NovelToon NovelToon

EMERALDA (Ketika Kesetiaan Diuji)

PERTAMA

Awan hitam menyelimuti gelap. Kegelapan yang tampak indah dengan cahaya - cahaya bintang yang bertebaran. Bulan sabit yang mengintip malu - malu di balik Awan gelap, menambah sinarnya berkilau memantulkan cahaya terangnya.

Hari ini, Emeralda sudah berbaring di bangsal rumah sakit. Perutnya sesekali merasa mules seperti hendak ke belakang. Di sampingnya ada ibu nya yang setia mendampingi. Ayahnya dengan sabar menunggu di kursi depan rumah sakit. Arifah tampak mondar - mandir menelphon seseorang yang belum terangkat. Pasalnya hari ini, usia kandungan Emeralda sudah 9 bulan lewat 10 hari. Tanda - tanda bayi mungil yang masih di dalam perut itu, sudah tidak sabar ingin keluar menghirup udara di dunia ini.

"Ibu! Hari ini pertama kali Emeralda bisa merasakan sakitnya untuk menjadi ibu dari anak-anakku. Aku minta maaf, segala kesalahan baik sengaja maupun tidak di sengaja yang aku lakukan kepada ibu dan ayah. Emeralda belum bisa membuat ayah dan ibu bahagia. Dengan kerendahan hati, Emeralda mohon doa restu dan doanya agar Emeralda lancar dalam persalinan ini." ucap Emeralda pelan.

Ibu Emeralda terdiam sambil memegang erat tangan Emeralda. Ayah Emeralda mulai bergabung mendekati anaknya yang berbaring merasakan kesakitan.

"Semoga lancar persalinan ini, Alda. Doa Ayah dan ibu selalu untukmu." kata ibu Emeralda pelan.

"Sebentar lagi, suamimu sampai Alda. Kamu yang kuat ya!" kata Arifah yang tiba - tiba masuk ke kamar bilik.

"Tahan dulu yah! Dokter spesialis kandungan masih dalam perjalanan menuju rumah sakit." sambung Arifah.

"Di minum dulu madu nya biar tambah stamina." kata Ibu Emeralda sambil menyuapi sesendok madu ke mulut Emeralda.

"Assalammualaikum!" sapa Jhonatan bersama Wawan yang tiba - tiba muncul dari bilik kamar.

"Bagaimana sayang?" kata Jhonatan sambil memegang erat tangan Emeralda dan mencium keningnya.

"Sabar yah, sebentar lagi masuk ruang persalinan." kata Jhonatan yang mulai panik tapi berusaha di sembunyikan.

Tidak berapa lama, dua orang perawat yang berbaju putih - putih masuk ke kamar bilik Emeralda.

"Nyonya Emeralda?"

"Benar!" jawab Jhonatan.

"Oke! Hanya suaminya saja yang bisa masuk ke ruangan persalinan. Mari!" kata perawat itu sambil mendorong tempat tidur besi yang di atasnya ada Emeralda yang terbaring menuju ruang bersalin.

Di ruang bersalin itu, sudah ada dokter spesialis dan tiga perawat yang membantu proses persalinan. Jhonatan dengan paniknya berusaha menenangkan Emeralda dengan menggenggam tangan Emeralda kuat.Emeralda mulai meringis kesakitan. Dokter dan suster itu mulai menginstruksikan kepada Emeralda.

"Tarik nafas pelan ..

keluarkan lewat mulut...ngeden!"

"Ayo terus Bu!"

"Semangat Bu! Ayo sekali lagi! Tarik nafas...keluarkan!"

"Alhamdulillah!" kata Jhonatan pelan sambil terus menggenggam tangan Emeralda. Pasangan suami istri itu tersenyum. Air mata haru keduanya mengalir tiba - tiba.

Dan Akhirnya suara tangisan anak bayi terdengar membahana di ruang bersalin itu. Salah satu suster itu membawa bayi itu untuk di bersihkan. Dokter spesialis dan salah satu suster yang lain menjahit tempat bayi itu keluar dan mulai membereskan darah - darah yang keluar.

Setelah beberapa menit kemudian, Emeralda di dorong kembali ke kamarnya. Jhonatan mengikuti nya dari belakang.

