masa tamu di suruh di luar, suruh masuk dong biar sopan" kataku sedikit kesal.
"Masih mending aku menyuruhmu, daripada aku mengusirmu?" Tanya Ana yang kini menghadap padaku.
Aku kesal mendengarnya, sudah datang pagi-pagi, di usir pemilik rumah. Tidak dapat apapun, selain lelah dan capek berjalan kaki. Lebay amat, padahal masih berjalan di kampung bukan di kota lain.
"Aku melihat kejadian aneh kemarin" Kataku memulai pembicaraan dan duduk di teras rumah Ana.
"Kau juga merasakannya?" Kata Ana membuatku kaget. Apa Ana mendapat kejadian yang sama juga?
Mata Ana terlihat sedih, ingin menangis. Aku penasaran, apa yang sebenarnya terjadi. Ini pertama kali Ana menampakkan wajah sedihnya padaku. Selama ini Ana di kenal kuat, karena tidak mau menangis di depan umum. Termasuk padaku, walau kami bersahabat sejak kecil.
"Apa kau di teror makhluk gaib?" Tanyaku menebak. Aku begitu tidak percaya, aku pikir hanya rumahku yang di teror tetapi Ana juga.
"Iya, aku bisa merasakan energi negatif yang sangat kuat. Entah berasal dari mana"
"Aura negatif, sama seperti yang aku rasakan sewaktu sore hari. Tetapi kenapa aura negatif itu datang bersamaan dengan datangnya tetangga baruku?" gumanku dalam hati. Rasa penasaranku semakin tinggi. Walau aku takut, tetapi aku suka memecahkan misteri.
"Luis, aku yakin kampung kita sebentar lagi akan menjadi angker" kata Ana yang refles membuatku terkejut.
"Apa maksudmu, Ana?" Aku semakin tidak mengerti, Ana langsung saja mengatakan seperti itu. Membuatku semakin penasaran.
"Ana, apa maksudmu?" Tanyaku suara tinggi. Ana membuatku penasaran tetapi tidak memberi penjelasan. Aku jadi kesal karenanya.
"Banyak darah yang akan tumpah, aku sarankan kau sebaiknya tidak ikut campur. Atau keluargamu yang akan jadi mangsa" Kata Ana sangat serius.
****
Aku kembali pulang ke rumah, perasaanku campur aduk. Khawatir, takut, dan penasaran. Ana saja tidak berani mengatakan apapun padaku, padahal dia sangat suka bermain-main dengan makhluk halus.
"Hei, kau yang duduk di sana. Bisa bantu aku?" Lamunanku terhenti ketika tetangga baruku memanggilku. Aku menatap ke arahnya dengan bingung. Apa benar dia memanggilku?, aku menoleh mencari seseorang tetapi hanya aku yang berada di teras rumahku.
"Tentu saja kau, bisa bantu aku sebentar?" Tanyanya lagi.
Aku melangkah menghampiri laki-laki di depanku. Perasaan kemarin aku tidak melihat dia di rumah ini. Siapa dia?
"Kak, apa kau sudah mencari orang yang bisa membantu kita?" Anak perempuan yang seumuran dengaku muncul dari dalam.
Aku baru paham jika anak laki-laki di depanku adalah kakaknya. Dia langsung menarikku masuk ke rumahnya. Aku mencoba melepasnya, aku merasa risih di pegang laki-laki.
"Lepas, kau tidak harus menarikku juga" kataku merasa jengkel. Dia yang meminta bantuan, dia juga yang bersikap kasar. Aku tidak pernah bertemu laki-laki seperti itu sebelumnya.
"Kak, kau bisa menyakitinya" kata adik perempuannya. Dia saja bisa mengerti keadaanku. Entah kenapa kakaknya yang satu ini, tidak mengerti.
"Katakan apa yang bisa aku bantu?" Tanyaku ingin cepat menyelesaikannya dan pergi dari rumah tetanggaku.
"Airnya tidak mau menyala, apa kerannya rusak?" Tanyanya sambil menujuk ke arah kamar mandi. Aku mengerti, bu Ratna dulu selalu bermasalah dengan kram airnya. Aku yang selalu membantunya.
"Aku bisa mengatasinya, siapkan saja obeng" kataku masuk ke kamar mandi.
Dua bersaudara bersamaan pergi ke dapur mencari obeng, sementara aku memeriksa kamar mandi. Tiba-tiba, suara keras jatuh di atasku. Seperti benda keras di gendeng. Aku terkejut. Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi, naas aku melihat bayangan hitam yang lewat dengan cepat.
Bulu kudukku berdiri. Suara benda jatuh kembali terdengar. Tetapi aku tidak tau dari mana asalnya. Tidak lama, seseorang menepuk pundaku dan saat aku berbalik, tidak ada siapapun. Hanya sosok tangan yang mengantung di pundakku. Tangan yang terpotong tanpa ada manusia atau sosok badannya. Darah segar menetes ke lantai. Sontak aku berteriak yang membuat penghuni rumah berlari ke arahku.
"Ada apa? kenapa kau berteriak?"
Aku tetap menutup mataku, aku masih syok melihat penampakan yang mengerikan. Aku membuka perlahan mataku setelah merasa tangan yang berada di pundakku, sudah tidak ada. Tetapi bayangan hitam tepat berada di belakang dua bersaudara ini. Sayup-sayup penglihatanku kabur dan aku pingsan.
Tiga puluh menit kemudian....
Aku tersadar dan melihat sekeliling kamar yang sudah tidak asing. Ini seperti di kamarku, aku mulai mengingat kejadian yang menimpahku.
Ceklek...
Suara pintu di buka, dan ayahku masuk sambil membawa segelas air minum. Aku bangun dan duduk di tepi ranjang.
"Kau sudah sadar?" Tanya ayahku menyodorkan segelas air.
"Siapa yang membawaku?"
"Anak tetangga, ayah dengar kau pingsan di rumahnya. Sebelum kau pingsan kau sempat berteriak. Makanya dia membawamu ke sini"
Aku meminum air yang di berikan ayahku sambil mengingat kejadian di rumah tetangga.
"Sebenarnya ada apa Luis, kau berteria di rumah orang seperti kerasukan?" Ayahku bertanya dengan kebingungan. Setelah beberapa tahun, kebiasaan anehku kembali muncul.
"Tidak ada yah, aku hanya melihat penampakan mengerikan di rumah mereka" kataku perlahan hampir tidak di dengar ayahku.
Ayahku menghela nafas, dia terlihat frustasi. Aku tau apa yang dipikirkan ayahku.
"Kenapa kau kembali bergaul dengan makhluk tak kasat mati lagi? Tiga tahun terkahir ini, kau sudah kembali normal dan tidak pernah beradaptasi dengan mereka lagi"
Aku juga mau berhenti dari semua ini, tetapi apa yang harus aku lakukan? berbagai cara sudah aku coba. Mulai tidak memikirkan penampakan aneh dan mengerikan, dan mengangapnya hanya halusinasiku saja. Siapa yang tidak takut melihat penampakan seperti itu, aku yakin semua orang ketakutan.
"Tetapi ada yang aneh yah, aku melihat penampakan di siang hari, bukan malam. Selama ini kan, aku sering melihat hantu saat malam" Kataku yang membuat ayahku tambah penasaran.
( Jangan lupa beri like, komen, favorit dan vote agar karya author ini bisa berlanjut)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!