Cerita ini merupakan lanjutan atau spin of dari judul 'Terpaut 15 tahun'. bagi para pembaca yang sudah mengikuti author dari judul sebelumnya, terimaksih banyak untuk kalian semua❤️ tapi di sini author mau ingetin untuk pembaca lama agar bab Prolog ini tidak di skip karena selain kisah singkat pertemuan Ayu dan Rey, ada juga beberapa penggal yang author sisipkan mengenai apa yang terjadi dengan perjuangan Ayu.
Dan untuk pembaca baru, bisa langsung baca judul ini tanpa membaca judul sebelumnya karena author udah kasih ringkasan bagaimana mereka bertemu. karena kalau suruh baca judul sebelumnya pasti ruwet mengingat mereka cuma second couple. tapi kalau mau baca kisah lengkap mereka di judul sebelum nya ya monggo🤭🤭
Happy reading ❤️❤️❤️❤️❤️
Alisha Ayundia Dinata, gadis berusia 18 tahun ini tengah menempuh pendidikan di Universitas ternama. ia menjadi primadona berkat prestasi serta attitude nya yang humble dan gampang berbaur dengan siapa saja.
Ayu mempunyai tiga orang kakak yaitu Fani (istri Adimas). Dika (Dokter spesialis kanker) dan Nurul (istri Vino sepupunya Dimas).
Namun posisinya menjadi anak bungsu seorang konglomerat bukanlah hal yang biasa. ia sebenarnya lahir dari seorang wanita biasa, ia memiliki tiga orang kakak yang di mana bisa dibilang kakak sulung mereka-lah yang membawa perubahan drastis pada kehidupan mereka.
Ayah kandungnya meninggalkan mereka sejak Ayu masih di dalam kandungan. Ibu kandung Ayu pula sudah meninggal sejak ia kelas 6 Sekolah Dasar.
Rianti dan Adit, orang tua kandung Adimas bramasta (kakak ipar Ayu). pasangan konglomerat berhati malaikat itu mengadopsi Ayu dan kedua kakaknya yang lain sejak ibunya Ayu meninggal. di sini lah Ayu di besarkan serta mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tua.
Perubahan drastis inilah yang membuat sifat rendah hati Ayu masih melekat di dalam dirinya. "seandainya Kakak tidak menikah dengan Mas Dimas, maka aku akan tetap menjadi salah satu anak yang kurang beruntung." kalimat itu ia tanamkan agar dirinya senantiasa menghargai dan menghormati semua teman-temannya.
Lalu siapa Pria yang membuat Ayu mengemis cinta?
Dia adalah Refedrick Elano Yoseph (Rey). pria berusia 28 tahun itu tak sengaja mencuri hati Ayu kala ia diam-diam mengincar idaman hatinya.
Untuk mendapatkan pujaan hati nya, Rey menjadikan Ayu sebagai alibi seperti menjemput dan mengantarkan nya ke sekolah dan bahkan ia mengatakan hendak mendekati Ayu saat di curigai oleh Nurul.
Namun Vino tak merasa kalau Rey benar-benar mendekati Ayu, ia malah curiga kalau Rey hendak mendekati istrinya. hingga pada suatu waktu Vino melabrak dan hampir saja adu jotos dengan Rey. Disaat itu lah Rey mengaku bahwa yang ia sukai sebenarnya adalah orang lain. bukan Ayu ataupun Nurul. (bisa baca di 'Terpaut 15 tahun' bagian PENGAKUAN)
...~~~~...
Beberapa bulan yang lalu.....
Di sebuah restaurant Cina, Rey mengajak Ayu untuk menenangkan pikiran karena baru saja ketahuan pacaran oleh keluarganya. sebegitu posesif kah keluarganya? tentu tidak. Disuruh nya Ayu memutuskan sang kekasih karena Rianti memergoki Glen (mantan Ayu) mengirim foto mesum dan mengajaknya berbuat hal tak senonoh.
Sebagai orang yang sudah mengenal bahkan menganggap Ayu seperti keluarga Rey pun ikut kesal dan prihatin atas insiden memalukan itu.
"Tidak usah di pikirkan, putus cinta di kalangan remaja itu sudah biasa. jadi jangan di ambil pusing." ucap Rey menatap kasihan. ia tau betul seberapa malu Ayu, dan mungkin bisa di bilang 'kapok' untuk berpacaran lagi.
