Di teriknya panas matahari, rasanya tenggorokan Tasya begitu kering. Tasya ingin cepat-cepat minum air mineralnya, dengan langkah cepat Tasya berlari menuju pinggir lapangan dan segera mengambil air mineralnya. Langsung saja Tasya meneguk air tersebut hingga tersisa setengah.
"Tasyaaaa"
Suara heboh seorang gadis yang sangat dikenal Tasya, membuatnya menoleh dan tersenyum sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan sehabis meminum air mineralnya. Gadis tersebut adalah Rissa. Sahabatnya itu berjalan mendekat untuk menghampiri Tasya yang berdiri tak jauh dari tempat Rissa berada. Begitu sampai dihadapan Tasya, Rissa langsung saja merebut sisa air mineral dari tangan Tasya dan meminumnya hingga tandas.
"Baru dari kelas Lo?"
"Ngga, baru abis dari ruang guru. Biasalah anterin buku tugas anak-anak kelas" Jawab Rissa. Dan Tasya hanya ber-Oh ria saja.
Yap, Tasya dan Rissa memang beda kelas, tetapi mereka itu sudah menjalin persahabatan sejak awal mereka masuk SMA dan berada di dalam kelas yang sama. Akan tetapi, ketika naik kelas XI, mereka ternyata beda kelas. Itulah alasan mengapa Tasya berada di lapangan sementara Rissa baru dari ruang guru.
"Sya, pulang sekolah nanti temani gue ke toko buku ya?" pinta Rissa.
"Dihh tumben banget Lo mau ke toko buku, biasanya juga kalau gue ajak pasti aja ada alasan Lo" Balas Tasya dengan raut wajah tidak percaya.
"Hehehe, gue itu sebenarnya lagi dimintai tolong sama cowo gue" Rissa menjawab perkataan Tasya dengan menunjukkan raut wajah berbinar.
"Gue ngga mau tau, pokoknya Lo harus ikut. Biar cepet nemuin bukunya" Lanjut Rissa sambil nyengir.
"Helehh, itu mah alasan kamu doang, biar nanti kalau pulang telat bisa alasan ke nyokap, baru habis dari toko buku sama gue" Kata Tasya sekaligus menjitak dahi sahabatnya itu. Rissa mengelus dahinya yang baru saja dijitak oleh Tasya.
"Lo itu sahabat yang paling pengertian, penyayang, plus sahabat terbaik yang gue kenal sepanjang gue bersekolah disini"
"Ya ampun nih mulut manis banget sih. Iya deh gue temenin, tapi habis itu traktir makan ya?" Perkataan Tasya barusan sukses membuat Rissa tersenyum dan langsung mengiyakan persyaratan dari sahabatnya itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.45 pertanda waktu sekolah telah usai. Sesuai janjinya pada Rissa, Tasya langsung saja bergegas ke ruang kelas sahabatnya yang berada tak jauh dari ruang kelasnya. Tak berselang lama, Rissa keluar dengan wajah berbinarnya. Langsung saja kedua sahabat itu bergegas ke toko buku yang biasanya didatangi oleh Tasya. Sesampainya ditoko buku tersebut, Tasya dan Rissa langsung mencari buku yang diperlukan oleh kekasih Rissa. Butuh waktu hampir setengah jam barulah ditemukan buku tersebut. Setelah mengurus administrasi pembelian buku, barulah kedua sahabat itu bergegas keluar dari toko tersebut.
"Makasih banyak ya sayangku" Kata Rissa sambil memeluk Tasya dari samping.
"Yee santai saja napa, jangan lupa traktirannya" Tasya menjawab sambil melepas pelukan Rissa. Rissa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kearah Tasya, dan langsung menggandeng tangan sahabatnya itu dan bergegas ke warung makan yang berada di seberang jalan dekat dengan toko buku.
Ketika memasuki warung makan tersebut, mereka langsung melesat ke tempat duduk yang berada dipojok dan langsung memesan makanan yang mereka inginkan. Sembari menunggu hidangan mereka datang, Rissa menelfon kekasihnya itu agar segera menyusul dia dan Tasya di warung makan tersebut.
"Lo kok ngga bilang-bilang mau ngajak cowok Lo kesini juga sih" Kata Tasya dengan menunjukkan raut wajah sebal, sebab Rissa tak memberitahu perihal akan datangnya cowok Rissa. Dengan wajah tersenyumnya, Rissa malah menjawab dengan enteng perkataan Tasya.
