31 Desember
Seorang gadis tanpa alas kaki berjalan tak nentu arah, berkeliaran di sepanjang jalanan kota yang sedang ramai. Yap, jalanan kota saat ini sangat ramai, karena semua orang antusias menyambut pergantian tahun.
Tetapi hanya satu orang yang tidak begitu antusias, ia adalah Sana. Seorang gadis yang berjalan tak tentu arah itu, tetap melanjutkan langkahnya dengan muka yang letih, muak, dan cape akan kehidupan.
“Semua orang berbahagia hari ini, kenapa gue justru ga sama sekali?” lirih Sana
Ia menatap iri orang-orang di sekitarnya, yang saling bercanda gurau dan bergembira dengan sahabat, pacar, dan orang tuanya. Tetapi, tak satupun dari orang-orang yang dia lewati peduli akan dirinya.
Sejak tadi, tak ada yang memperdulikan dirinya. Ia dianggap sebagai angin lalu yang tidak terlihat. Sana iri, mengapa semua orang terdekatnya menjauh? bahkan menganggap ia berbeda sejak saat itu. Saat itu, adalah awal kehidupan yang membuat Sana terpuruk hingga saat ini.
Sejak saat itu, ia kehilangan segalanya. Sahabat, pacar, dan tentu orang tuanya. Sejak saat itu, hari-hari buruknya di mulai. Sahabat yang ia percayai meninggalkannya, Pacar yang ia cintai meninggalkannya, ibunya pun meninggalkan. Orang yang membuat dia bertahan.
Ayahnya? Sana tidak peduli akan sesosok yang tidak pantas ia sebut dengan ayah. Ayahnya sudah meninggalkan dia dan ibunya sejak Sana SD, dan memilih wanita lain diluar sana. Sejak saat itu, ia tinggal sendiri di dalam rumah besar itu. Ibunya? Ia menjadi cuek kepada Sana.
Sana sangat membenci ayahnya, karena sudah berselingkuh, tetapi ia tak mau menceraikan ibunya. Justru, setiap dia pulang ke rumah, maka saat itulah suara kaca pecah mulai terdengar saut- bersautan dan teriakan yang mengema. Kejadian itu terjadi terus-menerus, dan itu membuat Sana sangat tertekan.
Ayahnya memang memenuhi tanggung jawabnya dibidang finansial, tetapi, dibidang lain tidak. Mendengar namanya saja Sana sudah muak dengan lelaki paruh bayah itu. Terkadang Sana iri, kepada orang-orang yang mendapatkan kasih sayang dari sesosok ayah.
Sana terus berjalan melewati khalayak ramai yang bergembira. Hingga, ia sampai di sebuah jembatan yang dibawah nya adalah sungai lebar. Sana tersenyum miris dan menatap sendu kedepan. Ia membayangkan semua kenangan yang terjadi dihidupnya.
Satu tindakan yang terlintas saat itu ialah menghilang dari dunia ini untuk selama-lamanya. Ia benar-benar lelah dengan semuanya, tak satu pun menginginkan dia ada, sejak saat itu. Pukul sudah menunjukkan 23.30 tersisa 30 menit untuk berganti tahun, Sana sudah membulatkan tekadnya untuk terjun ke sungai disaat malam pergantian baru.
“ARRGHHH, KENAPA HARUS GUE?” teriak Sana kencang
Ia mengeluarkan semua beban yang ia pikul selama ini. Dia tak perduli lagi akan orang sekitar yang menatap dan menganggapnya gila.
“GUE LELAH, GUE MUAK, GUE CAPE, KENAPA DIMATA SEMUA ORANG GUE BERBEDA? KENAPA?” teriak sana lagi
“KENAPA MASYARAKAT MENGIRA ORANG-ORANG KAYAK GUE GILA? KENAPA ORANG-ORANG TERDEKAT GUE PERGI MENINGGALKAN GUE? KENAPA? SEHINA ITUKAH?” lagi dan lagi Sana berteriak sekencang kencangnya meluapkan semua emosi yang ia pendam saat ini.
Tangis nya pecah di tengah hiruk pikuk kota pada malam itu. Sana masih berharap ia diperdulikan sebelum ia meloncat ke sungai, mungkin saja ia bisa mengubah keputusannya itu. Namun, itu semua hanyalah sebuah hayalan saja. Mana mungkin ada yang peduli padanya, jelas-jelas orang terdekatnya saja menjauh apalagi orang asing.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.58 sisa beberapa menit lagi ia meninggalkan dunia ini. Sana bersiap dan mengambil ancang-ancang untuk melompat ke sungai.
