“Help! help ... “ Teriak seorang wanita paruh baya, yang baru saja di copet oleh dua orang pemuda yang memakai motor.
“What is it?” tanya seorang gadis yang berhenti di depan korban.
“The Man took my bag.” Tunjuk wanita itu, pada dua orang penjahat yang mengambil tasnya, melaju mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.
Alexsa yang melihat dua pencopet itu langsung menyalakan mesin motornya, menginjak pedal gas untuk mengejar pencopet itu.
Deru suara motor ducati terdengar sangat merdu di telinga, Alexsa mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Di jalan xxx di kota London.
Kedua motor itu saling mengejar, membelah jalanan yang padat penduduk. Banyak orang yang menjerit takut, saat kedua motor itu saling mengejar satu sama lain.
Hingga posisi motor Alexsa sudah sejajar, Alexsa menendang body motor pencopet itu dengan kuat ... sampai motor sang pencopet jatuh terguling..
Bruuug ...
Motor itu rusak terpecah belah, begitu pun dengan dua pencopet yang terpental tak jauh dari posisi motor mereka.
Alexsa turun dari motornya dengan santai, membuka helm yang ia pakai, “Baru di senggol gitu aja udah jatuh kalian.” Ledek Alexsa.
Salah satu pencopet itu berdiri, menatap tajam Alexsa. “Hei gadis kerdil, jangan ikut campur!” Bentak pria itu, menatap tajam Alexsa.
Alexsa melototkan matanya, saat dirinya di ledek kerdil oleh kedua pencopet tidak tau diri dan langsung menghampiri mereka.
Buugh ...
Alexsa menendang penjahat itu di bagian dada hingga mundur beberapa langkah, “Berani sekali kau mengejekku kerdil! Punya nyawa berapa anda.”
“Sialan!” Umpat salah satu pencopet itu, lalu keduanya menyerang Alexsa dengan brutal.
Alexsa dan dua penjahat itu saling menyerang, namun bagi Alexsa ... ini hanya sebuah pemanasan untuk tubuhnya.
Ia adalah Alexsa. Alexsa Alberto, yang mahir dalam bidang bela diri jenis apapun dan memiliki sabuk hitam taekwondo. Dan Alexsa adalah gadis muda yang termasuk mahir dalam bidang memanah, menembak, dan berkuda, serta bermain pedang adalah ahlinya.
Bruughh ..
...Bruughh ......
Bruughh ...
Alexsa menendang, memukul, membanting para penjahat itu hingga keadaan mereka berdua babak belur tak berbentuk.
“Aahkk ...” kedua penjahat itu kesakitan dan terkapar di tanah tak sadarkan diri.
Alexsa pun tersenyum lalu mengambil tas yang sudah mereka ambil, lalu merapihkan bajunya, “Dasar pecundang.”
Alexsa pun menaiki motornya dan memberikan tas itu pada pemiliknya, “ini milikmu Nyonya.”
“Thank you so much for helping me.”
“No problem, next time be careful if walking alone.”
Alexsa naik ke atas motornya, namun wanita itu mencekal pergelangan Alexsa dan memberikan sebuah buku novel miliknya.
“Saya tidak mempunyai apapun, terima ini sebagai kenang-kenangan.”
Alexsa melihat buku itu dan membacanya, “Becoming Empress?”
Alexsa menoleh namun tidak ada siapapun di sebelahnya, “kemana wanita itu pergi?” gumam Alexsa menggidikkan bahunya, lalu dengan segera melajukan motornya menuju Bodzagi Taekwondo.
Namun setelah sampai entah kenapa, Alexsa malah duduk dan membaca buku yang di berikan oleh wanita paruh baya yang dia tolong ... tanpa sadar, Alexsa tertidur dan menjatuhkan buku itu ke lantai, hingga sebuah cahaya bersinar dari dalam buku itu hingga membuka semua bab dengan sendirinya begitu cepat.
Perlahan tapi pasti, cahaya kuning ke emasan itu menyedot jiwa Alexsa yang tengah tertidur kedalam novel ... hingga dengan sendirinya buku itu tertutup kembali dan Alexsa pun tak sadarkan diri..
