Aceh, 25 Desember 2004.
Alleyah Salsabilah, Seorang Putri tunggal dari pengusaha ternama di kota Jakarta sempat mengalami kecelakaan, ketika satu bulan setelah melahirkan dan bertahun-tahun menanti donor mata yang tepat. Akhirnya Alleyah mendapatkan pendonor mata yang cocok lalu melakukan operasi.
Namun dihari Alleyah membuka perban nya sang suami tidak hadir karena alasan urusan bisnis. Alleyah yang merasakan perubahan sikap sang suami selama satu tahun terakhir memutuskan untuk tetap berpura-pura buta.
Sepulangnya Alleyah dari rumah sakit, Alleyah masih berpura-pura buta dihadapan orang tua, dan anak semata wayang nya Hanna. Alleyah ingin membuktikan kebenaran firasatnya meminta kepada ayahnya tentang perjalanan bisnis suaminya yang ternyata ke Aceh.
Keesokan harinya Alleyah yang telah mengetahui di hotel mana sang suami menginap berangkat ke Aceh.
Tiba di sebuah hotel, Alleyah terpaksa menggunakan busana muslim dan mengenakan cadar demi menutupi jati dirinya. Ya, Alleyah melakukan penyamaran ke Aceh untuk mengikuti suami nya. Hari ini adalah hari ketiga Alleyah di Banda Aceh. Alleyah memang sudah mencurigai suaminya berselingkuh, kepergiannya ke Banda Aceh dengan niat untuk mengumpulkan bukti-bukti bahwa suami nya berselingkuh agar kelak ketika Alleyah dan Rangga bercerai hak asuh Hanna jatuh pada Alleyah.
Karena ketika Alleyah berbicara kepada pengacara nya tentang kecurigaan suaminya yang ada main dibelakang nya selama ia mengalami kebutaan, sang pengacara meminta untuk semua buktinya lengkap agar hak asuh Hanna jatuh pada Alleyah.
Maka dari itu Alleyah berusaha menutupi kabar bahagia bahwa ia bisa melihat kembali dari keluarga nya dan diam-diam menyusul suami yang diyakini Alleyah bukan perjalanan bisnis namun ada main dengan wanita lain.
Tampak Rangga yang bergaya smart casual mengenakan blazer yang berbahan katun dan linen serta berwarna cokelat dan kaos putih didalamnya sedang berjalan menuju sebuah restoran.
Tampak seorang perempuan cantik, berhidung mancung dengan rambut bergaya Wavy Long Hair dan berwarna coklat sedang duduk di meja paling sudut dan melambaikan tangan ke arah Rangga.
Alleyah dengan tenang berjalan mengikuti Rangga dan memilih tempat duduk yang bisa mengamati sang suami yang sedang bertemu seorang wanita. Terlihat Rangga memeluk dan mencium Wanita berambut coklat itu dengan intens dan duduk disebelah perempuan itu.
Setelah memesan menu pada pelayan Tampak Rangga dan wanita berambut coklat itu menikmati hidangannya dan saling suap sambil bercengkrama. Beruntung Alleyah memilih meja tidak jauh dari meja suaminya sehingga Alleyah bisa mengabadikan kegiatan suaminya dengan wanita selingkuhannya itu dan mendengar obrolan mereka.
Seketika Hati Alleyah panas, darahnya seakan mendidih karena berkali-kali Rangga membelai wajah wanita itu. Tanpa Alleyah sadari dia meremas daftar menu yang diberikan pelayan kepadanya.
“Sayang ... besok pagi kita harus pulang kasihan Bintang kalau lama-lama ditinggal.” Ucap perempuan berambut coklat itu dengan suara yang setengah merengek.
“Iya, mas tidak bisa lama-lama juga sekarang melakukan perjalanan dinas. Alleyah sekarang sepertinya mencurigai mas. Bahkan terlihat dia sekarang sering mengecek pengeluaran dari kartu debit dan kredit ku. Untung kita sudah buat kartu baru pakai nama kamu jadi dia tidak akan tahu atau curiga sayang ....”
