NovelToon NovelToon

DarkHole Laboratory

Cameroon Aldy Si Ilmuwan Gila

Dalam semalam banyak orang bergelimpangan tak bernyawa.

Entah virus apa yang mewabah itu, bukan hanya tenaga medis yang sibuk. Tapi seluruh manusia.

*****

Terbangun, gelap hanya terdengar tetesan air. Dingin lantainya terasa hingga ketulang.

Tertidur miring dengan tangan dan kaki yang terikat dengan plastik kencang. Mulutnya tersumpal dan terlakban.

Ingatannya mulai memutar kejadian sebelumnya. Dia sedang diburu, dan waktu sedang menyelinap ke tempat musuh, Dia tertangkap, ya disini lah Dia sekarang.

Mendudukan dirinya susah payah. Untung mereka tak melacak softlens bening yang Dia pakai.

Softlens canggih. Seperti layaknya otak yang mengendalikan tubuh agar bergerak, soflens ini juga tersambung dengan otak.

Penemuan yang membuatnya dikejar para bre ngs ek itu.

Tenang, Dia sudah mengirim datanya pada pusat.

"Hi Camy, lokasimu berada ditengah hutan belantara" Suara terdengar dari chip yang tertanam di telinga.

(Mulutku tersumpal bodoh!)

Aku mengirimkannya teks.

"Mulut kau disumpal? Manusia mana yang berani denganmu Camy? Lagian bisa-bisanya kau  diculik!"

Tawa mengelegar, Wina Bronya, Psikopat cantik, julukannya, dia tak segan-segan menghabisi siapa saja yang menghalangi jalannya.

(Tutup mulutmu sia lan! Cepat kirim Pedro padaku!)

"Tetap ya walau tersumpal pun, kau tetaplah kau, Cameroon Aldy. Pedro sudah sedari tadi meluncur, sebentar lagi mungkin ia sampai"

Cameroon Aldy, 25 tahun, ilmuwan gila yang menciptakan banyak penemuan incaran penguasa. Pendiri DrakHole Laboratory, a.ka DH Lab. Wanita yang biasa dipanggil Camy oleh para rekannya itu memutar bola mata malas.

Ada jendela seukuran telapak tangan berteralis.

(Aku mendengar decitan engsel robot bergerak. Itu pasti Pedro)

"Okey kabari aku kal... sia lan,wanita itu memutus panggilannya" Wina dengan kasar mengambil ramennya kemudian melanjutkan makan dengan kesal.

(Pedro kirim Bluster padaku)

(Baik Madam)

Masuk sebuah robot dengan ukuran lalat terbang menghampirinya.

Cklek!

(Diam ditempatmu Blus!)

Robot itu hinggap di lampu.

Seorang dengan baju serba hitam masuk. Dia membawa senjata laras panjang, juga membawa sebaki makanan.

"Ini makan!" Lelaki itu melemparkan bakinya pelan kearah Camy. Kemudian melepas sumpalan pada mulutnya, dan Dia memotong ikatan pada tangannya. Camy menatapnya tajam.

"Makan!" Perintahnya. Camy melihat roti isi dengan apel. Dia menggerutkan dahi.

si Hitam memandang Camy, "Apa? Kurang?"

Camy hanya menggeleng. "Makan!" Perintahnya lagi.

"Mana airnya" Tungkas Camy lemah. Ia melemparkan seplastik air didekannya, Camy mulai memakan makanan itu.

Si hitam meninggalkan Camy setelah Dia menghabiskan semuanya. Si hitam hanya mengikat tangan, tak menyumpal mulut Camy lagi.

Ia mengikat tangan Camy didepan.

(Aktifkan pemindai)

Softlens Camy memindai, menembus tembok ruangan. Dia bisa melihat ada beberapa penjaga disini dan bukan hanya Dia tawanan disini. Ada beberapa sepertinya dilantai ini.

(Blus, kembalilah ke Pedro)

Lalat itu melewati Camy dengan kencang. Setelah Dia membantunya membuka ikatan di tangannya.

Camy melepaskan ikatan kakinya dengan laser pada kuku palsu dijarinya.

"Navigasi active!" Perintahnya. Dengan begini Camy tak akan lagi repot.

