NovelToon NovelToon

My Hot ART

Awal

Hai ... Hai ... Hai, keluarga gesrek hadir kembali berikut dengan authornya yang super gesrek yang akan membuat kalian kram perut.😆

Udah pada kangen sama Daddy Xander, Jeje dan Four J?

Yuk cekidott❤❤

Pagi hari di sebuah rumah mewah terjadi keributan yang tidak bermutu, di mana sang kepala rumah tangga yang bernama Xander Clark terus meneriaki istrinya layaknya anak kecil yang ingin meminta es krim kepada ibunya.

"Honeyy!!!!!!" teriak Xander, dari kamarnya sambil berkacak pinggang dan menatap dirinya di pantulan cermin meja rias yang ada di hadapannya.

"Apa sih! Dad!" kesal Jeje, ketika memasuki kamar sambil memegang sepasang kaos kaki salah satu putranya.

"Sudah aku bilang jangan urusi anak-anak manja itu!" balas Xander dengan nada yang sangat kesal kepada istrinya sambil menyerahkan dasi kepada Jeje.

"Pasangkan dasiku!" lanjut Xander.

"Ck! Daddy berteriak memanggilku hanya untuk memasangkan dasi? Sedangkan anak-anakku juga sedang membutuhkan bantuan! Kamu ini manjanya melebihi four J!" amuk Jeje, sambil mengambil dasi dari tangan suaminya dengan sangat kasar.

Bagaimana tidak mau marah? Jika suaminya itu selalu cemburu kepada ke empat putranya sendiri. Menurut Jeje tingkah Xander sangatlah berlebihan.

"Menunduklah sedikit!" kesal Jeje, saat ia kesulitan memasangkan dasi keleher suaminya.

"Seperti ini?" tanya Xander tersenyum licik, lalu menundukan kepalanya, sekaligus mendekatkan wajahnya dengan wajah istrinya dan kedua tangannya menarik pinggang Jeje, hingga tubuh keduanya itu tidak berjarak sama sekali.

"Jangan mengambil kesempatan!" Jeje memperingatkan, karena ia sudah tahu kelicikan suaminya.

"Kesempatan apa? Aku hanya ingin mengambil jatahku saja," elak Xander, lalu salah satu tangannya merambat naik ke punggung istrinya dan terus naik dengan perlahan, hingga tangan itu berhenti tepat di tengkuk Jeje.

"Jatah apa yang kamu maks—" ucapan Jeje terhenti ketika benda kenyal itu menempel sempurna di bibirnya.

CUP

Xander tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan, kemudian ia menggigit bibir bawah istrinya dan langsung menelusupkan lidahnya kedalam sana dan mengobrak-abrik rongga mulut istrinya. Jeje yang tadinya protes kini terbuai dan membalas setiap lumaatan dan sesapan bibir yang di berikan oleh suaminya. Walau usia Xander sudah menginjak usia 66 tahun akan tetapi tubuh pria itu masih atletis dan juga sikapnya sangat romantis, melebihi remaja yang sedang jatuh cinta.😆

"Mommy!!!" teriak Ansel dengan nada yang sangat kesal, sambil memasuki kamar orang tuanya tanpa permisi.

"Mom, mana kaos ka— oh! My GOD! Kalian menodai mata suciku!" pekik Ansel, langsung membalikan badannya dan mengumpat kesal di dalam hati karena ia melihat pemandangan yang sangat vulgar menurutnya.

Xander dan Jeje yang sedang asik berciuman, terkejut dan melepaskan tautan bibirnya dengan paksa.

"Dasar pengganggu!" umpat Xander, menatap punggung putra bungsunya dengan kesal. sedangkan Jeje menjadi salah tingkah sendiri karena kepergok mesum di hadapan putranya.

"Ansel my baby, ini kaos kakimu." Jeje berkata sambil menyodorkan sepasang kaos kepada putrnya..

"Thank, Mom. Tapi, stop memanggilku dengan sebutan yang menggelikan itu!" kesal Ansel, lalu keluar dari kamar tersebut.

"Ya! sopan dengan ibumu!" Xander meneriaki putranya.

Ansel kembali dan menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar tersebut. "Sopan juga kepada ke empat anakmu yang masih sangat suci dan juga menggemaskan ini! Mata kami ternoda karena melihat kemesraan kalian," balas Ansel dengan nada yang penuh sindiran.

Suci dan menggemaskan katanya? 🤣

"Dan satu lagi! Mommy adalah milik kami, bukan milik daddy!" lanjut Ansel, lalu segera melarikan diri dari amukan Ayahnya.

