NovelToon NovelToon

Dinikahi Ceo Kejam

Prolog

Braakkk...

Sekumpulan pria bertubuh besar mendobrak pintu rumah yang sederhana itu, mereka masuk ke dalam mencari seseorang yang sedang mereka cari.

"Woi keluar lu! Jangan sembunyi!" teriak mereka dengan suara lantang dan keras.

Tak lama kemudian, seorang pria stylish yang dingin dan gagah ikut muncul di belakang mereka. Pria itu melirik ke kanan dan kiri sembari mengirim pesan melalui ponselnya tanpa melihat.

"Cari dia, jangan biarkan dia kabur!" titahnya.

"Baik tuan!"

Orang-orang itu sangat patuh kepada tuannya, tak ada yang berani membantah perkataan pria muda yang kaya raya tersebut.

Setelah sekian lama mencari kesana-kemari, mereka berhasil menemukan sebuah ruangan di dalam rumah itu yang tak bisa dibuka karena terkunci.

"Tuan, kamar ini satu-satunya ruangan yang belum kita cek. Mungkin dia ada di dalam sini," ucap seorang pria yang berbadan kekar itu menunjuk ke arah pintu kamar.

"Buka!"

"Siap tuan!"

Orang-orang itu langsung mencoba membuka pintu sesuai perintah si pria, akan tetapi tidak berhasil.

"Gak bisa tuan, pintunya dikunci!"

"Dasar bodoh! Kalian dobrak lah pintunya! Badan doang gede, masa buka pintu begini aja gak bisa?!" ucap si pria mulai emosi.

"Baik tuan!"

Karena tak ingin tuannya marah, orang-orang itu pun coba mendobrak pintu kamar tersebut.

Braakkk...

"Aaaaa..."

Begitu pintu dibuka, mereka langsung disambut dengan teriakan histeris seorang wanita tua di dalam kamar itu. Si pria pun maju mendekat menatap ke arah wanita tua yang tampak ketakutan sembari menutup kedua telinganya.

"Hey, wanita tua! Dimana suami lu yang bodoh itu?" tanya si pria.

Wanita itu hanya diam, ia sangat ketakutan sehingga tak berani berbicara ataupun menatap mata si pria. Hal itu membuat si pria kesal dan memukul lemari di dekatnya dengan kuat.

Bughh...

"Woi! Kalau gue lagi bicara, lu jawab! Jangan diem aja kayak orang beg*!" bentak si pria emosi.

"Tuan, apa perlu kita hajar dia?" tanya anak buahnya.

"Tahan! Gimanapun juga dia wanita yang udah berumur, gue gak mau dosa!" ucap si pria.

"Baik tuan!" pasukan itu melangkah mundur.

Si pria kembali melangkahkan kakinya mendekati wanita tua itu, ia menatap bengis disertai dua tangan yang terkepal karena sangat emosi.

"Wanita bodoh! Kalau lu gak mau jawab, gue bakal acak-acak seisi rumah ini tanpa ampun! Cepat jawab gue, dimana Suhendra yang kurang ajar itu?!" bentak si pria emosi.

"Hiks hiks..." wanita itu justru menangis sesenggukan.

"Tuan, dia nangis!" ucap salah seorang anak buah.

"Gue juga tahu, gak perlu lu kasih tahu!" ucap si pria.

"Maaf tuan!" ucap anak buahnya itu lagi.

Lalu, si pria itu bertambah geram melihat tingkah wanita tua yang menangis semakin deras.

"Woi! Gue tanya itu dijawab, bukan malah nangis! Lu punya kuping gak sih, ha?!" bentak si pria.

"Maafin saya tuan!" ucap ibu itu merengek.

Di luar dugaan, si ibu tiba-tiba saja bersimpuh di depan si pria dan memohon-mohon pada si pria agar berhenti mencari suaminya.

"Saya mohon tuan, tolong jangan kejar suami saya terus-terusan seperti ini tuan! Suami saya memang salah, tapi apakah dia tidak berhak mendapat ampunan dari anda tuan?" rengek si ibu.

"Halah! Udah berapa kali gue kasih kesempatan buat suami lu itu, ha? Tapi apa yang terjadi? Dia malah makin seenaknya ke gua, hutangnya itu bukan seribu dua ribu!" bentak si pria.

