Semuanya berawal dari seorang pria muda yang baru pulang dari kerjanya, Dan pria itu mengalami kecelakaan Sampai dia meninggal dunia, dan dia dilahirkan kembali kedunia fantasy dan mendapatkan identitas baru sebagai Giz cucu dari pahlawan sihir bernama Welin Vartos.
9 Tahun Kemudian
Giz sedang berlatih sihirnya di dalam hutan bersama kakeknya.
"Giz, kau harus bisa menghancurkan batu yang besar itu," kakeknya menunjukkan sebuah batu besar pada Giz.
Giz menutup matanya dan berkonsentrasi *Bomm...* Batu itu berhasil Giz hancurkan.
"Kek, hari ini kan aku udah latihan, sekarang bisakah aku pergi untuk jalan-jalan sebentar?"
"Tentu saja, berhati-hatilah Giz. Ada banyak musuh mengintai," ucap kakeknya.
Giz tidak berencana untuk berjalan-jalan, tapi sebenarnya dia akan menguji sihirnya di pedalaman hutan.
"Akkkk.... tolong aku!" tiba-tiba terdengar suara meminta tolong.
"Heh, ada yang meminta tolong. Siapa itu!" Giz mencoba untuk mendengar suara itu.
Giz pergi untuk mencari Dimana arah suara minta tolong itu.
"Hei!!" Giz menemukan arah suara itu, ternyata ada seorang gadis yang hampir jatuh dari jurang.
"Tolong aku!"
Giz mengulurkan tangannya pada gadis itu, "Pegang tanganku!"
Gadis itu berhasil diselamatkan oleh Giz.
"Terimakasih, kalau tidak ada kamu, mungkin aku akan jatuh dari jurang itu."
Giz langsung pergi meninggalkan gadis itu tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Hmm, apa yang akan kulakukan untuk menguji sihirku ini ya," fikir Giz sambil duduk diatas tebing.
"Ahh, sepertinya aku punya sebuah ide," Giz langsung beranjak dari duduknya dan pergi ke sebuah tempat.
Tempat itu adalah sebuah sungai, Giz akan mencoba untuk menggulir air disungai menggunakan sihirnya.
"Yoshh, Magic keluarlah! gulirkan semua air disungai ini'"
Air disungai itu tiba-tiba bergerak menjadi gulungan ombak yang besar.
"Hah, aku berhasil. Luar biasa," ucapnya sambil mengendalikan airnya itu.
Kakek Welin diam-diam ternyata mengikuti Giz. Welin terkejut melihat kekuatan Giz yang semakin lama semakin membesar.
"Kekuatannya sangat hebat. Dia akan menjadi sepertiku, bahkan mungkin saja akan lebih lagi," ucap kakek Welin berdiri dibalik pohon.
6 Tahun Kemudian
"Giz, sekarang kau sudah bisa mandiri, jadi kau bisa pergi ke kota Alsharen untuk menjadi masuk disekolah akademi sihir. Perkuat sihirmu lagi Giz, buat kakekmu ini bangga."
"Iya kek, aku pasti akan membuat kakek bangga padaku," Giz berangkat kekota sendirian dengan membawa bekal sihir yang dia dapatkan dari kakeknya.
Kota Alsharen sangatlah ramai dan jauh dari kesunyian. Giz melihat kota itu seperti saat dia baru pertama kali melihat sebuah kota yang ramai, karena ini adalah kali pertama Giz pergi ke kota besar.
"Wah, tempatnya sangat ramai. Aku tidak menyangka kalau kota Alsharen akan seramai dan sebanyak ini rakyatnya," ujar Giz sambil melihat sekeliling.
"Wah, ada buah yang enak nih. Sepertinya aku akan membelinya," Giz mengambil buah itu.
"Hei, tunggu dulu!" Salah seorang pria berbadan besar memegang tangan Giz yang akan mengambil buah itu.
"Dia keliatan seram. Apa yang dia mau" batin Giz.