•
•
•
Dunia yang berbeda•
Alexsa yang kini jiwa sudah bertransmigrasi kedalam tubuh An Xia, mendengar tangisan yang sangat nyaring di telinga.
Perlahan Alexsa membuka matanya dan menguap dengan lebar, membuat tangisan nyaring itu berhenti.
“Nona An Xia, akhirnya anda bangun.” Ucap seorang gadis di sebelahnya.
Alexsa menoleh dan mengerutkan keningnya, saat ia melihat gadis kecil yang menangis di sebelahnya. “Siapa kamu?” tanya Alexsa dengan heran.
“Nona An Xia, apa anda tidak ingat saya? Apa sebegitu menyakitkan kepala anda hingga kehilangan ingatan?”
“Apa maksudmu?” tanya Alexsa yang belum memahami situasi.
“Nona An--.”
“Hei tunggu sebentar, kenapa kamu memanggilku Nona An Xia? Aku buk—“
Alexsa tidak bisa melanjutkan perkataannya, saat netra matanya melihat sekeliling adalah hutan lebat. Lalu Alexsa menoleh ke arah gadis kecil yang memakai baju dayang di kerajaan kuno, lalu melihat ke arah dirinya sendiri yang memakai baju hanfu lusuh.
“Ahhh ... tidak mungkinnn.” Teriak Alexsa menggema di seluruh hutan, hingga burung-burung berterbangan..
•
“Sial! Apa aku benar-benar masuk kedalam dunia Novel?” Gumam Alexsa dalam hati, saat Dayang Mei menceritakan apa yang terjadi.
Dayang yang bernama Mei Lie sangat khawatir, saat sang Nona tidak lagi bernafas, dan menceritakan bagaimana kejamnya kedua anak dari selir ayahnya yang selalu menindas sang jun-jungan.
Alexsa memijat keningnya yang terasa pening secara mendadak, ia tidak habis pikir akan bertransmigrasi seperti cerita di novel novel ... ia pikir itu hanya sebuah cerita belaka, namun apa ini? Alexsa mengalami perjalanan di dunia yang berbeda.
“Tunggu, tadi apa yang kamu bilang? Kedua adik tiriku dan selir itu menyiksaku sampai mati dan membuangku ke dalam hutan ini?” tanya Alexsa, yang langsung di angguki oleh dayang Mei lie.
“Jangan bilang kamu membuntutiku sampai di sini.” Tebak Alexsa.
“It- itu benar Nona.”
“Jangan bilang, kalau aku di siksa hanya karna sebuah guci?” tanya Alexsa memastikan kembali, bahwa tebakkannya benar.
Dan kedua mata Alexsa terbelalak saat dayang Mei mengangguk lagi, “Apa ada masalah Nona?” tanya Dayang Mei.
“Tentu saja masalah! Karna ak—aahh sudahlah, lebih baik kita kembali ke rumah sebelum hari gelap.”
Alexsa yang kini sudah menjadi An Xia berjalan lebih dahulu, di belakangnya dayang Mei mengekori sang jun-jungan..
Kedua orang itu berjalan menyulusuri hutan dan sungai, Alexsa tau jika kepulangannya ke kediaman An akan membuat ia dalam bahaya namun Alexsa akan menghadapi semua masalah dengan cara nya sendiri.
Alexsa merutuki kebodohannya karna tidak sempat membaca novel itu sampai selesai, hingga Alexsa hanya tau sampai part pertengahan saja.
•
Beberapa menit berlalu, akhirnya Alexsa dan Dayang Mei keluar dari hutan. Namun perjalanan mereka masih jauh untuk pualng ke kediaman An, dan mereka seharusnya menaiki kereta kuda agar cepat sampai.
“Nona, apa nona lelah?”
“Aku tidak lelah, hanya saja ... kaki ku pegal karna jalan terlalu lama.” Keluh Alexsa.
“Mari nona, kita istirahat di sebelah sana.” Tunjuk Dayang Mei, ke arah pedagang yang menjual makanan ringan di dekat pemukiman penduduk.