“Andai ada satu yang peduli, mungkin gue ga akan ngelakuin ini, tapi itu semua mustahil,” lirih Sana ia pun mulai menghitung mundur waktu bersama orang orang yang menantikan pergantian tahun.
“5”
“4”
“ 3”
“ 2”
“ 1, Selamat tinggal duni–.”
“TUNGGU,” ucapan dan aktifitas Sana berhenti seketika, karena teriakan seseorang dari arah belakang Sana.
Sana terkejut, dan tidak menyangka akan ada yang menghentikannya, tapi siapa orang itu?. Sana penasaran, tetapi, ia juga heran serta takut, kalau ternyata, bukan dia orang yang dimaksud. Akhirnya dia pun melanjutkan melompat ke sungai. Orang yang tadi teriak dibelakang Sana pun kesal, karena gadis itu tak menghiraukan ucapannya.
“Nih anak budek atau gimana ya, udah disuruh tunggu masih aja mau lompat,” gumam orang itu sambil berlari menghampiri Sana yang hendak melompat itu
“Gue bilang tunggu, bisa tunggu ga,” kesal orang itu ke Sana
“Hah? Siapa? Gue? Jadi tadi lu nyuruh gue?” ucap Sana membalikkan badannya dan menatap orang itu. Ternyata dia adalah seorang laki-laki bertubuh jakung ke atas, dan tingkat ketampanan yang lumayan walaupun hanya memaki Topi dan kacamata hitam. Tapi kenapa orang itu menghentikannya? Apakah orang itu mengenalnya? Tiba-tiba muncul seribu pertanyaan di dalam kepalanya.
Suasana sedih yang tercipta, tiba-tiba hilang menjadi suasana canggung karena kebodohan Sana. Eits, dia tidak bodoh hanya saja cowo tadi yang tidak menyebut namanya, bagaimana dia bisa tahu. Ya, begitulah wanita tak mau dianggap salah.
“Masih pengen loncat? ” ujar cowo itu
“Eh? Engga kok gue kan orangnya nepatin janji,” ujar Sana sambil turun dari pagar pembatas yang ada di jembatan itu.
Cowo itu hendak pergi setelah memastikan Sana tidak berniat untuk melompat lagi. Namun, Sana mencegahnya
“Eh lo mau kemana? Lo siapa? Kenapa bantu gue?” tanya sana mencecar abis cowo misterius itu
“Pergi, ga perlu tau, pengen aja,” ujar cowo itu singkat, lalu cowo itupun pergi membalikkan badan hendak meninggalkan Sana. Namun, cowo itu berkata lagi
“Suatu saat nanti, kita pasti bertemu kembali. Kalo lo penasaran, pastiin lo masih hidup saat itu. Lo tuh ga berbeda, lo cuman sakit. Jadi, jangan ragu lagi untuk meminta bantuan ke orang profesional. Lo tuh hebat, jadi bangkit dari keterpurukan lo,” ucap cowo misterius itu yang membuat Sana tertegun.
"Oh iya, sebelum ini kita pernah bertemu, gue tinggalin klu, supaya lo ga pernasaran," ucapnya lagi.
Setelah sadar, cowo misterius itu hilang ditengah gelapnya malam dan ramainya orang, pada malam itu. Ia pun tak bisa ingat mukanya karena gelap, ditambah cowo itu memakai sebuah kacamata hitam dan topi. Tetapi, yang dia tahu cowo itu memakai sebuah liontin berbentuk lingkaran dan ada burung Garuda di bagian tengah liontin tersebut. Dan, dia meninggalkan klu yang aneh. Pernah bertemu? banyak orang yang sudah bertemu dengan Sana, entah itu sekedar lalu-lalang di jalan. Memikirkan klunya itu membuat Sana pusing.
Sejak itu hidup sana mulai beranjak berubah, tiba-tiba ia memiliki tujuan hidup dan cita-cita yang ingin di gapai, yaitu mengubah statement masyarakat yang menganggap dirinya dan orang-orang sepertinya berbeda, dan ia juga harus bertemu dengan pria misterius itu. Setidaknya untuk mengucapkan rasa terima kasih, karena sudah menolong dirinya.
