...----------------...
Violet gadis yang berusia 9 tahun, harus menikah dengan bangsawan yang bergelar Marqueess.
" Kau akan menikah dengan Marquess, dia akan memberi keuntungan untuk kita. " Ucap perempuan yang memakai pakaian pelayan dengan rambut putihnya.
Dia adalah bibi dari Violet, bibi Violet yang bernama Wanda, dia adalah seorang pelayan. Dia bekerja sebagai pelayan di kediaman Marquees. Dan itu pula alasan Violet harus menikah dengan Marquees.
" Sa—saya tidak mau.....
" Saya masih kecil. " Seorang anak dengan rambut merah panjang dan mata hijau, dia terlihat gemetar.
Dia adalah Violet, anak malang yang harus menikah di usia muda.
" Berani kau menolakku!! " Wanda sang bibi memelototinya dengan galak.
Wanda selalu memukul Violet, dia selalu berbuat semena-mena terhadap Violet. Karena dia menjadi beban bagi Wanda.
Ibu dan Ayah Violet yang seorang petani, mereka sudah meninggal akibat serangan monster ternak. Dan Violet terpaksa harus tinggal dengan Wanda selalu bibinya.
" Kemari kau!! aku akan mendidikmu dengan baik!! " Wanda menyeret Violet yang menolak untuk menikah.
" Tidak!! saya....saya tidak mau!! " Violet yang malang memberontak.
Wanda menyeretnya, dan menyiksanya. Dia memukul, dan menendang Violet dengan kasar.
' Bukkk!!!!....'
" Bakkkkk......bukkk!! '
Setelah selesai menyiksa Violet, Wanda dengan wajah puas bertanya lagi.
" Apa kau sudah berani menolak lagi? " Tanya Wanda.
Violet yang hanya bocah berusia 9 tahun, dia hanya diam.
" 5 hari lagi, kau harus menikah dengan Marqueess. " Ucap Wanda seraya pergi meninggalkan Violet sendirian.
" Hikssss......" Violet menangis di bawah cahaya bulan.
Semua tubuh penuh luka dan memar, Violet hanya bisa meringkuk di pojokan ketika dia sudah menjalani siksaan.
...----------------...
Lalu 5 hari kemudian, dia menikah dengan Marqueess Sanjay.
Dia menikah dengan laki-laki yang sudah berusia 40 tahun, dan dia juga memilik anak 4.
Setelah pernikahan, Marquees memperlakukan Violet dengan baik. Violet merasa bahwa dia bisa hidup dengan tenang di kediaman itu. Yah, meskipun ke 4 anaknya sangat membenci Violet.
Lalu suatu ketika, Marquess Sanjay datang ke kamar Violet. Dia berbicara dengan putus asa mengenai kutukannya.
" Vio.....kau adalah anak yang baik dan penuh ke jujuran. Bisakah kau merawat anak-anakku dengan baik dan benar, hingga mereka sudah dewasa dan berdiri sendiri. " Sanjay, suami Violet dia berbicara dengan nada rendah.
Violet bertanya-tanya, kenapa suaminya berbicara seperti itu.
" Kenapa? anda berbicara seakan anda akan pergi. " Tanya Violet Cemas.
" Dengarkan aku Violet.....
Violet mengangguk seolah dia akan mendengarkan semuanya.
" Aku....aku akan mati..
Violet yang mendengarnya, dia terkejut dan tidak percaya dengan perkataan suaminya itu.
" Apa yang anda bicarakan? " Tanya Violet.
" Dengar, aku tidak mempunyai banyak waktu.....
" Aku mempunyai kutukan, kutukan sejak kecil, bahwa aku harus mati di usia 41 tahun. " Sanjay menceritakan.
" Dan besok, aku menginjak usia 41 tahun. Besok adalah hari kematianku....
Violet tidak percaya dengan perkataan Sanjay.
" Saya tidak percaya. " Ucap Violet dengan tatapan kosong.