"Ayu nggak mikirin dia, Ayu cuma mikir malu banget banget banget karena yang lihat itu Mama. meskipun Ayu nggak melakukannya tetep aja Ayu malu. kenapa harus Mama sih!" rutuk nya sambil menggaruk meja seperti kucing.
"Maka nya, lain kali kalau mau pacaran lebih selektif lagi." imbuh Rey sok paling tau tentang memilih orang yang tepat, padahal sendirinya naksir dengan sesama kaum Adam.
"dasar sok tau! kemana kepekaan nya selama ini?" batin Ayu menggerutu kesal.
"Andai Bapak sehat, pasti Bapak udah terima perasaan Ayu dan hal memalukan ini nggak akan terjadi!" ia melipat tangan di dada sambil sedikit membuang muka. curhat sambil kasih kode keras ini ceritanya.
"kalau pun Saya sembuh, selera Saya bukan kamu." ucap Rey datar.
JLEBB!!
Dada Ayu langsung pecah rasanya saat di hantam oleh ucapan Rey barusan.
" iiih.. hibur dikit kek, kalau Saya normal kamu wanita pertama yang akan Saya pertimbangkan. setidaknya ngomong gitu kek, malah bikin semakin down."
"hahahaha...." Rey berdiri lalu mendorong wajah Ayu menggunakan telapak tangannya.
"Kamu itu masih kecil, jadi jangan terlalu serius soal cinta cintaan. ayo kita cari udara segar..." ia menarik tangan Ayu dan beranjak dari sana.
Tanpa mereka sadari, dua orang siswi yang sepertinya admin lambe turah mengarahkan ponselnya ke arah mereka. bukan, mereka bukan hanya memotretnya. mereka melakukan siaran langsung dengan Rey dan Ayu sebagai bahannya.
Di lihat dari cekatan lidah mereka menggosipkan Ayu, tak salah lagi. mereka adalah ratu gosip yang menyiarkan berita walau tak berfaedah, yang penting followers nambah.
...~~~~...
Di hari berikutnya...
Saat Ayu sedang berjalan menuju kelas, ia di buat terkejut dengan banner berukuran 2 meter terpampang di sepanjang koridor. karena sedang mogok membuka sosial media, ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi hingga foto Rey dan dirinya yang sedang bergandengan tangan itu menjadi Viral di sekolah.
"ciee...cie.... bisa di jelaskan awal hubungan kalian berdua?"
"kelihatannya sih Pria dewasa, apa dia Dosen? atau mahasiswa?" cecar kedua siswi sambil menayangkan siaran langsung lagi.
Ayu bingung dari mana mereka mendapatkan berita tidak jelas itu.
"p..pacaran? dia salah satu rekan kerja keluargaku. ya, kami lumayan akrab."
"akrab aja, atau akrab banget nih? Guyss.. seperti yang kita tau ya. Ayu ini di kenal susah di dekati apalagi di gapai. dan baru kali ini dia kepergok gandengan mesra sama laki-laki, nggak yakin lah ya kalau cuma 'akrab doang' heheh.." siswi berambut pendek itu berhasil membuat para penonton siarannya semakin penasaran.
"Mesra?" Ayu tertawa geli dalam hati perasaan momen kemarin nggak ada mesranya sedikitpun deh.
"Kami cuma akrab kok. sudah seperti saudara." balas Ayu tersenyum tipis sambil menghindari dua admin lambe turah itu.
"Yakin? nggak ada rasa dag dig dug gitu...?"
"Ada dong pasti, kalian lihat sendiri kan Guys kemarin. gebetannya Ayu bener bener ganteng seperti titisan dunia dan surga."
"Justru karena kalian akrab kami yakin pasti ada sesuatu kan?"
"Atau dia sebenarnya udah lama suka sama kamu Yu, cuma di pendem gitu hehe..."
Mendengar celotehan mereka berdua telinga Ayu benar-benar panas.
"Nggak! nggak! stop ya." ia masih berusaha tersenyum walau tampak getir.
"Enggak? yakin Yu? dia lumayan lo.."
"Dia 9..Y!" tukas Ayu menatap tajam ke arah mereka. tentu saja wajah dan suara Ayu terpampang jelas di kamera.
