Robert Anderson adalah seorang pria berusia 30 tahun. Tiga tahun yang lalu, dia menikahi Anne Halinger karena perjodohan yang dilakukan oleh Kakek nya Anne, yaitu Kakek Thomas. Robert berwajah tampan dan tubuhnya atletis, tetapi dia tidak punya pekerjaan saat itu karena usaha bisnis tambangnya sedang bermasalah dan hampir bangkrut. Saat Robert menikah dengan Anne, dia mengaku tidak bekerja padahal sebenarnya dia adalah pewaris kerajaan bisnis keluarga Anderson yang tersebar di seluruh dunia. Robert juga punya berbagai skill lainnya, seperti ahli IT, bermain piano, biola, gitar dan alat musik lainnya, lalu dia juga punya keterampilan akupunktur yang dipelajari secara otodidak melalui baca buku-buku medis.
Saat itu, Anne yang tidak tahu apa-apa tentang Robert, memutuskan untuk menerima perjodohan itu karena usia Anne yang sudah cukup matang untuk menikah, yaitu 27 tahun. Lebih baik menikah daripada tidak sama sekali, bukan? Lagi pula, Robert terlihat cukup ramah dan tidak macam-macam. Robert menerima perjodohan ini karena tertarik dengan penampilan Anne yang sederhana dan rendah hati.
Robert tidak mengatakan tentang jati dirinya yang sebenarnya kepada Anne dan siapapun juga. Dia tidak ingin orang-orang tahu tentang usaha bisnisnya yang hampir bangkrut. Selain itu, walaupun orang tua Robert adalah orang kaya, Robert ingin berhasil dengan usahanya sendiri tanpa membawa embel-embel nama besar keluarganya. Robert pun ingin tahu apakah Anne akan bisa mencintai dirinya apa adanya, bukan karena ada apanya. Dia juga ingin tahu siapa sahabat sejati dan siapa musuh yang sebenarnya.
Yang Anne tahu adalah Robert tidak punya pekerjaan tetap dan terlihat lugu atau bodoh di mata Anne. Anne sempat ragu apakah Robert materialistis dan hanya mengejar kekayaan keluarga Halinger saja. Keluarga Halinger punya bisnis yang berderak di bidang bahan bangunan, yaitu Perusahaan Matrial Halinger.
Namun, Robert tidak pernah meminta uang atau barang apapun kepada Anne dan keluarganya dari sejak perkenalan hingga menikah sampai sekarang ini. Hanya seorang saja yang mengetahui jati diri Robert yang sesungguhnya, yaitu Kakek Thomas. Kakek Thomas percaya bahwa Robert adalah seorang pria yang tepat, baik dan cocok untuk menjadi pendamping Anne selamanya. Di samping itu, Kakek Thomas ingin Anne belajar menghargai orang tidak hanya dari penampilan luarnya saja, tapi juga dari hatinya.
Setelah menikah, Anne dan Robert tinggal di sebuah rumah sederhana dekat dengan kediaman keluarga Halinger. Rumah kecil yang dibeli Anne dengan KPR. Anne ingin hidup mandiri bersama Robert setelah menikah. Selain itu, lebih nyaman bila tinggal sendiri setelah menikah, 'kan?
Malas sekali rasanya bila satu rumah dengan mertua dan saudara ipar dari keluarga Halinger yang memandang rendah Robert hanya karena mereka menganggap Robert seorang benalu dan pengganguran saja. Anne hanya menganggap Robert sebagai suami di atas kertas saja dan tidak mau sekamar dengannya. Robert pun tidak keberatan akan hal itu. Bagi Robert, cinta tidak bisa dipaksakan.
Robert menjalani hari-harinya dengan membantu tugas rumah tangga di rumah. Dia membantu memasak, menyapu, mengepel rumah, mencuci dan menjemur pakaian, serta menggosok cucian kering. Aneh, bukan? Anne sebetulnya sanggup menggaji asisten rumah tangga, tetapi Robert ingin mengerjakan sendiri tugas rumah tangga tersebut karena dia tidak punya pekerjaan tetap, otomatis dia punya waktu yang berlimpah di rumah. Daripada hanya makan, tidur dan bermain handphone saja, Robert memilih mengerjakan tugas rumah tangga untuk mengisi waktunya itu. Anne tidak mau berkomentar tentang hal itu, yang penting dia bisa tetap bekerja sebagai seorang sales admin di Perusahaan Era Mas.