Namun sebelum melangkah, Alexsa terdiam mengingat dialog yang baru saja ia ucapkan dan dia dengar. Dialog itu sama persis seperti di dalam novel..
“Oh, God ... apakah aku di kirim ke dunia ini untuk merubah isi di dalam novel yang sudah ada?” Gumam Alexsa dalam hati.
“Nona ayo.”
Alexsa tersadar dari lamunanya dan mengangguk, ia sudah tau jika dia berjalan pasti setiap orang akan mengjeknya dan membicarakan dirinya..
Dan benar saja yang di pikirkan oleh Alexsa, jika dirinya menjadi bahan gunjingan oleh penduduk desa. Walau mereka semua berbisik, namun bisikan mereka bisa terdengar dari laut antartika hingga laut segi tiga permuda.
“Bukankah itu Nona dari kediaman An?”
“Iya ... itu putri pertama Jenderal An yang lemah dan jelek.”
“Sayang sekali yaa ... wajahnya buruk rupa hingga dia selalu memakai cadar kemana pun dan kapan pun.”
“Iya, berbeda sekali dengan Nona An Rumi dan Nona An Rian yang cantik dan anggun.”
“Jangan lupa, mereka juga berbakat.”
Itulah bisik bisik yang terdengar oleh Alexsa, yang membuat Alexsa geram dan ingin sekali merobek mulut yang tengah menggosipkan dirinya.
“Nona jangan dengarkan mereka, anda juga berbakat dan cantik.” Ucap Dayang Mei, seakan dirinya tau jika jun-jungan nya tengah merasakan panas hati.
“Hm ... kita lanjutkan saja perjalanan kita, aku ingin segera sampai di kediamanku.”
Dayang Mei mengangguk, dan mengikuti jun-jungan nya dari belakang ... belum juga hati Alexsa mereda, kini ia tak sengaja berpapasan dengan rombongan dari istana Kekaisaran Zhang.
Tak mau perduli, Alexsa terus berjalan lurus tanpa peduli rombongan dari istana yang menatapnya dengan kening mengkerut.
Jika di dalam novel yang dia baca, An Xia akan berlutut. Namun tidak dengan dirinya yang mempunyai keberanian untuk melawan, ia tidak akan berlutut pada siapapun.
Sedangkan Dayang Mei sudah was-was dan takut, mengapa jun-jungan nya ini berbeda sifat semenjak bangun dari pingsannya..
“Hei kalian!” bentak salah satu pengawal, yang mana membuat Dayang Mei membeku di tempat namun tidak untuk Alexsa.
“Ada apa?” tanya Alexsa dengan santai.
Yang mana membuat para pengawal dan Pangeran kedua dan ketiga dari Kekaisaran Zhang itu menyengitkan dahinya, karna baru kali ini ada seorang gadis yang berani menatap mereka.
''Hai kau Nona!'' Sentak Pangeran ketiga yang bernama Dong Zhang turun dari kudanya lalu menghampiri Alexsa..
''Apa kau tidak tau siapa kami?” tanya Pangeran Dong Zhang.
Alexsa memutar matanya dengan malas, ''Aku tidak tau.” Jawab Alexsa dengan nada malas dan membuang muka ke arah samping.
''Kami ini dari istana Kekaisaran Zhang. Dan aku adalah Pangeran ketiga Dong Zhang, apa kau tidak mau menghormatiku sebagai Pangeran.” Ucapnya dengan nada sinis.
Alexsa mengerutkan keningnya dan melengos ingin pergi, ia benar-benar malas untuk bertengkar namun tangan Alexsa di cekal oleh Pangeran Dong Zhang..
“Kau benar- benar harus di hukum karna tidak menghormati seorang Pangeran!” Bentaknya yang mana membuat Alexsa langsung menepis cengkraman Pangeran Dong Zhang dengan kasar..
“Maaf Pangeran, hamba harus segera pergi karna hari akan gelap.” Alexsa sedikit membungkukkan kepalanya lalu pergi.
“Lancang!” teriaknya.
''Adik ayo kita sudah terlambat, biarkan Nona itu pergi.” Ucap Pangeran kedua yang bernama Zhang Mo, mencoba melerai perdebatan sang Adik yang tidak berguna..