Camy buat lubang seukuran tubuhnya menggunakan laser kuku itu, lalu berlalu, berjalan mendekat pada pintu.

(Pedro tunggu aku ditempat aman)

"Hide" seluruh tubuhnya menghilang. Camy tersenyum sumir. Jumawa. Penemuan barunya sungguh memuaskan. Untuk saat ini.

Klek klek klek klek

"No. 581 KABUR!" Teriakkannya saat tak melihat Camy dan malah menemukan lubang seukuran tubuh wanita, penjaga itu bergegas membuang nampan makanan yang isinya sebutir apel.

Ah mereka menamainya seperti nomor yang ada dibaju rumah sakit ini, apa tadi, 581. Ck! Camy berdecak.

Apel itu mengelinding kedekat kakinya. Dia mengambilnya. Menggosokkan ke bajunya, lalu mengigitnya. Haus.

Dengan santai Camy berjalan keluar. Banyak pasukan yang berlalu-lalang atas hilangnya Dia, sangat bertolak belakang dengannya yang masih menikmati apelnya.

Tepat dilorong depan, sebelah kiri. Ada jendela kaca besar yang mengusiknya, Camy mendekat, melihat, ada sebuah ruangan yang penuh alat medis. Dia buang sisa apel pada bak sampah disebelahnya.

Apa sebenarnya tempat ini? pertanyaan didadanya.

Disebelah kanannya, juga ada jendela dengan kaca besar. dia melongok kebawah,  sebuah aula besar dengan banyak orang yang sibuk, entah sedang melakukan apa. Mereka berpakaian serba putih juga rapi. Puluhan ribu, mungkin. Apa mereka semua peneliti? sepertinya.

Bertolak belakang sekali dengan pasukan bersenjata yang serba hitam disini. Tempat apa ini sebenarnya?

Bukannya kata Amber Spaldin. si Putri Es, tempat ini mereka buat untuk menyekap beberapa ilmuwan, juga sebuah laboratorium. Lalu mereka mengerjakan apa? orang sebanyak itu. pikir Camy

"581, kau tak akan bisa kabur dari kami. Cepat! Serahkan dirimu"

Sial! Kenapa bisa mereka tahu? Suara itu mengalihkan fokus Camy, Dia berlari menuju pintu yang berada didepannya. Hanya ini satu-satunya pintu, mau tak mau Camy perlu Pedro.

"Mau kemana kau, itu bukan pintu keluar hei 581" Seseorang itu tersenyum licik penuh kemenangan dengan beberapa orang disana yang juga ikut memantau.

[Di dalam ruang pemantauan]

"Dia sangat jenius ternyata" salah seorang disana.

"Apa aku bilang dia harusnya tak kita biarkan keluar dari sini, Dia aset yang berharga juga berbahaya" Celetuk seorang paruh baya menuju uzur.

[Kembali ke Camy]

"Katakan dimana penawar itu" Suara dari speaker.

Camy menulis pada kertas yang dia ambil pada tempat sampah didekatnya.

"KALIAN YANG MENYEBARKAN VIRUSNYA, KALIAN SENDIRI YANG KELABAKAN, DAN SEKARANG, MEMINTA PENAWAR PADAKU, MENGELIKAN!"

Camy memperlihatkan tulisannya pada cctv.

Menuliskan lagi di kertas yang lain.

"KALAU AKU TAHU PUN, PENAWARNYA, AKU TAK AKAN MEMBERIKAN PADA KALIAN!"

(Pedro lubangi area yang aku kirimkan segera)

Sudut lirikannya, Camy melihat laser Pedro sedang bekerja. Dia hanya perlu mengulur waktu.

"581 Berani sekali bermain-main dengan kami" Suara geraman dari speaker.

"Camy kau lupa Hide the Heat, Sayang" Suara Wina mengintrupsinya.

Ah Bodoh. Hide the Heat Active! batin Camy.

 

(Thanks Win)

"Jangan belagak bodoh kau 581, kami tahu kau punya formula penawar itu"

"Berikan pada kami! Sekarang juga!" Bentaknya keras.

"Atau aku hanguskan saja, rumah mungilmu beserta keluargamu!" Ancamannya.