Walaupun orang tua dan saudara Anne tahu kalau Robert lah yang mengerjakan tugas rumah tangga, mereka hanya bisa mencibir saja dan bahkan tidak pernah menawarkan bantuan kepada Anne dan Robert, dan tidak pernah menyuruh pembantu dari rumah keluarga Halinger untuk membantu Anne dan Robert. Anne juga merasa risih dan tidak mau merendahkan harga dirinya dan meminta apapun pada orang tuanya. Hanya Kakek Thomas saja yang mengasihi Anne dengan tulus.
Anne tidak tahu bahwa Robert sudah bangkit dari kebangkrutannya. Robert diam-diam menjalankan perusahaannya dibantu oleh asisten pribadinya sekaligus orang kepercayaannya, yaitu Matt Brown. Matt menjadi CEO di Perusahaan Black Diamond di pertambangan emas, berlian, batu bara, minyak dan gas, dll. Yang publik tahu Matt adalah bos, tetapi sebenarnya dia hanyalah CEO bayangan saja. Kendali perusahaan tetap ada pada tangan Robert saja.
Bagaimana bisa Robert yang sudah sibuk dengan tugas rumah tangga, tapi tetap bisa bekerja sebagai CEO Perusahaan Black Diamond? Tentu saja bisa karena Robert pandai mengatur waktunya dan juga karena dibantu oleh Matt dan para stafnya yang amat kompeten. Setelah pekerjaan rumah tangga sudah beres, Robert akan masuk ke kamarnya dan mulai membuka handphone dan laptopnya, lalu memeriksa email serta memimpin rapat secara online bila ada masalah penting. Saat Anne pulang, Robert menutup laptopnya dan menyiapkan air hangat untuk Anne mandi, serta makan malam bersama. Anne kadang bercerita tentang pekerjaannya, tetapi kadang bisa saja dia diam saja bila mood-nya sedang jelek karena kecapekan. Robert akan menjadi seorang pendengar yang baik dan tersenyum pada Anne. Robert jugalah yang memijat kaki Anne saat pegal-pegal. Ah, betapa baiknya, Robert, 'kan? Namun, Anne belum memiliki perasaan apa pun untuk Robert hingga tahun ketiga pernikahan ini.
Anne tidak berpikir untuk punya anak dahulu karena dia masih ingin fokus bekerja demi melunasi cicilan KPR rumahnya, serta cita-citanya punya mobil, motor, dll. Anne terbiasa bekerja keras dan membeli sendiri barang yang diinginkannya karena orang tuanya pilih kasih dan lebih menyayangi kakak laki-lakinya yang merupakan penerus bisnis keluarga Halinger. Rasanya tidak enak bila utang budi, bukan? Makanya Anne lebih suka membeli barang sendiri tanpa menengadahkan tangannya kepada orang tuanya yang picik itu.
Kisah Robert dan Anne masih terus berjalan, diiringi bumbu dari keluarga kedua belah pihak, saudara, teman, dll. Bagaimana perjalanan Robert membuktikan jati dirinya kepada keluarga Anne yang menghinanya sebagai Menantu Pria yang Tak Dianggap? Lalu bagaimana kisah cinta Robert dan Anne, akankah mereka saling jatuh cinta? Apakah mereka sanggup bertahan dalam menghadapi konflik keluarga, atau malah akan berpisah? Apakah reaksi Anne saat tahu jati diri Robert yang sebenarnya?
Mari kita ikuti kisah mereka terus ya.
Halo semuanya ini novel pertama saya. Mari dukung karya saya ya dan beri komen, klik like and favorit saya. Bila berkenan, mohon beri masukan bila ada typo dan lainnya ya.
IG saya di @cindy.winarto
Terima kasih semuanya 🙏😃
Rumah Anne.