Pangeran kedua Zhang Mo sangat tahu sifat sang adik yang benar benar gila hormat terhadap siapapun yang berani mengacuhkan dirinya.
''Sudahlah Adik, ayo ...” Pangeran Zhang Mo, menarik tangan sang adik untuk secepatnya pergi.
Para rombongan dari istana pun melanjutkan perjalanannya, begitu pun dengan Alexsa dan Dayang Mei..
''Cari tau wanita itu.” Bisik Pangeran Dong Zhang pada pengawalnya.
“Baik Pangeran."
•
Setelah beberapa waktu terlewati, kini Alexsa dan Dayang Mei sudah sampai di kediaman Jendral An.
Alexsa berdiri sambil mengerutkan dahinya, saat dia melihat jika pintu besar dan lebar itu tertutup dengan rapat.
Alexsa mengangkat hanfu yang dia pakai, lalu berjalan ke arah pintu besar itu untuk membukanya ... namun sial, seberapa kuat Alexsa membuka pintu itu tapi tidak terbuka sedikit pun.
“Astaga ... pintu ini terbuat dari material apa hingga kokoh dan berat seperti ini. Tapi ini tidak akan bisa menghalangiku untuk masuk kedalam rumahku sendiri. Hiyaaaa ... “
Alexsa mengangkat kakinya untuk mendobrak pintu kokoh di depannya menggunakan tenaga dalamnya, namun ... belum juga sampai kaki Alexsa untuk mendobrak, pintu itu sudah di buka oleh penjaga di dalam sana..
Hiyaa ....
...Gubraak ......
Tuinggg ...
...Dhuugg ......
Aiiiiii ...
Alexsa masuk dengan cara terguling-terguling, membuat sang penjaga dan Dayang Mei terkejut bukan main.
“Yaa dewa ... anda tidak apa apa Nona?”
“Sialan! Siapa yang melakukan itu.” Bentak Alexsa yang masih menungging di tanah, “Adegan ini tidak ada di dalam novel bukan?” gumam Alexsa dalam hati.
...•••••...
...Jangan lupa tinggalkan jejak...
...Tap love...
...LIKE.KOMEN.VOTE.BUNGA...
Di kediaman Mawar•
Seorang pelayan dengan tergesa-gesa berlari menuju kediaman Mawar, dimana jun-jungan nya tunggal.
“Nona An Rumi ... Nona An Rumi ...” Teriak Dayang kepercayaan nya.
Sedangkan putri dari selir pertama itu tengah menyelesaikan mandinya, “Aku di sini Dayang Dee"
“Nona, gawat Nona.” Ucapnya dengan nafas tersenggal senggal, karna lelah berlari.
“Ada apa dengan mu, Dayang Dee? Apa kau telah melihat hantu sehingga begitu ketakutan.”
Dayang Dee membisikkan sesuatu pada jun-jungan nya, hingga An Rumi melototkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar.
Praaangg ...
An Rumi membanting alat rias yang tengah dia gunakan. “Itu tidak mungkin! Aku sendiri yang sudah memastikan jika dia tidak bernafas lagi.”
“Ta-tapi saya memang melihatnya Nona.”
Tangan An Rumi mengepal, “Cepat pakaian hanfu untukku, aku akan menemuinya.”
Para pelayan itu mengangguk, dan memakaikan baju serta riasan kepala di kepalanya ... setelah selesai, An Rumi langsung ke luar ingin melihat An Xia sang Kakak.
•
Sedangkan di kediaman Anggrek•
“Apa ini kediaman ku?” tanya Alexsa, yang membuat Dayang Mei mengerutkan keningnya.
“Anda juga sudah lupa?”
“A-ahk ... hanya beberapa kejadian yang tidak aku ingat, tapi tidak masalah ayo masuk.” Ajak Alexsa pada Dayang setianya.
Saat Alexsa masuk, ia melihat ke seluruh penjuru kediamannya. Terlihat interior kumuh dan tidak terurus bahkan satu kali tendang pun sudah roboh.