- To Be Continue -
Beberapa bulan sebelumnya
Ting....
Terdengar suara notif masuk dari handphone seorang gadis yang sedang tertidur. Suara itu membangunkan gadis yang sedang di alam bawah sadarnya.
...Erlangga...
San, nanti berangkat sekolah gue jemput
^^^Oke, Ga^^^
^^^Read^^^
Setelah membaca pesan tersebut gadis itu langsung mempersiapkan dirinya untuk pergi ke sekolah. Tak memakan waktu lama ia bersiap-siap karena ia tipe orang yang tidak suka berdandan. Baginya memoles mukanya dengan sedikit bedak sudah cukup. Kemudian ia turun dari kamarnya lantai dua dan melihat sekeliling rumah dan ternyata rumah itu sepi dan hanya terletak sepotong roti yang sudah disiapkan untuknya sarapan. Tiba-tiba mood makan gadis itu seketika hilang, ia langsung berjalan keluar rumah tanpa menyentuh sarapan tersebut.
Sesampainya diluar sudah ada motor Ninja warna merah yang sudah terpakir di halaman rumahnya. Sanapun segera berlari menghampiri sang pemilik motor itu.
“Hai Ga, udah lama nunggu?” ujar Sana
“Engga kok barusan aja gue sampai,” ujar Erlangga sambil memberikan helm
“Bagus deh gue kira lo udah lama nunggu,”
“Santai aja kali San,”
“Bisa ga naiknya kalo ga bisa sini gue bantu,” ujar Erlangga lagi sambil mengulurkan tangan
“Bisa kok,”
Setelah itu Ninja tersebut pun melaju dengan kecepatan lumayan cepat memecah jalanan yang mereka lewati sehingga banyak pengendara yang membunyikan klakson. Cukup memakan waktu untuk sampai ke sekolah dari rumah Sana karena jaraknya yang lumayan jauh.
Sesampainya di sekolah mereka berdua menjadi sorotan semua orang. Karena mereka adalah bukan murid biasa saja dan sedang dikabarkan lagi masa pdkt. Yang satu adalah seorang primadona dan yang satunya cowok terkenal akan kepintarannya. Sana dan Erlangga merupakan murid yang banyak dikenal orang tak hanya itu mereka sekarang menjadi perbincangan hangat di Sekolah Neozone karena mereka sedang dikabarkan dekat. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka banyak pula yang membicarakan mereka ada yang kagum, ada pula yang iri.
“Hai Sana,”
“Halo Sana,”
“Selamat pagi Kak Sana,”
Banyak sapaan yang diterima Sana sepanjang ia berjalan menuju kelasnya. Sana memang dikenal sebagai orang yang ramah maka dari itu banyak orang yang suka dan tak sungkan untuk menyapanya tetapi tak sedikit juga yang menganggap bahwa Sana mencari perhatian. Sana tak begitu mempedulikan ucapan-ucapan itu. Sesampainya di depan kelas
“Gue masuk dulu yang Ga,”
“Iya San, nanti istirahat jangan lupa ke kantin gue tunggu di kantin.” Ujar Erlangga sambil mengacak-acak rambut Sana
“Ish rambut gue jadi berantakan Ga,” ujar Sana sambil merapikan rambutnya
“Hehehe Sorry San, kalau gitu gue pergi dulu ya belajar yang bener,” ucap Erlangga lalu meninggalkan Sana dan pergi ke kelasnya dikarenakan bel masuk segera berbunyi.Sana masuk ke kelasnya dan disitu sudah terpajang muka-muka sahabatnya yang ingin menggoda dia
“Aaa ciee berangkat bareng nih,”
“Lancar nih pdktnya,”
“Jangan lupa pajak jadian ya,”
“So sweet banget sih pasangan ini,” ujar Cindy melontarkan kalimat-kalimat untuk menggoda Sana
“Udah Cin ga liat tuh muka Sana jadi merah,” ucap Dilla sambil membenarkan riasan dimukanya
“ Eh?” ucap Sana sambil memegang pipinya yang merah karena ejekan dari sahabatnya Cindy. Setelah itu bel masuk pun berbunyi dan guru pun masuk untuk mengajar.
...🌱🌱🌱...