Lalu Giz bertanya, "Ada apa? Apa kau juga akan mengambil buah ini?"
"Ha... ha... ha... , kau pasti baru dikota ini kan?" Ucap pria itu dengan nada yang begitu sombong.
"Iya, lalu apa masalahnya?" ucap Giz dengan nada lantang.
"Setiap orang baru dikota ini harus membayar dulu padaku," ucap pria itu dengan tatapan tajamnya pada Giz.
"Haaaaa! Apa yang kau katakan. Memangnya kota ini kau yang buat, bukan kan?" Giz menyangkalnya.
"Dasar keparat, kemari kau. Aku akan membuatmu gepeng dan aku akan membuangmu!"
"Hei, sepertinya dia marah. Aku harus lari nih, nggak mau aku kalau bikin keributan" Batin Giz.
"Hei, lihatlah ada anak buahmu tuh dibelakangmu."
Pria itu menoleh kebelakang dan Gis mencoba untuk melarikan diri, "Hah, Dimana aku tidak... Oeyyy!! Jangan kabur!" Pria itu mengejar Giz.
"Aduh, apa dia akan terus mengejarku? Aku harus membawanya ketempat Sepi agar aku bisa melawannya tanpa membuat keributan," ucap Giz sambil berlari dari kejaran pria itu.
"Nah, kau terjebak sekarang. Mau ke mana lagi kau sekarang hah?" Pria itu menghadang Giz dari arah depan.
"Cih, untung saja tempat ini sepi," ucap Giz sambil melihat sekeliling, dan tempat terlihat sepi tidak ada seorang pun selain mereka.
"Hah, apa yang kau maksud itu bocah."
Giz maju dan menonjok pipi pria itu sampai pria itu terjatuh.
"Sialan, berani kau memukulku? Aku akan mengahabisimu dasar bocah ingusan."
Giz hanya dengan santainya menghindari serangan pria itu, kemudian saat pria itu mulai kelelahan, "Dasar lambat!"
"Apa!" Giz menghilang dan langsung berada dibelakang pria itu, Giz langsung menendangnya sampai pria itu terjauh tegeletak.
"Kau mau lagi?"
"Tunggu-tunggu, hentikan. Aku menyerah sekarang, ampuni aku. Aku akan pergi." Pria itu lari terbirit-birit dari Giz.
"Cih, merepotkan sekali dia."
Giz bertemu dengan seorang pria baik yang mau berteman dengan Giz. Tapi, karena Giz belum terlalu bisa bersosialisasi dia hanya terdiam canggung saja.
"Hei, kau..." Teriak seorang pria pada Giz.
Giz menoleh ke arah pria itu dan bertanya, "Ada apa? Siapa kau?"
"Kau juga pasti datang ke kota ini karena ingin masuk sekolah akademi sihir kan?" Ucap pria itu.
"Iya, apa kau juga sama?"
"Iya, kenalin namaku Rio."
"Namaku Giz."
"Baiklah Giz, kita berteman sekarang. Ayo kita keakademi bersama saja," ucap Rio sambil merangkul Giz.
Di akademi itu, bukan hanya dari pangeran kerajaan saja yang bersekolah di sana, tapi juga orang biasa juga bisa bersekolah di akademi itu dan itu termasuk juga dengan Giz.
"Hei Giz, kau tinggal dimana sebelumnya?"
"Aku tinggal di hutan bersama kakekku."
"Hutan? Wah kau dan kakekmu unik ya. Siapa nama kakekmu itu?"
"Welin Vartos," jawab Giz datar.
"Welin Vartos katamu? Dia adalah seorang pahlawan sihir terkenal lho. Luar biasa."
"Benarkah? Apa kakekku seterkenal itu?"
"Tentu saja, aku saja kagum dengannya. Walau dia sudah tua, tapi kekuatannya tidak berubah sama sekali."
"Aku belum tahu kalau ternyata kakekku adalah pahlawan sihir. Padahal aku udah tinggal bersamanya bertahun-tahun" Batin Giz.
