...BAB 1...
...Bertemu Cinta Masa Lalu...
"Semuanya jadi 352 ribu mbak..."
"Oh iya..."
Vira pun lekas mengambil dompet di dalam tas kecilnya dan menyerahkan empat lembar uang berwarna merah pada pelayan kasir di sebuah supermarket tersebut. Pelayan kasir itu menerimanya lalu ia lekas memberikan kembalian uang pecahan sepuluh ribuan pada Vira.
"Ini kembaliannya mbak. Terimakasih sudah berkunjung..." ucap mbak kasir itu seraya mengatupkan kedua tangannya seatas dadanya dengan sopan dan ramah pada Vira sembari tersenyum.
"Iya, sama-sama mbak..." angguk Vira yang sama membalas senyumannya.
Setelah membayar semua belanjaannya, Vira bergegas keluar supermarket dengan menenteng kantung belanjaannya, seraya memesan taksi online di gawainya. Namun sebelum dia membuka aplikasi pemesanan taksi, suara alarm pengingat tiba-tiba saja muncul di layar ponselnya. Sesaat senyum Vira mengembang ketika membaca kalimat yang tertera pada satu tahun lalu yang dia buat sendiri.
"Malam ini adalah malam spesial untukmu Mas Dika, bersiaplah kamu akan menerima kejutan indah dariku..." gumamnya bahagia.
Vira berjalan di sisi trotoar menunggu taksi yang barusan saja dia pesan online. Pandangannya mengedar pada arah jalan yang di lalui kendaraan lalu lalang. Tampaklah di depannya sebuah cafe yang terlihat ramai oleh pengunjung pada siang hari itu. Tiba-tiba saja pandangannya teralih dengan kedua bola mata tertuju pada sesosok Pria yang dia kenali sedang berjalan dengan seorang wanita, keluar dari cafe tersebut.
Kedua alis Vira berkerut lalu ia menajamkan pandangannya dari kejauhan.
"A-apa aku tidak salah lihat? Bukankah, itu Mas Dika?!" gumamnya terkejut.
Vira tercengang melihat kedua manusia berbeda jenis itu, yang kini mereka berada di seberangnya jalan. Mereka terlihat sangat akrab, dan tangan mereka yang saling bertaut mesra. Vira menggeleng-geleng cepat kepalanya dengan netra yang sudah memerah panas. Air embun di kelopaknya pun tiba-tiba memburamkan penglihatannya. Pria yang dia lihat sekarang di depannya, ternyata memang adalah suaminya sendiri. Vira semakin yakin ketika Pria itu menggiring wanita yang tak di kenalinya masuk ke dalam mobil berwarna hitam dan tentunya itu mobil milik Dika. Dika Mahesa, suaminya yang baru saja menikah dengannya lima bulan lalu.
Air ludah pun terasa tersekat di tenggorokan karena sulit dia telan.
"M--mas Dika... Dia dengan siapa?" gumamnya lirih.
Vira menatap nanar pada mobil Dika yang hendak melaju pergi. Langkahnya gontai akan menyebrangi jalan. Entah apa yang di dalam pikirannya kini? Dia tiba-tiba ingin berteriak dan mengejar mobil suaminya walaupun tungkai lututnya sudah melemas.
Vira sama sekali tak percaya yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Baru saja tadi pagi dirinya di kabari oleh suaminya, Dika. Jika Dika akan sampai Jakarta pada pukul tujuh malam nanti. Namun kenapa tiba-tiba saja suaminya sudah berada cepat di kota itu?
"Mas nanti sampai Jakarta kira-kira jam berapa?" tanya Vira di sambungan telepon genggamnya saat pagi tadi.
["Nanti pukul tujuh malam Mas sampai Jakarta sayang..."] jawab Dika di seberang telepon dengan suara yang santai.
Wajah cantik Vira pun berbinar cerah. Tatapannya menerawang ke atas langit di pagi buta di atas balkon kamar apartemennya. Vira memeluk tubuhnya sendiri setengah menggigil karena udara pagi yang sangat sejuk menerpanya.
"Mas... Aku gak sabar sudah pengen ketemu kamu pulang." gumamnya.
["Kenapa? Kamu sudah kangen sama Mas yaa..."] goda Dika di sana.
