NovelToon NovelToon

Fazila Titipan Dari Surga(2)

Pertemuan Tak Terduga

Matahari siang ini terasa begitu terik membakar kulit seorang gadis muda yang sedang mengendarai roda duanya di tengah jalanan yang cukup legang. Raut wajahnya menunjukan kekesalan luar biasa. Sayangnya, ia bahkan tidak bisa menumpahkan amarahnya karena orang yang sedang ia maki di dalam hatinya sedang menikmati waktu bahagianya.

"Tunggu saja, aku pasti akan mematahkan lengan mu. Berani sekali kau menculik anak didik ku dengan alasan murahan." Celoteh gadis anggun itu sambil memacu kendaraan roda duanya lebih cepat dari sebelumnya.

"Menikah di bawah umur? Hanya orang tidak waras saja yang berani melakukan kekonyolan itu! Dan kau sudah berani mengacaukan rumah yang ku bangun dengan hasil jerih payah ku, bukan? Lihat, apa yang bisa di lakukan gadis ini padamu." Celoteh gadis anggun itu lagi.

"Jangan panggil nama ku Fazila jika aku sampai takut di hadapan kalian semua. Kalian benar-benar bodoh, berani sekali kalian mengusik Singa yang sedang tertidur." Tak henti-hentinya ia bicara dalam hati sambil menatap tajam kedepan.

Meyda Noviana Fazila! Semua orang mengenalnya sebagai sosok anggun dan baik hati, siapa pun yang melihatnya akan mudah sekali jatuh cinta. Seolah kebaikan telah melekat dalam dirinya.

Fazila! Begitulah semua orang memanggil namanya, dia memiliki prinsif hidup yang sangat sederhana, menebar kebaikan semampu yang ia bisa, itulah tujuannya.

Bahagia?

Semua orang berhak bahagia karena bahagia bukan hanya milik si kaya saja. Dan bagi sosok Fazila yang terlahir dari keluarga kaya raya, dia lebih memilih hidup sederhana tanpa melibatkan sepeser pun uang orang tuanya. Apakah dia termasuk gadis bodoh? Mungkin sebagian orang akan berpikir dia bodoh. Tapi bagi Fazila, dia tidak akan memikirkan ucapan buruk orang lain yang sengaja di tujukan padanya. Baginya hidup itu singkat, jika dia hanya memikirkan ucapan buruk orang lain lalu kapan bahagianya hidup ini?

Prakkkk!

Sssss! Aaahhhh!

Malang tak bisa di hindari, mimpi buruk apa Fazila semalam sampai sebuah mobil datang entah dari mana dan menabraknya tanpa ampun.

"Innalillahi wa inna Ilaihirojiun." Ucap Fazila pelan sambil berusaha berdiri. Sayangnya ia tidak berhasil. Kejadiannya sangat cepat, karena benturan yang terlalu keras lututnya sampai mengeluarkan darah segar. Untuk sesaat Fazila menatap kearah mobil mewah yang berhenti di depannya dengan tatapan tajam.

"Nona. Aku minta maafff, asisten tidak berguna ku melakukan kesalahan besar dengan menabrakmu." Ucap sang empunya mobil sambil menyodorkan tangan mencoba membantu Fazila untuk berdiri.

Dengan cepat Fazila melambaikan tangannya, mencoba memberikan isyarat kalau dia tidak ingin memegang uluran tangan pria yang tidak halal baginya. Disaat seperti ini ternyata akal sehatnya masih berpungsi juga.

"Ada apa dengan mu? Kemana jalan pikiran mu? Apa kau berniat membunuh orang? Kenapa kau sangat ceroboh, tak bisakah kau menyetir dengan tenang?" Ucap sang empunya mobil dengan nada suara tinggi, membentak sopirnya yang merunduk penuh penyesalan.

Mendengar ucapan pria yang berdiri di depannya membuat sekujur tubuh Fazila merinding. Rasa sakitnya menghilang dan di gantikan oleh amarah yang mulai memenuhi ubun-ubunnya. Rasanya ia ingin memaki pria itu, namun sekuat tenaga ia berusaha menahan amarahnya.

"Tuan, aku tahu sopirmu melakukan kesalahan. Tak bisakah kau bicara dengan baik. Lihat wajahnya? Wajah itu menunjukan rasa takut dan penyesalan. Kau membentak orang kecil seolah kau raja di tempat ini." Ucap Fazila sambil menatap netra pria rupawan yang berdiri di depannya.