Giz dan Rio sampai di sekolah akademi itu. Mereka pergi berkeliling untuk melihat sekolah itu. Tempatnya sangatlah besar dan luas, bahkan di sana ada juga arena untuk berlatih.
"Wah, luar biasa. Jadi ini sekolah akademi di kerajaan Alsharen? Hebat!" Rio tidak berhenti memuji akademi itu.
"Yah, memang hebat sih. Tapi aku tidak terlalu kagum juga sih" batin Giz.
"Giz, ayo kita cari tahu kelas kita berada di mana."
"Iya, kau benar juga."
Giz dan Rio berada dikelas 1 tingkat bawah. Walau begitu, Giz tidak heran jika dia masih berada dikelas tingkat bawah.
"Yah, kita berada ditingkat bawah nih Giz."
"Jangan sedih, memang seharusnya kita berada dikelas tingkat bawah. Karena kita juga tidak mengikuti ujian masuk."
"Iya, ya. Kau ada benarnya juga. Pemikiranmu itu sangat luas ya Giz."
"Itu biasa saja."
Giz dan Rio melihat kelas mereka benar-benar tidak terlalu bagus. Untuk kelas tingkat bawah tidak heran jika kelas mereka akan seperti itu penampilannya.
Dan murid dikelas itu juga tidak begitu banyak, karena sebagian dari mereka berada di kelas tingkat menengah. Rio dan Giz pergi keluar untuk melihat sekitar akademi.
"Rio!" teriak seorang gadis yang datang bersama temannya.
"Heh, Lea. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Dan tuan putri, sudah lama juga ya tidak bertemu." Rio sepertinya kenal dengan mereka berdua.
"Rio, mereka siapa?"
"Ouh, aku lupa memperkenalkan mereka padamu ya. Kalian berdua silakan perkenalkan diri kalian masing-masing pada temanku ini," ucap Rio sambil merangkul Giz.
"Yo!! Aku Lea. Salam kenal ya."
"Iya, aku Giz."
"Emmm, aku Leyna salam kenal," ucap gadis itu dengan anggun.
"Giz yang satu ini adalah seorang putri raja di kerajaan Alsharen ini lho. Jadi kau harus hormat dengannya. Kalau yang satu itu tidak usah," ucap Rio meledek Lea.
Lea melintir tangan Rio, "Berani kau ya sama aku."
"Hei, lepaskan tanganmu itu dari tanganku. Sakit tahu."
Giz menatap wajah Leyna dan begitu juga Leyna, "Maaf putri, saya tadi tidak terlalu sopan pada anda."
"Heh? Jangan begitu. Panggil saja aku Leyna. Kita disini sama kok."
"Baiklah," jawab Giz.
"Ouh iya, hari ini ada pertarungan dari kelas 3 lho di arena. Ayo kita lihat?"
"Pertarungan? Sepertinya menarik, ayo," Giz ingin melihat kemampuan dari kakak kelasnya.
Jika dilihat dari peserta yang akan bertarung, mereka memiliki kemampuan di atas rata-rata. Dan juga mereka sudah berada di akademi selama 3 tahun pasti akan hebat. Tapi, sepertinya Giz tidak merasa begitu.
"Jika dilihat, mereka tidak terlalu memilki kemampuan yang unik ataupun hebat" Batin Giz menganalisis.
"Giz, kalau menurutmu siapa yang akan menang diantara mereka?" Tanya Rio tidak sabar untuk melihat pertarungan itu.
"Tidak tahu. Mereka tidak terlalu hebat dalam sihir maupun fisik," ucap Giz dengan wajahnya datar.
"Apa yang kau bicarakan. Tahu dari mana kalau mereka tidak mempunyai kemampuan yang hebat?"
"Aku hanya tahu saja. Kau lihat saja nanti."