"Alhamdulillah!" kata Ibu Emeralda, Arifah, dan juga Ridwan.

"Bagaimana anak Emeralda?"

"Alhamdulillah sehat Bu! Laki - laki. Sebentar lagi di antar kemari." kata Jhonatan penuh semangat.

"Persalinan nya lancar dan sukses! Syukur lah! ." teriak Arifah.

"Kamu juga sebentar lagi jadi ibu." kata Ridwan.

"Dengan siapa hamilnya?" kata Arifah dengan polosnya.

"Denganku lah nanti!" sahut Ridwan.

"Aamiin!' ucap Jhonatan dan Emeralda bersamaan.

"Ayah ibu! Terimakasih untuk Semua nya. Emeralda sekarang sudah menjadi ibu." kata Emeralda dan tanpa sadar buliran air matanya terjatuh di pipi.

"Iya anakku! Jadi ibu yang baik untuk anak - anakmu ya sayang dan tetap menjadi istri yang Sholeh ya!" ucap ibu Emeralda dan ayah pun ikut mengangguk pelan.

"Abang! Terimakasih untuk semua doa dan ridlo nya. Semua jadi di permudah." kata Emeralda sambil tersenyum.

"Iya sayang! Terimakasih sudah memberikan anak bayi yang lucu untuk Abang dan kami semua." ucap Jhonatan.

"Besok Abah dan Ummi akan ke Solo." sahut Ridwan.

"Oh ya? Besan kita datang Yah!" kata Ibu Emeralda.

"Alhamdulillah." sahut Arifah.

"Kamu ingin makan apa biar cepat pulih tenaga mu?" tanya Arifah.

"Minta juz alpokat boleh?" tanya Emeralda.

"Boleh!" jawab Jhonatan. Arifah pun tersenyum.

"Senengnya punya suami yang perhatian." kata Arifah sambil melirik Ridwan yang ada di dekatnya.

"Ridwan, Kode itu!" kata Jhonatan sambil melihat kearah Ridwan.

"Ibu Emeralda!" panggil suster yang menggendong bayi mungil masuk ke bilik Emeralda.

"Iya Benar!" sahut Jhonatan lalu mengambil bayi mungil itu dalam gendongannya.

"Selamat datang di dunia anakku! kata Jhonatan.

@@@@@@@

Di rumah baru Emeralda dan Jhonatan semua sedang berkumpul termasuk Abah dan Ummi yang datang dari Rembang.

Duduk di ruang tengah, orang tua Emeralda dan orang tua Jhonatan berbincang - bincang. Di teras depan rumah sedang duduk Ridwan dan Arifah.

"Jadi kapan kita menikah?" tanya Ridwan. Arifah yang di tanya cengar - cengir.

"Kapan sayang?" Ridwan bertanya lagi.

"Terserah Abang saja lah." jawab Arifah.

"Tapi aku gak mau ya, kalau nikah siri!" ucap Arifah.

"Hahahaha, tidak lah!"

Di ruang tamu, di bawah karpet berbulu, Emeralda dan Jhonatan duduk bersandar di dinding. Di sampingnya si bayi yang mungil dan lucu itu tertidur pulas.

"Jadi, setelah acara ini kelar, kita siap - siap pindahan ke Jakarta ya sayang." kata Jhonatan.

"Iya!" jawab Emeralda sambil menatap wajah suaminya dengan manja.

"Abah sudah memberi nama anak kita, sayang." cerita Jhonatan.

"Oh ya?" sahut Emeralda tersenyum sambil melihat anaknya yang matanya masih terpejam.

"Readyan El Zatta." kata Jhonatan.

"Bagus. Readyan El Zatta!" panggil Emeralda untuk bayi mungil yang ada di depannya.

"Hehehe." Jhonatan tersenyum sambil merengkuh tubuh istrinya.

"Terimakasih sayang! Engkau sudah memberi jagoan yang gagah untuk Abang." kata Jhonatan sambil mengecup dahi Emeralda.

"Heem!" sahut Emeralda pelan.

"Tapi kita belum punya anak perempuan yang cantik Lo sayang." bisik Jhonatan pelan.

Emeralda mencubit pinggang Jhonatan dengan gemas. Dan mereka pun akhirnya tertawa karena kebahagiaan hati ini tidak bisa terlukis kan.