"WHAT?!" mereka serempak terkejut mendengar itu. tak ayal jutaan penonton yang menyaksikan siaran itu pun turut memberikan komentar betapa terkejutnya mereka.
...-...
...-...
Saat jam pulang sekolah, seperti biasa Rey menyempatkan diri untuk menjemput Ayu. walau dulu ia mendekati Ayu hanya untuk beralibi, ntah kenapa kebiasaan yang satu ini tak bisa ia lepaskan walau seluruh keluarga Ayu sudah tau bahwa Rey seorang pria belok. hampa rasanya jika tak mendengar celotehan konyol Ayu sehari saja, ia menjadikan itu sebagai pelepas lelah dari ketatnya pekerjaan di kantor.
Rey menyandarkan badannya di sisi kiri mobil, ia menatap kearah pintu keluar sambil sesekali melihat jam tangan.
"Sudah jam empat, seharusnya sudah pulang kan?" gumamnya.
Sudah 15 menit Rey berdiri di sana, ia menyadari kejanggalan hari ini karena semua murid yang lewat terus menatapnya dengan pandangan risih.ada juga yang menunjuk kearahnya dan bahkan langsung saling berbisik sambil menatapnya sinis.
Lalu lewatlah satu geng anak laki-laki yang hendak mengambil motor di parkiran, mereka pun sama menatap Rey dengan tatapan penuh tanda tanya.
Karena merasa di perhatikan, Rey pun menyapa mereka dengan mengangguk sambil tersenyum kecil. langsung ilfeel dong para siswa itu, mereka bahkan mengetuk tangki motor sambil bilang "amit amit!!"
"wahh.. ada yang nggak beres nih." rutuk Rey menduga-duga hal yang terjadi.
Tak lama berselang, Ayu pun datang. tak seperti biasanya, Ayu berjalan kearah Rey sambil menundukkan pandangan. dari situ Rey bisa menebak bahwa Ayu lah biang keroknya.
"ada apa?"
Belum selesai Rey bertanya, Ayu menyodorkan rekaman siaran langsung yang membuat heboh satu sekolahan.
"Maaf" lirih Ayu menyeringai.
"Kenapa kamu tidak?!" tanya Rey geram, ia meremas kuat spion mobilnya seperti sedang menyalurkan erupsi di dada.
"ti..ti..dak apa Pak?" kepala Ayu menjadi gatal karena bingung.
"Membantah! harus nya kamu bantah dong, bilang salah ngomong atau apa hais!!"
"tapi kan e..emang bener Pak." bukannya minta maaf Ayu malah membuat tanduk Rey semakin keluar.
Rey benar benar tak mengerti lagi "aghhh!! sudah tau benar kenapa di sebar sih Ayu. kalau berita ini tersebar luas gimana? kamu mau tanggung jawab hah?"
"Mau." sahut Ayu pelan tanpa tau resiko nya.
"Bagaimana hm? coba jelaskan bagaimana cara kamu meng-handle kalau ini tersebar sampai di Kantor dan orang tua Saya hah?!😤"
"Menangani di sekolah saja kamu nggak bisa! ini bisa jadi boomerang buat perusahaan Papa kamu ngerti nggak sih hhhgggg!!" ia mengatupkan giginya rapat rapat agar bisa menahan kata-kata tak pantas yang bisa saja terlontar.
Bagai pucuk di cinta, Ayu mendapatkan ide cemerlang yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. "Ayu tau!"
"Apa?!" gretak Rey jengkel bukan main.
"Bagaimana kalau kita pacaran?"
CTAK!
Rey menjentik kening Ayu "sehat kamu?" ketusnya.
"Gini loh Pak, pamerkan kedekatan kita. lalu umumkan kalau kita pacaran di internet aja. cuma itu satu-satu nya cara biar berita ini reda."
"Nggak!" tolak Rey tegas.
"Cuma pura pura Pak." bujuk Ayu penuh harap.
"Saya bilang nggak ya enggak. enak di kamu beban di Saya!" ketus Rey tak tergoyahkan.
"Enak di Saya gimana? ini simbiosis mutualisme Pak. emang nya Bapak ada cara lain? nggak kan?" ia bisa mendapatkan Rey walau hanya status, dan nama Rey bisa bersih kembali. begitu kira-kira rencana Ayu.
Rey termenung sejenak "oke, Saya terima ide kamu tapi."
"Apa?" tanya Ayu berbinar.