"Ngga apa-apa juga kali Sya, sekalian gue mau kenalin Lo ke cowok gue. Lo kan cuma mendengar tanpa melihat wujud asli pacar gue, jadi ini waktu yang pas buat Lo kenalan sama cowok gue"
"Awas ya ntar gue dianggurin lagi" Balas Tasya masih dengan wajah kesalnya. Sukses perkataan itu membuat tawa Rissa pecah seketika, dia ngga mungkin melupakan sahabatnya itu walaupun ada cowoknya.
"Ya ngga dong, Lo itu orang nomor 2 setelah keluarga gue" Jawab Rissa dengan senyum lebarnya. Dan Tasya hanya membalasnya dengan deheman saja. Setelah menunggu hampir 10 menit, makanan keduanya telah disiapkan diatas meja mereka. Tanpa basa-basi keduanya langsung saja melahap makanan mereka hingga tak tersisa. Dari pintu masuk, terlihat seorang anak laki-laki yang mendekat ke arah meja kedua sahabat itu.
"Rissa" Panggil anak laki-laki tersebut.
Deg, jantung Tasya tiba-tiba berpacu dengan cepat. Suara itu! Yaa suara itu, dia kenal dengan pemilik suara itu. Suara yang sangat dirindukan oleh Tasya, suara yang hampir setiap saat menemani dia dimasa SMPnya dulu.
"Kak Kevin" Rissa langsung meminta Kevin untuk duduk disebelah dia. Kevin tidak melihat wajah Tasya karena posisi duduk Tasya yang membelakangi Kevin. Kevin berjalan dan langsung duduk dikursi yang berada tepat disamping pacarnya itu. Dia belum menyadari bahwa yang duduk didepannya adalah Tasya.
"Oh iya Kak, kenalin ini sahabatku. Namanya Nathasya, panggil aja Tasya. Dan Sya, ini pacar gue, namanya Kak Kevin" Tanpa babibu Rissa langsung memperkenalkan kedua orang tersebut. Sontak perkataan itu membuat Kevin langsung melihat kearah Tasya, dan benar saja itu adalah orang yang sama. Kevin sempat terpukau dengan perubahan yang terjadi kepada Tasya, tapi sedetik kemudian dia menyadarkan dirinya dari rasa terpukau tersebut.
"Kevin" Dia mengenalkan dirinya dengan mengulurkan tangannya kedepan Tasya. Tasya menjadi bingung sendiri menghadapi situasi tersebut, dengan mengumpulkan keberanian, dia langsung meraih tangan kevin dan memperkenalkan dirinya.
"Nathasya, panggil aja Tasya"
Setelah perkenalan tersebut, langsung saja Rissa mengambil buku dari tasnya dan memberikannya kepada Kevin.
"Ini Kak, buku yang Kakak minta" Rissa memberikan buku tersebut kepada Kevin dengan wajah tersenyum bahagia.
"Makasih ya Rissa" Kevin menerima buku tersebut dan membalas senyuman Rissa dengan mengelus kepala pacarnya itu. Kegiatan tersebut tak luput dari pandangan mata Tasya, tepat ketika Kevin mengelus rambut Rissa, Tasya langsung membuang pandangannya ke arah lain. Sakit! Itu yang dirasakan Tasya saat ini, tetapi dia tidak akan menunjukkan wajah sedihnya itu saat ini. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan menangis didalam kamarnya, dia tidak ingin berbagi kesedihannya dengan siapapun, termasuk keluarganya.
"Oh yaa Ris, gue udah mau balik nih. Soalnya gue masih ada urusan lain yang harus gue kerjain" Dengan segala keberaniannya, akhirnya kata-kata itu keluar juga. Dia ingin segera lepas dari situasi yang menyesakkan itu, bahkan dia tidak melirik sedikitpun kepada Kevin yang jelas berada didepannya. Rissa sontak melihat kearah sahabatnya itu dan merasa aneh dengan tingkah lakunya, sebab yang Rissa lihat dari Tasya ada sifat gelisahnya. Tetapi Rissa tidak akan bertanya sekarang, karena dia yakin ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.
