NovelToon NovelToon

Dokter & Petani

Tempat Baru

Pagi itu, di sebuah desa di lereng pegunungan sedang terjadi hiruk pikuk warga penduduknya, mereka akan menyambut kedatangan dokter yang akan bertugas di puskesmas desa tersebut menggantikan dokter lama yang dimutasi ke daerah yang lebih mudah terjangkau karena usianya yang sudah mencapai setengah abad lebih dan sebentar lagi akan memasuki masa pensiun.

Sekitar pukul sembilan pak Lurah beserta jajarannya dan para penduduk sudah berkumpul, dari kabar yang baru didapat mobil yang membawa dokter itu telah memasuki kampung dan akan langsung menuju balai desa.

Dan benar saja, tak lama nampak datang sebuah mobil memasuki halaman kantor kelurahan, dan mobil tersebut berhenti disamping gedung balai desa, sopir turun terlebih dahulu kemudian membukakan pintu belakang. Tak lama keluarlah seorang perempuan muda berusia sekitar dua puluh lima tahun, dengan penampilan yang membuat takjub mata memandang, dengan tinggi sekitar 168 cm, rambut hitam sebahu, wajah cantik cenderung manis, idaman para gadis.

Pak lurah mempersilahkan duduk perempuan muda tersebut di kursi kosong dekat dengan tempat ia duduk.

"Mari bu dokter silahkan duduk." Kata pak lurah dan perempuan tersebut yang di panggil bu dokter menganggukan kepalanya dan mendudukkan tubuhnya untuk mengurangi rasa penat akibat perjalanan yang lumayan jauh dari pusat kota tempat tinggalnya.

"Terimakasih pak" jawabnya sambil tersenyum tipis dan singkat.

Kemudian pak Lurah memberikan sambutan atas kedatangan dokter baru tersebut. Akhir sambutan pak Lurah mempersilahkan bu doktet untuk memperkenalkan diri.

"Selamat siang bapak ibu semua, terimaksih atas waktu yang di berikan kepada saya untuk memperkenalkan diri, nama saya Queensha Kyra Birawa, panggil saja Kyra, mulai hari ini saya akan bertugas di puskesdes disini menggantikan ibu Hamidah yang dimutasi kembali ke peskesmas pusat karena kondisi beliau yang sudah hampir memasuki masa pensiun. Saya memohon kerjasamanya kepada seluruh penduduk desa untuk mempermudah saya mengenal tempat dan lingkungan di desa ini, dan semoga dalam saya bertugas nanti akan memuaskan penduduk yang membutuhkan perawatan kesehatan. Terimakasih, selamat siang." Dokter Kyra mengakhiri sambutannya dan disambut tepuk tangan sangat meriah dari penduduk apalagi yang laki-laki muda karena menyaksikan kecantikan dokter baru tersebut.

Acara perkenalan pun telah selesai dan kini semua penduduk telah membubarkan diri untuk melanjutkan kegiatan mareka, dan Kyra pun diantarkan ke rumah dinasnya dekat dengan puskesmas desa yang tak jauh dari kantor kelurahan.

"Dokter Kyra, saya pamit pulang dulu ya." Pamit sopir puskesmas pusat yang mengantarkannya tadi.

"Ya pak silahkan, hati-hati, dan terimaksih sudah mengantarkan saya sampai ke tempat tugas ini." Jawab Kyra tanpa ada senyum di bibirnya

"Sama-sama dokter, permisi." Dan Kyra hanya menjawabnya dengan anggukan.

Kyra mengistirahatkan badannya sebentar sebelum ia meninjau ke tempat ia bertugas nantinya, ia mulai masuk besok karena hari ini ia gunakan untuk mempersiapkan segalanya.

"Haahh...! aku tidak menyangka harus terdampar di tempat agak terpencil seperti ini, yah walaupun begitu masih lebih baik daripada tempat lain yang susah dijangkau dengan mobil." Kyra bermonolog pelan sambil memasukkan barang bawaannya ke dalam kamar yang akan dia tempati nanti.

"Lumayanlah, memang tidak sebesar kamar di rumah, tapi nyaman juga, nampaknya sepeninggal dokter Halimah pindah tugas, rumah ini langsung dibersihkan dan diperbarui cat nya." Lanjutnya bermonolog.