Setiap manusia punya masalah. Setiap manusia punya cara untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Setiap manusia berhak bahagia. Setiap manusia bisa memulai kebahagian itu dengan pilihannya. Karena setiap manusia punya pilihan. Pilihan itulah yang akan menentukan kebahagiaan nya. Seperti halnya Emeralda dan Jhonatan.

@@@@@@@

Flashback, Emeralda ketika duduk di bangku kuliah.

 

Emeralda, asal-usulnya di kota Solo Jawa Tengah. Alda adalah panggilan kawan kawanku baik di kampus ini maupun di rumah. Aku sekarang semester 4,masih jauh dari kata lulus untuk wisuda.

Kawan kawan Emeralda datang dari berbagai daerah baik dari Jawa maupun Sumatra. Hal inilah yang membuat aku semakin mengenal logat dan karakter dari daerah daerah itu seperti Tegal,Pekalongan,Kudus,Demak,Pati,Cirebon,Brebes,Semarang,Lampung,juga Medan. Dari merekalah aku mulai mengenal bahwa kita beragam.

Di jurusan yang diambil ada 3 kelas, masing masing kelas berjumlah 55 orang. Emeralda di kelas C jurusan Bahasa Sastra angkatan 2018 Di kelas C ini, aku mengenal nama nama seperti Bambang,Budi,Agus,Rita,Efendi,Sofi,Ana,Dina,Nina dan masih ada beberapa nama nama yang tidak bisa ku sebut semuanya.

Namanya Sofi,tepatnya Sofiana. Dia adalah kawan satu kelas yang sudah menjadi sahabat dekatku. Sofi sering menginap di tempat aku nge - kos. Sofiana berasal dari kota Semarang. Selain dia rajin,dia anak yang taat dalam beribadah. Jadi bersyukur Emeralda bisa mengenalnya,paling tidak Emeralda akan lebih terpengaruh dalam hal yang positif.

Namanya Gusman, dia berasal dari daerah Boyolali Jawa Tengah. Tentunya kalo Emeralda pulang ke Solo pasti melewati daerahnya bukan. Gusman ini,paling rajin datang ke kos Emeralda jika dia kesulitan dalam tugas dosen yang diberikan.

Terkadang sebulan sekali kalau dia pulang ke Boyolali, Gusman datang ke kos Emeralda terlebih dahulu untuk menanyakan perihal ' apakah Emeralda mau pulang ke Solo?. Maksudnya Emeralda mengajak pulang bareng jika Emeralda pulang ke Solo juga.

Tempat kos Emeralda tidak jauh dari kampus.Jadi tidak heran,diantara kawan kawanku semua,dengan berjalan kaki saja untuk menuju bangku kuliah setiap harinya. Di tempat kos Emeralda ini, dia memilih kamar sendiri. walaupun sebenarnya mereka bisa mengambil kamar dengan dua orang.

Tetapi , Emeralda merasa nyaman dengan kamar sendiri. Selain Emeralda bisa bebas berkreasi menata letak sendiri,dia bebas bersantai,rileks ,belajar dengan tenang,dan juga bermalas malasan tanpa rasa canggung jika ada kawan sekamar.

Di sudut tempat tidur Emeralda, ada boneka beruang hadiah ulangtahun dari Gusman pada waktu itu. Saat itu aku kaget, kenapa tiba tiba Gusman memberikan bingkisan lumayan besar untukku. Kata Gusman waktu itu, untuk kado ulang tahun Emeralda

Tidak lama kemudian,kurang lebih 15 menit, Rini tetangga kamar Emeralda teriak- teriak memanggil. Kata Rini, ada yang mencari Emeralda. Sudah dipastikan itu adalah Gusman,

GUSMAN

Emeralda..

 

Di kampus ini, ada warung favorit mahasiswa. Bukan hanya favorit mereka,kamipun juga sering singgah dan jajan disini. Menu andalan mahasiswa disini adalah nasi urap dengan ikan asin gorengnya ditambah tahu tempe yang digoreng.

Aku dan Gusman akhirnya ketempat warung itu. Cukup ramai juga di malam hari seperti ini. Gusman berhenti tepat di warung Bu Parmi,lalu aku pun mengikutinya dari belakang.