"Yaudah kita balik barengan aja, kayanya Kak Kevin bawah mobil deh" Perkataan Rissa sukses membuat Tasya melongo, dia kehabisan kata-kata. Mau menolak ajakan sahabatnya sama saja dengan membuat dia tambah bersemangat untuk mengajaknya pulang bersama.
"Kak Kevin, bolehkan anterin Tasya dulu?" Pertanyaan Rissa menyadarkan Kevin dari lamunannya, sama halnya dengan Tasya Kevin juga tiba-tiba kehilangan kata-katanya. Setelah terdiam beberapa detik, akhirnya Kevin menjawab dengan menganggukkan kepalanya. Deg, semakin berpacu kuat jantungnya Tasya, padahal dia berharap Kevin menolak permintaan Rissa. Nampaknya dia hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Rissa.
Ketiganya berdiri dari duduknya dan langsung bergegas keluar dan menuju mobil Kevin setelah mereka membayar makanan yang mereka pesan tadi. Kevin udah makan ya guys, makanya dia ngga ditanya udah makan apa belum sama Rissa.😊
Setelah menaiki mobil, Kevin langsung tancap gas untuk mengantar Tasya. Sepanjang perjalanan hanya Rissa yang aktif berbicara, sedangkan Tasya dan juga Kevin hanya membalas ketika dirasa perkataan tersebut ditujukan kepada mereka. Dari kaca spion depan, Kevin mencuri-curi pandang pada Tasya yang duduk dibagian tengah dengan posisi menghadap keluar jendela, dia masih merasa terpukau dengan perubahan Tasya. Tak bisa dipungkiri bahwa dia juga masih sering merindukan Tasya. Dari petunjuk yang diberikan Rissa, akhirnya mereka tiba didepan gerbang rumah Tasya. Tasya langsung saja melepas seatbelt dan langsung turun, Kevin dan juga Rissa ikut turun.
"Makasih ya Riss, udah mau nganterin gue" Ucapan terimakasih dilayangkan Tasya kepada sahabatnya itu, dia enggan untuk bertegur dengan Kevin.
"Sama-sama sayangku" Balas Rissa sambil mencubit gemas hidung bangir Tasya.
"Udah gih balik sana, ntar dicariin nyokap baru tau rasa Lo" Kata Tasya yang sukses membuat Rissa tertawa cukup keras. Dan membalas dengan menganggukkan kepalanya saja. Sedangkan Kevin sendiri tidak tau harus berkata apa, karena mendapati perlakuan Tasya yang seperti tidak menganggap bahwa dia berada disitu juga. Setelah berpamitan kepada Tasya, Rissa langsung mengajak Kevin untuk pergi dari situ dan memintanya untuk mengantar balik dirinya.
"Yaudah Kak balik yuk, ntar keburu sore lagi" Kata Rissa kepada Kevin dan langsung masuk kedalam mobil dan bergegas untuk pulang.
Setelah kepergian dua sejoli tersebut, barulah Tasya bergegas masuk ke dalam rumah.
_To Be Continue_
Maaf ya readers jika ada kata-kata yang salah🙏🙏
sehat selalu ya😇
Setelah kepergian Rissa dan Kevin, Tasya buru-buru masuk kedalam rumahnya dengan wajah yang ditekuk, setelah mengucap salam, dia hendak menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Gelagatnya itu menarik perhatian orang rumah yang sedang bersantai ria di ruang keluarga, terutama ibunya. Tepat ketika Tasya akan menginjak anak tangga pertama, suara sang ibu yang memanggilnya membuat dia berbalik dan memasang senyum palsunya sebaik mungkin. Dia tidak ingin keluarganya tahu bahwa dia habis bertemu dengan orang yang paling berpengaruh pada waktu SMPnya dulu.
"Sya, kesini sebentar sayang" Panggil Diana sang mama kepada Tasya.
"Iya ma" Jawab Tasya dan langsung bergegas menuju ke tempat orangtua dan kakaknya Nathan berada, dia langsung duduk tepat disamping papanya.
"Kamu dari mana aja, kok jam segini baru pulang?" Tanya sang papa dengan suara lembut menatap kearah putrinya itu.
"Baru abis dari toko buku, terus habis itu ditraktir makan sama Rissa" Jawab Tasya dengan tersenyum lebar yang dipaksakan. Jika sudah berkumpul begini, dia akan terlihat ceria sekali, berbeda ketika dia masuk tadi, wajahnya ditekuk seperti menahan sesuatu.