"Ahh.. aku harus minta kirim motor juga mobil kesini, bagaimana aku bisa kemana-mana kalau tidak ada kendaraan, masa iya aku harus jalan kaki, duuhh kaki indahku bisa membengkak nanti." Kata Kyra, kemudian ia mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menelpon orang tuanya.

"Ya hallo Kyra, ada apa?" Tanya suara diseberang.

"Ma, bisa minta tolong kirim orang buat mengantarkan motor sama mobil aku ke tempat dinas aku sekarang tidak? nanti aku tidak bisa kemana-mana kalau tidak ada kendaraan." Pinta Kyra kepada mamanya.

"Memang tidak disediakan kendaraan dinas untuk kamu?" Tanya mamanya.

"Kyra belum tahu ma, tadi juga belum di jelasin sama pak Lurah, jadi mending Kyra pakai kendaraan sendiri kan ma, lagian ini biarpun tempatnya di lereng pegunungan tapi jalan sudah lebih bagus jadi kendaraan bisa masuk ke desa tempatku bekerja ma." Kyra menjelaskan keadaan desa yang di tinggalinya.

"Ya sudah, nanti mama kirim orang untuk mengantarkan kendaraan, jaga diri dan kesehatan kamu, kamu jauh dari mama sekarang, dan juga kurangi itu sikap jutek kamu, orang desa kebanyakan sangat ramah, jangan sampai kamu di cap dokter sombong." Nasehat mama Kyra, sementara Kyra hanya membuang nafasnya kasar.

"Iya mama, aku usahakan, lagian ini kan memang sifat bawaan aku dari orok turunan mama papa pastinya."

"Isshh... kamu itu, selalu begitu setiap dinasehati buat jaga sikap!" Seru sang mama di seberang telpon.

"Iya-iya mamaku sayang, aku usahakan ramah sama penduduk."

"Begitu dong, sekali-kali nyenengin hati mamanya kenapa sih? ngajak ribut terus." kata mama kyra di seberang dan hanya di tanggapi senyum jahil dari anaknya.

"Ya sudah ma, sebentar lagi Kyra mau mempersiapkan segalanya buat memulai pekerjaan besok, aku tunggu kendaraannya ya ma, jangan lama-lama nanti mama bisa pangling lihat anak mama jadi gede kaki tapi badan kurus." Kyra menggoda mamanya lagi.

"Iya, tidak usah berlebihan begitu mama geli mendengarnya." Kyra tertawa mendengar perkataan mamanya

"Kyra tutup telpon dulu ya ma!" Pamit Kyra

"Iya".

"Bye mama, love you, emmuahh!" Lalu Kyra mematikan sambungan telponnya. Kemudian ia bersiap untuk segera menuju pukesmas desa.

...****************...

Insiden kecil

Saat Kyra sedang bersiap, terdengar pintu rumahnya diketuk dari luar.

"Permisi bu dokter!" Terdengar suara cempreng perempuan yang memanggil Kyra.

"Iya, sebentar!" Jawab Kyra sambil berjalan menuju pintu, lalu dibukanya pintu rumahnya, nampak seorang wanita muda yang hanya terpaut usia setahun di bawahnya, mengenakan pakaian perawat dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Ya mbak, ada apa?" Tanya Kyra pada wanita muda tersebut.

"Saya Sari bu dokter, perawat yang membantu tugas bu dokter." Gadis itu memperkenalkan diri.

"Ooh ya, ya sudah yuk masuk dulu, kebetulan saya sudah selesai siap-siap, temani saya mempersiapkan semuanya untuk memulai pekerjaan saya besok ya." Kata Kyra

"Ya bu dokter." Kata Sari lalu masuk mengikuti Kyra dan kemudian duduk di sofa ruang tamu setelah dipersilahkan oleh Kyra, kemudian Kyra masuk kamar untuk mengambil tas dan keperluan yang akan dibawa ke tempat kerjanya yang baru.

Sari dengan sigap membantu Kyra saat dilihatnya atasannya itu kerepotan membawa barang-barang keperluannya. Lalu mereka keluar untuk segera berangkat.

"Saya belum ada kendaraan, kita kesana jalan kaki saja, tidak jauh kan?" Kata Kyra.