"Saya tahu tuan, tapi saya mohon tuan tolong ampuni suami saya tuan!" ucap si ibu lagi.

"Heh! Lu pikir gue tukang ampun? Kalo orang ngutang itu dibayar, bukan nangis-nangis kayak gini! Lu pikir gue bakal kasihan apa? Kagak pe'ak!" pria itu malah semakin kesal.

Dengan teganya si pria menendang tubuh ibu itu hingga terjungkal ke belakang.

"Lu dengar ini baik-baik ya, kalau Suhendra gak bayar hutangnya dalam dua hari... gue Alberto Hernandez, bakalan habisin kalian semua!" ancam si pria.

Ibu itu semakin ketakutan.

❤️

Sementara dari arah luar rumah, seorang gadis cantik baru datang membawa sepedanya. Ia memakai seragam SMA yang artinya ia baru pulang dari sekolahnya.

Gadis itu tampak heran melihat pintu rumahnya terbuka dan kondisi di depan sana begitu berantakan.

"Apa yang terjadi...??" pikirnya.

Gadis itu panik memikirkan nasib ibunya, ia khawatir sang ibu terkena masalah di dalam sana.

"Ya Allah! Ibu!" teriaknya.

Ia pun melangkah ke dalam tanpa berpikir panjang, langkahnya terhenti saat melihat rombongan pria bertubuh kekar seperti preman tengah berada di depan kamar ibunya. Ya gadis itu hanya bisa menatap mereka dengan mata berkaca-kaca dan mulut sedikit terbuka.

"Ibu? Ibu...!!" teriak gadis itu.

Sontak orang-orang disana menoleh ke arahnya, mereka menatap heran karena belum pernah melihat gadis itu sebelumnya.

"Ka-kalian siapa...??" tanya gadis itu dengan tubuh sedikit gemetar.

Mendengar suara teriakan seorang gadis dari arah depan, membuat pria bernama Albert itu penasaran dan memilih keluar meninggalkan si ibu yang masih terus menangis di dalam sana.

Si ibu juga mendengar suara teriakan tersebut, seketika raut wajahnya langsung berubah panik.

"Nadira..??" gumamnya.

Saat di luar, Albert tampak terkejut melihat sosok gadis cantik tengah berdiri di hadapannya.

"Cantik...!!"

Sementara si gadis juga merasa syok saat melihat masih ada seorang pria lagi di kamar ibunya.

"Kamu siapa?" tanya gadis itu.

Pria itu tersenyum tipis tanpa menjawab. Lalu, memerintahkan anak buahnya untuk pergi dari sana karena urusannya telah selesai.

"Cabut!" ucapnya singkat.

"Baik tuan!"

Albert melangkah melewati si gadis yang masih kebingungan itu tanpa basa-basi, diikuti juga oleh para anak buahnya yang sesekali mencuri kesempatan untuk mencolek pipi gadis itu.

"Hey, kalian itu siapa..??!" teriak si gadis.

Namun, mereka tak memperdulikan itu.

Tak lama sang ibu muncul dari dalam, menghampiri gadisnya yang ada disana. Mereka berpelukan sambil menangis.

"Bu, ibu gapapa kan?" tanya si gadis sesenggukan.

"Enggak sayang, ibu baik-baik aja kok! Untungnya kamu datang sayang, jadi mereka bisa pergi dari sini dan gak ganggu ibu lagi!" jawab ibu itu.

Mereka pun melepas pelukan, si gadis menyeka air mata yang membasahi pipi ibunya itu dengan kedua telapak tangan, ia tak tega melihat sang ibu menangis seperti itu karena pria-pria tadi.

"Bu, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa ibu bisa ada masalah sama mereka? Mereka itu siapa Bu, dan mau apa kesini?" tanya si gadis penasaran.

Ibu itu terdiam, ia bingung harus bagaimana menjelaskan pada putrinya. Ia juga takut si gadis itu malah jadi incaran tuan Albert dan anak buahnya jika ia melibatkan putrinya dalam masalah suaminya yang rumit itu.

"Eee mereka itu orang jahat, sayang. Ibu juga gak tahu mereka mau apa!" jawab si ibu berbohong.

"Yang bener Bu?" tanya gadis itu tak percaya.