" Vio.. kau akan tahu besok setelah aku tiada....
" Aku hanya ingin meminta itu.....aku mohon jaga putraku dengan baik, besarkan mereka dengan baik.....
" Aku hanya percaya kepadamu, jangan biarkan keluargaku yang lainnya menjamah putraku dan kekuasaan Marqueess. " Sanjay memohon dengan sungguh-sungguh.
" Anda menikahi saya hanya untuk mengurus putra anda? " Tanya Violet.
" Tidak Vio, aku hanya percaya bahwa kau adalah orang yang cocok untuk mengurus semua yang aku tinggalkan......
" Saya hanya anak yang berusia 9 thun, bagaimana mungkin saya mengurus putra anda yang umurnya tidak berbeda jauh dengan saya. Saya juga masih kecil, saya membutuhkan orang tua, bukan menjadi orang tua. " Violet seketika menangis. Dia tidak tahu takdir apa yang telah dewa tulis untuknya.
" Tolong Vio, berjanjilah....jika tidak, aku tidak bisa mati dengan tenang.....
" Saya akan keluar dari keluarga anda besok, tolong ceraikan saya sebelum mati. " Ucap Violet sedih.
Sanjay, menggenggam tangan mungil Violet dan dia berbicara.
" Aku mohon Vio, Hanya sampai mereka dewasa dan berhasil, kau boleh keluar dari keluarga ini. Tentu saka kau boleh menetap di keluarga ini. " Sanjay berkata.
" Saya tidak bisa.....
" Ini sangat berat untuk saya. " Ucap Violet.
" Kumohon Violet......hanya kamu satu-satunya yang bisa.......
Violet dengan tangan mengepal, dia berbicara.
" Baiklah......
Violet yang tidak tega, dia akhirnya menerimanya. Dia akan merawat putra-putra Sanjay dengan baik sampai mereka dewasa.
" Anda...anda kejam Marquess.....anda sudah membuat saya seperti ini...... " Violet memukul dada Sanjay dengan tangan mungilnya.
Sanjay hanya bisa memeluk Violet seperti anaknya sendiri, bukan sebagai istri.
...----------------...
Lalu besoknya, Sanjay meninggal. Perkataan Sanjay adalah sebuah kebenaran. Putra-putra Sanjay yang berusia 11 tahun, 7 tahun, 9 tahun dan 10 tahun.
Mereka menangisi kepergian ayah mereka, mereka bahkan belum lama kehilangan ibunya. Marcioness yang sebelumnya mati di usia 35 tahun, karena penyakit kronis.
Selama pemakaman Sanjay, Violet hanya diam. Sedangkan Putra Sanjay, mereka menyalahkan Violet atas kematian Sanjay.
" Ayah!!! " Mereka menangis di atas makam Sanjay.
" Ini pasti karena wanita itu!! " Putranya yang berusia 9 tahun mencela Violet.
Violet dengan wajah yang di tutup kain hitam, dia hanya diam tidak bergeming.
" Wanita penyihir!! " Putra-putra sanjay yang berusia 9 dan 7 tahun. Mereka melempari Violet dengan tanah.
Para pelayad yang menghadiri pemakaman, mereka juga ikut mencela Violet.
" Sepertinya dia membunuh suaminya sendiri. "
" Tidak di kira, gadis kecil sepertinya bisa berbuat seperti itu. "
" Kasihan sekali Marqueess Sanjay. "
Mereka membicarakan Violet dan menyalahkan Violet atas kematian Sanjay yang tidak ada sangkut pautnya dengan Violet.
| Sanjay, kau lihat, mereka menyalahkanku. Padahal aku tidak melakukan apapun. Kau mengikatku dengan kejam Sanjay. | Pikir Violet.
Setelah kematian Sanjay, Violet harus berdebat dengan kerabat Sanjay. Mereka meributkan soal penerus dan siapa yang akan bertanggung jawab.