Vira tersenyum manis. Wajahnya terlihat merona malu, lalu dia berdeham pelan.
"Ehm... Menurut Mas sendiri?"
["Sabar ya sayang... Mas juga sudah gak sabar pengen cepat pulang kok, sama-sama kangen kamu. Oh ya nanti Mas bawakan kamu oleh-oleh yang banyak buat kamu dan juga adikmu."]
"Hmm.. Terimakasih ya Mas..."
Masih terekam jelas obrolan Dika dan dirinya tadi pagi di telepon. Hatinya tiba-tiba bergemuruh hebat. Apa gerangan sampai Dika tega membohongi dirinya?
Vira seperti linglung di jalanan, kini pikirannya tengah di racuni hasutan dan bisikan setan untuk menuduh suaminya berselingkuh dengan wanita lain, yang Vira tahu selama ini. Dika adalah Pria baik menurutnya dan tak mungkin melakukan serong di belakangnya karena Vira sangat percaya 100 persen padanya. Setahunya juga Dika tak punya saudara atau sepupu perempuan. Lantas dengan siapakah wanita yang kini bersama suaminya itu?
Tak sadar, Vira terus melangkah ke tengah jalan. Suara klakson sebuah mobil sedan putih tiba-tiba menjerit kencang memekikan gendang telinganya.
Vira terkejut, spontan ia pun menjatuhkan belanjaannya hingga berceceran di aspal.
"Apa kau ingin mati? Minggirlah!" teriak seseorang di dalam mobil dengan kepala yang sedikit mendongak keluar di jendela mobilnya menatap geram tubuh Vira yang masih mematung berdiri di tengah jalan membelakanginya.
Vira masih saja terpaku di sana. Pria yang nyaris saja menabraknya itu kesal dan terpaksa keluar dari mobil menghampiri Vira.
"Hey, apa kau tidak mendengarkan perkataanku?" sentaknya lagi yang kini dia berdiri di samping Vira. Vira menoleh padanya dengan raut wajah terkejut.
"Ma-maaf..." Vira pun lekas menundukkan kepalanya seraya menghapus jejak-jejak air matanya.
Pria berbadan tinggi dan putih itu tersohok yang lalu membuka kacamata hitamnya cepat, kedua matanya terbelalak. Lalu sekali tegukan ludahnya akhirnya menyadarkan dirinya.
"Vi-raa~" lirihnya pelan, dahinya kini mengernyit tak percaya yang dia lihat.
Mendengar Pria itu menyebut namanya. Pelan Vira mengangkat kepalanya, yang sama tak kalah terkejutnya menatap wajah Pria itu.
"Vicky?!" sahutnya sama-sama lirih.
"Vira, ah haai... Lama sekali kita tak jumpa? Apa kabarmu?" ucapnya tergugup. Wajah yang tadi memerah karena geram. Kini berubah pasi dan jadi salah tingkah. Jantungnya kini berdegup sangat cepat.
"A-aku... Baik-baik saja..." Vira memalingkan pandangannya yang lalu dia berjongkok dan buru-buru mengambil semua belanjaannya yang tadi berjatuhan.
Vicky yang melihat itu lekas membantunya membereskan belanjaannya Vira.
"Terimakasih banyak..." ucapnya sedikit tergugup. Vira menunduk lalu pamit pada Pria tadi.
"Ng.. Vira tunggu!" teriaknya menghentikan langkah kecil Vira. Vira kembali mematung namun tak berbalik melihatnya.
"Boleh aku tahu sekarang kamu tinggal dimana?" tanyanya cepat, yang sebenarnya sempat ragu untuk bertanya.
Vira menelan ludahnya kasar. Lalu menoleh pada Pria itu. Tatapan dingin serta sirat kecewa tersorot dalam mata hitamnya.
"Kamu tidak perlu tahu. Itu tidak penting lagi untukmu..." ucapnya datar namun ada sedikit ketegasan di sana. "Selamat tinggal, ku harap kita tidak akan bertemu lagi." Vira pun bergegas pergi dari sana setelah mobil taksi online yang tadi dia pesan sudah ada datang di depannya.
Vicky lagi tercenung, seperti ada rasa nyeri yang tiba-tiba menghantam ke jantungnya. Tatapannya nanar dan sendu menatap wanita berambut hitam dan panjang, dengan khas poni di depannya. Rok panjang sebatas betisnya berkibar saat dia melangkah cepat, masuk ke dalam taksi.