Si ibu mengangguk sambil memegang dua pundak putrinya, lalu berkata, "Iya sayang, maka dari itu ibu minta kamu hati-hati selalu ya Nadira! Mereka bisa aja muncul lagi, kapanpun itu!"

"Tapi, kenapa mereka harus muncul lagi, Bu? Apa keinginan mereka?" tanya gadis itu heran.

"Nadira, ini belum saatnya kamu tahu. Kamu lebih baik jaga-jaga aja, barangkali mereka muncul dan melukai kamu baik di rumah maupun di jalan! Ibu gak mau itu terjadi, sekarang kamu istirahat dulu ya!" ucap si ibu.

Gadis bernama Nadira itu hanya bisa mengangguk sembari menelan saliva, ia tak lagi bertanya biarpun ia masih sangat penasaran.

"Siapa sebenarnya orang-orang tadi? Dan kenapa ibu kelihatan sangat ketakutan?" batinnya.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Cari tahu tentang dia!

Albert pulang ke rumah dengan raut penasaran, ia masih bingung siapa gadis cantik yang tadi sempat ia temui di rumah Suhendra. Akibatnya, hingga kini ia tidak bisa diam dan selalu mondar-mandir di ruang tamu rumahnya memikirkan gadis itu.

"Siapa sih cewek itu? Kenapa dia bisa ada di rumah Suhendra, apa hubungannya sama Suhendra?"

Disaat Albert tengah melamun sambil menggigit jari, tiba-tiba saja tanpa sengaja ia menabrak tubuh seorang pelayan yang hendak mengantarkan minuman untuknya.

Bruuukkk...

Sialnya, minuman itu tumpah dan membasahi jas mahal milik Albert.

"Hah? Ya ampun, tu-tuan saya minta maaf! Sa-saya gak sengaja tuan!" ucap pelayan itu gemetaran.

Albert terlihat emosi, ia berusaha membersihkan jasnya dengan tangan. Sedangkan si pelayan dengan niat baik coba membantu Albert untuk mengelap air yang tumpah ke jasnya itu.

Akan tetapi, Albert merasa jijik dan mendorong tubuh pelayan itu hingga tersungkur ke lantai.

"Kurang ajar, dasar pembantu songong! Beraninya kamu sentuh tubuh saya, mau cari perkara kamu sama saya ha?!" bentak Albert.

"Ma-maaf tuan, saya gak bermaksud begitu!" ujar si pelayan membela diri.

"Halah! Emang dasar pembantu gak becus! Siapa nama kamu ha?" ujar Albert.

"Sri tuan," jawab pelayan itu gugup.

Albert mengusap dagunya, kemudian berteriak memanggil nama seseorang.

"Liam, Harry...!!"

Tak lama kemudian, dua orang pria berbadan kekar dengan pakaian hitam-hitam muncul di dekat Albert.

"Iya tuan, ada apa?" ucap Liam.

"Kalian bawa pembantu kurang ajar ini pergi dari rumah saya! Saya gak sudi punya pembantu seperti dia, cepat usir dia! Mulai sekarang kamu bukan lagi pembantu disini!" ujar Albert.

"Baik tuan!" ucap Liam dan Harry.

Sontak si pelayan langsung tercengang mendengar perkataan tuannya.

"Tuan, saya mohon jangan pecat saya tuan! Saya masih ingin bekerja disini, tolong tuan jangan pecat saya!" rengek si pelayan.

"Ah diam!" bentak Liam keras.

Tanpa basa-basi, Liam dan Harry langsung menyeret paksa tubuh pelayan bernama Sri itu keluar dari rumah Albert.

Albert tak lagi perduli dengan pelayan itu, ia kembali berteriak memanggil seseorang.

"Darsih, Darsih...!!" teriak Albert.

"Iya tuan, saya disini!" ujar seorang wanita yang agak dewasa dengan pakaian khas pelayan.

"Kamu kan kepala pembantu disini, yang saya tugaskan langsung untuk memilih pelayan agar bisa bekerja disini. Kenapa kamu malah milih pelayan yang gak bisa kerja dengan benar kayak si Sri tadi? Apa kamu mau saya pecat, ha?" bentak Albert.