"Nona aku..."

"Cukup. Aku tidak ingin mendengar mu. Kau tahu? Di bandingkan dengan rasa sakit karena di tabrak oleh mobil mewah mu, aku jauh lebih kesal karena mendengar ucapan yang keluar dari mulut kasar mu." Celoteh Fazila menyela ucapan lawan bicaranya. Tatapannya tajam seolah ingin menguliti lawan bicaranya hidup-hidup.

"Dasar gadis aneh, aku bicara sopan padamu tapi kau malah memaki ku! Ini benar-benar hari yang sial."

"Hay tuan norak, aku yang sial karena bertemu dengan mu. Aku berharap aku tidak akan pernah bertemu dengan pria kasar sepertimu." Celoteh Fazila lagi, tanpa berpikir panjang ia langsung mengangkat motornya dan berlalu begitu saja dari hadapan lawan bicaranya.

...***...

Parakkkk!

Suara bantingan pintu cukup keras membuat sepuluh orang yang bekerja di salah satu kantor pemerintah itu terkejut luar biasa. Bagaimana tidak? Sejak pagi sang Gubernur terlihat tidak nyaman. Dia sakit, tapi tetap saja tugas yang menumpuk membuatnya harus memaksakan diri untuk bekerja. Bahkan kejadian tadi semakin merusak suasana hatinya, kejadian saat asisten bodohnya menabrak seorang gadis aneh.

Gadis aneh?

Setidaknya, itulah yang dia pikirkan setelah mendengar ocehan gadis itu, gadis yang berani memarahinya padahal dia tidak bersalah.

"Pa-pak Gubernur. Sa-saya minta maafff. Karena saya bapak terlibat masalah."

"Kau memang pantas meminta maaf padaku. Bahkan jika aku memecatmu itu tidak akan cukup untuk mu. Berani sekali kau menabrak orang saat berkendara dengan ku. Kau ini asisten ku atau musuh ku?" Ucap pria yang di panggil Gubernur itu, tatapannya setajam belati.

"Apa kau mendapatkan informasi tentang gadis yang kau tabrak tadi? Jangan sampai masalah ini melebar dan kita di seret ke kantor polisi.

Pekerjaan ku sudah cukup membuat ku pusing. Jangan sampai Singa itu menambah masalah. Segera temukan keberadaannya kemudian urus semua hal yang menyangkut pengobatannya."

Pak Gubernur!

Begitulah semua orang memanggilnya, dia masih muda dan berbakat. Entah karena faktor keberuntungan atau hanya sebagai hiburan, dia memilih profesi sebagai pegawai pemerintah. Awal-awal menjabat memang sangat sulit. Tapi sekarang? Semuanya baik-baik saja.

"Saya tidak punya informasi apa-apa tentang Nona muda itu, Pak. Tapi, tadi Nona itu lupa membawa barangnya. Saya menemukan ini di lokasi kejadian." Ucap Asisten itu sambil menyodorkan sesuatu pada pak Gubernur.

"Tas? Ternyata aku tidak salah saat mengatakan gadis itu aneh. Dia bahkan melupakan barang berharganya di sembarang tempat." Celoteh pak Gubernur sambil membuka isi tas yang ada di tangannya.

"Kau boleh pergi. Ingat, jika anak buah mu mendapatkan informasi apa pun tentang gadis itu segera kabari aku. Kau paham?"

"Siap, Pak. Laksanakan."

Sedetik kemudian tersisa hanya Pak Gubernur di kantor luasnya. Dia mulai mengamati barang yang ia keluarkan dari dalam tas yang di berikan oleh asistennya tadi.

"Apa ini? Aauu, sial." Celoteh pak Gubernur kesal. Tanpa sengaja ibu jarinya menekan barang yang mirip dengan parfum dan itu mengenai matanya. Secepat kilat ia berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan kedua matanya yang mulai terasa sangat perih.

"Gadis aneh itu tidak ada di sini, tapi dia meninggalkan amarahnya bersamaku. Orang macam apa dia sampai menaruh benda mematikan seperti ini? Lihat saja nanti, aku pasti akan memberinya pelajaran!" Ujar pak Gubernur sambil mengepalkan tangannya.