Tentunya ada maksud lain dari mereka, mereka ingin menguasai gelar Marqueess dan mewarisi semua kekayaan yang telah di tinggalkan oleh Marquees.
" Haaaahhh....kalian penuh kebohongan..." Violet yang sekarang tengah berselisih dengan kerabat Sanjay, dia yang hanya gadis berusia 9 tahun memaksa untuk dewasa.
" Apa? kau hanya gadis kecil. " Ucap Kerabat Sanjay.
" Aku istri dari Sanjay. Dan kalian hanya kerabatnya saja. " Violet berbicara dengan tegas.
Ketegasannya mungkin hanya permainan anak-anak. Para kerabat Sanjay terkekeh mendengar omongan Violet.
" Kau membual? " Ucap kerabatnya.
" Kau hanya istri yang dinikahi selama 1 minggu, maka kau tidak mempunyai hal apapun. " Ucap Kerabatnya.
Violet bisa berani karena dia mempunyai bukti di tangannya.
" Aku tahu kalian menginginkan hak waris dari kekayaan Sanjay. Tapi itu tidak akan jatuh ke tangan kalian. " Ucap Violet.
" Halah, kau terus membual, lebih baik kau kemasi barangmu dan pergi dari sini. " Ucap Kerabatnya.
" Kau yang kemasi barangmu dari sini, karena kau tidak memiliki hak di sini. " Ucap Violet.
" Sanjay sudah menulis surat wasiat. " Ucap Violet dingin.
...----------------...
BERSAMBUNG.....
Baru Ch satu guyse......
" Apa maksudmu? " Tanya kerabat Sanjay.
Violet mengeluarkan salinan berkas dari dokumen yang di buat oleh Sanjay.
" Silahkan anda membacanya. Lalu setelah itu anda harus meninggalkan kediaman dan wilayah ini. " Ucap Violet seraya memberikan surat wasiat tersebut.
Semua kerabat Sanjay melihat surat tersebut. Mereka membacanya.
Dalam surat itu tertulis.
Jika saya mati nanti, saya ingin Arnold
selaku putra pertama saya, menjadi kepala
keluarga dan mewarisi semuanya. Tentunya
dia harus mencapai usia dewasa untuk
mengambil haknya.
Maka dari itu, saya menunjuk istri saya
Violet sebagai kepala keluarga sementara.
Hingga Arnold dewasa dan cukup untuk
mewarisi haknya.
...Marquess Sanjay...
Kerabat Sanjay yang membaca dokumen tersebut mereka membelalak. Mereka meremas dokumen itu, lalu berdalih bahwa dokumen tersebut palsu.
" Ini.....
" Ini palsu!! kau yang membuatnya!! " Ucap kerabat Sanjay.
Violet terkekeh mendengar ucapan kerabat Sanjay.
"Anda pikir dokumen ini palsu? " Tanya Violet.
" Ya...ini palsu, kau yang menulisnya sendiri. Aku akan membawa dokumen ini ke pengadilan kerajaan. " Ucap salah satu kerabat Sanjay kekeh.
" Anda salah, ini asli, apa anda tidak melihat jika tanda tangan suamiku tertera di dokumen ini. "
| Tanda tangan Sanjay tidak bisa di tiru sama sekali. Mereka tidak akan bisa berkutik. | Pikir Violet.
Mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi, jika dokumen itu di bawa ke pengadilan kerajaan. Mereka tidak akan menang, mereka hanya akan menanggung malu.
" Apa anda yakin akan membawa surat ini ke kerajaan? " Tanya Violet.
Para kerabat Sanjay diam dengan ekspresi kesal dan marah. Mereka tahu, jika mereka tidak bisa menang.
" Awas kau!!! " Ancam kerabat Sanjay.
" Ayo kita pergi.... "
Mereka pergi dengan wajah masam. Setelah kepergian kerabat Sanjay, Violet merasa lega, dia merasa bahwa dirinya sudah melewati sebagian rintangan.
Dia dengan gemetar menghela nafas lega, dan dia duduk di kursi dengan memegang kedua tangannya yang gemetar.