"Ampun tuan! Saya minta maaf kalau saya salah, tapi Sri itu yang saya tahu baik orangnya dan juga jarang bikin kesalahan, tuan!" ucap wanita bernama Darsih itu menunduk.

"Baik apanya? Dia udah kurang ajar sama saya, sekarang kamu bereskan barang-barang dia dan bawa ke depan! Saya gak mau lihat muka dia lagi di rumah ini, kali ini saya juga masih maafkan kamu! Tapi, kalau ada pekerja yang gak bener lagi, kamu juga akan menyusul si Sri!" ancam Albert.

"Ba-baik tuan, saya janji!" ucap Darsih gugup.

"Yasudah, sana pergi!" ujar Albert.

"Siap tuan!"

Darsih berbalik badan, kemudian pergi dari sana untuk membereskan barang-barang milik Sri sesuai perintah dari Albert.

Sementara Albert mengambil sebuah tisu disana lalu membersihkan jasnya yang terkena tumpahan air minum tadi, ia sungguh dibuat kesal oleh kelakuan Sri pelayan di rumahnya itu.

"Emang kurang ajar tuh pembokat! Gak tahu diuntung banget jadi orang!" umpatnya.

Lalu, Albert pun duduk di sofa dan mengambil ponsel miliknya dari saku kemeja. Ia menghubungi seseorang disana.

📞"Halo, cepat temui saya di ruang tamu!"

📞"Baik tuan!"

Albert langsung mematikan telpon lalu kembali menaruh ponsel di saku bajunya, dan menaruh satu kaki di atas kaki yang lainnya.

Tak lama kemudian, seorang pria tampan berpakaian rapih muncul dan menghadap Albert disana.

"Permisi tuan, saya sudah datang!" ucapnya.

Albert melirik sekilas ke arah pria itu lalu menyuruhnya untuk duduk.

"Duduk!" ucap Albert seraya memajukan dagunya.

"Baik tuan!" pria itu menurut kemudian duduk di samping Albert sembari menaruh dua sikunya di atas paha dan sedikit memajukan tubuhnya.

"Eee ada apa ya tuan minta saya kesini?" tanya pria itu penasaran.

"Saya ada tugas buat kamu. Kamu cari tahu siapa wanita cantik yang ada di rumah Suhendra, saya penasaran siapa dia dan apa hubungannya dengan si Suhendra itu! Kalau sudah dapat, langsung kasih tahu ke saya! Dan ingat, jangan pake lama!" jelas Albert.

"Baik tuan! Tapi, untuk apa ya tuan meminta saya mencari informasi tentang gadis cantik yang ada di rumah Suhendra?" ujar pria itu terheran-heran.

Albert tak menjawab, ia hanya memberikan tatapan tajam ke arah pria di depannya yang membuat dia langsung gemetar dan menundukkan kepala tak jadi bertanya seperti itu.

"Ma-maaf tuan, saya permisi!" ucap pria itu gugup.

"Ya,"

Setelah dipersilahkan oleh Albert, pria itu pun beranjak dari sofa dan pergi dengan ketakutan.

...•••...

Disisi lain, keluarga Suhendra tengah menikmati makan malam di meja bersama-sama. Biarpun begitu, suasana disana cukup sunyi dan penuh ketentraman karena Suhendra serta istrinya masih kepikiran dengan ancaman Albert.

Sementara Nadira, putri mereka itu hanya bisa diam menyaksikan kedua orangtuanya seperti orang yang sedang ketakutan. Nadira memang tak mengerti masalah apa yang tengah dihadapi oleh mereka, karena mereka tak pernah bercerita padanya.

"Ibu, bapak, sebenarnya ini ada apa sih? Kenapa ibu sama bapak ketakutan begitu?" tanya Nadira heran.

Suhendra dan istrinya pun terkejut, seketika menatap wajah Nadira secara bersamaan dengan ekspresi bingung.

"Bu, pak, udah cerita aja sama aku!" ucap Nadira.

"Nadira, ibu sama bapak gak ketakutan kok. Kamu jangan mikir yang enggak-enggak ya sayang! Ibu sama bapak ini cuma mau fokus makan, kalau lagi makan kan gak boleh ngobrol!" ucap si ibu.

