NovelToon NovelToon

Love In Blue Sky

Sky 1 - Aurelia Belvina

"Non, yakin mau turun di sini?" tanya pak Abdul yang mana merupakan supirnya.

"Iya, pak. Soalnya kalau di depan, ada banyak orang, aku nggak mau sampai orang-orang sadar kalau aku datang. Bapak tahu sendiri 'kan, dari kemarin banyak banget yang datang cariin aku." Aurelia Belvina menjawab. Ia menaikkan kudung jaketnya hingga menutupi sebagian besar wajahnya. Ia bersiap turun dari mobil yang berhenti beberapa belas meter dari arah gerbang depan sekolah.

"Memangnya yang kemarin itu siapa sih, non? Kenapa mereka cariin, non?"

"Jangankan bapak, aku juga nggak tahu mereka siapa. Mereka tiba-tiba saja datang udah gitu tanya-tanya tentang aku. Udah ya, pak. Aurel mau masuk dulu."

"Ya, udah. Hati-hati di jalan, non."

"Bapak ini, kayak aku mau pergi jauh ada. Tinggal nyebrang ini."

"Hehe, ya walaupun tinggal nyebrang 'kan non juga harus hati-hati."

"Udah ah, pak. Aku berangkat. Nanti jemput di jam biasa, ya."

"Siap, non."

Aurel membuka pintu mobilnya, melangkah keluar secara perlahan setelah kepalanya celingukan memastikan keadaan aman.

Begitu dirasa semuanya aman, Aurel segera keluar dari mobil dan berjalan dengan sikap biasa.

Aurel siap dengan penyamarannya, mengenakan hoodie putih yang bagian kudugannya di pakai, serta kacamata yang menyangga hidungnya.

Ia berjalan dengan sikap biasa. Kepalanya tertunduk, dan sebisa mungkin menghindari tatapan langsung dengan orang-orang yang berlalu di sekelilingnya.

Abdul hanya diam memperhatikan Aurel yang kini berdiri di tepi jalan, menengok ke kiri dan kanan sebelum akhirnya menyeberang dan berjalan di barisan belakang kerumunan anak-anak kelas sebelas yang juga baru tiba.

Ia melangkah masuk ke gerbang sekolah dan berhasil menghindari sekelompok orang yang berpakaian seperti jurnalis yang hendak meliput tentang dirinya.

Penyamaran yang dikenakannya berhasil mengecoh mereka semua.

"Non Aurel ada-ada saja masalahnya," gumam Abdul sambil menggelengkan kepalanya pelan. Hal ini bukan terjadi untuk yang pertama kalinya, karena saat di SMP dulu, gadis yang jadi anak majikannya itu juga pernah mengalami hal yang sama.

Aurel yang populer sejak dulu, seringkali kesulitan menghadapi orang-orang yang berusaha menggali lebih dalam tentang kehidupannya. Sementara, gadis itu yang memang notabenenya sederhana dan enggan menjadi sorotan, sering berusaha menghindar dari segala hal yang sulit untuk di atasinya.

Abdul beranjak dari tempatnya setelah menyaksikan Aurel masuk dengan aman. Selanjutnya, ia hanya harus pulang dan melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Di sisi lain, Aurel menghela napas pelan saat akhirnya ia berhasil menghindari orang-orang yang berusaha mencari tahu tentang dirinya.

Kini dirinya melangkah menyusuri koridor hingga tiba di dalam gedung sekolah.

Aurel berhenti sejenak. Kerumunan orang-orang di hadapannya benar-benar membuatnya shock, terlebih mereka semua berada dalam posisi yang cukup berdekatan satu sama lain di pintu masuk.

Tahun ajaran baru, baru saja akan dimulai. Jadi tidak heran, banyak orang yang berkumpul di koridor untuk mengecek nama mereka berada di kelas mana.

Aurel terdiam, rasa takut menjalar di sekujur tubuhnya membuat pacu jantungnya tidak bisa ia kendalikan, belum lagi keringat dingin yang terus mengucur sebesar biji jagung membuatnya makin resah, napasnya sesak. Melihat orang-orang yang berdiri di sana membuat Aurel seakan tengah berada di tepi jurang yang dalam.

...***...