"Tidak terjadi apa-apa kan sayang?" Kali ini pertanyaan mamanya, yang seakan mengerti dan tahu bahwa dia sedang dalam suasana hati yang tidak senang. Pertanyaan itu sukses membuat Tasya terdiam beberapa detik dan langsung menjawab pertanyaan mamanya dengan cepat.
"Ngga apa-apa kok mama sayang"
"Yaudah gih masuk sana terus beberes. Soalnya badan Lo bau tau" Bukan mama atau papa yang menjawab melainkan kakaknya Nathan dengan bergaya menutup hidungnya seolah-olah Tasya memang bau. Sontak mama dan papa hanya tertawa ketika melihat raut wajah Tasya yang cemberut ketika mendengar perkataan kakaknya itu, spontan saja dia mengambil bantal sofa yang sedang dipangku oleh sang papa dan melemparkannya kearah sang kakak.
"Apaan sih kak, kakak kali yang bau. Aku itu biar ngga mandi seharipun tetap wangi, ngga kaya kakak tuh. Wlee" Balas Tasya kepada sang kakak dengan menjulurkan lidahnya, dan hal itu sukses membuat Nathan balik melempar bantal sofa kearah adiknya.
"Sudah-sudah, Tasya masuk ke kamar gih, terus beberes biar adem" Kata mamanya sambil tersenyum kearah putrinya.
"Iya ma" Jawab Tasya sekenanya dan langsung bergegas ke kamarnya. Sesampainya didalam kamar, Tasya langsung bergegas ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah selesai beberes, Tasya langsung merebahkan dirinya diatas kasur empuknya. Tiba-tiba dia kembali teringat pertemuannya dengan Kevin, mengingat perlakuan Kevin kepada Rissa bahkan nada bicaranya yang kelewat lembut, membuat hati Tasya berdenyut nyeri. Ada rasa tak rela dihati Tasya ketika mengingat kejadian tadi, tangan lembut yang dulu selalu dia genggam kini telah berada digenggaman orang lain, mengingat kisah mereka waktu SMP membuat dia seketika meneteskan air matanya.
Flashback on
Pagi sekitar jam 7.03 Kevin sudah siap didepan rumah Tasya, dia menunggu princessnya itu agar bisa berangkat ke sekolah bersama. Tak berselang lama Tasya keluar dengan pakaian rapi ala sekolahan, Kevin menyambutnya dengan tersenyum lebar dan dibalas juga oleh Tasya.
Tanpa sepengetahuan siapapun, ternyata dihari itu, merupakan hari terakhir Kevin dan Tasya bertemu bahkan saling bergenggaman tangan.
"Udah dari tadi ya Kak?" Tanya Tasya dengan wajah polosnya.
"Belum terlalu lama Sya, baru berapa menitan kok" Jawab Kevin dengan wajah sumringahnya.
Setelah berpamitan kepada orangtuanya, Tasya dan Kevin mulai berjalan menuju sekolah mereka. Yap, sekolah mereka tidak terlalu jauh, berjalan sekitar 10 menit saja sudah sampai. Sepanjang perjalanan ke sekolah, Kevin tak pernah melepaskan tangan Tasya yang berada di genggamannya, bahkan Tasya sampai tersipu, padahal mereka sudah berulang kali saling berpegangan tangan.
"Ya ampun nih muka semakin menggemaskan aja yaa" Kata Kevin dan langsung mencubit pipi chubby Tasya yang semakin merona itu.
"Udah kak, nanti dilihatin orang-orang tau" Tasya mengatakan itu sambil membuang pandangannya ke arah lain.
"Biar aja dilihatin, pagi-pagi udah gemesin kayak gini" Kata kevin sambil menurunkan tangannya dari pipi Tasya.
"Sya,,jangan pernah lepasin genggaman ini ya?" Lanjut Kevin setelah menggenggam kembali tangan Tasya.
"Aku gak akan ngelepasin genggaman ini, karena genggaman ini sangat berarti buat aku" Balas Tasya dengan tersenyum hangat ke arah Kevin.
Bagai bunga ditanah tandus yang disirami air, segar dan adem hati Kevin ketika mendengar jawaban Tasya. Tak lama setelah itu, Kevin kembali mengajak Tasya berjalan agar mereka segera sampai ke arah sekolah.