Dan benar saja pertarungan itu membuat para penontonnya bosan melihatnya. Dan perlahan-lahan arena menjadi kosong tanpa penonton sama sekali kecuali Giz dan teman-teman nya yang masih menonton. Dan sebagian orang yang masih mau menonton.
"Kau benar Giz, astaga pertarungannya tidak seru sama sekali."
Giz turun ke arena, entah apa yang akan dia lakukan, "Apa ada dari kalian yang akan melawanku? Aku ingin menguji kemampuanku!" Teriak Giz pada para sebagian penonton itu.
"Giz, apa yang kau lakukan. Kembalilah," Rio berbisik kencang pada Giz.
Penonton disana seketika tertawa kencang mendengar tawaran dari Giz untuk bertarung.
"Apa yang barusan dia katakan itu. Dia itu murid baru dari kelas tingkat bawah, mau apa dia ha... ha... ha... " pria itu berbicara dan tertawa dengan kencang.
Giz kesal dan mengeluarkan cahaya berwarna biru tua dari tangannya.
"Apa kalian meremehkanku haa!"
*Booommmm.....* sihir Giz membuat arena itu hancur.
Mereka yang tadinya tertawa terdiam senyap, dan yang tertawa paling kencang justru dia yang pertama terdiam setelah melihat kemampuan Giz.
"Cih, benci aku dengan mereka." Giz meninggalkan arena itu dengan perasaan marah. Rio, Lea dan Leyna juga pergi menyusul Giz.
"Giz tunggu!" teriak Rio.
"Apa lagi sekarang. Apa kalian juga akan mermehkanku?" Ucap Giz marah.
"Tidak Giz, kami justru bangga sama kamu. Kamu benar-benar hebat tadi," Leyna ikut menenangkan Giz.
"Sudahlah, aku mau sendiri dulu. Jangan ikuti aku," sepertinya Giz benar-benar marah sampai dia juga melampiaskan kemarahannya pada teman-temannya.
"Gizz!" Leyna berusaha untuk menghentikan Giz.
"Sudahlah Putri, biarkan Giz sendiri dulu."
"Tapi, bagaimana kalau dia kenapa-kenapa nanti," Leyna panik dengan keadaan Giz.
"Sudahlah Leyna, Giz itu bukan lagi anak kecil. Biarkan dia sendiri dulu nanti baru kita temui dia," Lea mencoba menjelaskan pada Leyna.
"Kenapa orang-orang tidak menganggapku? Kenapa mereka itu bisanya hanya meremehkan saja. Aku benci dengan mereka," gerutu Giz sambil melempari kerikil dalam sungai itu.
"Mereka memang salah Karena tidak berfikir dulu sebelum bertindak," seorang gadis datang dan biacara pada Giz.
"Siapa kau?"
"Hmm, aku Mayna kelas 1 tingkat atas."
"Tingkat atas? Luar biasa."
"Iya, aku adalah putri dari kerajaan Bariton."
"Sudah kuduga, kelas tingkat atas itu hanya untuk anggota kerajaan saja," gerutu Giz yang kesal dengan peraturan akademi itu.
"Tidak kok, aku percaya kalau kamu juga bisa naik tingkat nantinya setelah aku melihat kemampuanmu tadi."
"Apa kau hanya mencoba untuk menghiburku saja?"
"Tidak kok, aku mengatakan apa yang menurutku benar," Mayna tersenyum.
"Kau dari tingkat atas, tapi kenapa kau masih mau bicara padaku yang dari tingkat bawah?"
"Aku tidak mempedulikan pangkat dalam hal pertemanan."
"Aku kagum dengannya, dia masih mau bicara denganku walau dia lebih tinggi pangkatnya dariku" batin Giz.
"Terimakasih, mungkin kau adalah gadis pertama yang menghargai kemampuanku."
"Tentu saja, kita semua adalah teman," Mayna tersenyum.
"Iya, kau benar."
Malam harinya, Rio dan dua gadis itu pergi menemui Giz, tapi Giz tidak terlihat di kamarnya.