"Saya nggak mau kamu yang jadi pacar pura-pura Saya." ucap Rey pelan namun terdengar tegas.
"Kenapa?" sinar yang tadinya berpendar di wajah Ayu kini berubah muram.
"Saya nggak perlu berterimakasih kan untuk sarannya?" sahut Rey tanpa memberikan jawaban pasti hingga membuat batin Ayu berkecamuk saat itu juga.
Sebegitu tak bernilai kah dirinya di mata Rey? hingga untuk menjadikannya spesial walau hanya status pun Rey tak sudi. bukankah setidaknya Rey menerima dirinya agar ia tak merasa bersalah?
Perasaan tulus Ayu yang tadinya berada di puncak kini perlahan merosot meninggalkan jejak perih. rasa kagum, suka serta cinta perlahan tergantikan dengan kenyataan bahwa seberapa keras Ayu memantaskan diri, seberapapun keras ia menyuguhkan hati tak akan di hargai jika itu bukan orang yang tepat untuk miliki.
Sejak saat itu, Ayu benar-benar mundur perlahan dan membiarkan Rey membersihkan namanya sendiri. walau masih sering bertemu dan jantung Ayu masih berdegup hebat saat mata mereka saling menatap, Ayu tetap bersikeras tak akan lagi mengutarakan perasaannya pada Rey.
Kini ia sadar, meminta hal yang tidak masuk akal pada orang yang tidak akan mengabulkan sama saja di sebut mengemis kepada orang kikir. seberapa keras ia meminta takkan pernah di berikan walau hanya secuil.
"Mulai hari ini, detik ini juga. Aku berjanji mengabaikan perasaanku untuknya sampai dia yang lebih dulu bertekuk lutut padaku!" Ayu menancapkan pena nya amat kuat hingga menembus beberapa lembar kertas sebagai saksi ucapannya.
...**********...
Ide brilian Ayu kemarin ternyata sungguh berhasil, hanya dalam dua hari setelah Rey memposting foto mesra bersama pacar palsunya, berita itu langsung redup walaupun sebagian orang-orang kantor sudah mendengarnya.
"Orang itu benar-benar tidak melihatku sedikitpun." gerutu Ayu soal perasaannya kala melihat postingan Rey.
Semangat hidupnya tiba-tiba hilang, untung saja hari ini dia sedang libur. jadi menarik selimut kembali adalah alternatif yang sangat bagus untuk menghilangkan kegalauan. berhubung rumah juga lagi sepi karena semua orang sedang jalan-jalan.
Hanya ada Nurul yang tengah hamil tua, sementara Vino sedang pergi ke Studio untuk menetapkan tanggal libur karena perkiraan dalam minggu ini Nurul akan melahirkan. jadi lebih baik di liburkan karena pasti para pegawai akan sangat membutuhkan Nurul nantinya.
Baru saja hendak kembali menyusuri alam mimpi Ayu di bangunkan oleh ART nya. "neng... ada yang mencari neng Ayu."
"Siapa bik?" tanya Ayu malas, sungguh ia tak ingin bertemu satu mahkluk hidup pun hari ini.
"Tuan Sekretaris." sahut si bibik, ya memang begitu ia mengenali Rey.
"hhhhff...! bilang aja Ayu nggak ada bik."
Baru hendak menenangkan diri, eh sumber kegalauannya datang.
"Saya denger loh." ucap Rey bernada datar.
tok..tok..
"Keluarlah." pinta Rey hendak memberikan sesuatu.
"Hiss!" Ayu bangkit dari ranjangnya dan berjalan sambil menghentakkan kaki karena kesal.
Ia membuka pintu sambil menatap sinis Rey. "kenapa? Ayu udah libur." sewotnya, ia berpikir mungkin Rey lupa bahwa Ayu hanya tinggal menunggu ijazah.
"Tau.. nah periksa dan bereskan salinan nya, lalu susun data base agar algoritma iklan kita tampil menarik sesuai durasi." Rey memberikan lembaran data beserta Flashdisk yang kemarin di sarankan Adit untuk di kerjakan oleh Ayu.
"Nggak mau!" tolak Ayu membuang muka.
Rey mengerutkan alisnya "katanya mau bergabung di kantor tanpa kuliah. ini bagus untuk membantu pemula seperti mu."