"Ansel!!!!!" teriak Xander, dan berniat untuk mengejar putranya, akan tetapi tangannya di tahan oleh istrinya.

"Sudah, jangan di kejar, kamu ini harusnya mengalah dengan ke empat anak-anakmu!"

"Sayang! Mereka itu sudah besar dan berumur 22 tahun—"

"Tapi, bagiku mereka tetap menggemaskan di mataku dan akan tetap menjadi bayi-bayi kecilku," ucap Jeje, tersenyum bahagia, sedangkan Xander hanya memutar kedua matanya dengan malas.

"Mulai besok, carikan baby sitter yang bisa mengurus ke empat anak nakal itu!" tegas Xander, tidak ingin di bantah, karena ia sangat cemburu jika melihat Jeje perhatian dengan pria lain termasuk kepada empat anak-anaknya sendiri.

"Dad! Mana bisa begitu!" protes Jeje dengan kesal.

Bagaimana tidak kesal? Menurutnya Xander itu sangat keterlaluan posesifnya, sampai harus menyewakan baby sitter untuk ke empat putranya. Sungguh gila! Pikir Jeje.

"Menurut dengan perintahku atau—" Xander tidak melanjutkan ucapannya melainkan ia melirik ranjang pertempuran sambil menyeringai licik.

Melihat sikap suaminya, membuat Jeje bergidik ngeri dan dengan terpaksa ia menganggukkan kepalanya pelan.

"Good Mother, makin cinta sama kamu," ucap Xander tersenyum puas, seraya mengusap pucuk kepala Jeje dengan sangat lembut.

Sedangkan Jeje hanya mendengus kesal, lalu menarik dasi suaminya dengan kuat, hingga membuat leher Xander tercekik.

"Sayang!!" pekik Xander, sembari menarik dasinya.

"Rasakan!!" balas Jeje tergelak puas, lalu segera berlari keluar kamar tersebut untuk mengindari amukan suaminya.

*

*

Di ruang makan.

Jeje menyapa ke empat putranya dan juga ibu mertuanya yang sudah duduk di ruang makan untuk sarapan bersama.

"Morning sayang," sapa Jeje dengan senyum cerianya.

Lalu Jeje mengecupi pipi si kembar bergantian, membuat ke empat putranya itu mendengus kesal.

"Mommy!! Hentikan!!" kesal Nathan seraya mengusap pipinya dengan punggung tangannya dengan kasar.

"Baby, ini adalah ciuman kasih sayang dari, Mommy," ucap Jeje, dengan nada yang di buat sedih.

"Tapi ini sangat menggelikan, kami sudah dewasa, Mom!" protes Nathan, si pria tampan yang sangat dingin, memiliki bibir sexy dan tubuh sangat atletis membuat semua wanita tergila-gila ketika melihatnya.

"Dan, jangan memanggil kami dengan sebutan yang menggelikan itu!" kali ini Sean yang protes, dan mulutnya komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra.

"Ah, kalian sangat menyakiti hati Mommy, hiks." Jeje mendudukan diri di kursi meja makan dengan lesu.

"Sudah lah, Je! Lagian anak-anakmu ini sudah besar semua, jadi tidak sepatutnya kamu memperlakukannya seperti anak kecil," sela Oma Airin, seraya menggeleng pelan karena sikap menantunya semakin hari semakin gesrek.

"Iya sih, tapi lihatlah mereka yang terlihat tampan dan imut, membuatku semakin gemas kepada mereka," ucap Jeje, menatap wajah tampan ke empat putranya satu persatu.

"Semoga nanti, aku mendapatkan menantu yang cantik-cantik," doa Jeje, sembari menyatukan tangannya di depan dada.

Semua orang yang ada di sana menggeleng pelan, karena melihat tingkah Jeje yang sangat berlebihan.

"Sepertinya otak ibumu, sudah terkontaminasi ke gesrekan Daddymu," bisik Oma Airin kepada Ansel.

"Bukankah biangnya, Malin?" tanya Ansel, membuat Oma Airin mengumpat kesal.

"Dasar cucu kurang garam!"

Bonus visual si kembar Four J

Jonathan dan Jaiden. Wajah mereka mirip ya.

Jonsean dan Jansel

Seperti biasa kasih dukungan buat author dengan cara tekan Favorite, like, vote, komentar dan kasih Gift seiklas kalian❤❤❤

20 juta?