"Pakai motor saya dulu bu, ya tidak terlalu jauh sih, cuma sekitar seratus meter dari sini, tapi kalau bawa barang sebanyak ini capek bu, mana berat lagi." Cerocos cempreng suara Sari

"Ya sudah yuk, kamu apa saya yang boncengin?" Tanya Kyra.

"Bu dokter saja ya, kakinya lebih panjang, lagian saya kalau boncengin bawa barang banyak begini suka kurang fokus." Kata Sari dengan raut tidak enaknya.

"Ya sudah tidak apa, ayo naik!" Dengan sigap Kyra menaiki motor dan Sari segera memboncengnya, lalu mereka segera menuju puskesdes.

Saat Kyra membelokkan motornya ke gerbang masuk halaman kantornya dari dalam juga keluar seseorang dengan sepedanya, hampir saja Kyra menabrak orang tersebut tapi yang ada, Kyra yang berniat menghindari orang tersebut justru malah oleng dan terjatuh, untung tidak begitu keras, sehingga tidak ada luka di tubuh Kyra maupun Sari, tapi sepertinya Sari yang merasakan kesakitan di kaki dan pantatnya akibat terbanting.

"Maaf mbak, saya tidak tahu kalau ada motor mau masuk." Kata lelaki si pengemudi sepeda sambil menolong Kyra dan Sari.

"Kan harusnya anda lewat jalan keluar sebelah sana itu, sudah tahu ini jalan masuk." Omel Kyra memasang muka judes dan kesal.

"Iya mbak, saya minta maaf." Kata lelaki itu masih mengambil bawaan Sari yang sempat berjatuhan.

"Mas Agus kenapa sih bisa ceroboh begini, Sari kan jadi sakit-sakit badannya, belum lagi kalau bu dokter ada yang terluka, juga barang-barang bu dokter kalau ada yang rusak bagaimana?" Omel Sari pada lelaki bernama Agus tersebut, sedang yang diomeli hanya nyengir dengan rasa bersalahnya.

"Maaf mbak Sari, bu dokter, kalau misal ada kerusakan pada barang-barang ibu, saya siap ganti bu." Kata Agus dengan sikap ramahnya.

"Terimakasih tidak perlu, untung bukan barang yang mudah rusak yang saya bawa, lain kali lebih memperhatikan keselamatan dan keamanan orang lain juga kalau jalan." Kyra pasang muka dingin sekaligus jutek, sementara Agus hanya membungkuk-bungkukkan badannya karena merasa sangat bersalah.

"Apakah ada yang bisa saya tolong lagi bu dokter?" Tanya Agus.

"Iya ini, tolong angkatin barang-barang bu dokter mas!" Suara cempreng Sari yang menyahut tawaran yang diajukan Agus, dia pun melengos kesal dengan permintaan Sari, tapi akhirnya dilakukannya juga permintaan Sari. Security yang menyaksikan kejadian itu segera mendekat dan membawa motor yang di kendarai Kyra ke tempat parkir.

"Terimakasih mas Agus yang paling ganteng sedunia!" Seru Sari sambil menowel dagu Agus, tentu saja ia risih di perlakukan seperti itu apalagi dihadapan Kyra.

"Terimakasih." Kata Kyra singkat lalu segera berlalu dari hadapan Agus dan segera masuk ke kantornya, sementara Agus pun mengambil sepedanya untuk kembali ke tempat kerjanya.

"Bu dokter ada yang sakit?" Tanya Sari.

"Tidak Sar, tapi sepertinya pergelangan tangan saya agak terkilir yang sebelah kiri karena menahan motor biar tidak jatuh, tapi tetap saja jatuh karena tangan saya sakit." Jelas Kyra.

"Sepulang dari sini nanti saya antar ke tukang urut bu, biar segera pulih kembali, jadi kerjaan dokter tidak terganggu." Kata Sari dengan suara cempreng dan bicaranya yang sangat cepat

"Iya Sari, terimakasih sebelumnya. Ya sudah sekarang bantu saya menata barang-barang yang kita bawa tadi." Perintah Kyra di jawab anggukan oleh Sari, dan dengan sigap dan cekatan Sari menata barang sesuai arahan Kyra, hingga beberapa waktu kemudian pekerjaan mereka telah selesai.