“Lalu kapan kamu akan menceraikan dia mas .... Aku tidak mau menjadi istri siri mu mas. Aku ingin menjadi istri sah mu secara hukum”
“Sabar lah. Mas sedang mencari cara agar Saham perusahaan mertua ku jatuh lalu bisa membeli nya, sehingga ketika perusahaannya bangkrut kita tinggal mengakuisisinya menjadi milik kita.”
“Benar ya mas.... Dan satu lagi... Jangan lupa pakai pengamanan ya ketika kamu sedang bersama istri mu itu. Aku tidak mau jika kalian punya anak lagi menambah repot perpisahan kalian.”
“Tenang saja sayang dia selalu mencatat masa suburnya sehingga aku selalu berusaha pulang setelah dia tidur ketika masa suburnya.” Terlihat Rangga kembali membelai wanita berambut coklat itu.
Mata Alleyah seketika memerah dan terasa panas beruntung kacamata hitamnya mampu menutupi tetes demi tetes air mata yang mengalir di pipinya.
“Tega kamu mas .... Kupikir kamu hanya berselingkuh. Ternyata kamu malah sudah menikahi perempuan itu. Aku mencintai kamu dengan sepenuh hati. Bahkan disaat dulu kedua orang tua ku menolak mu, aku bersikeras meyakinkan mereka dan kini setelah usia pernikahan kita hampir 8 tahun kamu menghianati aku mas.” Gumam Alleyah dalam hati.
Namun tetap fokus dengan kamera tersembunyi yang dia letakan disebuah tas yang masih mengarah dan merekam kegiatan sang suami bersama istri sirinya.
Setelah cukup lama Rangga dan Wanita itu pergi meninggalkan kan restoran itu dan berjalan memasuki lift menuju lantai 6. Dengan cepat Alleyah mengikuti mereka masuk kedalam lift. Alleyah yang kini berada dibelakang mereka bertambah merasa jijik kepada suami nya, melihat mereka dengan tanpa rasa malu bermesraan di dalam lift dimana ada perempuan berhijab di belakang mereka.
Bahkan ketika akan keluar dari lift terlihat Wanita simpanan Rangga memandang sinis ke arah Alleyah, yang mungkin terlihat aneh bagi mereka dengan pakaian hitam dan tertutup semua. Karena Alleyah mengenakan pakaian gamis dan cadar serta kacamata hitam.
Dan ternyata mereka masuk kedalam sebuah kamar Presidential Suite dihotel itu. Alleyah hanya bisa mengambil beberapa gambar sebelum suami dan simpanannya menghilang dibalik pintu hotel itu.
Alleyah tampak menghubungi seseorang setelah berjalan meninggalkan hotel itu. Menuju hotel yang dia tempati selama beberapa hari di Aceh.
“Halo... Margaretha. Tolong siapkan gugatan perceraian saya, saya sudah punya bukti yang kamu minta. Besok pagi kita bertemu dikantor mu” Alleyah kini sudah berada di dalam taksi dan tak kuasa menahan rasa sesak didadanya dari tadi dia menangis sejadi-jadi nya didalam taksi tersebut dan mengabaikan pertanyaan sopir taksi kemana tujuannya.
Hatinya begitu hancur disaat Putrinya baru berusia 6 tahun tetapi suami nya telah berpaling kepada wanita lain bahkan telah menikah secara siri.
Bagaimana tidak kecewa hati seorang istri yang diawal pernikahan nya berjuang meyakinkan Dady nya untuk memberikan jabatan sebagai direktur utama di perusahaan yang selama ini ia pimpin, dia rela menjadi ibu rumah tangga agar suami nya memiliki wibawa di luar sana bahwa dia yang mencari nafkah bukan istrinya.
Namun beruntung secara notaris kepemilikan saham dan perusahaan masih atas nama Alleyah setidaknya Alleyah tidak kehilangan apa yang telah orang tuanya rintis sedari dia kecil.
***
Aceh, 26 Desember 2004
Pukul 06.15 Alleyah Telah berada di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda untuk kembali ke Jakarta. Dia harus kembali lebih dulu sebelum suaminya. Tampak suasana bandara cukup lengang. Tampak Alleyah sedang duduk di sebuah sofa berbalut bludru dan berwarna merah di boarding room.