"OKAY, AKAN AKU BERIKAN!" Camy mendekatkan kertasnya, Ck! 50 persen lagi, gerutu Camy.

Camy berjalan kedekat pasukan yang sengaja ditempatkan disitu, untuk menjaganya.

Camy sengaja bersembunyi dibalik tubuhnya mencoba mengecoh si ketua brengs3k itu dengan menyamarkan panas tubuhnya dengan penjaga itu.

Perlu beberapa saat untuk menghilangkan suhu tubuhnya. Camy memantau pada jam di tangannya.

"Oh Ayolah 581 jangan mengulur waktu!"

"KAU TAK SABARAN SEKALI" pada kertas itu.

Camy menulis kan sesuatu di kertas. lalu meletakkannya lagi.

"SUDAH! SILAHKAN AMBIL" kertasnya.

[Didalam ruangan pemantauan]

"Kau kesanalah" merasa tak didengar.

Si ketua mengedikkan dagu pada bawahannya. Yang hanya menggangguk. Mematuhinya dan keluar dari ruangan itu.

[Kembali ke tempat Camy]

Tiba-tiba masuklah seorang pasukan hitam, mengambil kertas yang Camy tulis.

"Pergantian Shif. West 9. Silakan istirahat"

Pasukan itu meninggalkan tempatnya. Digantikan dengan seorang entah siapa. Meneliti apa yang Camy tulis pada kertasnya.

Sepertinya Hide the Heat sudah bekerja. Camy menyungging senyuman sombongnya.

[Di dalam ruang pemantauan]

"SIAL! 581 HILANG! CEPAT CARI!" Teriakkan perintah dari Lamorna. Ketua divisi Blueish yang terdengar juga dari speaker. Saat tak terlihat lagi panas tubuh Camy dari kamera infrarednya.

"Bagaimana?" Tanya Lamorna pada bawahannya yang mengambil secarik kertas tulis tangan Camy.

"Nyonya, yang ditulis disini, adalah campuran larutan isotonik" Terang bawahannya takut-takut.

"Sia lan! Beraninya dia macam-macam denganku! CEPAT CARI SAMPAI DAPAT!" Bawahannya tadi dengan segera berjalan cepat, memerintahkan anak buahnya untuk mencari 581 alias Camy.

Lamorna mengebrak mejanya. "Robet, lenyapkan keluarganya, bakar habis rumahnya, berani sekali wanita itu melawanku!" Robet mengangguk

"Siap Nyonya" kemudian beranjak dari tempatnya.

[Balik ke tempat Camy]

Sebelumnya Camy telah meletakkan penawar yang mereka inginkan dibeberapa titik, ia akan bekerja dengan sendirinya. Camy menyelinap masuk keruangan sebelah, tempat lubang yang dibuat oleh Pedro.

BRAK! KRAK!

Camy bersama Pedro, sekarang. Dia merasa aman. Camy memantau cctv gedung yang terlihat dari monitor mobil.

Pedro adalah kendaraan canggih dengan kepintaran tak perlu diragukan.

"Pedro bawa aku naik. Tapi tetap dalam mode Hide."

"Baik Madam"

Pedro membawanya naik. Camy menulis pada kertas. menempelkannya pada kaca jendela. Jendela yang ada pada ruangan pemantau.

"HAI LAMORNA! KAU PIKIR KAU BISA MENGENDALIKANKU!

"AKU SUDAH MENYEBARKAN VIRUS DALAM KERAJAAN KECILMU ITU"

"NIKMATI"

Camy mengintip sedikit sebelum menggedor kaca, lantai dimana Lamorna melakukan kendalinya.

Beberapa orang disana menoleh pada jendela, karena gedoran Camy, berapa saat mereka lemas, ternyata Virus yang Camy sebar telah bereaksi pada semua orang di gedung itu.

"Selamat Tidur manis. Mimpi indah"

Ia melihat semua orang tergeletak. Camy memastikan lagi apa virus penawar itu sudah menyeluruh tersebar.

Camy renggangkan tubuhnya,

"Ah lelahnya" kemudian duduk dikursi empuk yang Pedro sediakan.

"Hei Pedro selimuti bangunan ini dengan Awan Roksy"

"Baik Madam"

Pedro mengeluarkan asap tebal yamg menyelimuti bangunan yang ada disana.