Sari mengambil minum untuknya juga untuk Kyra.

"Minum dulu bu dokter." Sari menyodorkan segelas air mineral kepada Kyra dan ia segera meminumnya sampai tandas.

Setelah beristirahat sebentar, Kyra diantar pulang oleh Sari, karena tidak membawa barang bawaan banyak, Sari berani memboncengkan Kyra yang pergelangan tangannya sakit akibat terkilir.

"Bu dokter, tukang urutnya mau diundang kerumah atau kita yang kesana?" Tanya Sari saat sampai di rumah dinas Kyra.

"Jauh tidak rumahnya Sar?"

"Tidak terlalu jauh sih bu, di kampung sebelah tapi cuma berbatasan dengan kampung kita ini." Jawab Sari.

"Kalau begitu kita yang kesana saja, sekalian saya ingin mengenal daerah sini." Kata Kyra.

"Ya sudah, nanti sekitar jam tiga saya jemput bu, soalnya kalau jam segini masih di sawah." Jelas Sari

"Saya tunggu nanti sore kamu jemput saya." Pesan Kyra

"Kalau begitu saya pulang dulu bu dokter, mari bu." Pamit Sari dan segera menjalankan motornya setelah mendapat jawaban dari Kyra.

...****************...

Ke Tukang Urut

Sore hari sekitar pukul tiga sore, Sari datang menjemput Kyra untuk pergi ke tukang urut, Kyra sudah siap saat Sari sampai di rumahnya,

"Selamat sore bu dokter." Sapa Sari

"Sore juga Sari." Jawab Kyra

"Bu dokter sudah siap berangkat?" Sari bertanya pada Kyra.

"Sudah." Jawab Kyra singkat.

"Ayo, biar Sari yang boncengin bu dokter." Sari sudah siap di atas motornya.

"Sari, kalau tidak sedang tugas panggil saya nama saja ya." Pinta Kyra.

"Tidak enak lah bu, itu tidak sopan." Tolak Sari.

"Ya panggil mbak atau kakak saja daripada ibu, kesannya aku sudah tua banget." Kyra memberikan pilihan panggilan kepada Sari.

"Saya panggil mbak saja ya bu dokter." Kata Sari.

"Sip, ayo berangkat, keburu sore!" Ajak Kyra, lalu Sari segera menghidupkan motornya dan segera berlalu setelah Kyra naik di boncengan motornya.

Hanya dengan waktu tempuh lima menit mereka sudah sampai dirumah tukang pijat urut, nampak ada yang antri juga tapi untung hanya satu antrian saja.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya giliran Kyra untuk diurut.

"Ayo Sar, temani aku ke dalam." Kyra menyeret tangan Sari untuk menemaninya, dan Sari hanya pasrah mengikuti Kyra yang memegang tangannya dengan erat.

"Eehh mbak Sari, sakit apa?" Tanya tukang urut itu yang ternyata kenal Sari

"Iya bu Siti, ini tangan bu dokter terkilir." Jawab Sari sambil menunjuk tangan Kyra yang sakit.

"Oohh ini toh bu dokter yang baru?" Raut kekaguman nampak terlihat di wajah bu Siti yang sedang memperhatikan Kyra

"Iya bu." Kata Kyra dengan canggung

"Mana tangan yang sakit bu dokter." Tanya bu Siti, dan Kyra mengajukan tangannya yang sakit.

"Pergelangan tangan saya yang terkilir bu." Bu Siti mengambil tangan Kyra yang sakit lalu mulai memijtnya, nampak di wajah Kyra menahan kesakitan.

"Memang agak sakit bu dokter, tapi untung saja ini terkilirnya tidak begitu parah, dalam beberapa hari ini memang masih ada efek sakit tapi tidak senyeri waktu belum diurut." Kata bu Siti sambil tangannya yang lihai memijit tangan Kyra yang terkilir.

"Sekarang coba diputar-putar pergelangannya." Suruh bu Siti, lalu Kyra memutar pergelangan tangannya.

"Sudah enakan bu, tidak sesakit tadi." Kata Kyra.