Ada rasa sakit dalam hati Alleyah bahkan setelah 3 hari di Aceh sang suami hanya menelpon nya satu kali itu pun ketika sang suami berada dipelukan selingkuhannya yang tepat Alleyah pun berada tak jauh dari suaminya berada.
Alleyah menelpon pembantu nya dirumah untuk menitipkan Hanna karena pagi ini setelah tiba dari Aceh dia akan langsung menemui Margaretha untuk mengurus berkas tuntutan perceraian nya.
“ Bik .... Hanna sekolah bik?”
“Iya Non, Non jadi pulang hari ini? Non Hanna dari kemarin nanya terus kapan mommy nya pulang dari Surabaya”
“Iya bik pagi ini saya pulang. Nih lagi di bandara nunggu berangkat... Bik....” cukup lama Alleyah terdiam meneruskan kalimatnya, ada perasaan rindu dan sekelebat rasa sedih.
“Non... Non baik-baik saja kan? Semalam bibik mimpi non sakit." Bik Iyah menceritakan apa yang dirasakan pada Alleyah.
“Baik-baik saja kok bik. Alleyah mau titip Hanna ya bik. Tolong jaga Hanna sampai Alleyah pulang”.
“Non.. jangan bilang kayak gitu, Lah kayak mau pergi jauh dan lama saja.... insyaallah bibik akan jaga dan rawat Non Hanna sama kayak bibik rawat Non Alleyah waktu kecil”
“Ya sudah bik pesawat nya mau berangkat, saya tutup dulu ya bik. Terima kasih selalu ada buat Alleyah dari dulu sampai sekarang”
“Iya non. Cepat pulang”
Alleyah menarik napas dalam ketika menutup panggilan nya pada bik Iyah. Pembantu sedari kecil yang merawat dan menemaninya selama orang tuanya sibuk bekerja. Bahkan setelah menikah Alleyah tetap meminta bik Iyah ikut bersamanya walau ada beberapa ART lain dirumahnya.
Alleyah berjalan keluar dari boarding room menuju pesawat namun tiba-tiba setelah mendekat ke pesawat terlihat banyak orang berteriak dari dalam bandara dan berhamburan keluar menuju lapangan tempat landas dan take off pesawat.
Terasa getaran gempa yang cukup kuat bahkan di lapangan luas itu pun cukup terasa getaran gempa tersebut. Tidak lama terlihat beberapa mobil menabrak pagar pembatas bandara dan berhenti sejenak mengajak kami untuk naik seraya orang di dalam nya berteriak.
“Ayo.... Cepat... Naik... Ombak besar sedang mengarah kemari!”
Alleyah melihat kearah yang ditunjuk oleh orang-orang yang berada di beberapa mobil dan betul yang dikatakan orang tadi dan terlihat sebuah ombak yang sangat tinggi. Alleyah dengan cepat melepas sepatu high heels nya dan berlari kearah kendaraan yang tadi sejenak berhenti namun mulai berjalan menuju sebuah hutan yang terlihat seperti bukit tidak jauh dari bandara itu.
Beruntung ada seorang laki-laki paruh baya menaiki motor yang terlihat sangat tidak layak pakai yang berknalpot bising berhenti dan tanpa berkata apa-apa Alleyah cepat melompat dan menaiki motor itu. Beruntung hari ini ia tidak mengenakan baju penyamaran nya seperti hari-hari sebelumnya karena jika tidak akan sulit untuk berlari dan melompat dengan mengenakan gamis seperti kemarin.
Alleyah menoleh kebelakang ada rasa takut yang begitu besar seketika bayangan putri semata wayang nya muncul di pelupuk matanya, dia menangis histeris menyebut nama Hanna. Namun kecepatan motor tua yang ia tumpangi bersama pria paruh baya ini ternyata tak mampu lebih dulu sampai di bukit. Mereka diseret oleh ombak yang begitu besar dan kencang bahkan 2 mobil yang lebih dulu di depan mereka ikut terseret oleh ombak itu.