“See ... sudah aku duga! Pemilik tubuh ini juga di kucilkan oleh para pelayan hingga tidak ada yang membersihkan kediaman ini.” Gerutu Alexsa.
“Mei ...” Panggil Alexsa.
“Saya Nona.”
“Aku ingin mandi, bisakah kau menyiapkan aku air mandi?” tanya Alexsa yang sudah mengetahui jika di era kuno, mandi pun di siapkan oleh para pelayan.
“Baik Nona.”
Alexsa mengangguk lalu melangkah ke kamarnya, dan melihat tidak ada yang istimewa di dalam kamar yang kumuh ini. “An Xia, kau benar-benar menyedihkan. Lihatlah pakaian mu saja lusuh dan sudah tidak layak pakai.”
Alexsa tersenyum saat netra matanya melihat peraduan/ranjang, lalu ia dengan segera merebahkan tubuhnya di atas peraduan. “Ini juga tidak layak di tiduri! Hufft ... benar-benar putri Jendral yang di asingkan. Baiklah, karna aku yang sudah menggantikan jiwa An Xia ... maka aku akan merubah alur yang sudah di buat untuknya menjadi kuat dan tidak mudah di tindas."
Ketika Alexsa Tengah memikirkan rencana, sementara Dayang Mei menyiapkan air, perut Alexsa tiba-tiba berbunyi dan merasakan perih akibat cacing di dalam sana memberontak meminta makan.
“Ahk, aku lapar ...” Keluh Alexsa, lalu berdiri dari atas peraduan untuk mencari makanan. Namun setelah berkeliling, ia tidak menemukan makanan satu cuil pun.
“Benar-benar miskin!”
“Nona Airnya sudah siap.” Dayang Mei memberi tahu.
“Hm, baiklah”
Alexsa melupakan rasa laparnya lalu bergegas mandi, tubuhnya benar-benar kotor dan penuh dengan keringat.
•
Di lorong taman•
“Adik, kau ingin pergi kemana dengan tergesa-gesa seperti itu?” tanya An Rian, saat berpapasan dengan adiknya.
“Aku ingin ke tempat An Xia, Kakak. Aku dengar dia masih hidup.” Bisik An Rumi pada sang Kakak.
Kedua mata An Rian terbelalak, “Bukankah dia ...”
“Kenapa dia masih meresahkan, dan bangkit dari kematiannya.” An Rian mengepalkan keduantangannya.
“Mari kita sama-sama memastikan Kakak.”
“Tidak! Jangan sekarang, karna sebentar lagi Ayahanda akan pulang dari istana.” Cegah An Rian pada sang adik, “Lebih baik kita menyambut kedatangan Ayah di gerbang bersama ibu.”
“Baik Kakak.”
Kedua putri dari Selir kesayangan Jendral An, berjalan untuk menyambut Ayah mereka. Sedangkan An Xia baru selesai ritual mandinya..
Kini An Xia atau Alexsa tengah memakai hanfu, di bantu oleh Dayang Mei, karna Alexsa belum mengerti cara memakai hanfu.
“Oh Tuhan ... beginikah hidup di jaman old? Kenapa tidak ada bh, atau celana persegi tiga untuk menutupi mahkota berharga ... Tidakkah masuk angin jika di biarkan terbuka?” gumam Alexsa dalam hati.
“Sudah selesai Nona.” Dayang Mei tersenyum senang.
“Terima kasih Mei, kau sangat membantu. Tapi adakah makanan yang bisa aku makan?”
Dayang Mei terdiam dan menunduk, “Maafkan saya Nona, Nona hanya di beri makan satu kali dalam sehari ... jika saya mengambil makanan di area dapur, saya takut di hukum oleh kepala pelayan.”
Alexsa menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia ingat jika An Xia jarang di beri makan dan jika di beri makan pun hanya makanan sisa Selir Yu dan kedua anaknya.
“Haish, aku harus berbuat sesuatu agar tidak mati kelaparan.” Gumam Alexsa dalam hati.
Alexsa merilik Dayang setianya lalu tersenyum, ia ingat betul bahwa di dalam novel yang dia baca ... jika kepala pelayan menguburkan harta miliknya di bawah pohon.