"Nggak jadi. Ayu udah daftar di tiga universitas!" tegasnya menyodorkan tiga jari ke arah wajah Rey.
"Loh? katanya mau langsung gabung. Pak Dimas bahkan sudah pilihkan.."
"Emang nya Mas Dimas belum cerita?" potong Ayu cepat sambil menarik gagang pintu hendak ia tutup lagi.
Namun baru setengah tertutup, si bibik memanggil Ayu dengan nada panik.
"neng! neng Ayu..! mbak Nurul mau melahirkan." pekiknya dari lantai satu. Ayu dan Rey saling menatap kaget kemudian berlari cepat ke bawah.
"AAAAAAAAAAA!!" teriak Nurul tak kuasa menahan hebatnya kontraksi.
"Telpon Mas Vino bik, buruan!"
"Bik, cepat suruh Pak supir siapkan mobil!" pinta Ayu kepada ART nya yang lain.
Sementara itu ART nya yang lain sibuk membersihkan air ketuban yang sudah merembes dan meninggalkan jejak di lantai.
Jika pada umumnya orang akan berinisiatif dan gesit saat situasi sedang genting, berbeda dengan Rey. ia malah berdiri kaku dengan kaki gemetar sambil memandangi Nurul tanpa berkedip.
"Mobil sudah siap neng." ucap si bibik setengah berlari hendak mengabari keluarga lain yang tengah berlibur.
"Pak! bantuin cepet! malah bengong." tukas Ayu.
"hah? iya iya.." Rey langsung sadar dan memapah Nurul di bantu oleh Pak supir.
Setelah memasukkan Nurul kedalam mobil, Nurul malah mencengkram kuat baju Rey sambil berteriak kesakitan
"hhuuuhh!!"
"Aduh! lepas! Saya nggak mau ikut." pinta Rey panik.
Namun Nurul tak menggubris nya, akhirnya mau tak mau Rey ikut dan menyaksikan hal yang paling ia takuti yaitu melihat orang melahirkan.
Pak supir langsung tancap gas meninggalkan pekarangan rumah, dan baru saja 20 meter dari rumah. mereka berpapasan dengan mobil Vino yang juga melaju kencang dari arah berlawanan.
Tiit..tit...!
Pak supir membunyikan klakson untuk mengkode Vino sambil tetap melajukan mobilnya. klakson pun di balas Vino dan ia langsung memutar balik menyusul mobil yang membawa istri nya.
"Aawwh! sssshhh! cepet Pak, sakit banget huhhh... Mas Vino mana dek?" saat nyawanya hampir melayang tak lupa sosok si pembuat ulah ia tanyakan.
"Itu di belakang." tunjuk Ayu menggunakan ibu jari ke belakang. mereka hanya berjarak 300 meter beriringan.
"Aaaaaaa...!" teriak Nurul melengking sambil menarik kerah baju Rey dan membuatnya tercekik.
"AAAAA!" teriak Rey pula dengan suara besarnya.
"Hhhhkkkkk!😖😖😖" pekik Nurul lagi dan semakin kuat ia menarik baju Rey.
"HHHH!!!" sahut Rey pula saat merasa lehernya semakin tercekik.
Sementara Ayu hanya pasrah mendengar suara raungan mereka bersahut-sahutan sepanjang perjalanan.
...~~~~...
Di ruang tunggu, Rey terduduk lemas dengan wajah murung menahan emosi. bagaimana tidak, Vino yang berbuat eh dia yang kena imbasnya.
"Ambilkan Saya juga." pinta Rey saat Ayu membuka kulkas di dekat sana.
"Males!" Ayu menutup kulkas dan melewati Rey begitu saja.
"hhh! bocah itu akhir-akhir ini membuat ku kesal." rutuk nya melirik tajam ke arah Ayu.
"ooe...oeee..."
Terdengar lantang suara bayinya Nurul dan Vino dari ruang bersalin.
Di saat yang bersamaan pula semua keluarga nya tiba di sana.
"Oma? itu suara dede bayi nya?" El tampak senang mendengar tangisan adiknya.
"Selamat Pak, bayi Anda cantik sekali." ucap sang Dokter yang membantu persalinan.
"Anakku.." lirih Vino terharu, ia menitikkan air mata saat memandangi bayi nya yang tengah di bersihkan oleh Dokter.
Rambut dan baju nya sama kacau nya dengan penampilan Rey. namun ia tak memperdulikan penampilan nya karena terbawa suasana yang amat membahagiakan ini.