Alleyah terombang-ambing dan mencoba menggapai sebuah kayu untuk berpegangan namun beberapa detik setelah itu gelombang kedua datang. Seketika tubuh Alleyah yang sudah mulai tak bertenaga kembali terbawa arus.
Dan tiba-tiba kaki nya tersangkut sesuatu sehingga membuatnya hampir tenggelam namun Alleyah masih berusaha untuk menyelamatkan diri dari keganasan ombak ini. Berhasil mengeluarkan kakinya yang tersangkut dan merasa sakit teramat yang berasal dari kaki kirinya membuat tubuhnya kian lemah.
Alleyah kembali berpegangan kepada sebuah pohon kelapa yang tumbang, seolah ombak ini sedang menunjukan amarah dan keganasan nya pada Alleyah kepala nya terbentur sesuatu yang amat keras dan membuat nya memejamkan mata dan menyebut nama Putri nya.
“Han- Na ....”
Tampak di depan mansion Rangga berjejer pria berpakaian jas rapi dan dan serba hitam dan beberapa mobil yang terparkir di depan mansion nya menyatakan bahwa sedang banyaknya tamu di mansion yang biasa terlihat lengang dan tenang itu.
Ternyata Selama hampir 4 bulan pasca hilangnya Alleyah di tengah bencana Tsunami membuat orang tuanya mempertanyakan perihal pergi nya Alleyah ke Aceh secara terpisah dari Rangga dan pengakuan Margaretha yang menyatakan bahwa tepat pada hari bencana itu Alleyah menelpon dirinya untuk menyiapkan berkas gugatan cerai karena dia telah mengumpulkan bukti perselingkuhan Rangga.
“Katakan apa yang terjadi antara kamu dan Alleyah!. Bagaimana kalian bisa pergi ke Aceh namun tidak satu pesawat Rangga?” Suara bariton dan khas lelaki tua berusia 65 tahun terdengar cukup dingin dan tatapan tajam pun terlihat dari bola mata pria bernama Daminson itu. Ya Pria paruh baya itu adalah ayah dari Alleyah yang menghilang setelah kejadian bencana Tsunami di Aceh beberapa bulan yang lalu.
“Aa... aku tidak tahu jika Alleyah juga pergi ke Aceh Dad, karena dia menelpon ku ketika aku tiba di Aceh. Dia meminta ijin ke Surabaya untuk menghadiri pesta pernikahan teman kuliah nya bukan ke Aceh.” Rangga tampak gugup menjawab pertanyaan tuan Daminson, karena Rangga sadar betul watak mertua nya itu kepada siapa saja yang membuatnya marah apalagi mengusik orang-orang yang ia cintai.
Dan dari penyelidikan bahwa Alleyah ditemukan dalam daftar penumpang yang akan pulang ke Jakarta pada jam 8 pagi hari, hingga dinyatakan hilang sampai hari ini. Rangga pun tak habis pikir bagaimana istrinya yang buta bisa mengikuti nya tanpa dia ketahui.
Namun dalam hati Rangga merasa bahagia karena Alleyah menghilang setelah mengetahui kelakuan nya main gila dengan rekan bisnis hingga telah menikah siri. Bahkan Rangga berharap Alleyah tidak pernah kembali dan dinyatakan meninggal dunia.
Betul-betul suami yang berhati bejat. Disaat dulu dia bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa, bahkan dirinya hanyalah anak panti asuhan yang dimana tuan Daminson merupakan donatur tetap di panti asuhan itu.
“Maaf tuan Rangga tetapi satu hari kepulangannya ke Jakarta dia menelpon bahwa dia telah mengumpulkan bukti-bukti bahwa anda berselingkuh bahkan kecurigaan Nyonya Alleyah sudah satu tahun ini.”
Suasana seketika hening dan Rangga pun berkeringat dingin mendengar penuturan dari pengacara istrinya yang baru 2 tahun ditunjuk oleh istrinya untuk menjadi pengacaranya setiap ada masalah dengan berita-berita miring.
“Rangga! Katakan apa yang Margaretha katakan itu tidak benar!.” Bentakan dari tuan Daminson membuat ruang keluarga di mansion Rangga mencekam bahkan beberapa Art yang melintas merasa gemetar.