"Ya selamat berjumpa setahun atau dua tahun lagi."

Didalam Pedro, Camy melihat banyaknya gedung berselimut Awan. Ini adalah gedung terakhirnya.

Camy adalah ilmuwan yang menciptakan virus mematikan itu. dan juga membuat penawarnya. Hidup itu selucu itu.

Kekacauan yang Camy timbulkan dengan menjual virus itu pada perusahan Black Sea. Yang ternyata berisi manusia serakah.

Membuatnya harus susah payah, menemukan penawarnya. Dan sekalian Camy tambahkan beberapa formula menghilangkan ingatan, bagi mereka para yang tamak.

Ya perlu satu hingga dua tahun prosesnya. Kerja Awan Roksy itu, menyelimuti gedung seperti lemari es. Ia akan mengatur suhu yang sesuai, agar tubuh dalam cangkupannya, hidup dan tak rusak.

"Selamat datang Camy" Wina menyambut. Saat Pedro mendarat di dalam gedung laboratorium DrakHole rancangannya.

"Bagaimana akhirnya bisa menyelesaikan kebodohanmu" Sarkas Wina.

"Membuat Pandemi menyebar luas dan membuat kiamat bagi dunia" Camy memijat pelipisnya. Sangat melelahkan.

Penyesalan. Terlihat pada matanya, Wina merangkulnya.

"Setidaknya kau bisa mengendalikannya" Ucapnya lagi. Wina membawa Camy masuk kedalam. Suara tepuk tangan bergemuruh diruangan yang dipenuhi dengan komputer-komputer canggih.

"Selamat Madam"

"Selamat Camy"

"Hei tukang bikin rusuh! Selamat"

Ternyata para sahabatnya berkumpul disana. merekalah yang membantu Camy memperbaiki keadaan karna kecerobohan yang dia lakukan.

Membuat dunia hancur dalam semalam, akibat apa yang Camy ciptakan dipergunakan dengan salah.

Ketamakan manusia yang membuatnya merasakan sepeti ini. Penyesalan.

"OKE GUYS, TERIMA KASIH! TAPI PERJALANAN KITA MASIH PANJANG, SETAHUN, DUA TAHUN KEDEPAN MOHON BANTUANNYA." Suara Camy keras dan lantang.

Ya Camy tak tahu kedepannya bagaimana. dia menggunakan penawar jangka panjang, Camy sebar keseluruh dunia.

Sedangkan jangka pendek Camy gunakan untuknya juga para rekannya di DH Lab. Masih uji coba. Dan doakan semua lancar.

tbc

Batu Aneh

2 tahun setelah pembekuan.

Sedikit demi sedikit DarkHole melakukan pemulihan. Setelah menguji coba segala hal untuk menunjang keadaan agar secepatnya kembali seperti semula.

Dan akhirnya Camy mengerahkan beberapa tim dan memberikan tugas yang sebenarnya pada masing-masing tim untuk memulihkan kebekuan.

Tugas tim hanya melemparkan butiran obat dan melihat benda itu bekerja, obat itu akan menguap dan menghilangkan awan Roksi.

Membuat semua orang terbangun, walau awalnya akan linglung, tetapi beberapa menit setelahnya, mereka akan kembali normal dan melakukan aktifitas seperti semula.

Tim DarkHole mengawasi dan melihat jika ada manusia yang berkelakuan janggal maka ia akan menariknya ketempat khusus. Kamar gelap.

Camy meneliti, ia mengawasi siapa-siapa saja perlu penjagaan ketat.

"Pedro, bisa kau cari tahu tentang batu yang ia gengam ini"

Camy menangani beberapa orang yang berkelakuan aneh dan semuannya memiliki batu yang sama.

"Baik Madam" Pedro mulai memindai batu itu.

"Batu meteor langkah Madam, mangandung Stony-Besi sekitar 1,2%" Camy mengangguk mendengar penjelasan Pedro dan data lengkapnya telah ia baca pada soflens canggihnya.

Camy menatap beberapa orang dengan gejala serupa. Lamorna, salah satunya, ada juga diantara mereka beberapa petinggi Black Sea.