Flashback off
"Haah" Tasya membuang nafasnya dengan gusar, ketika mengingat kenangannya dulu dengan Kevin, dan dia juga menyeka air matanya.
"Udah cukup Sya, Lo sekarang ini bukan siapa-siapanya dia" Tekan Tasya pada dirinya sendiri. Dia ingat bahwa Kevin yang sekarang adalah milik dari sahabatnya sendiri, dia tidak akan mungkin menjadi orang ketiga didalam hubungan keduanya. Dia cukup sadar diri dengan posisinya sekarang, dan dia tidak ingin hubungannya dulu dengan Kevin diketahui oleh sahabatnya itu. Dia sudah membayangkan apa yang akan terjadi ketika sahabatnya itu sampai tahu, dan dia bertekad tidak akan memberitahu masa lalunya itu kepada Rissa. Terlalu mengingat dan menerka-nerka, lantas membuat Tasya tiba-tiba ketiduran hingga menjelang malam. Tepat jam 18.10 Nathan sang kakak masuk kedalam kamar Tasya untuk membangunkan adiknya yang kalau tidurnya itu susah dibangunin. Dengan jahilnya, Nathan mencapit dan menahan hidung adiknya, sehingga Tasya mengalami sesak napas dan segera membuka matanya guna melihat apa yang terjadi. Melihat adiknya sudah mulai membuka matanya, Nathan segera melepas tangannya dari hidung sang adik. Tasya sedang mengumpulkan nyawanya tepat ketika sang kakak membuka suara.
"Tidurnya kebo, giliran dijahilin baru marah-marah untung sayang, kalau ngga.. "
"Kalau ngga apaan kak? Mau ngelakuin apa lagi?" Balas Tasya melihat kakaknya itu dengan wajah sebalnya ketika sudah bangun dari tidurnya.
"Kalau ngga ya gue hanyutin noh dikolam renang" Kata Nathan dan langsung tertawa ketika melihat raut wajah adiknya yang cemberut tetapi baginya itu sangat menggemaskan dan spontan dia langsung mencubit kedua pipi chubby adiknya. Tasya berusaha melepas tangan sang kakak dari pipinya itu, masih dengan wajah cemberutnya.
"Ishhh kak Nathan tu nyebelin, males ah ngomong sama kak Nathan, mau cari kakak baru aja deh kalau gitu" Jawab Tasya dengan balik menjahili kakaknya itu. Sontak saja Nathan melepas tangannya dari pipi chubby sang adik dan membalas perkataan Tasya dengan balik menjahili adiknya itu.
"Yaudah sana cari aja kakak baru, kan kakak masih bisa minta adek baru sama mama dan papa"
"Ngga boleh, adiknya kak Nathan itu aku doang, jangan ada adik baru lagi" Tasya langsung menjawab dengan cepat perkataan kakaknya itu, dia tidak ingin kakaknya itu mencari adik baru. Cukup dia saja, karena bagi dia Nathan adalah kakak yang paling dia sayangi, meski terkadang suka menjahilinya. Nathan malah tertawa ketika mendengar kata-kata adiknya itu, dia langsung menarik adiknya itu kedalam pelukannya dan memeluk adiknya dengan penuh sayang. Keduanya benar-benar saling menyayangi, setelah pelukan terlepas, Nathan langsung mengusap kepala sang adik.
"Cuci muka gih, setelah itu turun kebawa bentar lagi makan malam" Kata Nathan pada sang adik. Dan Tasya hanya menganggukkan kepalanya pertanda dia mengiyakan perkataan kakaknya itu.