“No dad, that’s not true. Margareth
a lied... she was only taking advantage of this incident. He tried several times to tease me but I refused to this day he said that crazy thing!” Rangga menatap tajam penuh kebencian pada Margaretha.
(Tidak ayah, itu tidak benar. Margaretha berbohong... dia hanya mengambil keuntungan dengan kejadian ini. Dia mencoba beberapa kali menggoda ku namun aku menolak nya hingga hari ini dia mengatakan hal gila itu)
Rangga memandang Margaretha dengan tatapan hina dan memicingkan matanya.
“Hhh.... Saya sudah mengerahkan orang-orang saya untuk menemukan Alleyah di Aceh. Dan kamu Rangga selama Alleyah tidak ada maka semua yang berkaitan dengan perusahaan harus melalui saya sebagai pemiliknya. Ingat aku tidak akan memberikan kamu sepeser pun dari harta ku jika kau berani menyakiti apalagi mengkhianati putri ku. Sebagaimana kau datang dalam hidup putri ku maka seperti itulah aku akan membuat mu pergi.”
Tuan Daminson menarik napas dalam berusaha menahan emosi terdengar dari nada suaranya.
Ia mengingat saat akan menikah dengan putrinya Rangga hanya memberikan 10 gram mas Antam dan hanya membawa satu koper pakaian. Tetapi rasa cinta nya pada putri tunggalnya membuat ia berdamai untuk menerima Rangga menjadi menantu nya walau ia dan istri meragukan Rangga.
Karena mereka merasakan bahwa Rangga hanya mencintai harta Alleyah bukan mencintai karena ketulusan.
Pernyataan tuan Daminson barusan membuat Rangga cukup kesal karena dia merasa masih tidak dianggap dan tidak dipercaya oleh mertuanya. Bahkan hampir 8 tahun ia memimpin perusahaan itu. Dia hanya dianggap bekerja bukan pemilik.
Tidak lama tampak tuan Daminson meninggalkan mansion Rangga. Namun tidak dengan Margaretha. Wanita berambut keriting dan berkacamata itu terlihat menahan amarah nya pada Rangga sedari tadi karena rasa hormat nya pada tuan Daminson, karena Margaretha pun sama nasibnya seperti Rangga.
Ia adalah ank panti yang diberikan beasiswa hingga setelah lulus Alleyah memintanya bekerja menjadi salah satu lawyer di perusahaan nya. Dan 2 tahun terakhir meminta Margaretha menjadi pengacara pribadi untuk keluarga nya, hal itu karena Margaretha dan Alleyah bersahabat sejak SMP sama dengan Rangga.
“Saya akan pastikan bahwa sebuah bangkai tetap akan mengeluarkan bau busuknya Rangga. Dan hari ini kamu telah menghina aku dengan kebohongan kamu. Bersiaplah karena ketika bau busuk mu itu menyebar dan terendus oleh tuan Daminson maka bisa ku pastikan kamu tidak akan bisa menikmati hidup mu. Kamu hanyalah kacang yang lupa pada kulitnya!” sambil menunjuk ke arah wajah Rangga.
“Tunggu Margaretha. Saya rasa urusan kita sudah selesai Nona Margaretha maka saya harap anda segera meninggalkan mansion saya karena saya tidak ingin anda menggoda saya sama seperti ketika istri saya masih ada di sisi saya dan alangkah sedihnya Alleyah jika dia tahu kalau orang yang sudah dia tolong tetapi malah menikamnya dari belakang?” Rangga berdiri dan berjalan ke arah Margaretha.
Lalu memegang dagu Margaretha dengan kencang dan kasar.
“Tidak selama nya bola digenggaman akan selalu berada di telapak tangan tuan Rangga karena kadang otot-otot akan kram dan pastikan saat itu bola anda tidak jatuh atau diambil orang lain” Margaretha menepis tangan Rangga dan lalu Margaretha berjalan keluar, pergi dengan diiringi suara sepatu high heels nya.
Rangga berjalan menuju kamarnya karena merasa begitu penat satu hari ini harus berpura-pura menjadi menantu yang baik dan terlihat bodoh di depan mertua nya.