" Haaaaaahhhh......
" Aku melalukan itu, aku mengusir mereka. " Violet sedari tadi berusaha untuk tidak terlihat lemah. Agar mereka tidak memandang dirinya kecil dan rendahan.
" Apa aku bisa menjadi kepala keluarga di usiaku yang masih muda, aku bahkan baru 9 tahun dan itu adalah usia yang belum cukup dewasa. "
" Kau lucu Sanjay, kau mau mewariskan semuanya saat putramu dewasa, aku rasa dia sudah cukup mampu mengurus semuanya. Kenapa kau menulisnya seperti ini?!! " Violet mencurahkan isi hatinya.
" Kenapa kau menulis surat wasiat seperti ini? kau seharusnya langsung menjadikan Arnold sebagai penerus dan kepala keluarga Marqueess. Bukan aku...... "
Violet memejamkan matanya sebentar, dia sudah cukup puas mencurahkan isi hatinya.
Sanjay memberikan beban berat kepada Violet, Violet harus memperbaiki keluarga Marquees.
Sanjay hanya memiliki kekayaan sedikit, dan sisanya adalah hutang yang menumpuk. Violet harus memutar otak untuk memulihkan keadaan keluarga Marquess, hingga putra-putra Sanjay tidak mengalami kesulitan suatu hari nanti.
" Di usiaku yang cukup muda, aku sudah harus mengurus keluarga ini. " Gumam Violet seraya berdiri.
...----------------...
Sementara itu Putra-putra Sanjay, mereka sedang berkumpul di suatu ruangan, mereka tentunya membicarakan Violet.
" Kak, sepertinya ayah meninggal karena penyihir itu. Dia penyihir. " Ucap Berick, dia adalah putra Sanjay yang paling kecil, usianya 7 tahun. Penampilannya cukup menawan, dia memiliki warna mata merah jambu, begitu pula dengan rambutnya.
" Jika dia memang membunuh Ayah, aku sendiri yang akan menghukumnya. " Ucap Jack, dia adalah putra ke 2 Sanjay, usianya 10 Tahun. Dia memiliki rambut hitam ke coklatan dan bermata keemasan.
" Dia menikah dengan ayah di usianya yang muda, dan ingin berperan sebagai ibu. Lucu sekali. " Gumam Arnold, dia adalah putra pertama Sanjay, sekaligus penerus keluarga selanjutnya, usianya 11 tahun. Dia memiliki wajah tampan seperti Sanjay, rambutnya panjang dan berwarna merah, sama dengan matanya.
" Lalu apa yang harus kita lakukan? " Tanya Henric, dia adalah putra ke 3, usianya 9 tahun. Dia memiliki rambut emas dan mata biru.
Mereka berempat tidak menyukai Violet, mereka sangat membenci Violet. Apalagi sekarang, setelah kepergian Sanjay, mereka semakin membenci Violet. Padahal Violet tidak berbuat salah dengan mereka.
" Kak, kau seharusnya menjadi penerus keluarga ini. Lalu usir dia keluar dari keluarga ini. " Ucap Jack.
" Ya, kakak harus mengusirnya dari sini. " Kemudian Berick sang adik mendukung ucapan Jack.
Arnold diam, dia sedang berpikir.
| Aku belum siap menjadi kepala keluarga, kenapa ayah harus meninggalkan kami seperti ini. Padahal kemarin ayah masih berbincang-bincang dengan kami. | Pikir Arnold.
Saat mereka tengah berbicara, seseorang mengetuk pintu.
' Tok,tok,tok....' Pintu di ketuk dari luar.
" Tuan muda, Nyonya ingin bertemu dengan tuan muda. " Ucap kepala pelayan.
Mereka semua yang mendengarnya, langsung saling bertatapan. Dan mereka mengangguk seolah menyetujui sesuatu.
" Biarkan dia masuk! " Arnold mengizinkan.