“Ikut aku.” Ajak Alexsa pada Dayang Mei.
Alexsa keluar dari kediamannya, lalu mengingat dimana kepala pelayan itu mengubur harta korupsinya.
“Nona ... kau, mau pergi kemana?” tanya Dayang Mei penasaran.
“ikut saja, jangan banyak bicara.”
Setelah lama berkeliling, mencari pohon yang di maksud oleh Alexsa. Kini sang empu tersenyum dengan mata terkunci melihat pohon itu ternyata ada.
Alexsa pun melihat kanan kiri, lalu melihat Dayang Mei. “Kau, jaga disini dan jangan sampai ada orang lain melihatku.”
“Ba-baik Nona.” Angguk Dayang Mei, walau ia sendiri pun tidak tau.
Sedangkan An Xia, kini tengah menggali tanah yang dia kira ada harta karun sang kepala pelayan.
Sruukk ...
...Sruukk ......
Sruukk ...
Alexsa terus menggali, hingga dia mendapat kotak kayu yang cukup besar ... mata Alexsa bersinar seperti cahaya ilahi.
“I have it.” Riang Alexsa, menyembunyikan harta itu kedalam hanfunya lalu menghampiri Dayang Mei. “Ayo kita pergi, sebelum ada yang melihat kita di sini.”
Alexsa menyeret Dayang Mei untuk pergi menjauh, karna dia yakin jika kepala pelayan itu akan datang untuk memeriksa harta yang dia sembunyikan.
•
Di gerbang kediaman•
Terdengar suara beberapa kuda telah datang, seorang pria kirasan umur 40thn dan masih gagah turun dari kudannya, begitu pun para pengawal di belakang Jendral An yang telah sampai di kediamannya..
Kepulangannya di sambut hangat oleh Selir kesayangan dan kedua putri kesayangannya. Sedangkan dimana Nyonya pertama An berada? Nyonya pertama An di kurung di bawah tanah karna di anggap gila, dan itu semua adalah rencana Selir licik yang bernama Selir Yu dan kedua putrinya yang bernama An Rian dan An Rumi.
“Tuan anda pulang ...”
“Ayahanda ...”
Sambut ketiganya dengan suka cita, begitu pun dengan Jendral An yang membalas sambutan hangat istri dan kedua anaknya..
Tanpa mereka sadari, jika Alexsa menyaksikan moment haru itu. Entah mengapa, Alexsa merasakan hatinya sakit ketika melihat pemandangan itu di depannya.
Hatinya Alexsa bersuara, seharusnya An Xia dan sang Ibunda tercintanya lah yang menyambut kepulangan Ayahanda setelah berperang.
“Lihat saja An Rian, An Rumi ... aku akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik An Xia. Tidak akan lama lagi, kalian akan di singkirkan dari posisi kesayangan.
“Nona ...”
Alexsa menoleh, “Hemm, ayo kita berbelanja!”
“Nona, kita tidak punya uang.”
“Siapa bilang? Aku punya banyak uang ... lebihnya uang kepala pelayan yang sering korupsi keuangan dapur.” Lanjutnya dalam hati.
...••••••...
...TAP LOVE....
...jangan lupa dukungannya....
...LIKE.KOMEN.VOTE.BUNGA....
An Xia dan Dayang Mei sudah sampai di pasar, kini mereka berdua tengah melihat lihat barang yang baru Alexsa temui.
Namun setelah Alexsa berjalan terlalu lama dengan antusiasi, sampai Alexsa lupa jika perutnya belum di isi makanan.
“Mei ... aku lapar, kita pergi ke rumah makan yang enak di kota ini.”
“Ta-tapi Nona, kita tidak punya uang.” Sekali lagi Dayang Mei mengingatkan.
Alexsa memutar matanya dengan malas, karna Dayang setianya ini selalu mengeluh tentang uang.
Alexsa pun mengeluarkan tumpukan uang kertas tunai pada Mei, “Mei ... lihatlah.”
Mata Mei bersinar terang seperti matahari, ketika melihat tumpukkan uang tunai yang di pegang jun-jungan nya.