Bel istirahat berbunyi saat yang sangat ditunggu-tunggu seluruh siswa dan siswi SMA Neozone. Semua murid berhamburan keluar dan menuju tempat favorit merka masing-masing. Ada yang ke perpustakaan ada yang ke lapangan ada juga yang di kelas tak lupa tempat paling favorit ialah kantin sekolah. Sana dan kedua sahabatnya pun siap-siap menuju kantin dengan cepat-cepat karena takut tidak kebagian tempat duduk di kantin. Sesampainya di kantin ternyata benar semua tempat duduk sudah diisi penuh.
“Tuh kan penuh terlambat kita,” ucap Cindy lesu.Diantara mereka bertiga Cindy lah yang paling semangat untuk ke kantin. Baginya kantin sekolah adalah Surga makanan di Sekolah Neozone. Mereka bertiga melihat-lihat sekeliling apakah masih ada meja yang kosong yang. Namun nihil semuanya sudah penuh tapi...
“ Sana..., sini,”
Terdengar suara seseorang memanggil Sana dan ternyata orang itu adalah Erlangga. Sana dan kedua sahabatnya pun menghampiri Erlangga
“Duduk disini aja San,”
“Eh, ga gpp nih?,” ucap Sana ragu pasalnya ada dua orang teman Erlangga di meja itu
“Iya gpp kok, meja ini muat untuk enam orang,” ucap Laskar salah satu teman Erlangga
“Ehm... okey,” ujar Sana
Akhirnya mereka pun duduk bersama di meja itu. Suasana cukup canggung pasalnya mereka tidak cukup mengenal satu sama lain. Hanya Sana dan Erlangga saja yang dekat sedangkan yang lainnya tidak.
“Kalian mau pesen apa? Biar gue pesenin sekalian gue laper soalnya,” ucap cindy memecah keheningan
Samain kayak lo aja cind,” ujar dilla dan Sana
“Yang lainnya?” tanya cindy
“Samain aja,” ujar ketiga cowok itu
“Okey kalo gitu gue pesen dulu yaa..” ujar cindy lalu pergi menuju ke tempat bakso mang ujang. Bakso yang paling enak dikantin. Sambil menunggu cindy membawa makanan, mereka berlima sibuk dengan ponsel masing-masing. Hingga akhirnya Cindy datang membawa pesanan mereka masing-masing dibantu dengan mang Ujang. Mereka pun menyantap makanan masing-masing, Suasana disana sungguh hening hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkok. Hingga, suara Erlangga memecah kehingan tersebut.
“Eh, btw kita belum saling kenal,” ujar Erlangga
“Iya bener tuh, kenalin gue Laskar temennya Erlangga,” ucap Laskar yang pertama kali memperkenalkan diri
“Hai, Gue Cindy,”
“Gue Dilla,”
“Rizky,”
“Ceilah, singkat amat mas,” ujar Laskar sambil menyenggol lengan Rizky. Rizky yang notabene nya kutub es pun acuh tak acuh terhadap perkataan teman satunya itu.
“Gue Er–,”
“Lo ga usah perkenalkan diri Ga, pasti mereka udah pada tau secara lo tuh 'anak emas' guru dan calon ketua osis yang gateng dan ramah,Siapa sih yang ga kenal loh di SMA Neozone ini,” ujar Laskar memotong perkataan Erlangga
“Hai, gue Sana,” ujar Sana yang terakhir kali memperkenalkan diri. Namun, seketika suara heboh Laskar terdengar
“Eh,demi apa, Sana? “
“Gebetan Erlangga yang akhir-akhir ini jadi gosip hangat semua orang?”
“Berasa mimpi gue ketemu Sana,” ucap Laskar heboh dan berlebihan yang membuat semua orang yang ada di meja itu merasa mual.
Begitulah interaksi singkat yang timbul di meja itu,walaupun singkat tapi itu bermakna dari yang tidak saling mengenal menjadi kenal. Setelah itu mereka kembali menyantap makanan mereka dan tak lama setelah itu bel tanda istirahat sudah selesai pun berbunyi, mereka pun kembali ke kelas masing-masing untuk menimba ilmu demi masa depan.