"Haish, ibu tuh kenapa sih? Selalu aja sembunyiin masalah dari aku, apa aku gak berhak buat tau masalah ibu dan bapak?" ujar Nadira kesal.

Akhirnya Nadira memilih untuk pergi dari meja makan dan masuk ke kamarnya, ia juga tak menghabiskan makanan di piring karena kesal dengan ibu bapaknya.

"Nadira, hey sayang tunggu nak!" teriak si ibu.

Akan tetapi, Nadira tak menggubris dan malah membanting pintu dengan keras.

Braakkk...

"Bu, tahan!" ucap Suhendra menenangkan.

"Pak, Nadira itu harus dikasih tahu! Dia juga anak kita dan dia berhak tau semua masalah kita, gimana kalau nanti anak buah tuan Albert cegat Nadira di jalan waktu dia pulang sekolah?" ucap si ibu.

"Maksud ibu? Emangnya tuan Albert sudah tahu tentang anak kita?" tanya Suhendra.

"Sudah pak, tadi Nadira datang pas tuan Albert dan anak buahnya ada disini cariin bapak. Ibu yakin dia pasti punya rencana yang akan membahayakan Nadira, pak! Ibu gak mau kalau Nadira sampai terlihat dalam masalah kita ini, ayolah pak cepat bapak cari cara untuk bisa lepas dari kejaran tuan Albert!" ucap si ibu gelisah.

"Sabar dulu Bu! Bapak juga lagi cari cara, itu sebabnya bapak kerja keras di sawah supaya hasil panen bisa semakin banyak! Tapi, ibu kan tahu sendiri hutang bapak ke tuan Albert itu gak sedikit!" ucap Suhendra.

Si ibu pun mengangguk dan melanjutkan makan, Suhendra coba menenangkan hati istrinya dengan cara mengelus lembut pergelangan tangan sang istri sambil tersenyum.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Tagih hutang

Dua hari telah berlalu, waktu yang ditentukan Albert untuk Suhendra membayar hutang-hutangnya pun kini sudah habis dan tak ada lagi tambahan waktu yang akan diberikan Albert.

Albert kini bersiap menuju ke rumah Suhendra untuk menagih hutang pria tua itu, ia meminta Keenan selaku asisten pribadinya untuk menemani ia pergi ke rumah Suhendra hari ini.

"Keenan!" ucap Albert.

Pria dengan jas merah yang sedang duduk itu pun terkejut saat namanya disebut, apalagi yang memanggilnya adalah Albert.

"Eh iya tuan, siap!" ucap Keenan langsung berdiri dari tempat duduknya menghadap ke arah Albert.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Albert dingin.

"Ngopi tuan," jawab Keenan.

"Habiskan kopinya! Setelah itu temani saya ke luar!" titah Albert.

"Baik tuan!" ucap Keenan.

Albert pun berjalan pergi melewati Keenan, ia hendak menunggu di mobil sampai sang asisten itu menghabiskan kopinya.

Sementara Keenan tentunya langsung dengan cepat menenggak habis kopi yang sebenarnya masih banyak itu, akibatnya ia pun kepanasan.

"Huh huh panas! Gapapa deh, daripada dimarahin sama si tuan!" gumam Keenan.

Setelah kopi tersebut habis, Keenan pun bergerak pergi menyusul tuannya ke depan rumah. Ia tak ingin membuat Albert menunggu lama karena khawatir akan dimarahi olehnya.

Keenan langsung masuk ke dalam mobil dan menemui Albert disana.

"Maaf tuan saya lama!" ucap Keenan gugup.

"Gapapa, karena kerja kamu bagus kemarin makanya hari ini saya beri waktu kamu untuk menghabiskan kopi kamu lebih dulu! Besok-besok mah gak akan begitu lagi, ngopi itu ada jamnya dan gak bisa sembarangan!" ujar Albert.

"Siap tuan, saya minta maaf!" ucap Keenan.

"Yasudah, cepat jalankan mobilnya!" titah Albert.

"Eee maaf tuan, tapi kita mau kemana ya?!" tanya Keenan.

"Kediaman pak Suhendra," jawab Albert.

"Baik tuan!"

Keenan langsung memakai sabuk pengaman, lalu melajukan mobilnya sesuai perintah Albert.