Seperti yang sudah di rencanakan Xander, jika dia akan mencarikan baby sitter untuk ke empat putranya.

Dan di sinilah dia dan istrinya berada di sebuah Yayasan penyalur tenaga kerja yang terbaik di kota tersebut.

Xander duduk bersisian dengan Jeje dan salah satu tangannya melingkar di pinggang istrinya dengan sangat posesif. Xander meletakkan kepalanya di bahu Jeje dengan manja, tanpa malu sedikit pun padahal di hadapannya ada ibu kepala Yayasan dan beberapa orang yang sedang menatapnya dengan canggung.

"Dad!!" kesal Jeje tertahan, sembari menggoyangkan bahunya. Akan tetapi, Xander tidak menghiraukan istrinya.

"Maaf, Bu," ucap Jeje kepada Ibu Yayasan, ia merasa tidak enak hati karena tingkah suaminya yang menyebalkan.

"Tidak, apa Nyonya," jawab Ibu Yayasan. "Kami sudah menyiapkan baby sitter yang sesuai dengan kriteria yang anda inginkan," lanjut Ibu Yayasan, tersenyum canggung.

"Ah, benarkah? Bisa saya bertemu dengannya? Karena saya mau hari ini juga dia bekerja di rumah saya untuk mengurus empat anak kembar saya," ucap Jeje, penuh harap.

"Tentu Nyonya," jawab Ibu Yayasan, lalu memerintahkan salah satu orang yang ada di sana untuk memanggilkan Calon Baby sitter Four J.

*

*

"Kiran!" panggil orang tersebut kepada gadis yang sedang membereskan tempat tidur.

"Ya, mbak Yati?" jawab Kirana, menoleh dan menghentikan aktifitasnya.

"Kamu harus segera bersiap, karena calon majikanmu sudah menjemputmu."

"Benarkah?" tanya Kirana, dengan mata yang berbinar.

"Iya, tapi ingat selama kamu bekerja di tempat mereka harus bisa jaga sikap karena mereka adalah orang terkaya dan terpandang di seluruh negeri ini, kamu pernah dengar 'kan tentang keluarga Clark?"

Kirana menggeleng sebagai jawaban, dan membuat Mbak Yati berdecak kesal. "Ya sudah, nanti perlahan juga tahu," ucap Mbak Yati lagi.

Kemudian Kiran mengangguk dan segera berkemas, memasukan beberapa potong bajunya yang masih terlihat layak pakai ke dalam tas lusuhnya.

Kirana adalah gadis cantik berumur 19 tahun, mempunyai kulit kuning langsat bersih dan mulus. Juga mempunyai body yang seksih seperti gitar spanyol. Dia berasal dari desa dan mencari pekerjaan di kota untuk membantu perekonomian keluarganya. Dan ia bersyukur baru beberapa hari di Yayasan sudah ada yang ingin memperkerjakannya.

"Sudah, Ran?"

"Sudah, Mbak," jawab Kirana, tersenyum senang.

Lalu keduanya itu berjalan menuju ruang tamu di Yayasan tersebut.

Xander dan Jeje menatap gadis yang duduk di hadapannya dengan intens.

Kiran merasa sangat gugup sambil meremat ujung bajunya, saat di tatap seperti itu oleh calon majikannya.

"Bagus, kulitnya bagus, wajahnya juga cantik, tinggi proposional, dan juga—"

"Ehem!!" Jeje berdehem keras ketika mendengar suaminya menilai gadis yang ada di hadapan mereka. "Daddy, mau cari SPG untuk mempromosikan produk baru di perusahaan atau mencari baby sitter untuk Four J!" sewot Jeje dan melirik tajam suaminya.

Xander tersenyum canggung, lalu mengecup pipi istrinya dengan mesra tanpa malu sedikit pun.

"Ish!!" Wajah Jeje bersemu merah, ketika mendapat kecupan singkat di pipinya.

"Apa kamu sanggup untuk merawat ke empat putraku? Mereka kembar dan juga sedikit bandel, untuk gaji jangan khawatir, aku akan memberikanmu gaji 20 juta perbulan," jelas Jeje.

Hah, 20 juta perbulan? Batin Kirana, sangat terkejut.

Kirana melirik Ibu Yayasan bertanda jika ia meminta pendapat, dan Ibu Yayasan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Bagaimana, apa kamu sanggup?" tanya Jeje.

"Sa sanggup Nyonya," jawab Kirana terbata, seraya mengangguk pelan.