Dokter meletakkan bayi mereka di atas perut Nurul untuk mendapatkan Asi pertama nya. "Anak Pak Vino.." bisik Nurul tersenyum kecil sambil membelai lembut rambut tipis si Bayi.
"Anak kita Sayang." Vino mengusap punggung Bayi mereka sambil tersenyum bahagia.
"Ayah.. mana dede Bayi nya?"
"Sini sayang" panggil Nurul tersenyum kepada El.
"Sini Ayah gendong, liat dede nya cantik kan seperti Bunda mu." Vino menggendong El agar bisa puas melihat adik nya.
...-...
...-...
Di saat sedang berkumpul melihat bayi nya Nurul, Ayu keluar karena teleponnya berdering. dan ternyata itu dari salah satu Universitas yang ia daftar kemarin.
"Di terima? aahh syukurlah..." ekpresi bahagia Ayu tak terbendung lagi. ia melompat kegirangan di ujung lorong sepi sambil menari-nari seperti cacing.
"Yeeay diterima..💃💃 yeay yeay.."
"Kamu benar-benar mendaftar?" celetuk Rey tiba-tiba.
"Beneran lah, masa bercanda😌. uhhh nggak sabarnya masa masa kuliah. banyak temen, banyak cogan uuwuu😍" ia meninggalkan Rey tak lupa sambil menari ala ala hip-hop.
"Apa hanya perasaanku saja? dia seperti sengaja menghindari ku."
Rey bertanya dengan dirinya sendiri. apa iya Ayu begitu gara-gara 'status' yang ia buat untuk menutupi kasus kemarin? atau hanya memang Ayu yang mulai bosan menunjukkan perasaan nya?
"Entahlah." gumamnya mencoba mengerti.
Hanya Ayu lah yang tau apa yang sedang di lakukan nya, dan hanya Rey lah yang tau bagaimana perasaannya. sedih atau hanya kosong karena Ayu tiba-tiba seperti membangun tembok tinggi di antara mereka.
...**********...
Baby born Vino and Nurul. para aunty online di persilahkan kasih kado ke otor sebagai hadiah kelahiran Nurul junior☺️😚😁
Satu tahun setelah nya.... (flashback sudah selesai ya gaess.☺️)
Bagaimana kelanjutan hubungan Ayu dan Rey? mereka tetap teguh pada jalannya masing-masing. Ayu yang masih tetap jual mahal, dan Rey yang tetap nyerong di jalannya. meski begitu, mereka tetap sering bertemu dan berbincang, hanya saja keakraban mereka seperti bertepuk sebelah tangan sekarang.
Perubahan jarak mereka ternyata tak membuat Rey bergeming dari zona nyamannya. hingga lambat laun membuat Ayu terbiasa mengabaikan rasa suka yang sampai saat ini masih kuat mengakat di hatinya.
...~~~~...
"Selamat pagi dunia hambar." sapa Ayu pada sebuah foto yang ia letakkan di depan meja riasnya. foto laki-laki yang menyukai kakak iparnya yakni Rey si Pria setengah Pria.
Si bungsu itu tengah mengoleskan blush-on tipis-tipis ke pipi nya. lipstik dan eyeshadow senada tak lupa ia poles kan, penampilannya tampak sangat feminim sesuai dengan setelan pink yang ia kenakan.
"oh Tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku.. aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia~~" (suara lagu di radio)
"ch! berani-beraninya dia memutar lagu begitu pagi-pagi begini." rutuk Ayu jengkel sambil menatap sinis benda berwarna hitam itu.
Setelah selesai dengan riasannya, Ayu berlari kecil menuruni anak tangga. sungguh pagi yang damai karena ia tak melihat wajah Rey di sana.
"wihhhh... Biyu cantik banget." puji El sambil menopang dagu, tatapan berbinar El tampak genit seperti Ayahnya kala melihat barang bening.
"hai ganteng.. udah sarapan?" balas Nurul mengelus kepala El.
Tanpa menunggu jawaban El, tanpa menyentuh sarapan. Ayu melenggang keluar karena hari ini ia ada kelas pagi.
Tak lupa satu penampilan ia upload hari ini, ya si cantik berprestasi ini kini menjadi panutan jutaan remaja yang menjadikannya inspirasi lifestyle kekinian mereka.