- To be continued -
❗WARNING MOHON JANGAN MENIRUKAN ADEGAN YANG BERBAHAYA ❗
Tiba saatnya hari yang sangat ditunggu oleh semua orang yaitu hari weekend. Semua orang menunggu hari itu, karena mereka akan melepaskan sedikit beban mereka selama seminggu. Entah itu beban pekerjaan atau pelajaran, dan tak sedikit bagi mereka yang menghabiskan waktunya bersama dengan keluarga. Tetapi, tidak dengan Sana, Sana senang hari weekend karena dia bisa menghabiskan episode-episode dari drama Korea yang ia tonton. Tetapi, ia juga sedih karena disaat orang-orang menghabiskan waktunya dengan keluarga, sedangkan dia mengabiskan waktu dengan kesendirian. Keluarganya tak seindah keluarga orang-orang, mama nya sibuk dalam pekerjaan dan jarang sekali pulang sedangkan papanya? Sibuk dengan pekerjaan dan kekasih selingkuhannya.
Sana merapikan kamar tidurnya yang sudah seperti kapal pecah alias berantakan. Setelah merapikan, dia langsung mengambil laptop dan merathon menonton Drama Korea. Ya begitulah setiap hari weekend yang ia jalani. Mungkin bagi sebagian orang melihat kehidupan Sana enak, karena pekerjaan rumah rata-rata dikerjakan oleh Bi Imah Art di rumah Sana. Namun, cover indah tak selalu menjamin bahwa isi didalamnya indah. Hari sudah siang dan Sana mulai bosan dan memutuskan untuk menghubungi teman-temannya dan mengajak mereka keluar untuk mengusir rasa bosan.
ISINYA MANUSIA
^^^Halo, kalian sibuk ga?^^^
Dilla: Lumayan,kenapa San?
^^^Keluar yuk jalan-jalan bosen nih^^^
^^^di rumah^^^
Cindy: Wah keknya ga bisa deh gue udah ada janji sama Laskar
Dilla: Gue juga mau diajak nyokap
pergi,Bbtw Cin sejak kapan lo deket sama Laskar?
Cindy: Sejak pertemuan di kantin hehehe...
^^^Wah Cindy kalo jadian jangan^^^
^^^lupa pajak^^^
Dilla: Bener tuh kata Sana, selama ini lu yang heboh Sana sama Erlangga nah sekarang sekarang keknya lu duluan deh daripada Sana
Cindy: Apaan sih lo berdua
Setelah itu percakapan mereka berkahir, Harapan Sana yang akan keluar bersama teman-temannya seketika pupus karena kedua temannya itu sedang sibuk. Sana menaruh handphone-nya di meja samping tempat tidurnya dan memutuskan untuk tidur.
...🌱🌱🌱🌱...
Terdengar suara notifikasi Chat dari handphone Sana yang membuat gadis yang sedang terlelap merasa terusik akan suara itu dan akhirnya memutuskan untuk bangun dan melihat siapa pengirim pesan itu.
Erlangga
San,sore ini sibuk ga?
^^^Engga Ga,Kenapa?^^^
Mau jalan ke taman ga?
^^^Mau, sama siapa aja?^^^
Berdua aja
^^^Okey, gue siap-siap dulu ya^^^
Iya, setengah jam lagi gue ke rumah lo
Setelah membaca pesan itu, Sana segera bersiap-siap ia seketika bingung harus memakai pakaian apa. Setelah memilih pakaian yang bagus, akhirnya ia memutuskan untuk memakai kaos putih polos dibalut dengan jaket jeans dan memakai celana jeans. Tak lupa ia memoles mukanya dengan bedak tipis dan memaki lip balm agar bibirnya lembap. Setelah melihat penampilannya di kaca Sana pun keluar dari kamarnya di lantai dua.
Saat ia menuruni satu persatu anak tangga ia melihat sekeliling rumah besar dan mewah itu. Seketika moodnya langsung buruk karena bangunan yang disebut dengan rumah itu tak seperti rumah bagi Sana. Seperti biasa bangunan besar itu sepi sebab hanya Sana yang menjadi penghuni tetap bangunan itu.Tetapi moodnya yang jelek itu sebisa mungkin ia singkirkan karena ia mau bertemu dengan Erlangga. Sana tidak mau Erlangga menjadi khawatir karena perubahan moodnya yang saat ini sering terjadi.
