NovelToon NovelToon

Namaku Dinda : The Empire Of Regina

Namaku Dinda : Episode 1

Aku hanyalah seorang anak kuliahan, dengan pekerjaan yang seharusnya dijauhi oleh anak seusiaku. Pekerjaan ini menuntut aku untuk bepergian jauh. Belum lagi aku harus mengurus kuliah ku yang kini semakin menyibukkan ku. Jarang sekali aku tidur malam, karena kesibukan ku yang terus menumpuk. Karena aku adalah anak Yatim piatu, aku harus pandai mengatur biaya hidupku, dan mengatur segalanya.

Namun aku bersyukur karena dengan keadaan ku yang seperti ini. Aku selalu dipertemukan dengan orang-orang yang baik dan sayang padaku. Aku jadi tak merasa kekurangan sedikitpun. Banyak orang mendukungku dalam setiap hal yang aku lakukan. Aku juga termasuk anak yang berprestasi di kampus. Jadi untuk masalah biaya kuliah aku tak perlu pusing mengurusnya. Uangku bisa aku gunakan untuk kebutuhan yang lain.

Hari itu di kampus aku merasa ada yang berbeda, tak seperti biasanya. Seolah tempat itu sangat asing untuk ku, padahal aku sudah di tempat ini selama 2 tahun. Aku melihat sekelilingku, dan mencoba mencari teman-teman yang biasanya duduk dengan ku di kantin ini.

"Din!"

Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara yang memanggil ku. Aku tengok ke belakang, ternyata itu Raihan. Raihan adalah anak paling berpengaruh di kampus ini. Reputasi Ayahnya sebagai gangster sudah terkenal dimana-mana. Mungkin banyak orang yang heran, kenapa Ayah Raihan tidak di tangkap? Padahal dia gangster kan?

"Iya Han? Kamu belum puas bikin aku kaget tiap hari?" (Dinda)

"Aduhh aduuhhh neng... Maaf dong, kan cuma manggil nama kamu. Hehehe" (Raihan)

"Manggil kan ngga usah keras-keras Raihan." (Dinda)

"Hehe.. iya deh maaf." (Raihan)

"Kenapa?" (Dinda)

"Jadi gini Din, aku sama teman-teman kita yang lain itu pengin banget ke luar kota, di liburan tahun ini. Kamu ikut yah?" (Raihan)

"Hmmm... Gimana yah Han? Soalnya aku pasti ada pekerjaan." (Dinda)

"Yaaa... Terserah kamu aja Dinda. Kalau kamu mau ikut, berarti hari Minggu jam 8 aku jemput ya." (Raihan)

"Oke. Nanti aku kabari kamu lagi ya." (Dinda)

"Oke. Aku tunggu kabar baiknya ya. Dah." (Raihan)

"Dah." (Dinda)

Aku hanya termenung mendengar rencana Raihan dan teman-teman ku. Dan iya! aku lupa tidak menanyakan kemana Raihan mengajak aku berlibur. Kenapa aku begitu bodoh!.

Setelah kuliah ku selesai. Aku mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa. Tapi hari ini pikiran ku sedang kemana-mana. Entah apa yang aku pikirkan.

Mungkin soal liburan yang tadi Raihan bicarakan dengan aku dikampus. Setelah dipikir-pikir mungkin sesekali aku harus menghibur diriku dengan liburan. Melepaskan semua beban dihidupku. Setidaknya mengurangi.

Malamnya aku menghubungi Raihan lewat telepon.

"Hallo.. Din." (Raihan)

"Iya Han, aku cuman mau kasih kabar. Kalau aku tertarik buat ikut liburan sama kamu. Jadi kita liburan kemana?" (Dinda)

"Oh gitu Din. Baguslah kalau kamu ikut. Ya udah, aku jemput kamu jam 8 pagi hari Minggu. Dan rencananya aku milih daerah kulon Din." (Raihan)

"Daerah kulon?" (Dinda)

"Iya Din. Soalnya ada tempat bagus disana, dan kebetulan aku juga punya saudara disana Din." (Raihan)

"Oh gitu, ya udah deh ngga papa. Tapi kita berdua aja Han?" (Dinda)

"Hehee... Ya ngga Din. Nanti juga ada Jefri, Rahma, Sella, terus juga ada Beni." (Raihan)

"Beni?" (Dinda)

Tanyaku terkaget setelah mendengar nama itu. Padahal Beni itu kan anak paling pendiam dan terkenal anak yang cupu. Bagaimana mungkin Raihan bisa mau berteman dengan Beni.

Namaku Dinda : Episode 2

"Din!?" (Raihan)

Lagi-lagi suara Raihan mengagetkan aku.

"Ehh... Iya Han maaf maaf, ko' Beni bisa ikut sih Han?" (Dinda)

"Ya emangnya kenapa Din? Justru seru kalau dia ikut. Bisa kita jadiin hiburan nanti. Haha." (Raihan)

Raihan memang tidak bisa menghilangkan kebiasaan bercandanya yang selalu kelewatan. Tidak jarang juga teman-temannya di kampus yang menjadi korban bercandanya.