 

"Yuk Gusman! kita duduk di paling ujung sana saja." ajak Emeralda sambil menunjuk kearah bangku disudut dibawah pohon jambu air.

"Mau makan apa Emeralda? tanya Gusman lagi.

"Hemmm, kayaknya aku perlu yang seger seger Gus! Hem Soto ayam saja Gus. " Jawabku akhirnya.

Lalu Gusman bangkit dari tempat duduknya menuju ke arah Bu Parmi yang sibuk melayani anak anak mahasiswa yang hendak makan maupun minum.

"Bu, nasi campur,nasi soto dan jeruk manis panas dua yah Bu." kata Gusman kepada Bu Parmi.

Lalu Gusman kembali ke tempat duduk kami sebelumnya. Sesekali memainkan hape yang ada di genggamannya. Ku intip sambil curi curi pandang ke arah Gusman yang memainkan Hape. Sesaat mata kami beradu.

" Hayo!" bentak Gusman mengagetkanku.

Aku Pun lalu tersipu dan sontak kaget.

"Lihatlah Nic...gak perlu curi curi gitu." sahut Gusman sambil menyodorkan wajahnya lebih dekat ke arahku duduk.

"Hehehe...Gus Gus...sok kegantengan." sahutku akhirnya.

"Memang asli ganteng aku Nic." sambungnya akhirnya.

"Ada tugas gak Em? " tanya Gusman akhirnya.

"Hem,kayaknya sudah selesai semua.Kukerjakan semua dari membedah karya sastra sampai menganalisis Novel." Jawabku menjelaskan.

"Rajinnya...." sahut Gusman sambil mengusap kepalaku.

Tidak lama kemudian, pesanan kami datang di antar Joko anaknya Bu Parmi.

"Terimakasih Joko." kata Gusman sambil menggeser Nasi soto dan segelas jeruk panas di depanku.

"Terimakasih Gus, memang calon suami teladan." kata Emeralda akhirnya.

"Biasa saja tidak perlu merayu." sambung Agus dengan canggung dan malu.

"Ais! Seperti anak perawan saja, malu - malu hehe." sahut Emeralda.

Emeralda dan Gusman asyik menyantap makanan yang mereka pesan. Rasanya begitu nikmat karena mereka belum makan besar sejak buka puasa.

"Klo tiap hari seperti ini,aku bisa umroh Gusman." kata Emeralda sambil mengunyah makanan.

"Tidak apa - apa, mau tiap hari makan di sini? biar ku jemput terus di kos Emeralda."jawab Gusman semangat.

Akhirnya tawa kami meledak.

Sambil menyeruput jeruk panas minuman favorit kami, kami cerita - cerita kecil tentang tugas mata kuliah.

Gusman selain enak diajak ngobrol sebagai teman, dia juga mudah untuk diajak menyelesaikan tugas - tugas kuliah,selain itu juga nyaman diajak jalan kemana mana seperti ke perpustakaan dan ke mall.

Gusman ,di kelas termasuk banyak yang ngefans sama nya. Di samping dia supel dalam bergaul, dia ramah dengan siapa saja. Tidak heran jika teman - teman mengira kami lagi proses pendekatan. Dibanding Marlon, Gusman masih kalah keren dengan Marlon tetapi Marlon kalah pamor dengan Gusman.

Marlon cenderung pendiam dibanding Gusman. Tetapi kalah auranya dengan Agus. Mungkin saja Gusman bisa dekat dengan teman - teman yang lain dan lebih supel.

"Yuk,pulang!..Aku antar kamu ke kos Em!" sambung Gusman akhirnya.

Lalu kami berlalu meninggalkan warung Bu Parmi yang masih banyak antrian pelanggannya.

Sesekali Gusman menatap aku disampingnya.

"Berjalannya pelan saja, tidak perlu buru- buru." kata Gusman. Emeralda hanya nyengir kuda.

"Sampai jumpa! Assalamualaikum Em. istirahat yah, ketemu lagi besok." sambung Gusman dan berbalik kembali ke kos tempat tinggalnya.