Setelah mencuci wajahnya, Tasya bergegas turun ke ruang keluarga, di sana dia mendapati sang kakak sedang anteng menonton TV sedangkan sang mama berada di dapur bersama bibi untuk menyiapkan makan malam. Tasya sendiri langsung mengambil posisi duduk tepat disamping sang kakak dan ikut nonton bersama. Tepat jam 20.15 makanan telah tersedia di meja makan, mama menyuruh Tasya untuk memanggil papa diruang kerjanya, sementara Nathan sendiri sudah anteng di meja makan sambil menunggu papa dan adiknya itu, suasana hening di meja makan yang terdengar hanya suara sendok dan juga piring. Seusai makan, Tasya langsung bergegas ke kamarnya, dia ingin mengerjakan tugas sekolahnya. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.05 Tasya sudah merasakan kantuk yang menderanya, dia segera merapikan meja belajarnya dan bergegas untuk naik keatas kasur. Kebiasaan Tasya ketika akan tidur adalah mengingat hal-hal yang berkaitan dengan Kevin, baik itu pertemuan yang baru terjadi tadi siang ataupun yang sudah berlalu, sehingga hal itulah yang memicu kenapa dia susah sekali untuk melupakan masa lalunya itu. Tetapi untuk sekarang ini, situasinya telah berubah, dan dia mendapati kenyataan bahwa Kevin yang sekarang adalah milik seseorang, dan seseorang itu adalah sahabatnya sendiri. Dia sudah bertekad bahwa mulai sekarang dia harus bisa melupakan Kevin meskipun dia tau bahwa melupakan seseorang yang begitu berpengaruh buat hidup dia membutuhkan ekstra full tenaga, tetapi namanya usaha pasti ada hasilnya meskipun tingkat keberhasilannya sangat kecil. Memikirkan itu semua tiba-tiba, membuat Tasya menjadi teringat akan sahabatnya itu dan ingin menghubunginya, tetapi ketika melihat jam sudah menunjuk angka 23.08 dia mengurungkan niatnya dan akan menelfon nya besok pagi saja atau nanti bisa ketemu disekolah.
See you next part😊
Maaf ya kalau novel aku rada-rada ngebosenin. Jangan sungkan untuk ngasih saran juga masukan ke aku yaa🙏🙏
Setelah berpamitan pada kedua orangtuanya, Nathan segera melajukan motornya kearah sekolah Tasya terlebih dahulu untuk mengantar adiknya itu.
"Oh ya Sya nanti pulang sekolah kamu balik sendiri ngga apa-apa kan? Kakak masih ada jadwal MatKul soalnya" Tanya Nathan tepat ketika Tasya sudah turun dari motor sang kakak.
"Iya kak ngga apa-apa. Aku bisa balik sendiri, emang aku anak kecil apa?!"
Perkataan itu membuat Nathan tertawa sambil mengusap kepala adiknya itu.
"Hahaha, iya deh iya adek besar" Goda Nathan kepada Tasya.
"Ishh kak Nathan nyebelin, udah ah aku mau masuk dulu, takut telat" Kata Tasya sambil menyerahkan helmnya kepada Nathan.
"Belajar yang bener biar tambah pinter" Balas Nathan, setelah itu dia bergegas menuju ke kampusnya.
Baru beberapa langkah Tasya berjalan, ada suara yang memanggilnya dan membuat dia otomatis berbalik dan melihat orang tersebut.
"Nathasya Putri Danegar" Panggil Rissa sambil berjalan dengan langkah cepat menuju kearah sahabatnya itu.
"Lengkap banget mbak manggil nama aku" Sentak Tasya dengan wajah cengonya, tepat ketika Rissa sudah berhadapan dengannya. Rissa hanya menjawabnya dengan wajah acuh tak acuhnya. Bodoh amatlah, pikir Rissa.
"Udah yuk masuk, ntar kita dikira telat lagi" Rissa berkata sambil menggandeng tangan Tasya untuk segera menuju ke kelas masing-masing.
"Sya makasih banyak ya sekali lagi, kemarin udah nemenin aku ke toko bukunya" Rissa membuka suara tepat ketika mereka berdua telah sampai didalam gedung sekolah.
"Ngga usah sungkan sama aku, kalau butuh bantuan bilang aja, tapi jangan lupa sama traktirannya" Balas Tasya tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya yang rapi.
"Bisa pusing aku kalau ngga ngasih makan ke kamu" Rissa mengatakan itu dengan wajah meledeknya.
"Aku kalau ngga makan itu bisa-bisa nih sekolah rata sama tanah" Balas Tasya dengan tampang polosnya, dan hal itu membuat Rissa hanya bisa geleng-geleng kepala.
Tak terasa ternyata mereka sudah sampai di depan kelas Rissa.
"Ntar kita ke kantin bareng ya, tunggu aku di depan kelas aja" Kata Tasya kepada Rissa.
"Siap ibu Nathasya Putri Danegar" Balas Rissa sambil tersenyum kearah Tasya.