"Auuu mata ku!" Ujar pak gubernur lagi, kali ini ia kembali duduk di kursi kebesarannya. Netranya menatap tajam kearah tas yang ada di tangannya, netranya membulat sempurna begitu tangannya memegang benda yang ia yakini akan memberinya informasi tentang sosok aneh yang ia temui di hari pertamanya namun berhasil membuat amarahnya sampai di ubun-ubun.

...***...

Melawan Berandal (Fazila)

Suasana di rumah berlantai dua itu cukup ramai, di depan gerbang besi berdiri tiga penjaga berbadan kekar bertugas memeriksa setiap tamu undangan yang datang. Sepertinya para tamu itu pun mulai hilang akal, bagaimana mereka bisa menghadiri pernikahan yang tidak berimbang itu? Apa mereka mendapat ancaman? Atau justru sebaliknya mereka datang hanya untuk pura-pura mengumbar senyuman sehingga mereka bisa makan gratis? Entahlah, yang jelas semua itu tidak benar.

"Semoga ada keajaiban, aku tidak sudi menghadiri pernikahan ini. Namun apalah daya ku, nyawa ku hanya satu. Aku tidak ingin usia ku yang belum genap enam puluh tiga tahun berakhir di ujung senjata orang-orang jahat ini." Ucap pria paruh baya yang masuk bersama temannya.

"Iya, kau benar. Mereka mengancam akan melubangi kepala putriku dengan senjatanya jika aku tidak datang. Mereka mengundang kita hanya untuk menjadi tameng kalau pernikahan ini salah. Aku juga sama seperti mu, berharap semoga ada keajaiban."

Hhuuhhhhh!

Fazila yang berdiri sejak tadi di luar gerbang hanya bisa mendengus kesal, mendengar ucapan kedua pria paruh baya yang melewatinya tadi membuat amarahnya semakin memuncak. Seluruh pori-pori tubuhnya di penuhi oleh amarah. Rasanya dadanya semakin terbakar.

"Aku tidak bisa berada di sini lagi, berdiri disini hanya akan membuat ku semakin kesal." Celoteh Fazila sambil berjalan pelan. Sakit di lututnya karena tertabrak tadi membuatnya tidak bisa berjalan normal. Walau seburuk apa pun kondisinya dia harus menghentikan kekonyolan yang ada di dalam rumah berlantai dua itu.

"Bismillahiirrahmaniirrahiim." Ucap Fazila kemudian melangkah pelan munuju pintu masuk yang masih di jaga ketat oleh tiga penjaga berbadan kekar.

"Berhenti, mana surat undangan mu? Kau tidak bisa masuk jika tidak membawa surat undangan." Cegat salah seorang penjaga, wajahnya terlihat angker dengan kumis tebal yang menutupi bibir bagian atasnya.

"Aku salah satu tamu undangan di tempat ini, apa kalian akan tetap mencegah ku masuk? Jika kalian tidak percaya, panggil bos kalian sekarang juga." Balas Fazila tanpa rasa takut.

Wajahnya menjelaskan kalau dia benar-benar kesal. Mematahkan lengan ketiga pria yang berdiri disisi kiri dan kanannya itu tidak akan membuat perubahan apa-apa. Dia hanya ingin menghentikan pernikahan ini kemudian pergi dengan tenang.

"Hay Nona, kami tidak mengenalmu. Lagi pula, bos tidak mungkin membiarkan mu sendiri jika dia melihat mu lebih awal. Dari pada memilih menjadi istri ketujuh bos lebih baik kau pergi saja." Ujar penjaga bertubuh krempeng. Ucapannya di penuhi nada ejekan.

Ciihhhh!

Fazila mendecih sambil menatap pria itu dengan tatapan tajam. Untuk saat ini hanya itu yang bisa dia lakukan, dia tidak ingin memancing keributan secepat ini.

"Aku ingin masuk. Menyingkir dari hadapan ku. Aku tidak punya urusan dengan kalian jadi jangan mencoba mencegah ku. Kalian paham?" Ucap Fazila kasar, kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya lagi.

Sekuat apa pun Fazila berusaha menahan diri, tetap saja dia akan mudah terpancing emosi untuk hari ini, karena masalah yang ada di depannya bukanlah masalah sederhana yang bisa di selesaikan dengan cara bicara saja.

"Hahaha! Hay Nona, aku bersikap baik padamu karena kau gadis yang cantik. Jika kau semenggemaskan ini maka aku tidak punya pilihan lain selain membuat mu menjadi milik kami bertiga." Ucap salah satu penjaga itu lagi.