Lalu, tidak lama kemudian Violet masuk, dia menatap putra-putra Sanjay dengan tatapan sendu.
Mereka berempat saling membuang muka, dan memasang wajah tidak suka.
| Aku tahu kalian tidak menyukaiku, tapi kalian harus menahannya. Karena aku tidak bisa pergi sebelum kalian dewasa dan bisa mengurus keluarga ini. | Pikir Violet.
" Aku tahu kalian masih sedih dengan kepergian ayah kalian. Tapi ada sesuatu yang harus aku katakan, terutama Arnold. " Ucap Violet.
Arnold dan Jack berbicara dengan ketus.
" Bagus, kau pergi dengan cepat. " Jack mengira jika Violet datang untuk mengatakan bahwa dia akan pergi.
" Jika kau datang ke sini hanya untuk mengatakan bahwa kau akan pergi, kau tidak perlu melakukannya. Kau boleh pergi tanpa berpamitan. " Ucap Arnold, dia juga menyangka bahwa Violet akan pergi.
Mendengar ucapan Jack dan Arnold, Violet meremas tangannya, dia menyadari kehadirannya tidak berarti bagi putra-putra Sanjay.
" Maaf.....tapi kalian salah. Aku tidak bisa keluar dari rumah ini. " Ungkap Violet.
Mereka berempat menatap Violet dengan garang dan juga sinis.
" Apa maksudmu? " Tanya Jack.
Lalu Berick merengek bahwa Violet harus pergi, dia menangis seraya mengatakan bahwa Violet harus pergi.
" Penyihir itu harus pergi!! dia harus pergi!!! huhuhuuuuuu......kak, usir dia!! usir dia, aku tidak mau melihat dia!! " Rengek dan tangisan Berick yang menolak Violet.
Henric menenangkan dan dia berbicara.
" Kau seharusnya pergi...kau tidak di butuhkan di sini. " Ucap Henric dingin, seraya menenangkan adiknya.
Violet juga merasa sesak, dia tidak tahan dengan ini. Dia tidak mau berada di rumah di mana dia tidak di anggap.
Tapi apa daya, dia tidak mau mengingkari janjinya kepada Sanjay.
| Kalian pikir aku mau tinggal di sini? kalian pikir aku tidak mau pergi? aku ingin keluar dari rumah ini, aku ingin melepas semua tanggung jawab yang mengikatku di sini.|
| Mereka tidak tahu seberapa berat beban yang ku tanggung di pundakku. | Pikir Violet dengan mengepal kedua tangannya.
...----------------...
" Maaf, tapi aku tidak bisa pergi. Tolong dengarkan aku." Ucap Violet.
Jack pun menyela, dia berbicara dengan kasar kepada Violet.
" Tidak ada yang perlu di bicarakan, kau lebih baik keluar!! " Jack berbicara dengan keras.
Violet tidak menyerah, karena dia harus membicarakan hal ini kepada mereka berempat, dia berbicara lagi.
" Tidak bisa karena ini menyangkut tentang ahli waris!! " Ucap Violet cepat.
Mereka diam, hanya Berick yang masih merengek di balik pelukan Henric. Yah, mungkin dia belum mengerti tentang warisan. Karena dia masih kecil.
Mendengar itu, Arnold pun menyuruh Berick dan Henric untuk keluar. Karena mereka masih kecil.
" Henric, bawa adikmu ke kamarnya. " Arnold memerintah.
Henric pun dengan patuh membawa Berick pergi dari ruangan itu.
...----------------...
" Kau bicara mengenai ahli waris? " Tanya Arnold serius.
Violet mengangguk, dia memberikan salinan dokumen yang di tulis oleh Sanjay sebelum dia mati.
" Bacalah ini..." Violet memberikan salinan dokumen tersebut.
Arnold mengambilnya, dan dia membacanya.
" Apa isinya kak? " Tanya Jack penasaran.
Mata Arnold masih menyusuri setiap bait dalam salinan dokumen tersebut. Sesekali alisnya mengerut.