Ketika Sana sampai di pintu depan, sudah ada motor Ninja berwarna merah sudah terpakir di halaman rumah Sana, dan terdapat disamping motor itu seorang laki-laki sedang memainkan handphone ditangannya. Sana pun segera menghampiri laki-laki tersebut
“Hei Ga, udah lama nunggu ya,” ujar sana
“Eh San, barusan nyampe gue,” ujar Erlangga sambil memasukkan handphonenya ke saku celana dan memberikan helm untuk dipakai Sana.
“Udah siap belum,” ujar Erlangga kepada Sana yang duduk di jok belakang motornya
“Udah,” ujar Sana
Setelah itu, kendaraan roda dua itu berjalan keluar dari halaman rumah besar itu dan memecah jalanan kota yang lumayan padat, karena ini adalah hari weekend. Tak perlu memakan waktu banyak untuk sampai di tujuan mereka, yaitu sebuah taman. Erlangga memakirkan kendaraannya di tempat parkir umum di taman tersebut. Di taman tersebut, banyak sekali orang-orang berkumpul bersama pasangan, teman bahkan keluarga.
Saat memasuki taman, perhatian Sana terfokus pada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu anak kecil yang sedang bermain dan tertawa bersama. Sana seketika miris dan sedih terhadap hidupnya.
Kapan ya gue bisa kayak gitu, batin Sana.
Erlangga yang sadar bahwa Sana melamun dan tidak menghiraukan perkataannya memanggil Sana
“San..,” ujar Erlangga
Sana yang tersadar dari lamunanya pun segera menjawab
“Apa Ga?”
“Itu tadi gue bilang, Disitu ada yang jual ice cream lo mau beli ga? Soalnya gue tau lo suka banget sama ice cream,” ujar Erlangga sambil menunjuk pedagang ice cream didekat mereka
“Boleh deh Ga,” jawab Sana
Lalu, mereka berdua menuju ke pedagang ice cream dan membeli 2 buah ice cream rasa Vanilla. Sambil menikmati ice cream, mereka berdua jalan mengelilingi taman menghabisakan waktu sore itu bersama. Walaupun sederhana, bagi Sana itu adalah salah satu pengalaman indah yang pernah dialaminya. Karena mereka lelah, akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat dibangku itu dan ternyata hari sudah semakin sore.
Sinar Matahari perlahan-lahan mulai menghilang, tetapi, orang-orang ditaman masih begitu ramai. Sana saat ini sedang sendirian menunggu Erlangga yang tadi pamit sebentar untuk membeli sesuatu. Saat Sana tanya beli apa, Erlangga justru tidak menjawab dan hanya tersenyum, lalu pergi meninggalkan Sana. Saat sedang menunggu, Sana lagi-lagi terfokus pada keluarga yang ia lihat tadi ketika masuk ke taman. Lagi-lagi perasaan iri, sedih, miris mendatanginya, namun segera mungkin ia menepisnya. Tanpa sadar, satu bulir air mata jatuh dari pelupuk mata Sana, ia pun segera menghapusnya.
Tiba-tiba ia dihampiri oleh seorang perempuan yang mungkin lebih muda beberapa tahun darinya.
“Hai kak,” sapa gadis itu
“Boleh aku duduk disini?” tanya gadis itu
“Hai, boleh, duduk aja,” jawab Sana
Akhirnya, perempuan itu pun duduknya disampingnya. Beberapa saat, mereka larut dalam keheningan hingga perempuan itu berkata
“Kakak sendiri aja?” tanya perempuan itu
“Bareng teman tadi, tapi dia lagi pergi
beli sesuatu,” jawab Sana
“Cowok apa cewek kak?” tanyanya
“Cowok,” jawab Sana
“Pacarnya ya?” tanyanya lagi
“Eh, Engga, Cuman temen kok,” ujar Sana jujur pasalnya mereka hanya dekat tetapi belum resmi pacaran.
“Kalo kamu, sendiri juga?” tanya Sana kepada perempuan itu
“Engga kak, tadi bareng Abang sama temen-temennya,” jawab perempuan itu
“Owh, sekarang Abang kamu kemana?” Tanya Sana lagi
“Tadi sih, katanya beli obat dulu sama makanan,” jawab perempuan itu
“Kamu sakit?”
“Iya kak,”
“Kalo gitu Cepet Sembuh ya,”
“Iya kak aku yakin pasti sembuh kok,” ujar perempuan itu optimis bahwa ia akan sembuh. Walaupun Sana tidak tahu penyakit apa yang dialami perempuan itu, tetapi, ia tetap mendoakan yang terbaik.