Sore hari sepulang kerja. Anne segera masuk ke rumah dan ingin segera mandi dan makan malam.
"Robert, kamu di mana? Kamu masak apa untuk makan malam?" tanya Anne.
Robert segera keluar dari dapur dan menyapa Anne, serta mengambil tas kerja Anne.
"Hai Anne, bagaimana kerjaan kamu hari ini? Aku masak ayam goreng mentega dan tumis bayam untuk makan malam kita," ujar Robert sambil tersenyum.
"Wah, enak sekali menu malam ini. Oke, aku mandi dulu ya," kata Anne sambil menuju kamarnya.
Robert segera membereskan tas kerja Anne dan tas bekal makan siangnya. Saat mengangkat tas itu, tak sengaja Robert melihat kartu undangan pesta ulang tahun Gerry Bush yang akan diselenggarakan di Hotel Parker Jakarta. Robert termenung sejenak.
"Hmm, si Gerry yang sombong itu mau merayakan ultahnya besar-besaran ya? Dan dia sengaja mengundang Anne, pasti untuk mengolok-olok aku di pesta nanti," gumam Robert.
Kemudian, Anne keluar dari kamar dan berkata, "Oh, Robert kamu mau ikut denganku Sabtu malam ini, ada undangan dari Gerry Bush. Dia ulang tahun. Aku mau datang dan makan enak di sana."
Robert diam sejenak dan kemudian berkata, "Oke, yuk kita datang. Oh ya, mari kita lanjut mengobrol sambil makan saja ya."
Ketika mereka sudah duduk di ruang makan, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu depan.
"Tok, tok, tok!"
Anne bergegas ke pintu depan dan melihat dari kaca jendela. Ternyata Nyonya Sandra Halinger dan Spencer Halinger sedang berkacak pinggang di depan pintu. Nyonya Sandra adalah ibunya Anne dan Spencer adalah kakak laki-lakinya Anne.
Anne segera membuka pintu dan berkata, "Halo Ibu dan Kak Spencer. Ada apa malam-malam ini ke sini?"
Anne menebak kedatangan mereka berhubungan dengan undangan ulang tahun Gerry Bush.
"Anne, Ibu langsung saja bicara pada intinya ya. Kalau kamu mau datang ke ulang tahun Tuan Gerry, kamu tidak perlu membawa suamimu yang tidak berguna itu. Dia hanya akan menjadi hinaan semua tamu pesta saja!" ujar Nyonya Sandra berapi-api.
Belum sempat Anne menjawab, Spencer langsung menyambung dan berkata, "Pakai pakaian yang keren ya di pesta nanti, jangan pakai baju jelekmu. Kita mau ke pesta orang kaya, bukan ke bakti sosial."
Robert yang mendengar suara ribut-ribut segera menghampiri Anne dan kedua tamu tak diundang itu. Robert tahu bahwa mereka berdua pasti sedang menghina Anne dan dirinya. Kalau bukan karena Anne yang baik hati, sudah sejak lama Robert ingin menghancurkan keluarga Halinger melalui tangan Matt, orang kepercayaannya.
"Halo Ibu dan Spencer. Apa kabar?" tanya Robert ramah.
"Huh, tidak perlu tanya kabar kami. Urusan kami sudah selesai. Tanya aaja pada Anne tentang apa yang kami sampaikan tadi. Kami pulang dulu. Oh ya, jangan lupa mampir ke rumah Halinger dan cuci mobilku kalau kamu sudah selesai tugas bersih-bersih di rumah ini," kata Spencer dengan amat sombong.
"Aku ak-" ucapan Robert segera dipotong Anne.
"Spencer, kamu tidak perlu takut. Kalaupun kami datang ke pesta ulang tahun Tuan Gerry, kami tidak akan merepotkanmu. Kami bisa pergi sendiri dan dengan pakaian yang layak. Kamu tidak usah takut, bahkan kamu boleh pura-pura tidak mengenal kami di pesta nanti. Oh ya satu lagi, suamiku bukan pembantumu. Tempo hari dia membantu mencuci mobilmu karena sopirmu sedang mudik. Jadi, tolong hargai dia dan jangan kurang ajar ya!" seru Anne dengan keras.