"Suhendra, kali ini saya tidak akan biarkan kamu lepas! Kamu harus membayar hutang-hutang kamu, atau nyawa anak kamu yang akan jadi bayarannya!" gumam Albert di dalam hatinya.

Sementara itu, Suhendra dan istrinya tampak panik mengetahui hari ini adalah hari penagihan. Ya mereka masih belum bisa mengumpulkan uang sesuai jumlah hutang mereka, karena sawah milik Suhendra tak kunjung panen juga.

"Pak, ini gimana ya pak? Pasti sebentar lagi tuan Albert akan datang kesini, tapi kita masih belum punya cukup uang buat bayar hutang!" ujar sang istri dengan raut kepanikan.

"Tenang Bu! Bapak juga lagi mikir gimana caranya, ibu jangan panik dulu ya!" ucap Suhendra.

"Gimana ibu gak panik pak? Tuan Albert itu ngancem mau meratakan rumah kita kalau bapak gak segera bayar hutang bapak! Ibu mau tinggal dimana pak, kalau nanti rumah ini diratakan sama tuan Albert?" ujar si ibu justru makin panik.

Suhendra terdiam tak tahu harus bicara apa lagi, ia hanya bisa garuk-garuk kening memikirkan cara untuk menghadapi Albert.

"Belum lagi persoalan Nadira, dia sebentar lagi mau ujian akhir pak. Tapi, kita gak punya uang buat bayar biaya sekolah Nadira! Kasihan Nadira pak, masa dia harus putus sekolah?" sambung si ibu.

"Duh, ibu jangan bilang begitu dong! Nadira itu gak akan putus sekolah, ibu tenang aja!" ujar Suhendra.

"Emangnya bapak punya duit?" tanya si ibu.

"Insyaallah Bu, bapak kan sudah bilang lagi diusahakan! Nanti bapak mau cari-cari uang pinjaman lagi ke warga sekitar sini, buat lunasin hutang bapak sama tuan Albert dan bayar biaya sekolahnya Nadira!" jawab Suhendra.

"Hah? Ya ampun pak, bapak mau bayar hutang pake uang hasil ngutang gitu? Itu mah sama aja pak, apa bapak gak repot nantinya?" ujar si ibu.

"Ya mau gimana lagi Bu? Lebih baik kita lepas dari jeratan hutang dengan tuan Albert, karena bapak gak sanggup lagi terus-terusan diteror seperti ini sama tuan Albert!" ucap Suhendra.

"Hadeh, terserah bapak aja deh!" ujar si ibu.

Tampaknya ibu itu sudah mulai pusing dengan masalah yang ia hadapi saat ini, hutang suaminya yang cukup banyak serta biaya sekolah Nadira putri mereka yang belum terbayar itu membuatnya merasa pusing dan tidak bisa tenang.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar yang membuat Suhendra serta istrinya panik mengira kalau itu adalah Albert yang datang.

TOK TOK TOK...

Terlebih suara ketukan tersebut cukup keras dan mereka yakin sekali kalau itu adalah Albert.

"Pak, jangan-jangan itu tuan Albert!" duga si ibu.

"Tenang Bu, kita cek dulu lewat jendela! Kalau memang benar itu tuan Albert, ya apa boleh buat? Kita temui saja dia karena tak mungkin kita menghindar terus, Bu!" ucap Suhendra.

"Iya pak,"

Si ibu ketakutan, ia berpegangan erat pada lengan suaminya dan melangkah secara perlahan ke dekat pintu untuk memastikan siapa yang datang.

TOK TOK TOK...

Suara ketukan itu semakin keras terdengar.

"Bu, ayo coba dibuka gorden nya!" ujar Suhendra.

"Kok ibu? Bapak aja lah, ibu takut!" ucap si ibu.

"Hadeh Bu Bu, yaudah biar bapak aja!" ucap Suhendra.

Akhirnya Suhendra mengecek melalui jendela, ia langsung terbelalak karena ternyata benar yang ada di depan rumahnya itu ialah Albert serta beberapa anak buahnya.

"Bu, ternyata beneran Bu! Tuan Albert yang datang, mana sama anak buahnya lagi!" ucap Suhendra.

"Tuh kan, gimana ini pak?" tanya si ibu.

"Eee..." Suhendra juga ikut panik sampai kesulitan untuk berpikir saat ini.