Hueekkk!

Rasanya Fazila ingin muntah mendengar ucapan itu, sekarang emosinya benar-benar akan meledak. Entah mimpi apa dia semalam sampai harus mendengar ucapan omong-kosong.

Satu wanita dan tiga pria? Itu benar-benar menjijikkan. Wanita makhluk Tuhan yang sangat sempurna, di bekali dengan kasih sayang saat Tuhan menciptakannya, dari rahimnya keluar anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa.

Ucapan pria busuk di depan Fazila saat ini seolah mengumpamakan dirinya seperti toilet yang bisa di masuki oleh sembarang orang. Dan membayangkan hal itu membuat Fazila semakin di penuhi amarah, siapa pun yang mencegahnya hari ini akan tahu betapa menakutkannya seorang wanita saat matanya di penuhi oleh kabut amarah karena menentang ketidak adilan.

Plakkkk!

"Jaga bicara mu jika kau tidak ingin orang lain menguliti mu hidup-hidup. Berani sekali kau bicara omong-kosong di depanku seolah aku patung yang tidak akan merespon." Ucap Fazila dengan nada suara tinggi. Matanya memerah, untuk pertama kalinya dia merasakan amarah sebesar ini selama dua puluh tujuh tahun hidupnya.

Cihhhhh!

Pria yang mendapat tamparan keras dari Fazila meludah kesisi kiri, gusinya berdarah akibat tamparan keras yang di layangkan Fazila di pipi kanannya.

"Tunggu! Kau sudah berani bersikap kurang ajar padaku maka sekarang kau tidak bisa pergi dengan mudah." Ucap salah satu dari ketiga penjaga itu lagi.

Fazila baru saja melewati gerbang besi itu namun pundaknya tiba-tiba di sentuh dari belakang.

"Astagfirullah hal adzim. Innalillahi wa inna Ilaihiroji'un." Ujar Fazila sambil memejamkan mata. Dengan cepat ia meraih tangan pria itu dari pundaknya kemudian memelintir lengannya dengan kasar.

Gdebukkkk!

Aaahhhhhh!

Fazila membanting pria itu sampai terkapar di lantai, kini indra pendengarannya di penuhi oleh suara rintihan pria itu, rintihan karena menahan sakit. Fazila yakin pria itu pasti mengalami patah tulang akibat bantingan secepat kilat yang ia lakukan."

"Dasar Iblis, berani sekali kau melukai rekan kami! Sekarang rasakan ini!"

Dua pria yang tersisa kini mencoba menyerang Fazila secara membabi buta. Tendangan, pukulan, dan juga ayunan benda tajam pun tak bisa di hindari. Beruntungnya Fazila, dia sudah belajar bela diri sejak berada di sekolah dasar. Dia bahkan memperdalam ilmu bela dirinya saat tinggal di pesantren paman Ikmalnya. Menghadapi tiga pria tidak akan sulit baginya selama dia masih memiliki tenaga untuk bertanding.

Gdebukkkk!

"Ahhhh, punggung ku!" Ujar Fazila meringis menahan sakit, satu tendangan yang di layangkan lawannya berhasil membuatnya tersungkur, namun ia bukan gadis yang mudah menyerah. Dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk kembali bangkit. Karena tujuannya datang bukan untuk menyerah lalu mengaku kalah tanpa ada perlawanan apa pun.

"Hay nona, kau itu cocoknya di dapur. Tugas mu hanya memotong sayuran dan bukannya berkeliaran di tempat umum. Hahaha!" Ucapan intimidasi pria itu membuat Fazila kembali mengumpulkan tenaganya. Jika dia sampai kalah melawan dua makhluk jahat yang ada di depannya saat ini lalu bagaimana dengan yang ada di dalam?

Bismillahiirrahmaniirrahiim... Ya Allah, engkau yang menciptakan ku, dan aku berdiri di bawah naunganmu. Berikan aku kekuatan untuk menentang kebatilan. Jika hari ini aku kalah dan tidak bisa menyelamatkan masa depan anak malang itu, maka tidak akan ada lagi yang mengharapkan keajaiban. Tolong aku Ya Allah, jika kau tidak menolongku lalu pada siapa lagi aku akan memohon pertolongan? Ucap Fazila dengan suara lirih. Air matanya menetes menandakan betapa tulus permohonan yang ia panjatkan.