"Aku tidak bisa tidur, aku akan pergi jalan-jalan saja dulu."
"Giz... " Seseorang memanggil Giz. Giz menoleh kebelakang.
"Ouh, Mayna ada apa?"
"Kenapa kamu belum tidur?"
"Aku tidak bisa tidur. Kau sendiri kenapa ada diluar malam-malam begini."
"Aku juga nggak bisa tidur."
"Padahal aku lagi pengen sendiri dulu, malah ada Mayna" batin Giz.
"Giz, mau kuperlihatkan sesuatu yang indah?"
"Apa itu?"
"Tutup matamu dulu."
Tangan Mayna mengeluarkan cahaya warna kuning dan mengeluarkan beberapa kunang-kunang cantik.
"Sekarang buka matamu."
Giz membuka matanya, "Wah, indah sekali. Bagaimana kau bisa mengeluarkan kunang-kunang sebanyak ini dalam waktu singkat?"
"Rahasia!" Mayna mengeluarkan wink nya pada Giz dan membuat wajah Giz memerah.
"Kau benar-benar membangunkan suasanaku ya. Tadinya aku mau sendiri aja, tapi setelah ada kau aku jadi senang lagi deh. Makasih ya."
"Tentu saja. Kita teman kan?"
"Iya!"
Di kamar Giz
"Kita bicara pada Giz besok saja ya. Sepertinya sekarang ini Giz masih ingin sendiri dulu," ucap Rio pada Lea dan Leyna.
"Baiklah," ucap Leyna sedih.
"Sudahlah Leyna, jangan sedih lagi. Besok kan kita bisa bicara dengannya lagi," Lea mencoba untuk menghibur Leyna.
"Iya, putri. Jadi tenang saja, sekarang ayo kita pergi tidur."
"Iya, baiklah," Leyna masih merasa sedikit sedih karena dia berfikir sudah menyakiti hati Giz.
Di taman sekolah Akademi
"Hari ini.menyenangkan bersamamu. Aku akan pergi tidur sekarang Sampai jumpa."
"Iya, aku juga akan pergi tidur," Mayna tersenyum pada Giz.
"Akhirnya aku bisa membuat Giz tersenyum lagi. Hah, tidak sia-sia kan aku tadi pergi ke taman" batin Mayna.
Keesokan Harinya
Saat Giz bangun, dia sudah melihat Rio, Leyna dan Lea berada di kamar Giz.
"Heh? Kalian kenapa pagi-pagi begini udah ada di kamarku?" Giz heran kenapa mereka sudah berada di kamar Giz pagi-pagi sekali.
"Giz!" Mata mereka terlihat berkaca-kaca.
"Iya! Ada apa?" Giz sampai takut dengan tingkah laku mereka.
"Giz, aku, Lea dan juga Leyna ingin meminta maaf untuk yang kemarin," mereka terlihat tulus sekali sambil mata mereka berkaca-kaca.
Giz tersenyum, "Aku maafkan kalian, jadi tenang aja."
"Heh? Beneran nih!" Mereka memastikannya lagi.
"Benar! ... Heh!" Mereka langsung memeluk Giz.
"Terimakasih Giz! Kami pikir akan kehilangan teman seperti kau," mereka terlihat senang.
"I-ya, lepaskan pelukan Kalian itu."
Padahal Rio dan yang lainnya tidak berbuat salah pada Giz, tapi mereka terlihat sekali kalau mereka benar-benar tulus meminta maaf pada Giz. Bagi Giz, teman itu adalah orang yang bisa mengerti dirinya walau disituasi apapun.
*Duarr..... * Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari arah akademi. Giz dan yang lainnya pun bergegas pergi untuk melihatnya. Disana, Giz melihat seorang wanita yang tubuhnya setengah iblis, wanita itu mencengkeram leher Mayna.
Giz hanya dia membeku melihat Mayna akan dihabisi oleh wanita setengah iblis itu.
"May-na!"