“Oh iya nama kakak siapa?” tanya perempuan itu
“San–,” belum sempat ia menjawab perempuan itu terburu-buru bangkit dan akan pergi
“Kak aku duluan ya, oh iya nama aku Risa, semoga kita ketemu lagi ya kak,” ucap Risa terburu-buru dan segera pergi meninggalkan Sana. Tak lama kemudian, Erlangga datang membawa sesuatu yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya
“Tadi siapa San, gue liat dari jauh lagi ngobrol sama lo,”
“Oh, itu pengunjung taman ga sengaja ngobrol sedikit,”
“Oh,”
“Oh iya, lo bawa apaan sih itu,” tanya Sana penasaran
“Kepo ya,” goda Erlangga
“Apaan sih,” ucap Sana sambil memukul pelan lengan Erlangga lalu fokus menatap hamparan rumput yang indah.
Cantik, batin Erlangga.
Keheningan melanda mereka beberapa saat hingga Erlangga memecah keheningan tersebut
“Sana,” panggil Erlangga
“Iya,” jawab Sana sambil memalingkan wajahnya dan menatap Erlangga.
Tatapan mereka bertemu, keduanya hanyut dalam tatapan tersebut. Hingga akhirnya, salah satu memutuskan untuk mengakhiri kontak mata tersebut. Suasananya menjadi sangat canggung bagi keduanya. Hingga, Erlangga berbicara menyampaikan niatnya tadi untuk mencairkan suasana
“Sana gue mau ngomong sesuatu,” ujar Erlangga kepada Sana sambil menunjukkan sesuatu yang ia sembunyikan dari tadi, dan ia pun memegang tangan Sana. Sang empunya tangan pun sedikit terkejut.
“Sana, gue ga tau darimana dan kapan perasaan ini mulai ada tetapi gue mau ngomong kalau hampir setiap hari otak gue dipenuhi oleh lo. Wajah ceria lo, senyuman manis lo dan semua yang berhubungan dengan lo,” ujar Erlangga serius
“Dan saat ini gue ingin mengubah status hubungan kita dari yang sekedar teman menjadi sepasang kekasih, mengubah dari aku dan kamu menjadi kita. Jadi Sana, lo mau ga jadi pacar gue, dan menciptakan buku kisah dimana hanya ada kita berdua didalamnya?” ujar Erlangga sambil memberikan sebuah boneka kepada Sana
“Kalo lo terima, ambil boneka ini. Kalo engga, buang bonekanya ke lantai,” ucapnya lagi
Sana seketika terharu dan merasa senang, ternyata Erlangga memiliki perasaan yang sama dengannya. Tanpa berlama-lama Sana mengambil boneka dari tangan Erlangga, yang berarti sekarang mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Dan Erlangga pun tak kala senangnya, karena perasaannya terbalas oleh orang yang didepannya ini. Dua insan ini sekarang telah menjadi kita, dan akan menuliskan sebuah kisah didalam buku hidup mereka. Akankah kisah yang baru akan dimulai ini, akan bertahan sampai maut memisahkan atau nantinya akan kandas ditengah jalan? Hanya Tuhan sajalah yang tahu takdir setiap manusia, termasuk dua orang tadi. Jika Tuhan berkehendak perpisahaan, maka kita sebagai makhluk ciptaan-Nya hanya bisa menjalani dengan Ikhlas. Namun, yang pasti jika ada pertemuan maka akan ada perpisahaan, dan kita harus siap apapun yang terjadi.
...🌱🌱🌱🌱...
Sana sudah selesai dari ritual mandi sorenya dan berniat turun untuk makan malam. Sepanjang menuruni anak tangga ia tersenyum akan kejadian di taman tadi, bahwa dirinya dan Erlangga resmi menjalin sebuah hubungan. Namun, seketika senyumnya sirna, ketika dilihatnya seorang pria paruh baya, dan wanita yang lebih muda dari pria tersebut sedang duduk dan menyantap makan malam sambil tertawa ringan.