“Ya dewa. Nona, dari mana anda mendapatkan uang itu.”
“Tidak perlu tau, cepat kita makan enak di tempat makan yang mahal di kota ini.” Ucap Alexsa dengan semangat.
“Baik Nona.” Dayang Mei hanya mengangguk saja, mengikuti sang jun-jungan dari belakang.
•
Kediaman Jendral An•
An Rian dan An Rumi tengah gembira, ketika sang Ayah mengabari jika mereka di undang makan malam ke Istana.
“Kabari juga An Xia, Dia harus ikut karna Kaisar menginginkan ketiga putriku untuk ikut.” Ucap Jendral An Chen pada penjaga.
Penjaga itu mengangguk, lalu pergi untuk mengabari putri tertua Jendral yang di kucilkan semua orang.
“Tuanku, mengapa anda ingin mengajak An Xia keperjamuan di istana? Tidak takutkah Anda, Tuanku. Jika An Xia akan mempermalukan anda?”
Seperti biasa, Selir Yu akan menghasut Jendral An untuk tidak melibatkan putri sah dari istri pertamanya ... karna Selir Yu ingin jika kedua putrinya yang mendapatkan perhatian dari semua orang.
“Sebenernya aku juga tidak menginginkan anak bodoh itu ikut ke perjamuan di istana, tapi apa boleh buat jika Kaisar menginginkan ketiga putri ku untuk ikut.” Ucapnya, yang mana membuat An Rian dan An Rumi mengepalkan kedua tangannya..
“Tidak boleh, dia tidak boleh ikut.” Gumam An Rian dalam hati, “Jika An Xia bodoh itu ikut, aku akan mempermalukan dia di hadapan Kaisar dan para Pangeran.” Gumamnya lagi.
Sedangkan An Xia, yang berada di restoran tengah memakan mie dengan Dayang Mei sampai perut mereka kenyang.
“Aahk, aku kenyang Mei.” Ucap An Xia mengelus perutnya.
“Saya juga merasakan hal yang sama Nona.”
“Ayo kita pergi untuk membeli beberapa hanfu, karna hanfu di dalam bilikku sudah lusuh dan usang.” An Xia berdiri dari tempat duduknya, begitu pun Dayang Mei.
Kedua orang itu melangkah pergi, setelah perut mereka kenyang ... tanpa mereka sadari, jika kelakukan makan mereka di perhatikan oleh dua seorang pemuda bertopeng di sudut ruangan.
“Cari tau gadis itu berasal dari mana.” Titah seorang pria bertopeng perak pada pengawal pribadinya.
“Baik tuanku.”
•
Malam hari•
Di ruang makan ... Jendral An, Selir Yu dan ke dua anaknya An Rian dan An Rumi tengah menunggu An Xia datang.
“Tuanku, apakah harus selama ini menunggunya?” tanya Selir Yu pada Jendral An
“Tunggulah seben--"
Jendral An tidak lagi melanjutkan perkataannya, ketika suara penjaga di luar membuka pintu sambil berteriak.
“Tuan, Nona pertama An sudah datang.”
“Biarkan dia masuk.” Jawab tegas Jendral An.
Pintu ruang makan terbuka ke sisi kiri, bersamaan dengan An Xia datang berjalan dengan anggun ... An Xia mengenakan hanfu yang dia beli tadi siang bersama Dayang Mei, dengan warna putih berpadu dengan ungu muda, memperlihatkan betapa anggunnya An Xia
Semua orang membelalakan mata mereka, saat An Xia terlihat cantik ke hadapan mereka. Namun, An Rian merasa tidak suka dengan penampilan An Xia malam ini.
“Dari mana dia mendapatkan gaun itu! Bukankah dia tidak memiliki uang.” Gumam An Rian dalam hati.
“Salam Ayah, salam Selir ... Yu.” An Xia sengaja memanjangkan kata Selir pada Selir Yu.
“Hm ... duduklah, kita makan bersama.” Ucap Jendral An Chen, setelah sadar dari kekaguman terhadap putri pertamanya.
An Xia menganggukkan kepalanya, lalu duduk di depan An Rian yang tengah menatapnya tidak suka.