@@@@@@@

 

Sesampainya di tempat kosnya, Gusman menimang nimang hape yang ada di genggamannya. Hatinya masih berbunga bunga dengan situasi makan bersama dengan Emeralda.

"Kenapa tidak sering sering ku ajak Emeralda makan malam seperti ini." gumam Gusman.

Tidak lama suara bunyi pesan terdengar di ponsel Agus.

"Sudah sampai Gus?" tanya Emeralda.

"Sudah! Ini lagi rebahan mikirin kamu."jawab Gusman.

Berjam- jam antara Gusman dan Emeralda begadang sampai larut malam kerena kegiatan saling kirim pesan itu. Tanya jawab maupun cerita yang mungkin saja tidak ada yang penting. Namun bagi keduanya itu adalah kegiatan yang menyenangkan. Keduanya seperti masuk dalam dunia yang penuh warna karena banyak bunga yang bertebaran di angan maupun kepala mereka.

Mereka belum lah sedang pacaran. Namun mereka seperti saling membutuhkan karena merasa kenyamanan ketika berbincang-bincang dan saling perhatian. Emeralda mungkin tidak menyadari hal itu jika Gusman menginginkan yang lebih dari sekedar teman.

"Ya sudah! Bobok lah awas jangan main hape lho, beneran tidur! Sampai ketemu besok siang yah! Di pelajaran Apresiasi sastra."kata Gusman akhirnya.

"Okee.sip!..Mimpi indah yah Gus. terimakasih untuk malam ini."sahut Emeralda

" Oke, jangan lupa mimpi kan aku, Em!" ucap Gusman.

....

....

....

Tidak ada jawaban dari Emeralda. "Mungkin sudah tidur." pikir Gusman.

Malam ini Gusman semakin gelisah. Ada bunga bunga di atas kepalanya. Ada titik terang perasaan nya seperti bersambut dengan Emeralda.

Perhatiannya pada Emeralda seperti bersambut. Gusman mulai memikirkan cara agar lebih dan lebih akrab dan dekat dengan Emeralda. Gusman ingin Emeralda mulai ada ketergantungan dengannya. Dari tiap hari nge- chat, tiap hari ngajak makan bareng, tiap hari jumpa di kampus,tiap hari berkunjung di kos Emeralda.

Jam dinding sudah mulai menunjukkan jam 01.30. Gusman masih meng utak - atik laptop di depannya. Entah apa yang sedang ditulisnya,yang pasti Gusman sudah terbiasa mengirimkan naskah naskah baik cerpen,kritik sosial ke surat kabar maupun majalah dan media online lainnya.

Alhasil karya karya Gusman sudah mulai sering di muat. Sesuai jurusan nya bukan? Jurusan Bahasa Sastra Indonesia,mencurahkan segala emosi dan perasaannya dalam sebuah tulisan. Gusman dia.memang anak yang terbilang rajin,gigih,dan selalu memotivasi kawan kawannya dalam segala hal.

"Kenapa aku masih saja kepikiran, Emeralda? Gadis itu benar-benar membuat aku gila. Dia mengganggu setiap angan dan pikiran aku. Apakah aku benar-benar sudah jatuh cinta dengan Emeralda? Atau hanya obsesi semata?" gumam Gusman sambil menutup laptopnya. Dia jatuhkan tubuhnya di pembaringan sambil melukis wajah Emeralda yang menari dipeluk matanya.

"Dia gadis yang menarik dan juga pintar. Aku sangat menyukainya." gumam Gusman sambil tersenyum sumringah. Hingga beberapa saat, akhirnya Gusman terlelap dalam tidur nya.

HANYA SAHABAT

Dia adalah Sofiana, sering dipanggil Sofi. Malam ini dia tidur di kamar kos Emeralda. Katanya dia lagi ingin kawan untuk bercerita dan juga curhat. Sofiana berbeda tempat kos dengan Emeralda.

Dia juga memiliki kamar sendiri ditempatnya nge- kos. Lalu, apa gerangan yang akan Sofi curhat kan? Kalau soal pacar, Sofi belum punya pacar kata dia. Tampak Sofi asyik memainkan Hapenya.

Kesukaan Sofi adalah main game. Sedangkan Emeralda suka membaca komik.

 

"Em,sebenernya aku naksir sama Gusman." kata Sofi tiba tiba.