Apa yang luput dari semua yang ia temukan dulu. Gejalanya tak terlihat tapi pandangan mata mereka tajam dan memicing marah. Juga seketika tertawa tergelak. Tapi tak menyerang. Berdiri diam dengan menatap sekitarnya.

Bahkan sesaat ia merasa Lamorna menyeringai padanya.

"Masukan dia di kamar gelap" perintah Camy pada dua orang bersenjata. Mereka menyeret Lamorna pada ruangan putih terang kebalikan dari namanya.

*****

Riby merasa tangannya gatal ingin ia mengobrak-abrik tubuh yang dilihatnnya sekarang. Lelaki didepannya.

"Cam, aku menemukan seseorang disini yang bergejala sama dengan Lamorna" Salah satu gerombolan yang pernah membulinya itu. Riby mengamati gejalanya.

"Apa kau menemukan sesuatu seperti batu berwarna hitam kehijauan, bentuknnya seperti batu meteor?" Tanya Camy disebrang ia sedang meneliti batu yang ia bicarakan.

"Mmm... ada, ia mengenakan kalung dengan bandul seperti batu" Riby dengan jari telunjuk menyibak sedikit kerah baju lelaki itu.

"Sepertinya aku akan sibuk dengan batu ini, jadi teruskan saja rencana kita, dan masukan mereka ke kamar gelap" Perintah Camy. Riby mengangguk. Mematikan sambungannya.

"Nemon bawa dia" Riby menarik kalung lelaki itu. Dan penasaran pada kalung yang ia masukan dalam tabung kaca miliknya.

"Melvra sebarkan pada semua tim, Jika melihat ciri-ciri seperti yang aku rincikan bawa mereka ke kamar gelap, kumpulkan temuan batu itu dan bawa padaku juga Jo. Ah... suruh Jo kembali."

"Baik Madam" Melvra mulai mengirim pemberitahuan pada semua tim.

*****

"Benda apa itu Cam?" Tanya Jo yang telah tiba ke Lab.

"Entah, Bentuknya seperti gumpalan meteor, tapi tak terdeteksi jelas" Jo mengenakan Jas labnya dan ikut menekuni batu-batu itu.

Ia mulai mengenakan sarung tangan karet juga kacamata khususnya. Mengambil batu yang sudah dijadikan serbuk.

Setengah hari kemudian,

Jo terduduk di kursinya, lelah. Karena tak menghasilkan apapun, sedari tadi ia berkutat dengan gumpalan hitam didepannya, asli, batu meteor biasa.

"Jo bagaimana?" Tanya Amber yang kembali meletakan batu meteor temuannya. Meletakan satu nampan penuh tabung berisi berbagai bentuk batu meteor.

"Buntu" Jo menatap nampan itu. Dan takjub,

"Wow kau temukan ini dimana? mereka kreatif" melihat berbagai bentuk perhiasan juga pernak-pernik milik wanita dengan batu hitam sebagai maniknya.

"Rumah produksi pernik, Dan masih banyak di luar" Jo tercenggang melihat Beliv, robot seperti Pedro juga Nemon, mendorong berkotak-kotak kardus masuk dalam lab.

"Woah apa ini?" Tanya Alex, Camy yang sudah lebih dulu tahu hanya melihat dan berdiri, di otaknya terus berpikir tentang batu-batu yang merusak segala formula yang ia buat.

"Sama kayak di nampan ini" Jo mengeser nampan yang di bawa Amber ke arah Alex.

"Banyak sekali, berarti diluar sana banyak yang seperti Lamorna?" Alex mengangkat salah satu tabung.

"Aku mengambilnya di pabrik pernik" jelas Amber. Untuk sekilas Alex merasa ada yang aneh, melihat beberapa kali batu itu berpedar.

"Yang ini lebih canggih, bisa nyala" celetukan yang membuat Jo mengambil tabung yang ada ditangan Alex.

Sudut bibir Jo terangkat, ia segera mencium kepala Alex. "Thanks" Seru Jo lalu kembali menekuni batu itu.

"Dan semoga saja belum sempat dipasarkan" celetuk Camy yang diangguki timnya.