"Giz, pergilah. Aku sudah tamat," Mayna bicara dengan lehernya yang masih di cengkeram oleh iblis itu.
"Tidak! Lepaskan Mayna. Siapa kau!" Giz menghampiri wanita itu.
"Hah!! Siapa kau jangan ikut campur!" Wanita itu semakin mencengkeram leher Mayna. Mayna berteriak kesakitan.
"Arghhh!" Mayna ingin lepas dari cengkeraman iblis itu tapi tidak bisa.
"Hentikan sudah cukup!" Giz marah, matanya berubah. Kekuatannya menjadi semakin besar.
Giz menyerang wanita itu dengan tatapan sihir tajamnya. Wanita itu menjadi lumpuh saat menatap mata Giz.
*Bruhh... * Wanita itu melepaskan cengkramannya dari Mayna.
"Kenapa aku tidak bisa bergerak," wanita itu mencoba untuk menggerakkan badannya.
"Mayna! Apa kau baik-baik saja," Giz segera menghampiri Mayna.
"Aku baik-baik aja. Makasih udah nyelamatin aku Giz," Mayna tersenyum.
Giz mendekati wanita itu, "Berani sekali kau menyentuh Mayna. Aku akan membunuhmu tanpa ampun," ucap Giz dengan matanya yang menakutkan.
"Cih," wanita itu menggerakkan tangannya dan menggerakkan sebuah pedang dan menusukkannya pada tubuh Mayna.
"Akkk... " Pedang itu menusuk tubuh Mayna, tubuh Mayna penuh dengan darah. Giz melihatnya dan matanya langsung berubah seperti semula.
"Mayna!"
"G-iz, terimaksih udah bersamaku. Makasih u-dah jadi teman aku. Aku mencintaimu, Giz," Mayna perlahan-lahan menutup matanya dan akhirnya dia meninggal.
"Tidak, Mayna!" Giz berteriak sambil meneneteskan air matanya.
Rio, Lea dan Leyna hanya terdiam membeku melihat semua ini terjadi. Terutama Leyna yang bingung dengan Giz yang sangat perhatian dengan Mayna.
Tiba-tiba tubuh Giz bersinar dan matanya berubah lebih menakutkan lagi, Giz marah besar. Dia kehilangan kendali, kekuatannya sangatlah besar sampai menggemparkan akademi. Para murid di sana langsung berhamburan keluar.
"Kau sudah membunuh Mayna! Aku tidak akan mengampunimu!" teriak Giz yang sangat marah dan langsung mengeluarkan sihirnya yang terkuat membunuh wanita iblis itu tanpa sisa.
Giz mengeluarkan semua kekuatannya dan membuat akademi itu hancur, terjadi gempa dimana-mana. Giz berteriak sangat marah, dia semakin tidak terkendali.
"Gawat, Giz... dia. Ada apa dengannya," Rio terdiam membeku melihat Giz mengeluarkan kekuatannya yang sangat besar.
"Gizzz! Hentikan itu. Aku tidak mau kau kenapa-kenapa," Leyna berteriak mencoba untuk mengehentikan Giz.
Tapi Giz sangat marah dan terpukul melihat kematian Mayna.
*Wusss.... * Sensei itu melemparkan sebuah suntikan pada tubuh Giz, Giz jatuh pingsan dan kekuatannya lebih tenang.
"Sensei!" Rio dan yang lainnya terkejut.
"Astaga, dia kehilangan kendali. Bawa Giz ke kamarnya," ucap guru Sensei pada Rio dan teman-temannya."
Lalu murid yang lain membawa Mayna untuk di makamkan.
Di kamar Giz
"Siapa gadis itu sampai membuat Giz mengeluarkan kekuatan terbesarnya itu. Akademi hancur," ucap Rio terheran-heran.
Leyna semakin sedih ketika melintas Giz sangat perhatian pada Mayna.
"Leyna, Tenanglah. Jangan sedih gitu dong," Lea mencoba untuk menghibur Leyna.