Nyonya Sandra dan Spencer tercengang dengan ucapan Anne tadi.
Anne adalah pribadi yang lemah lembut, tapi dia akan berubah menjadi galak bila orang terdekatnya dihina. Robert memang hanya suami di atas kertas saja, tapi Anne amat menghargai Robert yang merawat dirinya selama tiga tahun ini. Seisi kota Jakarta mungkin menghina Robert sebagai menantu tak berguna. Namun, Robert adalah teman bagi Anne.
Segurat senyum terbit di bibir Robert. Dia tak menyangka Anne berani berdebat dengan keluarganya untuk membelanya. Walaupun ini bukan pertama kalinya Anne membela Robert di depan keluarga Halinger, Robert tetap senang atas perlakuan Anne padanya. Robert berharap suatu saat Anne bisa mencintainya sebagai suaminya.
"Wah, kalian ini sepasang suami istri yang serasi. Ayo Bu, kita pulang saja. Jangan lama-lama di rumah reyot ini," cibir Spencer lagi. Lalu, Nyonya Spencer dan Robert segera pergi.
"Robert, kamu tidak perlu kesal ya. Kita tidak perlu pergi ke pesta itu, buat apa makan enak, tapi kalau hati kita jengkel sepanjang acara? Kita makan di rumah saja, ya?" tanya Anne.
"Tidak, kita akan datang ke sana, Anne." Robert sudah memutuskan hal itu dan kemudian segera ke dapur untuk menyiapkan nasi dan lauknya.
Anne terdiam.
"Dengan apa kami ke sana, pakaian pesta saja kami tidak punya, ha-ha," batin Anne dengan miris.
Robert menoleh ke Anne dan tahu apa yang dipikirkan Anne. Baju biasa saja ada di lemari baju, tetapi baju pesta mewah, Anne tidak punya. Anne sibuk menabung untuk membayar cicilan KPR rumah. Anne tidak mau boros untuk membeli baju pesta yang hanya sekali dua kali dipakai saja. Belum lagi ada tagihan air, listrik, bensin, dll yang harus dibayarnya setiap bulan. Robert tidak habis pikir dengan Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan yang begitu kikir dan pilih kasih kepada Anne. Padahal mereka punya perusahaan bahan bangunan, tapi kenapa begitu kejam pada putri satu-satunya.
Robert merenung sejenak. apakah sudah saatnya dia membalas segala perlakuan keluarga Halinger kepada dirinya dan Anne? Robert menbukan ponselnya dan mengirim pesan Whatsapp singkat kepada Matt mengenai rencananya. Seringai licik tampak di sudut bibir Robert.
"Tap, tap, tap."
Bunyi sendal Anne terdengar saat Anne melangkah mendekat ke dapur.
"Ayo, kita makan, Anne." Robert segera menyendok nasi dan ayam goreng mentega untuk Anne. Mereka makan dan mengobrol seperti biasa. selesai makan, Anne membantu cuci piring dan Robert mengelap meja makan.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Anne sudah menguap dan mau tidur. Setelah Anne masuk ke kamarnya, Robert segera menelepon Matt dan berkata, "Matt, segera persiapkan gaun pesta yang indah dan mahal untuk Anne dan tuxedo keren untukku. Aku akan membalas keluarga Halinger sekaligus akan kubalas penghinaan Gerry padaku tempo hari!" seru Robert dengan berapi-api.
Di ujung telepon sana, Matt menjawab, "Baik Tuan Muda, siap laksanakan." Matt tersenyum pula. Akhirnya macan tidur bangun juga setelah dihina selama tiga tahun ini. Matt segera menghubungi bawahannya untuk mempersiapkan segala keperluan Tuan dan Nona mudanya itu.
Halo semuanya. Please click like, vote and comment ya di karya saya ini.
yang mau kenalan bisa ke IG saya di @cindy.winarto
Thanks ya.
Sekilas cerita tentang masa kecil Anne dan Spencer.
Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra menikah di awal tahun 1980-an. Mereka belum punya anak selama lima tahun pernikahan. Namun, akhirnya Nyonya Sandra hamil anak pertama setelah menjalani pengobatan herbal tradisional.
Mereka amat gembira atas kehamilan pertama itu, apalagi setelah dokter mengabarkan bahwa jenis kelamin bayi ini adalah laki-laki. Wah, yang paling senang tentu adalah Nyonya Sandra, dia menganggap bayi ini adalah penghapus aibnya yang sempat dihina mandul oleh orang-orang.
Akhirnya, lahirlah bayi pertama pasangan Tuan dan Nyonya Halinger yang diberi nama Spencer Halinger. Bayi kecil nan lucu ini dibesarkan bagaikan seorang raja kecil yang dimanja. Mainan, baju, dan makanan terbaik disediakan untuk sang pewaris bisnis keluarga Halinger. Spencer tumbuh sebagai anak yang dicintai ayah ibunya.
Nyonya Sandra masih ingin hamil lagi. Dia berencana punya tiga anak, yaitu dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Setelah Spencer berumur dua tahun, Nyonya Sandra hamil lagi. Kehamilan kali ini cukup merepotkan Nyonya Sandra karena dia terus muntah-muntah hingga dirawat di rumah sakit. Kondisi Nyonya Sandra lemah, dan dia minta bantuan kepada orang tuanya, yaitu Tuan Karim dan Nyonya Tinka untuk merawat dirinya dan Spencer.
Selang sembilan bulan, sudah tiba waktunya bagi Nyonya Sandra untuk melahirkan. Kata orang, bila muntah-muntah selama hamil maka tandanya sedang hamil anak perempuan. Namun, Nyonya Sandra tetap menguatkan hatinya dan berharap bahwa anak keduanya adalah laki-laki juga.
Ketika sudah di ruang bersalin, Nyonya Sandra tampak kelelahan dan kesulitan melahirkan bayinya padahal ini sudah kali kedua dia melahirkan. setelah semalaman di rumah sakit, akhirnya lahir seorang putri kecil. Saat perawat mengabarkan bahwa bayinya perempuan, betapa kecewanya Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan. Dari situlah awal mulanya pilih kasih itu bermula.
Nyonya Sandra tidak mau menyusui bayinya dengan alasan tidak mau bentuk badannya berubah dan juga karena sibuk membantu perusahaan bahan bangunan milik suaminya.
Akhirnya, Spencer yang berusia tiga tahun dan Anne yang berusia satu bulan dititip ke rumah Tuan Karim dan Nyonya Tinka. Jadi, Nyonya Sandra tidak mau repot dan memanfaatkan orang tuanya yang sudah lansia dan pensiun untuk mengasuh kedua anaknya. Nyonya Sandra memang memberi uang belanja untuk kebutuhan hidup orang tua dan anak-anaknya, serta menyediakan seorang mbak asisten rumah tangga agar meringankan beban Nyonya Tinka.
Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan seminggu sekali datang ke rumah orang tuanya di Jakarta untuk menengok kedua anaknya. Kadang sebulan sekali datang, bila mereka sedang sibuk bekerja. Betapa beruntungnya seorang Nyonya Sandra karena memiliki seorang ibu yang baik hati dan welas asih seperti Nyonya Tinka. Tentu tidaklah mudah bagi Nyonya Tinka di usia lansia, harus menjaga dua anak kecil, apalagi si bayi Anne yang masih sering terbangun bila malam hari untuk minum susu dan ganti popok.
Dua tahun berikutnya, Tuan Karim meninggal dunia karena sakit asma. Nyonya Tinka sekarang sendirian dalam merawat kedua cucunya. Namun, Nyonya Tinka tetap bahagia karena kedua cucunya ada bersamanya. Di antara kedua cucunya, Nyonya Tinka paling sayang kepada Anne karena dia tahu bahwa Anne adalah anak yang ditolak. Selain itu, Anne selalu sakit-sakitan, maka Nyonya Tinka memberi ekstra perhatian kepada Anne.