“Hallo para musuhku.” Gumam An Xia dalam hati, menyunggingkan bibirnya.
“Cih, lamban.” An Rumi mendecih tak suka.
“Oh ... maaf adik, aku terlalu sibuk di dalam kediamanku! sehingga aku melupakan ajakan ayahanda makan malam.” Jawab An Xia, namun dengan nada tekanan di setiap katanya.
“Pelayan, hidangkan makanan di atas meja.” Titah Jendral An pada pelayan.
Para pelayan pun menyajikan makanan di meja, dengan sangat hati-hati ... mereka takut membuat kesalahan sedikit pun, karna mereka masih menyayangi kepala mereka.
Sedangkan mata An Xia membulat sempurna ketika melihat makanan yang banyak di atas meja.
Seketika air liurnya menetes besersamaan dengan perutnya yang berbunyi minta di isi, padahal tadi sudah di isi full teng dengan Dayang Mei sewaktu di pasar.
An Xia tak sungkan mengelap bibirnya dengan punggung tangannya, walau sebenarnya tak ada air liur di sudut bibirnya ... tapi makanan di depan matanya sangat menggiurkan sekali.
An Xia makan dengan lahap tanpa memperdulikan sekitarnya, yang tengah menatap An Xia dengan horor..
“An Xia, apa kau tidak bisa makan dengan etika? Mengapa cara makan mu seperti kuda kelaparan.” Ledek Selir Yu.
An Rian dan An Rumi terkekeh, menutup mulutnya dengan telapak tangan mereka. Sedangkan An Xia langsung menaruh kedua sumpit yang ada di tangannya.
“Maafkan putrimu ini ayah, makanan ini terlalu enak sehingga anak mu ini tidak bisa mengontrol diri ... karna selama ini, anak tertua mu ini hanya makan makanan sisa kalian.”
Deg ...
Jantung Jendral An berdetak, keningnya berkerut dan merasa bingung dengan apa yang di katakan putri tertuanya.
“Apa maksudmu An Xia?”
Selir Yu membelalakkan matanya, ia tak percaya jika anak bodoh seperti An Xia akan berbicara pada ayahnya. Padahal An Xia sudah di ancam oleh Selir Yu, bahwa An Xia tidak boleh mengeluh pada Jendral An..
“Tuanku ... it--”
Selir Yu tidak bisa meneruskan perkataannya, saat An Xia berkata.
“Anak bodoh dan tidak berguna sepertiku, hanya bisa makan makanan sisa kalian ... itulah yang di ucapkan Selir Yu padaku ayah.”
Jendral An langsung menatap Selir kesayangannya, yang tengah menggelengkan kepalanya.
“Itu tidak benar Tuanku, aku tidak mungkin tega melakukan itu.” Elak Selir Yu, dengan tatapan mengiba.
Jendral An menghela nafasnya, lalu melihat An Xia. “Selesaikan makan mu, dan cepatlah kembali ke kediaman mu karna besok kita akan pergi ke Istana lebih awal.”
Bukannya membela An Xia, sang Ayah malah menyuruhnya mempercepat makan. Yang mana membuat Alexsa mengepalkan kedua tangannya.
“Jika An Xia akan menerima penghinaan ini ... tapi aku tidak bisa menerima penghinaan ini, awas saja kalian.” Gumam An Xia dalam hati.
Setelah semuanya selesai makan, mereka semua kembali ke kediaman masing masing ... namun An Rian dan An Rumi tengah merencanakan sesuatu untuk mempermalukan An Xia, si gadis bodoh.
Tanpa mereka berdua sadari, jika An Xia tengah menguping pembicaraan mereka dari atap. Alexsa harus memutar otaknya agar terhindar dari rencana kedua adik tirinya yang jahat. Dan Alexsa mempunyai dua pilihan sekarang, yaitu menghindar atau melawan.
“Tidak akan aku biarkan kalian mempermalukan ku.” Gumam An Xia, lalu pergi.
... •••••...
...LIKE.KOMEN.VOTE.BUNGA ...
...TAP LOVE TAMBAHKAN KE FAVORIT KALIAN....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!