"Yaudah kalau gitu, aku langsung ke kelas aku dulu. Sampai ketemu ntar pas istirahat" Setelah mengatakan itu, Tasya langsng bergegas menuju ke kelasnya. Begitu juga dengan Rissa, dia pun bergegas masuk kedalam kelasnya karena sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.
Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi, anak-anak baru mulai merasa lega ketika guru pelajaran telah keluar dari ruang kelas, tak jauh berbeda dengan Tasya dan Rissa. Tasya langsung memasukkan buku pelajarannya didalam tas dan bergegas ke kelas Rissa.
"Baaa" Tasya mengagetkan sahabatnya itu lantaran dia terlalu fokus dengan handphonenya.
"Aaaaa mie goreng panas-panas" Kaget Rissa dengan tampang lucunya. Dan hal itu sukses membuat Tasya tertawa sambil menahan perutnya. Selepas tertawa puas, barulah dia bertanya sambil menunjukkan wajah tak bersalahnya itu.
"Kamu ngga apa-apakan Riss?" Tanya Tasya
"Wahh parah banget sih kamu jadi orang" Balas Rissa dengan wajah sebalnya.
"Makanya jangan terlalu fokus sama handphonenya mbak, sahabat datang aja ngga nyadar" Kata Tasya lagi.
"Yeee aku itu lagi serius chattan ama mas pacar nih" Rissa menjawabnya dan langsung merubah raut wajah menjadi senyum malu-malunya.
Deg
Deg
Ada rasa sakit yang menjalar direlung hatinya, dan wajah Tasya tiba-tiba menjadi murung, hanya beberapa detik saja Tasya sudah merubah kembali raut wajahnya itu, dia tidak ingin Rissa melihat perubahan wajahnya itu. Tak ingin merespon perkataan Rissa, Tasya langsung mengajak sahabatnya itu untuk segera ke kantin.
"Ke kantin yuk, ntar udah mau masuk lagi"
"Oh iya sampai lupa aku" Balas Rissa. Setelah itu keduanya langsung menuju kantin.
Setibanya dikantin, keduanya langsung memesan mie ayam. Setelah pesanan mereka jadi, keduanya langsung mencari tempat duduk yang berada di dekat jendela. Setelah keduanya duduk, tanpa basa-basi keduanya langsung memakan mie ayam hingga tandas. Tak lupa juga keduanya minum es jeruk sebagai pelepas dahaga.
"Sya, menurut kamu pacar aku ganteng ngga?" Setelah jeda beberapa saat, akhirnya Rissa mulai membuka pembicaraan.
"Perlu banget ya pertanyaan itu harus aku jawab?" Bukannya menjawab, Tasya malah balik bertanya.
"Kamu itu sahabat yang aku percaya, sahabat yang selalu mendukung apapun yang aku inginkan, dan selalu menjadi tempat mengaduh yang tepat. Memang baru kemarin kamu ketemu sama pacar aku, tapi dari kemarin tuh yaa aku penasaran banget sama sikap kamu yang kelihatan gelisah gitu" Balas Rissa sekaligus menanyakan perihal kemarin.
Deg,,,
Bagai ditusuk jarum, Tasya merasakan nyeri di hatinya tatkala mendengar perkataan sahabatnya itu. Tapi sebisa mungkin Tasya menjawab dengan menunjukkan senyum terbaiknya.
"Kan aku udah bilang kemarin, aku tuh masih ada urusan dirumah yang perlu dikerjain, makanya aku kaya kelihatan gelisah gitu" Meski sedikit gugup menjawab pertanyaan Rissa, Tasya berhasil mengalihkan itu dengan senyum manisnya, senyum yang menyimpan rasa sakit dengan rapi itu.
"Kamu ngga sedang bohongin aku kan?" Balas Rissa dengan cepat.
"Sejak kapan aku bohongin kamu? Kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu percaya sama aku" Pungkas Tasya langsung, karena tidak ingin sahabatnya itu semakin curiga dengannya.
"Baiklah kalau memang begitu. Jadi menurut kamu, pacar aku ganteng gak?" Rissa malah bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama. Tasya hanya memutar bola matanya malas dan menjawab sekenanya saja.
"Ya gantengnya melebihi artis Jefri Nichol" Dengan nada malas Tasya menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu.
"Jangan ngawur juga kali jawabannya Sya" Balas Rissa dengan mencubit pipi chubby sahabatnya.