“Tring... Tring... Trinng....” suara dari ponsel Rangga yang berada di saku celananya.
“Hello honey.....”
“Helo dear. I Miss you so much.” Rangga yang telah masuk kedalam kamarnya terlihat menyadarkan tubuhnya di ranjang King Size yang biasa ia tiduri bersama sang istri.
Tampak sebuah foto berukuran pernikahan Alleyah dan Rangga berukuran 40 x 60 terpajang di sebelah ranjang berukuran king size itu.
“So... When will you take me to your palace honey?” terdengar suara manja Wulan melalu ponsel yang ditempelkan oleh Rangga ditelinganya.
“Sabar lah sayang,... Sebentar lagi setelah kita mengubur mayat dari istri ku yang tercinta itu dan aku tidak harus mengurus surat perceraian dan secara langsung harta yang sekarang pun akan menjadi milik ku” Kini Rangga menurunkan foto pernikahannya dengan Alleyah dan dengan sengaja menjatuhkan nya.
“Suara apa itu honey?”
“Sebuah foto pernikahan di kamar ku, sepertinya kamar ini meminta nyonya yang lebih cantik.."
Rangga menutup telpon nya. Dengan cepat Rangga keluar dan menuruni anak tangga lalu meninggalkan mansion nya untuk bertemu dengan Wulan. Ya, Wulan adalah seorang rekan bisnis yang sudah 2 tahun menjadi relasi Rangga namun 3 bulan yang lalu Rangga menikahi Wulan secara siri.
“Mommy... Mommy..,. Hanna ikut mommy... Hanna ikut Mommy....” jeritan dari tangisan Hanna memenuhi ruang utama mansion Rangga ketika jenazah Alleyah akan di makam kan di Pemakaman Elite yang berada tidak jauh dari lokasi mansion itu.
Tampak hampir semua yang hadir pada hari ini mengenakan baju berwarna hitam. Wajah-wajah kehilangan serta kesedihan begitu terlihat dari mereka yang datang ke mansion Rangga untuk mengucapkan bela sungkawa kepada Rangga dan Tuan Daminson sekeluarga, atas meninggalnya Putri satu-satunya dari Tuan Daminson yang juga istri dari Rangga
“Begitu tragis nasib mu nak. Begitu cepat engkau meninggalkan kami. Kenapa bukan Mommy saja yang menggantikan dirimu Ley... Mommy mencintai mu Ley. Ley...” belum sempat Nyonya Soraya melanjutkan ucapan nya, tubuh istri dari Tuan Daminson telah jatuh disebelah peti jenazah Alleyah. Beberapa lelaki berjas hitam cepat membopong tubuh nyonya nya untuk dibawa ke kamar.
Sedangkan tuan Daminson hanya menatap peti jenazah itu dengan mata merah dan menatap dengan wajah sendu serta hampir nyaris hanya sesekali berkedip. Begitu pun dengan Bik Iyah, ART yang dari kecil merawat Alleyah hingga kini merawat Hanna merasa begitu terpukul namun mencoba untuk tegar karena ingat akan pesan yang ditinggalkan mendiang Alleyah beberapa jam sebelum Alleyah terseret ombak tsunami.
Ya, Alleyah meminta bik Iyah untuk menjaga Hanna. Bik Iyah hanya mengeluarkan air mata namun tak bersuara sambil terus memeluk Hanna dan mencoba menenangkan Hanna.
Rangga pun terlihat begitu terpukul di hadapan peti jenazah istrinya. Matanya sembab dan merah, ia terisak-isak setiap kali ada sanak saudara bahkan rekan bisnisnya yang memberikan ucapan belasungkawa. Namun sayangnya itu hanya sebuah sandiwara dari lelaki yang tak berhati dan tak tahu Budi itu.
Dalam hatinya ia tertawa terbahak-bahak melihat mertuanya diam tak berkutik dihadapan jenazah yang dia sendiri tidak tahu siapa identitas nya. Entah berapa botol obat tetes mata dan air yang ia teteskan pada mata nya agar terlihat merah dan sembab dari kemarin. Sehingga semua orang menganggap ia suami yang setia dan baik karena begitu terpukul atas meninggalnya Alleyah .