Emeralda sontak kaget dan melotot menatap wajah Sofi. Antara percaya dan tidak. Sofi penampilannya modern dan mengikuti trend anak muda masa kini, Memang antara Gusman dengan Sofi sangat serasi dan cocok jika disandingkan.

"Beneran Em! Kamu melotot gak percaya?" sahutnya lagi.

"Em, kamu bisa menolong aku kan? Tolonglah, aku ingin pendekatan dulu sama Gusman. Kamu bisa nolong aku gak?" tanya Sofi akhirnya.

Ada perasaan sesak di dada ku, ketika aku harus menjodohkan Sofi dengan Gusman. Sedangkan Emeralda merasa sudah dekat dan nyaman ketika bersama dengan Gusman.

"Hai" teriak Sofi mengagetkan lamunanku.

"Mau gak?" tanya Sofi lagi.

"Bagaimana caranya? " tanya Emeralda akhirnya.

"Hem, bagaimana kalo kamu bilang ke Gusman kalo aku ingin makan bersama dengannya dulu." pikir Sofi akhirnya.

"Hem, yah udah aku coba yah." jawab Emeralda akhirnya.

"Sekaranglah Em! Chat Agus sekarang!" sahut Sofi dengan semangat.

Sambil menyodorkan ponsel Emeralda yang tergeletak di samping bantalnya.

"Nih, ponselmu." kata Sofi lagi.

Emeralda mulai bergegas nge-chat Wa Gusman dan mulai dengan aksinya kalau Sofi ingin berkencan dengan Gusman.

"Belum dibales Sof." kata Emeralda akhirnya.

"Tungguin lah! Mana tahu lagi sholat isya." sahut Sofi.

Tidak lama ada notifikasi pesan WA masuk di hape Emeralda kini sibuk ber chat ria dengan Gusman. Sofi mulai kepo.

"Bagaimana Em?" tanya Sofi akhirnya.

"Besok jam 7 malam yah jangan lupa Sof." jawab Emeralda.

"Terimakasih Em!" sahut Sofi sambil meluk erat badan Emeralda.

"Iyah Iyah .." sahut Emeralda akhirnya.

"Besok ku chat Gusman yah Em," sambung Sofi akhirnya.

Lalu Sofi diam sambil mainkan ponselnya lagi. Entah apa yang dipikiran Sofi, mungkin Sofi lagi berbunga bunga akan berkencan dengan Gusman Minggu ini.

Sedangkan Emeralda entah apa yang dirasakannya, tiba - tiba jadi murung. Ada rasa sedih menjalar di perasaan Emeralda. Ada gundah gulana menyelimuti Emeralda. Emeralda semakin mengerti dan mulai paham dengan perasaannya dengan Gusman. Tetapi mungkin saja karena Emeralda sedang mengkhawatirkan Gusman. Entahlah! Rasa ini tidak bisa di tebak Emeralda. Namun yang pasti Emeralda harus segera menepiskan keinginan dan rasanya karena Sofi sahabat nya menyukai Gusman. Dan mungkin saja, rasa suka Sofi ke Gusman melebihi rasa sayang Emeralda yang masih menganggap Gusman sebagai sahabat nya yang paling memahami dirinya.

@@@@@@@

 

Sore itu cuaca di sekitar kampus cerah,tidak terlalu panas. Sofiana di dalam kamarnya sedang berbenah mempersiapkan diri. Malam ini ada kencan khusus dengan Gusman. Hanya makan malam bersama saja, selebihnya bonus jika Gusman menyambut baik perasaanku.

Waktu sudah menunjukkan azan magrib. Sofiana, bergegas membereskan kamarnya yang berantakan . Tidak lama kemudian,dia mulai mematut di depan kaca kamarnya. Mencari cari apa yang kurang dari dalam penampilannya. Mulai ujung rambut sampai ujung kaki.

Hari ini Sofi lagi berhalangan jadi tidak menjalankan sholat. Dilihatnya jam dinding yang mulai mendekati jarum 7 malam. Ada kegelisahan yang datang dibenak Sofiana karena Gusman yang ditunggu -tunggu nya masih belum tiba.