Saat Giz membuka matanya, dia berada di sebuah dunia paralel. Dia meminta Mayna tersenyum padanya.
"Mayna," Giz tersenyum sambil meneteskan air matanya.
"Giz! Aku mencintaimu," Mayna terus saja tersenyum pada Giz.
Giz berlari untuk memeluk Mayna, tapi tiba-tiba Mayna menghilang pergi.
"Mayna!" Teriak Giz.
Teriakan Giz mengejutkan Rio dan yang lainnya, Giz terbangun dan dia melihat sudah berada di kamarnya. Giz meneteskan air matanya lagi, dia sangat terpukul.
"Dimana Mayna!" Giz kebingungan mencari Mayna.
"Apa maksudmu gadis tadi?" Tanya Rio bingung.
"Dimana dia! Mayna pasti akan kembali lagi," Giz memberontak pada Rio dan yang lainnya.
"Tenanglah Giz, Mayna sekarang di makamkan oleh guru Sensei dan murid yang lainnya," Jawab Rio gugup.
Giz langsung pergi menyusul guru Sensei pergi ke makam Mayna.
"Kenapa kalian! Mayna masih ada di sini. Dia tidak akan meninggalkanku," Giz menunduk terjatuh menangis.
"Giz, dia sudah pergi. Iklhaskan dia," Guru Sensei mencoba menenangkan Giz.
"Kalian tidak mengerti. Mayna tidak akan meninggalkanku,"
Para murid di sana sedih melihat Giz sepeti itu. Mereka hanya berdiri terdiam melihat Giz menangis.
Dari sejak kejadian itu, Giz berubah drastis. Sikapnya sangat berbeda dari sebelumnya. Sifatnya menjadi lebih kasar dan dingin pada semua orang. Bahkan dia juga dingin pada Rio, Lea dan Leyna.
"Giz, ayo kita pergi ke kantin," Rio merangkul Giz
Giz melepaskan rangkulan Rio, "Pergilah. Jangan ganggu aku." Giz pergi meninggalkan Rio.
"Dia sekarang berubah," Rio sedih.
"Tenang saja Rio, kita akan merubah Giz sepeti dulu lagi," ucap Lea datang.
"Dimana tuan putri?"
"Dia mencoba untuk bicara dengan Giz."
"Semoga aja tuan putri bisa membuat Giz kayak dulu lagi."
"Giz, kau sedang apa?" Leyna datang dan bicara pada Giz yang sedang duduk melempari kerikil di sungai.
"Kenapa kalian selalu menggangguku. Pergilah, kalian tidak berbuat apa-apa saat melihat Mayna akan di... " Giz kembali mengeluarkan air matanya dan pergi meninggalkan Leyna.
"Giz, apa kau sangat menyukai gadis itu Sampai kau tidak bisa melupakannya," Leyna sedih.
Giz pergi ke kamarnya, dia memikirkan untuk balas dendam dengan apa yang telah iblis itu perbuat pada Mayna.
"Aku akan membunuh semua iblis di dunia ini, karena iblis Mayna pergi meninggalkanku. Aku pasti akan membunuh mereka," Giz bertekad untuk melakukannya.
Di hutan Tempat Tinggal Welin Vartos
"Sensei, permisi!" Teriak seseorang datang ke rumah Welin Vartos.
"Siapa!"
"Ini aku Sensei."
"Kau guru akademi Giz. Ada apa, tumben sekali kau datang ke sini."
"Sensei, ini tentang cucumu," Guru Sensei menjelaskan pada Welin.
"Benarkah? Gawat, dia kehilangan kendali ya. Jadi sekarang bagaimana keadaannya?"
"Sekarang dia sudah lebih baik. Tapi sikapnya sangat berubah."
"Apa yang kau bicarakan. Apa maksudmu itu?"
"Giz sekarang sifatnya lebih dingin dan kasar. Mungkin saja jika Mayna masih hidup sekarang pasti Giz tidak akan seperti itu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!