TOK TOK TOK...

"Suhendra, saya tahu anda ada di dalam. Cepat keluar Suhendra! Atau saya bakar tempat ini dengan anda sekalian!" teriak Albert dari arah luar sambil mengetuk pintu dengan keras.

Mendengar ancaman Albert membuat Suhendra serta istrinya makin panik, tak mungkin mereka akan terus berada di dalam karena khawatir Albert akan benar-benar membakar rumah itu sesuai perkataan darinya tadi.

"Bu, ayo kita keluar temui tuan Albert! Bapak gak mau terbakar hidup-hidup!" ucap Suhendra.

"Sama pak, ibu juga gak mau!" ucap si ibu.

Ceklek...

Suhendra membuka pintu, ia dan istrinya menemui Albert yang tengah berdiri di belakang pintu.

"Ma-maaf tuan, sa-saya lama buka pintunya!" ucap Suhendra gugup.

"Mana uangnya?" tagih Albert.

Suhendra melirik ke arah istrinya dengan tatapan bingung.

"Eee... eee...."

"Kenapa?" tanya Albert.

"Sekali lagi maaf tuan! Ta-tapi, saya belum ada uang buat bayar hutang saya ke tuan! Tolong tuan, beri saya waktu lagi!" ucap Suhendra memelas.

"Apa?" Albert terlihat emosi.

Suhendra langsung ketakutan melihat tatapan mata Albert yang begitu tajam dan mengerikan.

Albert menarik kerah baju Suhendra dan sedikit mengangkat tubuh pria tua itu ke atas.

"Heh! Udah berapa kali gue kasih waktu buat lu, ha? Kenapa lu masih terus kerjain gue? Sekarang kesabaran gue udah habis, lu bayar hutang lu sekarang atau gue bakal ratain tempat ini bersama lu dan istri lu sekalian!" teriak Albert mengancam.

"A-ampun tuan, saya minta maaf! Tolong lepaskan saya tuan, jangan bakar rumah kami! Hanya ini satu-satunya tempat untuk kami berlindung tuan, saya mohon!" ucap Suhendra memelas.

"Iya tuan, tolong maafkan suami saya!" sahut si ibu yang sudah bersimpuh di hadapan Albert.

Namun, Albert tak sama sekali tersentuh dengan kelakuan Suhendra dan istrinya itu. Ia melempar tubuh Suhendra begitu saja ke arah samping hingga tersungkur ke tanah.

Bruuukkk..

"Dasar bodoh! Kalian pikir saya akan semudah itu mengampuni kalian? Hutang kalian itu gak sedikit, mana bisa saya mengikhlaskan begitu saja? Kalau memang kalian tidak punya uang buat bayar, yasudah saya ajukan cara pembayaran lain untuk meringankan kalian!" ucap Albert tersenyum sinis.

"Yang benar tuan? Cara apa itu?" tanya Suhendra sembari memegangi dadanya.

Albert melangkah mendekati Hendra.

"Serahkan Nadira untuk saya! Dengan begitu, saya anggap hutang kalian lunas!" ucap Albert.

Jantung Suhendra seakan berhenti berdetak mendengar permintaan dari Albert, ia tak mungkin rela membiarkan putri satu-satunya itu jatuh ke tangan Albert yang kejam dan ganas.

Begitupun dengan sang ibu, ia langsung menjadi yang terdepan menolak permintaan dari Albert itu.

"Tidak! Tolong tuan, ini masalah saya dan suami saya. Jadi, jangan libatkan putri saya tuan!" ucap si ibu memohon.

"Ya terserah! Kalau kalian gak mau nurut, saya bakal ancurin tempat ini dan ambil seluruh harta yang kalian punya, termasuk sawah anda!" ucap Albert.

Suhendra melongok mendengar itu.

"Saya tunggu jawabannya sampai besok, kabari saya jika kalian telah mendapat jawaban itu!" ucap Albert.

Albert langsung berbalik badan, lalu pergi bersama asisten dan para bodyguard yang ia sewa untuk memukuli Suhendra, tetapi tidak jadi.

Sementara Suhendra masih terdiam disana dengan perasaan bimbang, ia berpikir antara keselamatan dirinya atau putrinya.

"Bagaimana ini...??"

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!