*****

"Camy, ada perusahaan yang ingin bekerja sama dengan kita, Aku mendapatkan suratnya, perusahaannya mendapatkan rekomendasi dari kementrian untuk menemui kita, Dan mereka ingin bertemu denganmu" Jelas Bharat.

Ia pengacara di DarkHole Lab yang juga mengurusi segala macam tentang klien DarkHole Lab.

"Perusahaan?" Camy masih menekuni batu meteor itu.

"Nokturnal Corp" Camy hanya mengangguk-angguk, melihat itu Bharat hanya menaikan alisnya kemudian berlalu dari lab Camy. Masih banyak urusan yang harus ia selesaikan.

"Melvra tolong cari jadwal kosongku dalam bulan ini"

"Baik Madam... Madam Camy jadwal kosong pada Mei 26" Jawab Melvra cepat.

"Okeh susun pertemuan pada 26 Mei, Melvra sampaikan juga pesan pada pihak Nokturnal Corp dan sekalian beri aku detail tentang perusahaan itu" Camy mencoreti sesuatu pada tumbukan laporan ditangannya

"Baik Madam" Melvra menampilkan detail  informasi perusahaan itu, tak ada yang salah bagi Camy saat membacanya, hanya saja, perusahaan properti itu, ada urusan apa dengan labnya ini? Tatapan Camy menajam.

Ya kita lihat saja dipertemuan itu, Batin Camy.

*****

"Mr. Rudolf White?" Camy menghampiri gerombolan yang baru saja memasuki lobby DarkHole Lab. Camy menyambut mereka secara langsung.

"Nona Cameroon Aldy" lelaki tinggi, rambut hitam yang tercukur rapi klimis, dengan jasnya menyalami Camy, dibelakangnya ada beberapa anak buah juga penjaga. Ketat juga pikir Jo.

"Ini?" Mr. White mengarahkan pandangan pada Jo yang berada disamping Camy.

"Saya Joana Radha, asisten Nona Aldy, mari ikut saya keruangan rapat" Jo menyalami Mr. White, kemudian mempersilahkan para tamunya untuk mengikutinya.

Camy merasa ada yang mengawasi. Ia mempersilahkan gerombolan itu mendahuluinya masuk kedalam ruang rapat.

Memandangi satu per satu orang yang dibawa Mr. White, Matanya memicing pada salah seorang lelaki pada gerombolan yang mengenakan flat cap dikepalanya, dan berjas hitam itu.

Pandangan lelaki itu lurus kedepan, tatapannya tajam, ia sekilas melirik Camy. Tubuh Camy kaku seketika, Camy dengan susah payah meneguk ludahnya, benar, ia tak salah lihat. Matanya sedikit bergetar.

Jo keluar dari ruangan dengan tampang yang sama pias. Jalan perlahan, mendekat pada Camy, bibirnya membuka dan menutup, bingung, suaranya susah keluar.

"Cam itu... itu... Alan? Kan?"

Camy dan Jo saling menatap nanar.

Mereka tak tahu diluar, pria dengan fedora menghisap pipa rokoknya. Menghembuskan asapnya dan tersenyum miring.

"Hai anak manis" Matanya mengarah pada Camy.

tbc.

Jenewa Speer si Manis

Jenny mengambil jam tangan yang diberikan Camy padanya. Ia mengenakannya. Uji coba benda ini kemarin dilakukan oleh Willy juga Riby. Yang Jenny dengar, ia bisa menghilang menggunakan jam ini.

Seperti biasa ia sudah duduk di kursinya, ia pelanggan tetap di kedai kopi ini. Sepagi ini ia selalu menyempatkan diri untuk bersantai menikmati secangkir kopinya.

Tak berapa lama, Jenny melihat sang kekasih, berjalan ke arahnnya dengan wanita asing di sebelahnya. Wanita itu mengenakan kemeja yang Jenny belikan untuk sang kekasih.

Ia membuka ponsel dan mempelajari kinerja jam tangan pemberian Camy.

Jam tangan itu mengeluarkan satu pil, yang langsung Jenny tenggak. Ingatannya  berputar pada Camy kemarin,

"ini alat masih diuji coba, sana cobalah, sepertinya masih ada beberapa hal yang harus dibenahi." Ucap Camy sambil lalu.