Berdasarkan hasil Identifikasi menurut forensik dan juga prosedur-prosedur standard DVI (Disaster Victim Identification) yang mengacu pada interpol dan orang kepercayaan dari Tuan Daminson jenazah di pemakaman salah satu kuburan masal korban bencana Tsunami Aceh beberapa bulan lalu membuktikan bahwa jenazah ini adalah putri kandung dari Tuan Daminson.
Terlihat dari catatan medis serta foto-foto sebelum mayat itu dikuburkan. Serta pakaian yang dikenakan oleh jenazah ketika ditemukan adalah pakaian milik Alleyah. Lebih meyakinkan cincin pernikahan Alleyah dan Rangga pun melingkar di jari manis jenazah itu.
Namun sayang, tanpa disadari dari tim identifikasi dan orang kepercayaan Tuan Daminson bahwa ketika proses identifikasi itu terdapat seseorang yang memiliki peranan penting telah diancam oleh seorang wanita yang menculik anaknya dengan pertukaran identitas mayat yang diidentifikasi dengan data Alleyah.
Seorang wanita berjilbab hitam dan mengenakan blouse hitam berjalan ke arah Rangga dan mengucapkan belasungkawa. Dan berbisik ditelinga Rangga.
“Aku turut berbahagia atas meninggalnya istri mu.... Dan kutunggu pesta pernikahan kita.” sang wanita itu mundur dan berjalan meninggalkan mansion yang sedang berduka itu karena kehilangan Pemilik nya. Dan di dalam mobil bagaimana wanita itu mengingat kembali apa yang sudah ia lakukan hingga orang-orang kepercayaan Tuan Daminson akhirnya menemukan jenazah yang mereka anggap Alleyah.
Flashback on
Setelah beberapa lelaki memotret jenazah wanita dengan baju dan semua benda milik Alleyah mereka memakamkan jenazah itu lalu melaporkan ke tim forensik tentang data mayat nomor 120 itu. Sehingga jika ada kemudian hari pihak keluarga mencari dan ada kecocokan dengan pakaian yang dikenakan serta benda yang dikenakan maka boleh dilakukan identifikasi lebih lanjut.
Beberapa orang kepercayaan Tuan Daminson akhirnya mengabarkan tentang ditemukannya jenazah yang sama dengan kriteria dan mirip Alleyah. Sehingga tuan Daminson sendiri pergi ke Aceh dan melihat bukti-bukti. Dan dilakukan identifikasi. Namun sayang Wulan cepat mengatur agar tujuan nya berhasil, Wulan yang berambisi menikah dengan Rangga dengan tujuan untuk menguasai harta Tuan Daminson yang sekarang berada di genggaman Rangga.
Memakai segala cara hingga akhirnya hasil identifikasi jenazah itu menyatakan bahwa dia adalah betul Alleyah. Karena ada kecocokan antara jenazah yang ditemukan mirip Alleyah itu seperti gigi, rambut dengan Tuan Daminson dan Hanna.
“Bagus, sekarang pulang lah. Anak mu sudah aku lepaskan. Jangan berani-berani membuka mulut atau seluruh keluarga mu hancur dan karier mu akan hancur ketika aku buka kedok mu sesungguhnya” ancam Wulan pada kepala tim forensik itu.
Wulan menelepon Rangga dengan cepat agar sang kekasih hati bersiap-siap dengan sandiwara nya. Karena jika ia tak mampu meyakinkan mertuanya maka dapet dipastikan ia tidak akan menguasai harta itu selepas meninggal nya Alleyah.
“Siapkan akting terbaik mu, aku sudah membereskan tugas ku. Sekarang giliran mu. Nanti untuk episode selanjutnya” Wulan tertawa terbahak-bahak dan menghisap rokok yang baru saja ia hidup kan.
“Alleyah, Alleyah. Aku berharap kamu betul-betul mati. Karena kamu tidak pantas bersanding dengan Rangga dengan segala kemewahan yang kamu miliki. Biarkanlah aku yang menggantikan mu. Matilah dengan tenang” Wulan membuang permen karet yang ia kunyah dari tadi setelah menghisap nya dalam.
Flashback off
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!