Meskipun begitu, tapi Raihan anak yang baik. Raihan selalu mempertanggung jawabkan apa yang sudah dia perbuat. Mungkin itulah salah satu hal yang membuatnya dikenal banyak orang dikampus.

"Ya udah terserah kamu Han, tapi tolong ya Han kali ini jangan buat masalah. Cukup sebatas hiburan. Oke?". (Dinda)

"Oke siap. Tenang aja Din." (Raihan)

"Oke. Ya udah ya Han. Aku tutup dulu teleponnya. Sampai ketemu hari Minggu." (Dinda)

"Oke." (Raihan)

Setelah percakapan di telefon malam itu dengan Raihan. Aku langsung tertidur sangat pulas. Hingga aku baru sadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 09:00.

Aku melakukan aktivitas ku seperti biasa. Yahh... dengan kesendirianku ini sebenarnya aku merasa sangat kesepian. Hidup tanpa kasih sayang orang tua seperti anak anak yang lainnya.

Semua ujian ini begitu berat. Lebih berat lagi ketika aku mengetahui bahwa ada yang lain dalam diriku. Dulu ketika usia masih 19 tahun, aku diurus oleh nenekku.

Aku rindu saat saat seperti ini, ketika nenek ku menceritakan pengalamannya sewaktu masih muda. Dan dia ketika membongkar seluruh rahasia keluargaku.

Ternyata itu menjadi hari terakhir aku melihat nenek ku. Juga hari terakhir aku mendapatkan kasih sayang darinya. Aku sangat merindukannya.

Ya tapi sudahlah, semuanya sudah berlalu. Mungkin seharusnya aku mulai mencari kegiatan yang lain. Pekerjaan yang lain, agar aku tidak terus memikirkan urusan orang lain.

Setiap orang yang datang padaku, masalahnya rata rata sama. Yaitu tentang ilmu kebal, santet, guna guna, juga hal mistis yang lainnya.

Bagiku itu sudah menjadi makanan sehari hariku. Makanan yang tak bisa memberiku gizi apapun. Ketika aku bercermin pun, tubuhku terlihat kurus. Bahkan mungkin sangatlah kurus.

Menjadi orang yang memiliki kelebihan memang gampang gampang susah. Aku harus bisa mengatur hidupku. Dan juga kehidupan orang lain.

Hmmmm ......

Setelah detik, menit, jam dan hari berlalu. Akhirnya waktu liburan bersama teman teman ku pun tiba. Aku pandangi wajah ceria mereka yang menyambut ku keluar dari rumah ku.

Tampaknya mereka sangat senang aku bisa ikut liburan bersama mereka kali ini. Tapi, masih ada sesuatu yang membuat aku bertanya tanya.

Kenapa mereka membawa anak kecil di dalam mobil?

Bukankah ini....

Ya Tuhan...

Ternyata setelah aku melihat lebih jelas dan semakin dekat, ternyata anak itu tembus pandang. Walaupun aku terbiasa dengan hal hal semacam itu. Namun kali ini aku merasakan sesuatu yang tidak beres.

Aku hanya diam dan tersenyum kecil kepada teman teman ku. Mereka pun hanya memandangi aku tanpa sepatah kata pun, tapi dengan raut wajah yang penuh pertanyaan.

Bagaimana tidak?

Karena tatapan mataku hanya tertuju oleh sosok yang ada di dalam mobil Raihan.

"Woy Din! Kamu kenapa sih?" (Sella)

"Ehh ehmmm... Ngga papa Sel." (Dina)

"Udah Din, kita kan mau liburan. Mukanya yang ceria dong, ngga usah tegang. Hehehe.." (Jefri)

"Iya Ka Dinda. Aku seneng banget Ka Dinda bisa ikut." (Rahma)

"Iya Din. Ini waktu yang paling ditunggu tunggu sama kita." (Raihan)

"Iya aku juga seneng banget bisa kumpul sama kalian. Makasih ya udah di jemput." (Dinda)

"Santai Din santai. Ya Udah ayo kita berangkat." (Jefri)

Akhirnya kami pun langsung berangkat menuju lokasi. Karena perjalanan kami sangat jauh, tidak lupa kami mampir ke sebuah supermarket untuk membeli beberapa makanan instan.

Namaku Dinda : Episode 3

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Dimobil kami sangat jarang mengobrol. Karena teman teman ku sibuk dengan Telefonnya masing masing. Aku masih teringat dengan wajah anak kecil yang tadi berada di mobil ini.

Entah apa tujuannya menampakkan diri. Pasti akan ada sesuatu yang terjadi. Aku hanya diam bersandar di kaca, melihat lihat pemandangan yang ada diluar.