Setelah membayar makanan, keduanya kembali berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke kelas mereka masing-masing.
"Tasya" Panggil seseorang yang tampaknya baru saja dari kantin juga.
Kedua sahabat itu spontan berbalik secara bersamaan dan melihat siapa orang yang sudah memanggil nama salah satu diantara keduanya.
"Kak Biel" Balas Tasya.
"Hai Sya, hai juga Rissa" Setelah berhadapan langsung dengan kedua orang itu, Gabriel langsung saja menyapa keduanya dengan tersenyum manis yang membuat siapa saja pasti langsung meleleh ketika melihat senyum manis itu.
"Hai juga kak Biel" Jawab kedua anak hawa tersebut membalas sapaan hangat dari kakak kelasnya itu.
"Sya, selepas pulang sekolah, bisa nemenin aku ke toko buku ngga?" Pertanyaan itu dilayangkan langsung oleh Gabriel kepada adik kelasnya itu sekaligus orang yang dia sukai.
"Boleh banget kak, kebetulan hari ini dia ngga ada ekskul tambahan dan juga dia ngga dijemput sama kakaknya" Jawab Rissa dengan cepat, sembari melirik Tasya yang menunjukkan wajah bingungnya. Rissa tahu kalau Gabriel itu sebenarnya suka dengan sahabatnya, tapi Tasya saja yang kurang peka. Makanya itu Rissa pikir ini kesempatan yang pas,agar Gabriel bisa berduaan dengan Tasya.
"Gimana Sya? Maukan?" Gabriel lanjut bertanya kepada Tasya sambil memasang wajah memelasnya.
Tasya menjadi bingung sendiri, ingin menolak tapi tak enak hati, apalagi tadi sahabatnya juga sudah memberitahukan bahwa hari ini dia tidak ada ekskul tambahan dan juga tidak bisa dijemput oleh sang kakak. Dengan wajah bingungnya, Tasya menjawab pertanyaan Gabriel dengan sopan, dan itu sukses membuat senyum Gabriel dan Rissa semakin lebar.
"Iya kak Biel, boleh kog" Jawab Tasya dengan balik tersenyum kearah Gabriel.
"Yaudah ntar aku tungguin di parkiran ya Sya. Atau mau aku jemput dikelas juga?" Lanjut Gabriel sambil menggoda Tasya.
"Enggak perlu kak Biel, aku bisa ke parkiran kog" Balas Tasya dengan membuang pandangannya kearah lain, sebab Gabriel menatapnya dengan dalam. Dan kegiatan itu tak luput dari pandangan Rissa yang tiba-tiba tersenyum geli melihat tingkah sahabatnya itu.
"Yaudah aku tungguin diparkiran aja. Balik sana gih ke kelas, sampai ketemu selepas pulang sekolah ya Sya" Gabriel mengatakan itu sambil mengusap sayang kepala Tasya dan segera berlalu dari hadapan kedua adik kelasnya itu.
"Ciee, kayanya ada yang mau jadian nihh" Goda Rissa setelah mereka lanjut berjalan kearah kelas masing-masing.
"Apaan sihh Riss, jangan mulai ngadi-ngadi deh kamu" Balas Tasya dengan wajah cemberutnya. Dan hal itu membuat Rissa kembali mencubit pipi chubby sahabatnya itu.
"Jangan lupa ya kalau udah jadian nanti, pokoknya kamu harus traktir aku" Perkataan Rissa membuat Tasya langsung menoleh kearah sahabatnya itu dan mendorong pelan kepalanya sambil mengatakan satu kata yang membuat Rissa tertawa.
"Ogah.!"
Jam pelajaran berlanjut, Tasya dan Rissa sudah berada di dalam kelasnya masing-masing. Semua kembali fokus dengan pelajarannya, berbeda dengan seseorang yang sedang senyam-senyum tak jelas selama jam pelajaran terakhir. Yapp orang itu adalah Gabriel. Dia jadi teringat pertemuannya tadi dengannya gadis yang disukainya sejak awal melihatnya di kegiatan MOS. Dia jadi tidak sabar ingin segera bertemu kembali dengan gadis pujaannya itu.
Sampai jumpa di part selanjutnya ya guys🥰
Maaf ya kalau masih ada kata yang salah🙏
Saran dan masukan dari kalian sangat diperlukan🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!