Sky 2 - Delvin Khaisan

Aurel menelan saliva-nya susah payah. Tangannya terkepal.

Aku pasti bisa. Mereka pasti nggak bakalan kenalin aku. Aku udah berhasil hindarin orang-orang di depan tadi, jadi sekarang aku juga pasti bisa hindarin mereka semua, batinnya, menguatkan diri.

Tak lama, ia melangkah menghampiri kerumunan yang dilihatnya.

Aurel menghampiri salah satu mading guna mengecek namanya berada di kelas mana.

Penampilannya yang super aneh, justru malah membuat orang-orang beralih fokus padanya yang baru saja tiba.

"Eh, dia siapa sih?"

"Gayanya aneh."

"Kok gue ngerasa kenal sama dia, ya?"

"Aurel bukan sih?"

"Masa iya?"

Bisikan demi bisikan yang di dengar Aurel berhasil membuat tangannya makin bergetar hebat. Aurel memejamkan mata.

Aku harus tenang biar mereka nggak sadar sama aku, batinnya. Semua mata seketika tertuju padanya.

Aurel mematung, tubuhnya seketika kaku tanpa bisa bergerak sama sekali. Satu gerakan saja yang mampu membuat wajahnya terpampang jelas, maka semua orang akan sadar kalau itu adalah dirinya.

Aurel mengedarkan pandangannya, mencoba menghiraukan mereka semua dan fokus pada nama-nama siswa yang tertulis di beberapa lembar kertas di sana.

Kelas Bahasa XI-I, nggak ada. Kelas XI-II, bukan. Aurel terus menatap satu persatu nama di setiap kelas, mencari namanya yang entah ada dimana.

Ia lantas tiba di daftar siswa dari jurusan Bahasa kelas XI-III, dan akhirnya ia berhasil menemukan namanya tertera di sana.

Aurelia Belvina, nama itu tertera dengan jelas di antara deretan nama lain. Namanya berada di bagian paling atas, bersama dengan nama siswa berawalan huruf A lainnya.

Matanya beralih mencari nama lain. Ia harus mencari nama kedua sahabatnya, dan ia menemukan satu sahabatnya berada di kelas yang sama. Tania Chalondra, salah satu gadis yang telah menemaninya sejak kelas X.

Syukurlah aku satu kelas sama Tania, tapi Audy kelas mana? Aurel mencari nama sahabatnya yang lain, dan satu nama yang dicarinya berada di kelas XI-V jurusan bahasa. Namanya Audya Deolinda.

Ah, sayang banget kita nggak satu kelas sama Audy. Aurel menghela napas berat, ia sedikit kecewa karena tidak satu kelas dengan sahabat pintarnya Audy.

Aurel yang tertunduk dengan wajah murung seketika dibuat terkejut saat tubuh seorang pria jangkung berdiri di belakangnya.

Aurel tersentak kaget. Ia membulatkan mata dengan tubuh yang seketika mematung.

Sial, pikirnya.

Tangan besar lelaki itu terulur ke arah kertas di mading yang ada di hadapan Aurel.

Aurel tertegun. Telunjuk lelaki itu bergerak, menyusuri satu persatu nama yang ada pada daftar siswa di kelas XI-III hingga akhirnya berhenti di nama Delvin Khaisan.

"Aku satu kelas sama Aurel?" gumam lelaki itu pelan. Delvin tersenyum simpul menyadari bahwa dirinya satu kelas dengan Aurel.

Suara ini… kenapa aku ngerasa nggak asing sama suaranya? Aurel membatin. Ia memberanikan diri, menoleh secara perlahan pada Delvin yang sejak tadi berdiri dibelakangnya.

Begitu menoleh, Aurel melihat Delvin yang berdiri dengan posisi yang begitu dekat dengannya.

Aurel terkejut saat secara tidak sengaja tatapan mereka bertemu satu sama lain.

Aurel spontan melangkah mundur hingga tubuhnya terbentur dinding di belakang.

"Aurel," ucap Delvin dengan wajah terkejut. Ia membulatkan mata melihat siapa yang sejak tadi berdiri dihadapannya.

Atensi semua orang beralih.

...***...