...***...

Menyelamatkan Maya

Gdebuk!

Gdebuk!

Tak henti-hentinya Fazila melayangkan pukulan dan juga tendangan pada pria kurang ajar yang berani memegang pundaknya. Untuk pertama kalinya ada pria kurang ajar yang berani melakukan itu padanya, dan lihatlah apa yang telah di perbuat Fazila? Dia melumpuhkan tiga pria berbadan kekar yang telah berani melecehkannya dengan kata-kata dan juga perbuatan.

"Lain kali jangan pernah meremehkan wanita! Aku tidak takut masuk penjara hanya karena melumpuhkan pria tidak bermoral seperti kalian. Bersyukur lah pada Allah karena dia telah menyelamatkan kalian." Ucap Fazila sambil menatap lawannya yang sudah tak berdaya dengan tatapan kesal. Matanya masih memerah karena di penuhi kabut amarah. Tidak tahu sebanyak apa anak buah pemilik rumah bertingkat itu di dalam sana?

Sementara itu di dalam rumah, duduk seorang pria empat puluh lima tahun dengan pakaian pengantin yang membalut tubuh kekarnya. Ia tersenyum penuh kemenangan seolah seluruh dunia berputar di bawah kakinya. Ia terlalu bahagia sampai tidak bisa berkata-kata.

Dua pria datang dari Kantor urusan Agama yang akan bertugas menjadi penghulunya duduk dengan perasaan takut luar biasa, di kepalanya melekat senjata yang kapan pun siap untuk di tarik pelatuknya.

"Ayolah pak penghulu, kalian belum terlalu tua untuk bertingkah seperti penghulu pemula. Ini sudah percobaan kesepuluh, jika sekali lagi kalian melakukan kesalahan maka kalian boleh menghubungi keluarga kalian untuk mempersiapkan pemakaman, aku tidak yakin kalian bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini." Ucap pria yang akan menjadi pengantin itu.

Beberapa tamu undangan yang datang dengan paksaan terlihat panik, mereka juga ingin menghentikan pernikahan ini, sayangnya mereka tidak punya kuasa untuk itu.

Dorrrrr!

"Aaaaaaaaa!" Semua orang berteriak sambil menutup telinga.

Satu tembakan menyasar sebuah vas bunga yang di letakkan di atas nakas, tujuannya tentu saja hanya untuk menakut-nakuti. Dan benar saja, tujuan untuk menakut-nakuti semua orang berhasil seratus persen. Melihat semua orang ketakutan membuat mempelai pria itu tertawa terbahak-bahak seolah dia tidak pernah tertawa seumur hidupnya dan sekarang dia membalas untuk semua itu.

"Ayo pak penghulu, jangan bermain-main dengan ku. Jika kali ini kau salah lagi, pelurunya tidak akan menyasar vas bunga lagi, tapi kepala kalian berdua. Bummmm!" Ucap sang mempelai lagi sambil mengarahkan senjatanya tepat di kening kedua pria yang datang dari kantor urusan Agama.

"Ba-baik tu-tuan!"

"Bagus. Kalian anak baik."

Sementara itu, Fazila baru saja menginjakkan kakinya di ruang tengah. Melihat keadaan semua orang yang terlihat ketakutan membuatnya yakin kalau dia tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan. Nyawanya dan nyawa semua orang berada dalam bahaya.

Ya Allah... Aku tidak tahu kenapa aku bisa terlibat dalam masalah ini? Di saat orang lain sedang menikmati waktu luangnya, aku malah bertarung dengan nyawa. Gumam Fazila sambil berjalan pelan layaknya pencuri yang takut ketahuan oleh sang empunya rumah.

"Tunggu kakak, Maya. Kita akan keluar dari tempat ini dengan aman dan selamat." Ucap Fazila berusaha menghindari salah satu preman yang sedang memeriksa keamanan rumah.

"Sa-sa-sa saya nik-kah kan dan sa-ya ka-wiiii-nnnn kannnn..."

Pria yang bertugas menjadi penghulu itu semakin gugup, dan hal itu semakin memancing kemarahan sang mempelai pria itu.

"Kalian tidak berguna, untuk apa aku menyewa kalian, hah? Kenapa aku tidak melubangi kepala kalian saja sejak tadi." Ucap mempelai itu lagi dengan nada suara tinggi.