"Bagus!" ucap Jeje tersenyum manis. "Bisakah mulai bekerja hari ini? Karena nanti malam aku harus pergi keluar kota bersama suamiku," jelas Jeje lagi, dan Kiran mengangguk pelan sebagai jawaban.

*

*

*

Xander dan Jeje membawa Kirana ke rumah besarnya.

Kirana berdecak kagum ketika memasuki rumah tersebut. Matanya mengendar menyapu setiap sudut rumah tersebut yang sangat mewah.

Rumahnya besar sekali, anaknya ada empat? Kamu pasti bisa menghadapi anak-anak itu. Mereka pasti sangat menggemaskan dan lucu-lucu. Batin Kirana menyemangati dirinya sendiri.

Demi 20 juta per bulan, semangat!!!!

"Honey, aku ke kamar dulu," ucap Xander ketika memasuki rumah, lalu mengecup kening istrinya sekilas dan segera berlalu dari sana.

"Namamu siapa?" tanya Jeje, ketika suaminya sudah menaiki anak tangga.

"Kirana, Nyonya," jawab Kirana, menundukkan kepalanya.

Jeje mengangguk kemudian ia memanggil kepala pelayan rumah tersebut.

"Pak, Win. Perkenalkan ini Kirana, pengasuh Four J," ucap Jeje kepada Pak Win.

"Hah?!" Pak Win nampak terkejut dan keningnya berkerut sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Pengasuh Tuan muda J?" beo Pak Win, masih bingung.

Kenapa harus di asuh? Memangnya Tuan muda J, bayi? Batin Pak Win bertanya-tanya.

"Iya! Kirana yang akan mengasup para Baby ku," ucap Jeje sedikit sewot, ketika melihat ekspresi Pak Win.

"Nyonya, apakah tidak berlebihan?" tanya Pak Win, dengan hati-hati.

"Jangan banyak protes! Antar Kirana ke kamarnya dan setelah itu, perkenalkan dia ke pelayan lainnya, jangan lupa beri tahu tugasnya," potong Jeje, dan segera berlalu dari sana.

"Baik, nyonya," ucap Pak Win, lalu menundukan kepalanya dan Kirana pun melakukan hal yang sama.

Seperti yang sudah di perintahkan Nyonya besarnya, Pak Win mengantarkan Kirana ke kamarnya yang ada di lantai dua tepatnya di dekat kamar Four J.

"Pak apa ini tidak berlebihan? Kenapa kamar saya besar sekali?" tanya Kirana saat memasuki kamar mewah tersebut.

"Tidak Kirana, ini fasilitas yang akan kamu terima selama bekerja disini untuk melayani Tuan Muda J," jelas Pak Win. "Jangan menolaknya, nanti nyonya dan Tuan besar akan memarahi saya," lanjut Pak Win lagi, dengan datar.

Dan dengan terpaksa Kirana menganggukkan kepalanya.

"Ayo! Aku akan memberitahumu kamar Tuan muda J, agar kamu tidak bingung nantinya," ucap Pak Win, lalu keluar dari kamar tersebut dan Kirana mengangguk kemudian ia meletakkan tas lusuhnya di tepi tempat tidur, setelah itu ia mengikuti Pak win dari belakang.

Kirana mengerutkan keningnya ketika Pak Win memberi tahukan satu per satu kamar Four J.

"Pak, sebenarnya Tuan muda J, berusia berapa? Kenapa mereka tidur terpisah?" tanya Kirana, ketika memasuki kamar Ansel. Kamar yang sangat mewah dan di dominasi warna biru laut sangat segar dan sejuk di pandang mata. Di tengha kamar tersebut terdapat ranjang besar layaknya orang dewasa.

Pak Win menoleh dan mengerutkan keningnya. "Memangnya, Nyoya Besar tidak memberitahu usia Tuan muda J kepadamu?" tanya Pak Win.

Kirana menggeleng pelan.

"Tuan muda J berusia 22 tahun," jawab Pak Win.

"Apa?!!" pekik Kirana terkejut.

"Hei, kenapa kamu terkejut," tanya Pak Win.

"Aku pikir mereka masih anak-anak," ucap Kirana, tubuhnya lemas seketika.

Pak Win tersenyum geli melihat ekspresi wajah Kirana.

Jangan lupa beri dukungan buat emak gesrek ya, dengan cara like, komentar, favorite, vote dan kasih Gift semampu kalian❤❤❤

Salah kamar

Kirana sudah memakai pakaian yang sama dengan para ART yang bekerja di rumah besar tersebut.