"kenapa kamu tidak mengangkat telepon Saya?" tulis Rey dalam kolom komentar.
Ayu menyibakkan senyum tipis di ujung bibirnya saat membaca komentar tersebut "hh.."
...~~~~...
Baru separuh perjalanan, ban mobil Ayu tampak meliuk-liuk karena kehabisan angin.
"Ya Tuhan, kenapa ban ini juga ngeledek aku sih!"
Ayu keluar dari mobil, ia berkacak pinggang dan menatap lurus ke bagasi. ban serep ada, kunci lengkap tapi apa ya kuat dia ganti sendiri? tentu tidak. ia menelpon montir lalu melanjutkan perjalanannya menggunakan Bus.
Dan lebih apesnya lagi, ia mendapat Bus ekonomi tanpa AC, sedikit kumuh dan padat pula. ia berdiri di antara kumpulan orang dengan pakaian lusuh serta bau keringat yang semerbak menjajah hidungnya. beruntung dulu ia di besarkan di lingkungan orang sederhana, jadi itu tak terlalu mengganggu walau ia sedikit tak nyaman.
Seorang Pria yang tampak sebaya berdiri dari kursinya "silahkan duduk." ia tersenyum dan tampak terpaku oleh kecantikan Ayu.
"ah.. terimakasih." Ayu tersenyum masam, bukan karena tak berterimakasih. melainkan karena takut akan penampilan Pria yang tampak berantakan itu.
"cantik sekali.. baru kali ini aku melihat wanita secantik dia. biasa nya hanya ibu-ibu bawa keranjang yang menaiki Bus ini." batin si Pria menatapi Ayu dari ujung kaki hingga kepala.
"Permisi, asap rokok nya tolong." pinta Ayu agar si Pria mematikan rokoknya.
"Oh,Maaf." Pria itu langsung membuang puntung rokok nya tepat di sebelah kaki Ayu, lalu ia menginjaknya.
"Bagas, nama mu siapa?" Pria itu mengulurkan tangan tanpa rasa canggung.
"Ayu.." ia membalas jabat tangan Pria itu dengan pucuk jari tangannya.
Nama yang sederhana, namun tak seperti penampilannya yang tampak nakal. bahkan tatapan nya seperti Pria playboy yang dengan mudah menggaet gadis gadis sesuka hatinya.
"*B*iasanya yang kaya gini sih tukang ghosting." sinis Ayu dalam hati nya.
"jarang-jarang ada bidadari di sekitar sini, nggak sombong pula." batin si Pria dengan senyuman penuh makna.
Suasana sejauh ini aman aman saja, Ayu melirik tipis-tipis kearah Bagas yang menatapnya terus sedari tadi. namun ia juga tak mau bersikap berlebihan selagi semua masih dalam kendali.
Namun suasana damai itu seketika buyar saat salah satu penumpang yang duduk di belakang Ayu muntah.
Hhooekkk!
Cairan kuning kehijauan bercampur menyebar di lantai Bus itu, beberapa cipratannya juga mengenai sepatu Ayu.
"Hhh!!" hampir saja Ayu ikutan muntah, namun ia berusaha menahannya dengan menutup mulut menggunakan telapak tangan.
Tanpa ragu, ia berdiri dan meminta supir menghentikan Bus nya sekarang juga.
"Pak berhenti di sini aja Pak!" pinta nya tak tahan dengan bau muntah di sana. Pak supir segera menghentikan Bus nya, dan begitu pintu terbuka Ayu langsung berlari keluar.
"h..hei.." panggil Bagas seolah tak mau perkenalan mereka putus begitu saja.
"ck! padahal aku belum meminta nomor nya." rutuknya sambil memandangi Ayu yang perlahan jauh dari pandangannya.
Sebenarnya bisa saja Bagas mengejar Ayu, namun ia tak mau terlambat karena hari ini merupakan hari yang sangat penting baginya.
...~~~~...
Beruntung Ayu menemukan taksi tadi, jika tidak sudah pasti ia akan terlambat memasuki kelas. sambil memainkan ponselnya, Ayu tersenyum penuh kemenangan kala melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Rey.
"Berlututlah.. dan nyatakan perasaanmu. sampai dimana saat itu tiba, kau akan merasakan sedihnya di abaikan." suara hati Ayu yang amat ngenes itu jelas menggambarkan betapa besar tekadnya untuk membuat Rey bertekuk lutut.