Jenny mengatur navigasi pada jam itu. Mode Hide self. Apapun yang melekat pada Jenny akan tak terlihat bersama dirinya.

Ia duduk, disudut dekat jendela. Melihat arah jendela, tak ada lagi bayangan dirinya. Senyuman mengembang.

"Alat canggih tercipta lagi" Guman Jenny. Ia tak memungkiri, DarkHole Laboratory sangat hebat, didalamnya terdapat orang-orang yang jenius. Termasuk dirinya.

Jenny bergegas, Ia mengikuti kekasihnya. Masih dengan wanita tadi berjalan dibelakang sang kekasih.

Apa ini? Kekasih nya membawa wanita itu ke apartemen mereka? Affair kah ini? Dasar Bajingan!! Tukang selingkuh!!! Jenny memaki.

Memasuki apartemennya, Jenny sudah duduk di sofa, melihat dengan seksama, apa yang akan kekasihnya lakukan dengan wanita itu.

"Jadi bagaimana dengan Tuan Takamura?" Alan menerima tumpukan berkas dari wanita itu.

"Ia setuju, minggu depan ia akan berada disini, ia ingin sekalian berlibur, apakah kita sewakan saja resort di Timur itu, Pak?" Tanya sang wanita. Jenny hampir tertidur. Tak ada yang aneh. Mereka hanya bekerja. Jenny bosan.

"Sebentar bapak, saya harus menerima telpon ini" Wanita itu menjauh dengan ponsel digenggamannya.

"Iya Sayang, sebentar lagi ya, mama juga rindu Folan, Daddy?" Wanita itu melirik kekasih Jenny, lalu memberikan ponsel itu pada Alan.

"Iya sayangnya Daddy" Dalam sekejap kantuk Jenny menghilang, apa tadi? Dad... Daddy?! Batin Jenny berteriak.

"Iya Daddy sama Mama Vony, juga rindu, nanti ya sayang, iya janji deh'' Alan menyerahkan ponsel kembali pada wanita itu. Lalu wanita yang bernama Voni kembali bercakap dengan orang yang ada di seberang ponsel hingga selesai.

Vony nama wanita itu? Apa Alan mengkhianatinya selama ini, hingga mereka memiliki anak? Folan? Vony dan Alan kah? Banyak pertanyaan di kepala Jenny.

Air mata Jenny tak terbendung. Ini menyakitkan. Jenny terguguh ditempatnya. Isakan nya terdengar perih. Ia menjerit menumpahkan semuanya.

Alan meng-kode Vony dengan kepalanya, menyuruh si wanita pembuat sang pacar menangis itu pergi dari tempat nya. Vony mengangguk lalu membawa pergi beberapa berkasnya.

Alan mendekati kursi Jenny. Menunggu efek dari obat tembus pandang itu menghilang. Iya tersenyum melihat Jenny yang terisak kencang. Membuat hati pria itu menghangat. Secinta ini kah wanita gemasnya ini padanya.

Alan bisa melihat Jenny karena ia menggunakan Softlens ciptaan Camy, ia juga bekerja sama dengan DarkHole Lab.

Jadi sedari tadi di kedai kopi, Alan tahu ada Jenny disana. Juga Jenny yang menguping di sofa itu.

Sedikit demi sedikit Jenny mulai terlihat. Alan menarik Jenny kedalam pelukannya. Jenny terjengkit, ia terkejut.

Mendorong kuat Alan hingga Alan jatuh terduduk.

"Aw!" Refleks yang membuat Alan tercengang. Wanitanya begitu kuat jika marah.

"Jangan mendekat kau penghianat!" Seru kencang Jenny. Alan kembali menatap Jenny. Ia berdiri dan mendekat tak mengindahkan perkataan Jenny.

"Pergi!" Ketus Jenny.

"Ayolah sayang" Alan pura-pura tak mengerti.

Wajah Jenny yang memerah karena tangisan bertambah merah karena marah.

"Kau! Jelaskan! Kenapa kau berkhianat padaku Alan..." Sendu Jenny.

"Tolong, dari awal kita sudah buat janji, jika kita mulai bosan tolong bilang, jangan seperti ini dan buat aku sakit, sendiri, karena kau pasti tidak merasakan sakitnya aku!" Tangisan Jenny lirih dan menyayat hati.