Jack yang menunggu jawaban Arnold, dia melirik Violet dengan tatap sinis.
" Gadis pembunuh.... " Jack mencela Violet.
" Haahhh....." Arnold tiba-tiba saja menghela nafas.
Dan pandangannya beralih ke arah Violet. Arnold pun meremas dokumen itu.
" Aku tidak tahu mantra apa yang kau gunakan kepada ayahku!! " Arnold berteriak.
" Tidak bisa di percaya gadis berusia 9 tahun akan menjadi kepala keluarga dan mengurusi semuanya!! Apa yang kau lakukan kepada ayahku?!! " Arnold marah.
Violet pun memejamkan matanya seolah menahan bentakkan tersebut.
| Ini bukan kemauanku. | Pikir Violet.
Jack pun menarik baju lusuh yang di gunakan Violet dengan kasar. Dia pun melontarkan cacian demi cacian kepada Violet.
" Apa yang kau lakukan?!!! apa tidak cukup kau membuat ayah kami meninggal?!! dan sekarang kau ingin menguasai keluarga ini??!!! " Jack berteriak marah.
" Kau hanya gadis kecil yang bahkan lebih muda dariku, bagaimana bisa kau menjadi kepala keluarga?!! " Arnold kesal.
Violet yang merasa tertekan, dia bicara.
" Aku tidak melakukan apapun, itu kemauan ayahmu sendiri. " Ucap Violet.
| Aku....aku tidak berbuat apapun!! kenapa kalian terus memojokkanku!! | Pikir Violet.
" Kau wanita serakah!! pergi kau dari keluarga kami!! " Jack marah.
Kemarahan seperti kilat yang menyengat di mata emas itu cukup jelas untuk dirasakan melalui kulit.
Violet hanya diam, meski dia mengatakan sesuatu mereka tidak akan percaya, dan hanya menutup telinga mereka.
" Lebih baik kau pergi dari sini!! Keluar!! " Arnold menyuruh Violet keluar dari ruangan itu.
Violet pun keluar dari ruangan itu dengan cepat, dia berlari dengan pipi yang basah. Wajar bagi dirinya untuk menangis, di usianya yang masih 9 tahun.
Saat Violet berlari, tiba-tiba kepala pelayan menghadang jalan Violet.
" Maaf Nyonya....ada surat yang datang dari ibu kota. " Ucap Kepala pelayan.
Kepada pelayan itu adalah Erik, dia adalah kepada pelayan di kediaman Marquess, dan dia sudah sedari kecil di pekerjakan di kediaman ini.
Violet yang sedang menangis, dia menyembunyikan wajahnya dan bertanya.
" Surat?....
" Ibu kota? jika ibu kota, itu pasti dari kerajaan. " Tanya Violet yang menyembunyikan kesedihannya.
" Benar Nyonya....surat dari kerajaan. " Jawab Erik rendah.
Dari pada itu, Violet yang mendengar Erik memanggil dirinya dengan sebutan Nyonya, dia merasa geli dengan panggilan itu.
| Nyonya? entah kenapa itu terdengar menjijikan. | Pikir Violet.
" Bawa surat itu ke kamarku. " Perintah Violet dingin
...----------------...
Kamar Violet.
Erik memberikan surat tersebut.
" Ini Nyonya. " Erik menyodorkan surat tersebut.
" Terima kasih, kau boleh keluar. " Ucap Violet.
" Baik, Nyonya. Tapi, sebelum itu ada sedikit masalah. " Ucap Erik.
Violet yang tadinya akan membaca surat itu, dia beralih dan menatap Erik serta bertanya apa masalah yang di maksud.
" Ada apa? " Tanya Violet dingin.
" Para pekerja. Seperti tukang kebun, pelayan yang membersihkan rumah, dan koki. Mereka meminta gaji mereka. " Erik melaporkan.
| Apa yang harus aku lakukan? | Tanya Violet, dia masih tidak mengerti dengan pengaturan uang dan pemberian gaji kepada pekerja.