"Syukurlah, nanti sampai rumah di balurin parutan jahe ya bu dokter, biar nyerinya cepat mereda"

"Ya bu terimakasih, kalau begitu kami permisi pulang dulu." Kyra berpamitan setelah memberikan amplop sebagai tanda terimakasih.

"Sama-sama bu dokter, mbak Sari, hati-hati bawa motornya sudah sore." Bu Siti mewanti-wanti keduanya dan dijawab anggukan dan Sari segara memacu motornya untuk pulang.

"Loh ini mau kemana Sar, kok bukan jalan pulang ke rumahku?" tanya Kyra saat Sari membelokkan motornya ke jalan lain.

"Mampir rumah saya dulu mbak, tadi bu Siti bilang tangan mbak di suruh balurin parutan jahe, nah pastinya di rumah mbak Kyra tidak ada jahe, makanya ke rumah dulu biar saya parutin nanti." Sari menjawab rasa penasaran Kyra.

"Ooh, begitu. Terimakasih Sar, pengertian sekali kamu." Kyra sangat gembira sekaligus terharu, di tempat yang di injaknya belum genap sehari sudah ada orang yang sangat perhatian terhadapnya.

Tak lama mereka memasuki halaman rumah tak berpagar, di pekarangannya terdapat banyak tumbuhan peneduh sehingga rumah tersebut nampak sejuk dan asri.

"Sudah sampai rumah ini mbak, mari masuk." Ajak Sari setelah mereka turun dari motor, dan keduanya pun segera masuk rumah. Kyra duduk sedang Sari langsung menuju dalam rumahnya, tak lama ia keluar lagi membawa nampan berisi minum serta camilannya.

"Minum dulu mbak, sambil nunggu saya parut jahenya." Suruh Sari. Lalu dengan terampil ia memarut jahe yang dibawanya bersamaan dia membawa minum.

"Terampil banget kamu Sar, tidak takut kena parut itu tangannya?" Tanya Kyra penuh keheranan.

"Sudah biasa mbak, apalagi orang kampung seperti saya harus serba bisa, apa-apa harus sendiri, soalnya ibu kan juga kalau siang sibuk disawah jadi dari kecil biasa mandiri." cerita Sari dengan suara cempreng khasnya sambil membalurkan jahe yang sudah selesai diparutnya ke pergelangan tangan Kyra, setelah itu ia membebat tangan Kyra dengan kain kasa agar jahe yang sudah dibalurkan bisa menempel lama. Sedangkan Kyra yang mendengar cerita Sari tentang kemandiriannya hanya bisa berdecak kagum dalam hati, karena Sari sangat berkebalikan dengannya yang apapun selalu mengandalkan asisten rumah tangganya.

"Sudah selesai mbak." Suara Sari membuyarkan Kyra dari lamunannya.

"Ini sampai kapan aku bisa membukanya Sar?" Tanya Kyra yang memang tidak paham.

"Sampai besok pagi kalau mau mandi mbak, besok sore baru dibalurin lagi, kalau siang bisa di olesin krim pereda nyeri." Kata Sari yang hanya di angguki Kyra.

"Orang rumah pada kemana Sar? Sepi banget kayanya" Tanya Kyra.

"Ibu bapak sedang pergi menjual hasil panen cabe kayanya mbak, adik saya sudah pergi sama teman-temannya mau ke masjid, tapi biasa main dulu mereka." Jelas Sari.

"Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu ya Sar, sudah hampir maghrib ini, aku jalan kaki saja ya, toh cuma dekat ini." pamit Kyra.

"Jangan mbak, saya antar saja!" Paksa Sari.

"Ya sudah kalau kamu maksa, yuk jalan." Dan merekapun segera pergi dari rumah Sari.

Saat hampir sampai rumah dinas Kyra, nampak seorang gadis dengan usia sekitar dua tahun diatas Kyra, dia memandang keduanya dengan pandangan kurang suka. Kyra yang kebetulan melihat kearah gadis itu hanya merasa heran sendiri, sementara Sari yang fokus menyetir motornya tidak melihat orang yang menatap tajam kearah mereka itu.

Sari langsung pulang setelah menurunkan Kyra didepan gerbang rumah dinasnya, setelah Kyra masuk, Sari segera berlalu untuk pulang.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!