Setiap kali Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan datang, mereka hanya akan mengajak Spencer untuk jalan-jalan dan tidur bersama. Sebaliknya, Anne hanya di rumah saja bersama dengan Oma Tinka, begitu Anne menyapa Nyonya Tinka.
Nyonya Tinka membedakan sekolah kedua anaknya. Spencer didaftarkan di sekolah swasta ternama, sedangkan Anne di sekolah swasta biasa saja yang di dekat rumah. Spencer boleh kursus piano dan bahasa Inggris, sedangkan Anne hanya kursus bahasa Inggris saja, dan masih banyak lagi perbedaan yang diberikan untuk kedua anak tersebut.
Suatu kali, Anne memakan kentang goreng dan Spencer mengadukan ke Nyonya Sandra. Akhirnya, Nyonya Sandra memarahi Oma Tinka dan melarang menggoreng kentang untuk Anne. Oma Tinka tidak bisa berbuat apa-apa karena dia tidak punya kekuatan apa-apa, sudah berusia lanjut dan tidak punya pekerjaan apapun. Kasarnya adalah Oma Tinka hanya menumpang hidup pada anaknya, yaitu Nyonya Sandra.
Peristiwa lainnya adalah saat Anne ada PR membuat prakarya rumah-rumahan dari karton. Anne kesulitan, sedangkan PR itu harus dikumpul senin pagi. Pas hari itu adalah Sabtu sore dan pasangan Halinger datang menginap di rumah Oma Tinka. Nyonya Sandra marah-marah dan akhirnya membuatkan prakarya itu dengan syarat Anne tidak boleh ikut tidur dengan orang tuanya di kamar Spencer. Jadi, akhirnya Anne tidur sendiri di kamarnya saja. Peristiwa ini begitu melekat di ingatan Anne kecil hingga dewasa.
Anne baru mengetahui perihal orang tuanya yang kecewa karena dia lahir sebagai anak perempuan saat dia berusia 10 tahun. Saat itu, hancur sekali hati Anne. Bukan salahnya 'kan bila dia terlahir sebagai anak perempuan? Mengapa dia yang harus dibenci dan dibeda-bedakan? Sungguh kolot sekali kedua orang tuanya, bahwa yang disayang adalah anak laki-laki karena dianggap sebagai penerus nama marga dan usaha orang tua.
Anne hanya bisa bercerita pada Oma Tinka dan menulis di buku diary-nya. Kadang bila sedih, Anne hanya menangis sendirian di kamarnya. Anne tidak punya tubuh yang kuat karena ada sakit skoliosis pada tulang ekornya. Namun, Anne anak yang pintar di dalam sekolahnya. Sayangnya, sebesar apapun usahanya untuk mencapai prestasi akademik, Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra hanya memandangnta sebagai hal biasa saja, yaitu anak kalau sekolah ya harus belajar sungguh-sungguh agar naik kelas. Lain halnya bila Spencer yang juara kelas, maka akan disambut dengan raut muka penuh sukacita oleh Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra.
Hanya Oma Tinka dan Tuan Handri (adik bungsu Nyonya Sandra) yang menyayangi Anne. Tuan Handri membanty mengasuh Soencer dan Anne selama beberapa tahun sebelum akhirnya dia menikah dengan kekasihnya. Anne amat kehilangan pamannya ini, tapi apa mau dikata, sudah seharusnya Tuan Handri menikah, bukan?
Hari demi hari berlalu. Anne tumbuh menjadi anak yang baik dan suka menyumbang panti asuhan. Di sisi lain, Anne pun menjadi anak yang keras kepala dan penuh luka batin. Hanya Oma Tinka, Tuan Handri dan Kakek Thomas, yaitu ayah dari Tuan Ridhan yang mengetahui sisi baik seorang Anne Halinger. Bahkan kedua orang tuanya pun sudah tertutup mata hatinya terhadap anak gadisnya ini, hanya karena masalah gender. Sebetulnya Nyonya Sandra aneh juga, kalau masih ingin punya anak laki-laki, kenapa tidak hamil lagi saja? Jawabannya adalah karena sudah capek menderita saat hamil. Dua anak sudah cukup.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!