Melihat itu, selera Sana seketika hilang dan hendak kembali ke kamar namun terhenti karena perutnya berbunyi tanda ia lapar. Pasalnya, dari tadi pagi ia tidak makan nasi, dia hanya makan roti dan ice cream di taman tadi. Dengan ekspresi wajah datar dan malas ia menghampiri meja makan itu. Dengan cepat Sana mengambil piring,nasi, dan lauk pauk yang ada di meja dan ingin membawanya ke kamar, belum sempat ia membawa piringnya, suatu suara berhasil menghentikannya
“Sana, mau kemana kamu? ga liat ada orang disini, main pergi bawa piring aja, emang kamu ga bisa makan di meja makan? tidak tahu sopan santun,” ucap pria paruh baya itu yang ternyata adalah papa Sana
“Udah mas, Sananya ga usah dimarahin lagi mas, Sana mau makan di kamar ya?” ucap wanita yang lebih muda dari papanya itu
“Hm,” jawab Sana malas dan ingin segera pergi dari ruang makan itu, ia merasa muak dengan dua orang dihadapannya ini
“SANA, TANTE LISA ITU TANYA BAIK-BAIK KE KAMU SEHARUSNYA KAMU JAWAB DENGAN BAIK,” marah papa Sana dan hendak berdiri menghampiri Sana namun ditahan oleh Lisa—wanita yang lebih muda dari papa Sana, dan selingkuhan papanya.
“Hahaha... papa mau ngapain? Mau mukul Sana lagi kayak dulu-dulu? Dan tante ga usah sok baik didepan saya, biarkan pria ini memukul saya lagi tanpa ada yang menghentikan, seperti yang mama saya lakukan,” ucap Sana tertawa hambar dan mengingat bagaimana dia dipukul oleh sang papa, dan mamanya? hanya diam saja.
Sakit rasanya mengingat kejadian itu, dan Sana berusaha menahan air mata yang sudah siap terjun bebas kapan pun dari pelupuk matanya.
“SANA,” teriak seseorang paruh baya dari awal berlawanan
“Mama...,” lirih Sana
Sana masih berharap wanita panutannya ini membelanya setidaknya sekali saja, namun, itu hanya sebuah harapan. Karena, sampai kapan pun, itu tak pernah terwujud bahkan saat sekarang
“SEJAK KAPAN KAMU MENJADI ANAK YANG TIDAK SOPAN INI, KALAU KAMU BEGINI SAYA MENYESAL MEMPERTAHANKAN KAMU SAAT ITU,” teriak mama Sana dan perkataannya itu membuat hati Sana sakit sekali seperti ribuan jarum menusuk hatinya.
Sana merasa muak dan tak tahan lagi dengan kedua orang tuanya yang tak pernah akur sejak ia kecil. Mereka selalu bilang menyesal melahirkannya. Apa sebenarnya kesalahannya?
“Sejak kapan mama tahu pertumbuhan Sana? Memang mama pernah tinggal berjam-jam di rumah ini?” ucap Sana lalu berlalu dari sana ia tak tahan lagi untuk tetap berada disana.
Seketika air matanya terjun bebas saat ia menuju ke kamarnya. Dan lagi-lagi Sana mendengar pertengkaran dari kedua orang tuanya. Kemudian, suara pintu depan dibanting, tanda ada seseorang yang keluar. Tak selang beberapa lama, suara bantingan yang lebih keras terdengar lagi. Sudah Sana perkirakan, bahwa kejadian ini akan terjadi lagi dan lagi. Kini, tersisa Sana seorang diri dirumah besar dan mewah ini. Sana memasuki kamarnya dan suara tangis memenuhi ruangan itu. Sana berteriak sekeras-kerasnya, meluapkan emosi, rasa sedih dan sakit hatinya yang sejak tadi ia tahan.
“KENAPA??”
“KENAPA HARUS GUE YANG MENGALAMI INI?”
“APA SESUSAH ITU MENDAPATKAN KASIH SAYANG KALIAN?” teriak Sana diiringi isak tangis yang hebat.
Setelah beberapa saat, entah apa yang dipikirkan, Sana membenturkan kepalanya kedinding berkali- kali dan menjambak rambutnya sendiri. Kegiatan itu berulang kali dilakukannya. Tak sampai disitu, ia pun melakukan percobaan bunuh diri dengan mencekek lehernya dengan kedua tangannya sendiri dengan keras. Namun, nihil, Tuhan belum berkendak mengakhiri buku kisah Sana. Akhirnya, itu hanya meninggalkan sebuah bekas dileher Sana. Begitulah malam itu dilalui Sana dengan air mata hingga ia lelah dan tertidur.
- To be continued -
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!