Sky 3 - Bantuan

"Aurel?" ujarnya dengan wajah kaget. Fokus perhatian semua orang seketika tertuju pada arah mereka begitu Delvin menyebutkan namanya.

"Tuh 'kan bener gue bilang, dia Aurel!"

"Gila, cantik banget!"

Orang-orang seketika berbisik menatap ke arahnya sebelum kemudian berjalan mendekat mengerubunginya.

"Kak Aurel, minta fotonya kak!" teriak salah satu anak yang kini mendekat ke arahnya.

"Kak Aurel cantik banget, minta tanda tangannya kak!" teriak yang lain dengan histeris.

Delvin sampai tersungkur ke depan dan nyaris menabrak Aurel yang berdiri dihadapannya.

Brakk!

Kedua tangannya sampai menggebrak mading di belakang Aurel saking kuatnya dorongan dari belakang.

Posisi Aurel kini berada tepat dalam dekapan tubuh Delvin yang berusaha menahan tubuhnya agar tidak terdorong lebih keras ke arah Aurel.

Aduh 'kan, ribet urusannya, batin Aurel yang kemudian memejamkan kedua matanya. Ia benar-benar benci situasi seperti ini.

Ia terjebak. Tubuhnya mendadak membatu tak dapat digerakkan sama sekali.

Apa yang harus aku lakuin? batinnya.

Delvin terdiam. Jantungnya berdebar kencang saat ia berada di posisi yang sedekat ini dengan Aurel.

Kedua netranya menatap intens ke arah gadis yang tampak resah. Aurel nampak bingung dengan apa yang harus ia lakukan agar bisa bebas dari situasi yang menjebaknya ini.

Kayaknya Aurel nggak nyaman ada di posisi kayak gini, batin Delvin yang terus memperhatikan wajah cantik nan jelita gadis itu.

Delvin meringis saat orang-orang terus berdesakan berusaha mendekat ke arah Aurel yang terjebak di antara kedua tangannya.

Kayaknya aku salah udah nyebut namanya, tadi. Aku harus cari cara supaya dia bisa keluar dari sini. Delvin berpikir keras untuk membantu Aurel keluar dari situasi itu.

Kedua tangannya bergerak perlahan, menudungkan kudungan hoodie yang ia kenakan hingga menutupi wajahnya.

Aurel tersentak dan spontan mendongak. Beradu tatap dengan Delvin yang kini berada tepat dihadapannya.

Delvin mendekatkan wajahnya ke arah Aurel.

"Aku bakalan bantu kamu buat keluar dari sini," bisiknya pelan.

"Dalam hitungan ketiga, kita langsung lari ke arah kanan," sambungnya.

Sebelah tangan Delvin bergerak meraih tangan Aurel dan menggenggamnya erat.

Delvin menghitung pelan. Lalu dalam hitungan ketiga, ia segera berlari dengan menarik tubuh Aurel keluar menerobos kerumunan sebelah kanannya.

"Kak Aurel!" Semua orang berteriak menyerukan namanya sambil berlari berusaha mengejar Aurel yang terus berlalu dengan Delvin.

Sebagian besar yang mengejarnya adalah anak-anak kelas sepuluh yang mana adalah murid baru sekaligus adik kelasnya.

Delvin terus menarik Aurel menuju tempat yang sepi.

Orang-orang di belakang mereka tak berhenti dan terus mengejar, berharap bisa sekedar berfoto dengan Aurel atau meminta tanda tangannya.

Lagipula siapa yang tidak ingin berfoto dan meminta tanda tangan dari seorang yang sedang populer dan jadi sorotan? Terutama kalau orang itu menyandang gelar gadis tercantik nomor satu berdasarkan hasil voting pertandingan antar sekolah di kotanya.

Aurel terseret jauh. Ia sampai kehabisan napas dan beberapa kali sempat berhenti.

"Aku capek," katanya dengan ngos-ngosan. Aurel berusaha mengambil napas sejenak sebelum kembali berlari.

"Ayo lari lagi. Mereka udah deket!" kata Delvin panik begitu melihat segerombolan orang-orang di belakang sana semakin mendekat ke arah mereka.

Aurel menoleh. Ia membelalakkan mata saat melihat kerumunannya semakin banyak.

"Aurel!" teriak mereka serentak sambil terus berlari.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!