Semakin lama kami semakin jauh. Semakin dekat dengan tempat yang kami tuju. Begitu juga dengan mataku yang semakin sayu karena perjalanan yang sangat jauh.

Kupaksakan mataku tetap terbuka. Karena disaat saat seperti ini, adalah saat yang paling pas untuk aku dan teman teman ku berbagi cerita. Tapi yahhh.... mereka sepertinya masih sibuk dengan telefon mereka masing masing.

Akhirnya, Raihan mulai membuka pembicaraan. Mungkin dia tahu kalau aku mulai bosan. Dan dia pun tahu kalau aku tidak akan menyalakan telefon untuk sesuatu yang tidak penting.

"Din? Aku lihat kamu dari tadi diem aja. Ngantuk Din?" (Raihan)

"Iya Han." (Dinda)

"Ka Dinda kenapa?" (Rahma)

"Ngga Rahma, ngga papa. Oh ya Rahma, kamu tadi beli makanan apa? Tukeran yuk?" (Dinda)

Aku mulai membuka mulut ku untuk bicara. Agar teman teman ku tidak banyak mempertanyakan keadaan ku sekarang ini. Karena tidak mungkin aku menceritakannya disini, tentang apa yang tadi aku lihat.

Terutama Rahma, anak paling penakut di antara teman teman ku.

"Oh ya udah Ka, ini." (Rahma)

"Ini makanan aku." (Dinda)

"Aduh Aduhh.... Masa yang didepan ngga dikasih. Sama teman sendiri tega sih. Hehehe..." (Jefri)

"Jefri Jefri... kamu memang ngga berubah yah, makan banyak tapi badan tetep aja kecil. Hahha.." (Sella)

"Lohh lohh... Ya ngga masalah dong. Yang penting kan makan. Hehehe..." (Jefri)

"Sudah sudah, Mau makan makan aja Jef." (Raihan)

"Siap Tuan Muda, tapi jangan ngegas lah. hehe..." (Jefri)

"Bukannya ngegas, aku capek nih Jef. Nanti kalau kamu udah makannya. Kamu yang bawa mobilnya ya, gantian." (Raihan)

"Siap Bosku."

Tak lama setelah Jefri menyelesaikan makannya, dia menggantikan Raihan yang aku lihat sudah sangat kelelahan karena seharian mengendarai mobil dari Bandung.

Aku lihat mata Raihan dari kaca spion. Matanya terlihat sangat sayu. Seakan akan sudah tak mampu menahan kantuknya.

"Han." (Dinda)

"Iya Din?" (Raihan)

"Ini masih jauh ya Han?" (Dinda)

"Ya paling tinggal satu atau dua jam lagi Din. Sebentar lagi sampai ko'. Kalau mau tidur, tidur aja Din. Nanti aku bangunin." (Raihan)

"Hmmm... Iyaa." (Dinda)

Aku pun tertidur pulas, tanpa terasa bahwa aku memeluk Sella yang ada duduk ditengah dengan aku dan Rahma. Sedangkan Beni ku lihat dia duduk di kursi paling belakang, dan mungkin dia tertidur sedari tadi. Tak lama kemudian kami pun sampai.

Namun sesuatu yang aneh tiba tiba terjadi, saat kami hendak keluar dari mobil. Tiba tiba ada sebuah ranting pohon yang jatuh tepat di bagian belakang mobil.

BRAAKKKK!!!

Seketika kami semua kaget, termasuk Beni yang sedang tertidur pulas pun langsung bangkit dan keluar dari mobil. Kami semua ketakutan dan panik. Lalu datanglah beberapa orang dari kejauhan.

"Hey dik. Jangan parkir mobil di tempat itu!"

"Loh... Pak de?" (Raihan)

"Oalaahh kamu Han, sudah sampai. Kamu itu mbok ya yang sopan Han, masa pemakaman kamu jadikan tempat parkir!"

"Ya Allah. Pak de, saya ngga tahu pak de. Maaf Pak de. Jef! kamu ini gimana sih? Ini kan makam Jef!" (Raihan)

"Aduh Han, aku ngga tahu kalau ini makam. Tempatnya gelap, terus ini juga jalan kebanyakan tanah, ngga di aspal. Ya aku kira ini jalan biasa, bukan makam." (Jefri)

"Ya sudah! Jangan ribut! Masalah mobil kamu nanti biar anak buah Pak de yang urus. Sekarang ayo kita ke rumah Pak de."

"Iya Pak de." (Raihan)

Kami menuju ke rumah Pak de nya Raihan. Terlihat ukiran di setiap pagar rumah itu sangat indah. Tapi satu hal yang membuat aku kagum adalah semuanya dari kayu. Dan semuanya tersusun rapi dan sangat bersih.

Bahkan rumahnya terlihat seperti istana. Sederhana tapi mewah. Sangat enak untuk dipandang. Dan membuat kami merasa nyaman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!