Diambilnya ponsel yang masih tergeletak di atas kasurnya. Sofi tersenyum sumringah. Gusman sedang meluncur ke tempat Sofi.

Tampak senyum merekah di bibir Sofiana. Sesekali menyisir lagi rambutnya di depan kaca. Ini adalah kencan pertama baginya dengan Gusman, orang yang ditaksirnya.

Sofiana berjalan ke depan teras kos nya. Menanti datangnya agus,sambil melihat arah jalan yang diperkirakan Gusman akan melewati jalan itu. Benar saja, ada cahaya lampu motor matic melaju dan semakin mendekat ke arah kos tempat Sofiana duduk di teras.

"Sudah lama menunggu? " tanya Gusman sambil memberi satu helm ke arah Sofiana.

"Terimakasih Gus, kita ke resto kota saja yah Gus nanti aku tunjukkan tempatnya." sahut Sofiana.

"Boleh." sambung Gusman sambil melaju dengan kecepatan sedang motor beat yang dikendarainya.

Kencan ini, Sofiana yang menentukan. Sofiana termasuk anak dari keluarga yang berada,jadi masih tampak nge bos gaya Sofiana.

Tidak jauh dari lingkungan kampus, Emeralda di dalam kamar kos nya sedang membaca novel sastra yang kemarin ia beli bersama Agus.

"Ngomong ngomong Gusman dengan Sofiana, sudahkah mereka jadi berkencan dan makan malam." pikirnya dalam hati. Ada kegundahan Emeralda ,yang tidak bisa diungkap dengan kata kata.

Tidak lama bunyi notifikasi pesan masuk di Wa nya berbunyi. Emeralda mengambil ponselnya di depan ia duduk di meja belajarnya. Emeralda mulai menuliskan pesan untuk Gusman. Gusman pun masih sempat membalasnya. Emeralda tanpa sadar tersenyum lega.

@@@@@@@

Hal yang tidak diduga oleh Emeralda adalah Gusman mengunjungi kosnya. Seseorang mengetuk pintu kamar Emeralda ada seseorang mencari Emeralda dan ternyata Gusman sudah ada di depan kosnya.

Tidak lama suara ponsel Emeralda berbunyi.Benar saja ada panggilan masuk dari nomor Gusman. Gusman sudah di depan kosnya.

"Iyah Gus."

"Aku didepan Em!"

"Yah, bentar, aku ke depan Gus."

Dijumpainya Gusman di depan teras kos depan dengan membawa tas plastik ditangan kirinya.

"Nic Em makan yang banyak!" kata Gusman sambil menyodorkan kantong plastik yang berisi makanan kepada Emeralda.

"Ih,repot repot sekali Gus. jadi gak enak aku." sambung Emeralda.

"Sofiana? " tanyaku kemudian sambil melihat ke kanan ke kiri dan ke arah motor matic yang di parkir di halaman rumah depan.

"Sudah aku antar Sofi nya kok." jawabnya.

"Lain kali jangan nyuruh nyuruh aku kencan dengan seseorang lagi yang gak ingin aku kencani yah Em. ini pertama dan terakhir." kata Gusman serius.

"Memangnya ada masalah yah Gus? " tanyaku menyelidik

"Kamu pasti sudah tahu lah." kata Gusman sedikit menyelidik.

"Ya sudah, dimakan dulu gih,capcay dan ayam geprek nya." sambung Gusman akhirnya.

Akhirnya Emeralda melahap makanan yang dibawa Gusman. Tampak Gusman tersenyum senyum kecil menatapnya ketika Emeralda mengunyah tiap suapan.

Entahlah, malam ini Gusman cukup larut malam berkunjung di kos Emeralda. Apa yang sedang ia pikirkan. Entah kegundahan apa yang ada di benak Gusman. Tetapi yang pasti, ada perasaan bahagia dalam hati Emeralda ada Gusman yang menemaninya malam ini. Walau kunjungan itu tidak lebih dari satu jam.

Setidaknya itu cukup mendamaikan keresahan jiwanya dari sore hari tadi. Ada perasaan lega ketika dekat dengan Gusman. Namun Emeralda tidak berani menyimpulkan kalau dirinya menyukai Gusman. Ini hanya sebuah bentuk persahabatan, tidak lebih dari itu. Pikir Emeralda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!