" Aku akan mengurusnya nanti. " Ucap Violet.
| Aku harus belajar sendiri di perpustakaan mulai malam ini. | Pikir Violet.
" Baik, Nyonya, saya undur diri. " Ucap Erik seraya meninggalkan ruangan.
Violet mengesampingkan gaji para pelayan terlebih dahulu, dia segera membuka surat dari istana.
Saat surat itu di buka, Violet lebih terpukul lagi. Isinya tenyata adalah perintah pelunasan hutang.
" Apa mereka tidak punya perasaan, kami bahkan baru mengadakan pemakaman, mereka sudah menagih hutang. "
" Bahkan sebagian bangsawan mengaku pernah meminjamkan uang kepada Sanjay. "
Dalam surat itu tertulis, bahwa para bangsawan datang ke istana kerajaan dan menuntut keluarga Marquess karena hutang yang di tinggalkan Sanjay.
Mereka tidak memberikan kelonggaran kepada Violet, mereka seakan menjadikan kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan.
Karena mereka pikir Violet adalah gadis gampangan dan mudah di tipu.
" Aku tidak akan membiarkan keluarga ini jatuh, karena aku sudah berjanji kepada Sanjay. Meskipun aku tidak tahu apakah aku bisa menanggung semuanya di pundakku. " Gumam Violet.
Mulai dari malam itu, Violet belajar di ruang perpustakaan, dia belajar bagaimana cara menjadi kepala keluarga tanpa adanya tutor di sampingnya.
Dia mengambil banyak buku untuk dia baca.
...----------------...
Satu minggu kemudian.
Putra-putra Sanjay, mereka sedang belajar.
Awalnya mereka memang belajar, tapi karena Tutor yang mengajar mereka sangat mahal, jadi Sanjay memberhentikannya sementara.
Sampai keuangan keluarga Marquess kembali seperti semula. Tapi sayangnya keuangan keluarga Marquess malah semakin berkurang dan menyisakan hutang, sampai akhirnya Marquess Sanjay meninggal.
" Kenapa tutor kita diganti? " Tanya Jack malas.
Lalu Arnold berbicara, dan menjawab Jack.
" Aku tidak tahu. " Jawab Arnold.
" Apa gadis itu yang mengambil uangnya dan menyewa tutor murah. " Jack berprasangka buruk.
Lalu adiknya, Henric, dia pun ikut berbicara.
" Aku lebih suka libur. " Gumam Henric yang memainkan alat tulisnya malas.
Sanjay yang tidak mau bilang bahwa keuangannya telah jatuh, dia beralasan bahwa semua tutor sedang libur, makannya mereka mengira jika Violet mengganti tutor dengan tutor yang murahan dan mengambil uang mereka.
Tapi nyatanya tidak seperti itu, Violet memerintahkan Eric untuk mencarikan Tutor belajar untuk putra-putra Sanjay, meskipun awalnya Violet harus berdebat dengan Eric.
" Tuan muda, bisakah kalian fokus kemari. " Sang tutor menegur mereka.
Mereka pun fokus kembali.
...----------------...
Lalu, di sisi lain.
Violet masih berada di perpustakaan. Dia belajar dengan giat tanpa adanya tutor, dalam waktu satu minggu dia bisa menguasai setengah dari semua buku yang dia baca.
" Aku sekarang mengerti mengenai laporan keuangan. " Gumam Violet.
" Apa mereka belajar dengan giat? seharusnya begitu. Akan sangat di sayangkan jika mereka tidak belajar dengan giat. " Gumam Violet.
" Mereka pasti menyadari pergantian tutor tersebut, apalagi Arnold dan Jack. " Gumam Violet sekali lagi.
| Aku memaksakan memanggil tutor untuk mengajari mereka, karena mereka harus cepat dewasa agar aku bisa melepas belenggu dan beban ini. | Pikir Violet.
...----------------...
BERSAMBUNG......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!