Jantungnya semakin berdetak dengan cepat, dan ia meremat ujung bajunya ketika ia berhadapan dengan kedua Majikannya di ruang pribadi Xander.

"Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Jeje, kepada Kirana.

"Em begini Nyonya. Kata Nyonya dan Tuan, saya akan mengasuh anak kembar Tuan—"

"Langsung saja ke intinya!" tegas Xander dengan suara baritonnya, membuat jantung Kirana ingin lepas dari tempatnya.

Ya, ampun. Galak bener Bos. Batin Kirana, bergidik ngeri sendiri.

"Tapi, kenapa yang saya asuh adalah bayi tua—" ucapan Kirana terhenti ketika, melihat Jeje melotot horor kepadanya.

"Ah, maksud saya. Kenapa yang saya asuh adalah pria dewasa?" ralat Kirana, lalu menundukan kepalanya dengan takut.

"Menurutmu pria dewasa tapi menurutku ke empat anakku adalah pria kecil yang masih membutuhkan kasih sayang," jelas Jeje, membuat Kirana semakin heran.

Menurut anda seperti itu nyonya, tapi menurut ku? Ya ampun, bagaimana yang akan aku lakukan selanjutnya? Batin Kirana, merasa kesal sendiri.

"Jadi kamu ingin protes karena usia anak-anakku?" tanya Jeje, dan Kirana menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Saya sepertinya tidak—"

"Kamu sudah tidak bisa mengundurkan diri lagi! Aku akan menaikan gajimu 5 juta, bagaimana?" tanya Jeje, membuat Kirana menelan ludahnya dengan kasar.

Kirana merasa berat dengan pekerjaannya tapi di sisi lain, dirinya juga membutuhkan uang yang banyak untuk membantu perekonomian keluarganya yang ada di kampung termasuk membantu membayar hutang keluarganya.

"Baik, Nyonya. Saya mau," jawab Kirana, setelah mempertimbangkannya.

"Bagus sekali! Pekerjaanmu itu mudah, hanya perlu mengurus keperluan anak-anakku saja," jelas Jeje, membuat Kirana mengernyitkan keningnya.

Nyonya ini mau cari menantu atau mencari ART sih? Masa gaji 25 juta hanya untuk mengurus keperluan anak-anaknya saja? Batin Kirana, bertanya-tanya.

Sudahlah, yang penting dapat gaji besar. Batinnya lagi.

"Mulai jam 6 pagi kamu harus membangunkan ke empat putraku, karena mereka harus pergi bekerja, jangan lupa siapkan air hangat untuk mereka mandi. Juga siapkan pakaian kerja mereka," jelas Jeje.

Kirana menyimak dan menganggukkan kepalanya mengerti. Kemudian Jeje menjelaskan pekerjaan yang harus di lakukan Kirana setiap harinya.

"Untuk hari minggu kamu bisa libur, jika kamu tidak libur nanti akan di hitung lembur," jelas Jeje lagi, dan Kirana menganggukan kepalanya saja sambil tersenyum bahagia.

Ternyata kehidupan orang kaya itu rumit ya? Dari bangun tidur sampai tidur lagi saja penuh dengan aturan. Batin Kirana merasa prihatin.

"Semua sudah jelas bukan?" tanya Jeje, dan Kirana dengan cepat menganggukkan kepalanya, kemudian ia segera pamit undur diri kepada dua majikannya itu.

*

*

*

"Huh." Kirana menghembuskan nafasnya dengan lega, ketika keluar dari ruangan tersebut.

"Semangat! Kamu pasti bisa!" Kirana menyemangati dirinya sendiri, kemudian ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Baru jam 5 sore, sebentar lagi para Tuan J akan pulang kerja, sebaiknya aku segera menyiapkan keperluan mereka," gumam Kirana, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Four J.

"Kiran?" panggil Pak Win, ketika melihat Kirana melintas di dekatnya.

"Ya, Pak?" jawab Kirana, menoleh dan menatap Pak Win. Kirana melihat Pak Win membawa setumpuk sprei berwarna putih di kedua tangannya.

"Hari ini jadwal mengganti sprei Tuan Nathan, beliau suka warna putih dan pastikan dua hari sekali kamu harus mengganti spreinya," jelas Pak Win, lalu memberikan setumpuk sprei tersebut kepada Kirana.

"I ya, Pak." jawab Kirana patuh, lalu melanjutkan langkahnya lagi. Dengan susah payah, ia membawa setumpuk sprei tersebut menuju kamar Nathan.