Sudah dua puluh menit para mahasiswa berkumpul, namun Dosen mereka tak kunjung tiba. suasana pun menjadi riuh karena beberapa siswa mulai bosan.
"Kebiasaan nih Pak Dosen, kemarin nyuruh tepat waktu. eh sekarang dia yang molor." rutuk seorang siswa di sahuti pula dengan keluhan siswa lainnya.
"Morning..." sapa Pak Dosen sesaat setelah ia di gunjing oleh murid-murid nya.
Mereka semua pun langsung kembali ke kursi masing masing, terkecuali Ayu yang tetap anteng sambil terus menatap layar ponsel nya.
Bukan karena Ayu tak dengar Pak Dosen sudah masuk. melainkan karena Ayu sudah tau pasti Pak Dosen akan menceramahi mereka dulu, bukan langsung memulai pelajaran.
"Hari ini Saya ingin memperkenalkan Siswa baru pada kalian. Gas.. masuk." Pak Dosen memberi isyarat agar Bagas memasuki kelas.
Namun Bagas terlihat sedikit ragu karena sebelumnya ia belajar di sebuah Kampus yang jauh dari kata 'Wah'.
"Saya Bagas." sapa nya singkat tanpa embel-embel sambil menebar pesona keseluruh kaum hawa yang memandanginya. namun ia melihat satu kepala yang tertunduk dan tak bergeming.
"WAH! dia pelajar di sini? kami satu kelas?" memang kalau sudah rejeki tidak akan kemana. Bagas langsung merapikan rambutnya serta membersihkan giginya dengan lidah.
"Kamu bisa duduk di kursi itu." tunjuk Pak Dosen ke arah kursi kosong tepat di depan meja Ayu.
Bagas dengan semangat mengiyakan perintah Dosennya. dan saat berjalan dengan wajah penuh semangat, sempat sempatnya ia memberikan permen coklat pada dua Siswi yang duduk di meja paling depan.
"Ayu.." suara berat penuh semangat itu membuyarkan konsentrasi Ayu yang tengah serius membalas komentar para pengikut sosmed nya.
"Iya Pak?" sahut Ayu langsung menutup ponselnya, ia pikir Dosen yang memanggilnya.
"Kamu?" Ayu terperangah, kok bisa mereka bertemu lagi di sini.
Bagas menyandarkan tangannya ke meja Ayu sembari sedikit membungkuk.
"Wah, aku tidak menyangka di transfer ke Kampus yang sama dengan mu." ia mengedipkan sebelah mata nya.
"ohh.." sahut Ayu masih tampak bingung.
"Pindah ke depan, Aku yang duduk di sini." Titah Bagas memindahkan tas Ayu ke meja depan.
"Nggak. ini kan meja ku." tentu saja Ayu menolak, bahkan sekelebat ia berpikir kalau si Bagas itu songong. seenaknya saja menyuruh orang pindah tempat.
Bagas tersenyum gemas "iya tau.. kalau Aku duduk di depan mu ntar kamu susah melihat ke papan tulisnya."
Di lihat dari tinggi badannya yang menjulang sih niat Bagas cukup baik. kalau dia yang duduk di depan, Ayu pasti hanya bisa melihat tengkuknya saja nanti.
"oh.. gitu." Ayu mengangguk lalu beranjak dari kursi depan.
Dan dalam sekejap pikiran buruk tentang Bagas berubah jadi kagum hanya karena hal kecil itu.
"pengertian banget dia, selama ini orang yang duduk di depan ku nggak pernah mempertimbangkan tinggi badanku. tunggu! apa barusan dia meledekku?" Ayu menoleh kebelakang sambil menyipitkan matanya.
Sekali lagi Bagas melemparkan senyuman sok kalem dengan alis di naikkan membuat wajah Playboy nya tertutupi sejenak.
...*********...
Nama: Bagaskara
Umur: 21 tahun.
Atlet Basket antar Sekolah kebanggaan ciwi-ciwi manjah.
Walaupun bakatnya di bilang olahraga sangat mumpuni,tapi nilai pelajarannya selalu minus. suka bikin onar sewaktu SMA bahkan pernah tinggal kelas dua kali. keahliannya cuma dua yaitu Basket dan Pacaran.
...*************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!