Hiks.Hiks.Hiks.

Suara tangisan Maya terdengar menggema di indra pendengaran Fazila. Sangat wajar gadis manis itu merasa ketakutan. Dia berada di tengah-tengah kumpulan preman, dan otak di balik kejahatan ini mencoba untuk menikahinya. Apa lagi yang bisa di lakukan oleh anak manis itu selain menangis?

"Diam. Suara tangisan mu membuat ku kesal. Jika kau masih menangis, aku akan melupakan diriku dan akan mulai menghajar mu."

Maya yang malang! Dia hanya bisa menurut tanpa ada perlawanan sedikit pun, sementara semua orang? Semua orang tak jauh berbeda dengan keadaannya. Tangisan, ketakutan, dan amarah memenuhi seluruh langit-langit rumah berlantai dua itu sore ini. Tidak terlihat seperti akan ada pernikahan, tapi pemakaman.

"Sudah cukup aku melihat kekonyolan ini, sekarang waktunya untuk bertindak." Ucap Fazila pelan, tangannya memegang senjata yang ia ambil secara paksa dari pria yang ia lumpuhkan di depan gerbang tadi.

"Hentikan semua kekonyolan ini. Apa kau tidak malu dengan usia mu? Dia lebih cocok menjadi putri bungsumu!" Ucap Fazila ketus begitu dia membuka mulutnya.

"Sepertinya percuma bicara dengan sampah sepertimu, karena sampah tetaplah sampah." Ucap Fazila lagi, amarah yang tadinya meredup kini kembali berkobar.

"Kakak. Hiks.Hiks." Maya berlari pada Fazila sambil membawa tangisannya. Sekujur tubuhnya bergetar karena rasa takut yang mulai menggerogoti jiwanya.

Dorrrrrr!

Fazila menarik pelatuk dan menembak kearah pria yang duduk di pelaminan karena dia mencoba menyakiti Maya. Secepat kilat Fazila berlari kearah pria itu dan menodongkan senjatanya.

"Maya, lari dek. Berkumpul bersama semua orang." Ucap Fazila Sambil mencengkram keras lengan pria yang menjadi ketua geng dan mencoba menikahi Maya.

Kedua Penghulu, Maya dan beberapa tamu undangan yang di paksa datang mulai berdiri di satu tempat dengan perasaan takut luar biasa.

"Kau sangat senang menodongkan senjata di kepala orang, kan? Sekarang rasakan bagaimana rasanya kepala tidak berharga mu di todong oleh orang lain." Ucap Fazila ketus sambil mengetuk-ngetuk pelan kepala pria yang menjadi tawanannya.

"Tadi aku melukai tangan mu dengan senjata mu sendiri, kali ini aku juga akan melubangi kepalamu dengan senjatamu sendiri. Jangan coba-coba bermain sok pintar dengan ku." Ucap Fazila lagi, matanya memerah karena amarah.

"Kau Iblis wanita, berani sekali kau mengancam bos kami." Pria bertubuh jangkung dengan tubuh kurus datang entah dari mana dan mencoba mengancam Fazila. Sayang sekali, Fazila bahkan tidak merasa takut. Di dalam darahnya mengalir darah keturunan perwira, dia tidak akan pernah mundur saat dia sudah bertekad melakukannya.

"Turunkan senjatamu, kalau tidak aku akan melubangi kepala bos mu!" Fazila tak gentar sedikit pun, saat pria itu ingin membalas ucapannya, saat itulah Fazila mulai melepaskan tembakan tepat mengenai paha pria itu.

Aahhhh!

Pria itu terlihat kesakitan. Sementara Fazila? Dia berusaha menahan hatinya agar terlihat baik-baik saja. Untuk saat ini, ia hanya bisa memohon pertolongan kepada Allah agar menguatkan hati, tubuh, dan pikirannya.

Tanpa Fazila sadari, seorang pria datang dari belakang dan melayangkan hantaman keras di kaki jenjangnya, hal itu membuat Fazila terjatuh. Ia tersungkur cukup keras dengan wajah mencium lantai. Seburuk apa pun kondisinya, ia hanya ingin menyelamatkan Maya. Sepertinya keluar dari rumah megah berlantai dua itu akan sedikit sulit melihat kondisi Fazila yang saat ini bukan lagi berada di pihak yang menawan melainkan dia yang di tawan.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!