"Hah, akhirnya kelar juga!" Kirana merenggangkan otot tangannya, ketika ia selesai mengganti sprei yang ada di kamar Nathan.

"Dasar horang kaya! Tidur sendiri saja, ranjangnya selebar lapangan bola!" gerutu Kirana, tangannya terasa pegal karena harus mengganti sprei tempat tidur itu sendirian.

Setelah itu Kirana langsung mengambil sprei kotor tersebut dan berniat membawanya keluar dari kamar tersebut, tapi pada saat ia membuka pintu kamar itu. Dirinya di kejutkan oleh seorang pria tampan yang berdiri di depan pintu kamar itudan menatapnya dengan datar.

"Astaga!" Kirana terkejut, sembari mengelus dadanya sendiri.

Pasti dia Tuan Jonathan. Batin Kirana, menelisik penampilan pria yang menggunakan setelan Jas berwarna hitam yang sangat pas di tubuh kekarnya.

Tampan sih, tapi sepertinya sombong! Batin Kirana lagi.

"Siapa kamu?!" tanya pria tersebut, terdengar dingin dan sangat datar. Dan kedua tangaannya sembari melepaskan kancing Jas nya.

"Saya, adalah ART baru di sini Tuan. Tepatnya saya adalah baby sitter tuan J," ucap Kirana, masih menatap kagum ketampanan pria tersebut, akan tetapi mulut Kirana terasa gatal dan ingin tergelak keras saat dirinya mengucapkan kata 'baby sitter'.

Menggelikan! Lihat badannya sangat berotot, tapi kenapa harus menyewa jasa baby sitter? Boleh ketawa keras enggak sih? Batin Kirana, sekuat mungkin menahan tawanya.

"Ck! Ini pasti ulah daddy!" gumam Pria tersebut dengan kesal.

"Kalau begitu saya, permisi Tuan," ucap Kirana, segera berlalu dari hadapan pria tersebut.

"Hem!" Pria tersebut hanya berdehem saja, kemudian memasuki kamarnya.

"Ya!!!!" teriak pria itu, saat melihat kamarnya ada yang berubah.

Mendengar teriakan Tuan Mudanya, membuat Kirana langsung lari terbirit dan kembali memasuki kamar tersebut.

"Ada apa Tuan?" tanya Kirana, dengan nafas yang terengah.

"Siapa yang menyuruhmu mengganti spreiku!!!" bentak Pria itu dan menatap tajam Kirana.

"Pak Win, kata beliau sprei di kamar ini harus di ganti 2 hari sekali," jelas Kirana dengan tenang, karena dirinya tidak bersalah.

"Lalu kenapa Spreinya berwarna putih? Aku tidak menyukai warna putih!!"

"Lah, kata Pak Win, Tuan menyukai warna putih," jawab Kirana lagi.

"Ck!!" pria tersebut berkacak pinggang dan sorot matanya kian menajam. Membuat Kirana bergidik ngeri.

Kemudian pria itu, mengambil gagang telepon yang terletak di atas nakas tempat tidurnya untuk memanggil Pak Win, kepala pelayan di rumahnya.

Tidak berselang lama, Pak Win datang tergesa memasuki kamar tersebut. "Maaf, Tuan muda Aiden, apa yang terjadi?" tanya Pak Win, sangat sopan, namun tatapan matanya menatap Kirana penuh keheranan.

"Hah, Aiden?" gumam Kirana, dengan raut wajah bingungnya.

"Apa Pak Win yang menyuruh ART baru ini mengganti spreiku?" tanya Aiden sopan, kepada kepala pelayan yang usianya hampir sama dengan Ayahnya itu.

"Tidak Tuan, tapi saya menyuruhnya untuk mengganti sprei Tuan Nathan," ucap Pak Win.

Jadi, aku salah masuk kamar? Dan pria menyebalkan ini adalah kembaran Tuan Nathan? Batin Kirana.

Cuma salah sprei saja, kenapa harus seribut ini sih? dasar horang kaya!! gerutu Kirana di dalam hati.

"Kalau begitu ganti lagi spreiku dengan yang baru lagi!" tegas Aiden.

"Kiran, cepat kerjakan perintah Tuan Aiden," titah Pak Win, dan di angguki Kirana.

Baru bertemu satu saja sudah menyebalkan begitu! Dan membuat tensi darahku naik! Batin Kirana, sangat kesal.

Jangan lupa dukung karya emak dengan cara like, komentar, vote, gift semampu kalian saja.❤❤❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!