"Aku minta kamu bicara supaya aku bisa menyiapk---" Bibir Jenny dibungkam oleh bibir hangat Alan.

Alan melu mat bibir manis kesukaannya itu. Tak ingin Jenny mengeluarkan kata-kata yang juga menyakiti dirinya.

Jenny kehabisan nafas mendorong pelan Alan lalu meraup oksigen di sekitarnya.

Ia masih enggan berdekatan. Namun kedua tangan Alan bertengger cantik di pinggang Jenny enggan melepaskannya.

"Lepas" suara serak Jenny.

Alan hanya menggeleng

Dan menarik Jenny semakin dekat. Merapat. Menyatukan kening mereka berdua.

"Kamu salah paham, sayang" suara lirih nan serak juga berat milik Alan yang berbisik di depan wajah Jenny.

Mau tak mau membuat hati Jenny bergetar. Melonjak dalam dada.

"Vony itu sekertarisku juga kakak iparku, istri Falan, Baru seminggu yang lalu menggantikan, Ronal"

Alan menarik Jenny yang mulai melunakan karena salah paham. Ia mendekap wanitanya erat.

"Aku cinta kamu, sangat, sampai aku dikatain bucinnya kamu, sama Falan" Jenny tersenyum, ia juga bucin, buktinya digombalin seperti itu saja sudah senang.

"Ia menginap semalam, ia memilih kemeja itu dari lemari di kamar tamu yang biasa kamu tempati sebelum kita jadian. Ia pakai itu, aku sempat marah padanya tapi ia tak mau menggantinya dengan yang lain karena milikku yang lain berwarna hitam dan putih, ia mengataiku monotone freak!" jelas panjang lebar Alan dengan wajah cemberutnya.

Jenny terkekeh, ia menangkup wajah Alan dan mengecupi kekasihnya itu. Ia menerima alasannya. Hampir saja ia ingin meledakkan rumah Vony, kalau saja Alan tak menjelaskannya. Cinta itu buta, tahik hutching rasa soklat, memang dirasa Jenny sekarang.

"Permisi" suara Vony menginterupsi. Vony tahu Jenny ada di sekitar mereka, Alan memberitahunya walau awalnya tak percaya tapi setelah mengintip beberapa saat setelah di usir tadi, Vony mengintip. Dan ya takjub. Tak bisa berkata.

"Kalian sudah baikan? kalau begitu saya pulang dulu ya pak, bu, kangen anak sama suami" Kepalanya saja menyembul dari pintu.

"Ya, sana pulang!" kesal Alan.

"Okeh saya pulang" Vony lalu menutup pintu kemudian membukanya kembali.

"Cepet nikahin! Sebelum ditikung orang lain, ya adik ipar!" Vony lalu menutup kencang pintunya. Beberapa hari kemudian Alan melamar Jenny.

Rencananya dua bulan kedepan Alan dan Jenny akan menikah dan Jenny akan keluar dari DarkHole Lab. Keputusannya sudah bulat ia ingin menjadi istri rumah tangga untuk Alan.

Tapi semua hanya angan,

Pedang Virus juga gempuran yang terjadi dari musuh DarkHole Lab. Alan diculik dan hingga kini belum ditemukan.

Jenny yang depresi, tunangannya tak dapat ditemukan semakin depresi, ia menghabiskan waktunya dalam dorm, membuat penelitian enyah apa, karena tak seorangpun diijinkan masuk dalam kamarnya namun terkadang ia suka keluar diam-diam mencari keberadaan sang kekasih.

Mereka membiarkan tetapi selalu terpantau.

Ruangan Jenny temaram hanya lampu tidur meneranginya. Jenny terpulas di ranjang. Wajahnya segar lagi hanya sendu yang terlihat, dinding kamar dormnya berisi kan foto Alan.

Dinding kamar khususnya berisi peta juga beberapa potong artikel koran yang sudah lusuh tertempel di peta itu.

Ponsel Jenny yang selama ini hidup khusus untuk menunggu kekasihnya menelpon pun berbunyi, disana tersambung,

"Alan memanggil...."

tbc.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!