"Viraa~ Apa dirimu tahu? Selama tujuh tahun ini aku selalu mencarimu. Ternyata kamu berada di Kota ini..." lirihnya.
Bersambung.....
...*****...
...BAB 2...
...Kisah Mereka Di Masa Lalu...
Tak lama kemudian Vira telah sampai pulang ke apartemennya, dia melempar kantung belanjaannya kasar di meja makan dekat dapur. Lalu Vira menarik kursi makan dan terduduk, mengusap wajahnya dengan hati yang sudah remuk dan merana, kepalanya mendadak sakit. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya dia akan menemui dua kejadian sekaligus di waktu yang sama. Melihat suaminya yang bergandengan tangan dengan wanita lain di tempat umum dan bertemu lagi mantan kekasihnya yang telah lama tak bertemu. Kisah manis dan pahit yang pernah dia lalui bersama Vicky. Saat itu perpisahannya masih membawa luka bekas di hati.
Tujuh tahun yang lalu. Mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Vira Adelia dan Vicky Bahru Sanusi belajar di satu sekolah yang sama, namun keduanya memiliki kasta yang berbeda. Vicky yang terlahir dari keluarga terpandang sedangkan Vira dari keluarga biasa bahkan bisa disebut, Vira hidup di bawah garis kemiskinan. Namun perbedaan keduanya tak menjadikan Vicky membenci atau menghina Vira. Karena Vira adalah satu-satunya wanita yang mampu meluluhkan hatinya dan menerima sifat kekanak-kanakannya.
Vicky adalah anak dari korban broken home. Kedua orangtuanya telah lama bercerai. Ketika dia masih duduk di bangku SMP, Vicky memergoki Papanya Bagaskara yang telah menduakan Mamanya, Citra. Pengkhianatan yang dilakukan Bagas pada Citra seketika merubah watak Vicky yang penurut menjadi keras dan arogan. Tak ada satupun orang yang bisa meredam amarahnya, dia yang selalu menyakiti beberapa siswa lain demi pelampiasannya atas dasar kekecewaan dan kesedihannya selama ini, setelah dia mengetahui Citra Mama kandungnya meninggal karena kecelakaan mobil dua bulan setelah perceraian kedua orangtuanya. Vicky menangis histeris, tak terima takdir yang telah merenggut nyawa Mamanya. Wanita yang paling dia cintai dalam hidupnya.
Setelah kejadian itulah kerap kali dia menjadi manusia angkuh dan kasar, pun tak pernah absen untuk selalu membully dan menindas teman-temannya di sekolah yang berasal dari kalangan bawah. Sebab karena Bagaskara adalah Pria berasal dari keluarga tak berada lalu menikahi Citra dari keluarga yang terpandang. Bagas mampu sukses dan gemilang semata-mata karena mendiang kakeknya-lah, Bahru Sanusi yaitu ayah dari Citra yang telah berjasa mensejahterakan Bagas dan juga keluarganya dahulu.
Namun di sayangkan sikap Bagas ternyata tak mencerminkan manusia yang tahu berbalas budi serta tidak menggenggam amanah yang telah di sampaikan oleh mendiang kakeknya dahulu kepada Ayahnya Vicky. Sebelum kedua orangtua Citra meninggal Bagas sangat di percayai oleh mereka untuk meneruskan bisnis besar keluarganya. Citra tak di ijinkan kedua orangtuanya untuk bekerja karena dialah putri satu-satunya mereka, biarlah Bagas yang akan menggantikan mereka kelak. Ketika bisnis orangtua Citra semakin maju dan berkembang karena usaha dan kerja keras Bagas, serta merta dukungan dari Citra. Semakin hari sikap Bagas semakin berubah dan melunjak, diam-diam dia pula telah mematahkan kepercayaan Citra dengan berselingkuh dan menduakan dirinya. Hingga Citra pun harus mendapatkan kesengsaraan yang bertubi-tubi dari suaminya sendiri.
Citra akhirnya memilih pergi dan hidup sendiri daripada harus di duakan dan makan hati. Sempat juga perdebatan di antara mereka tentang hak asuh Vicky. Namun Citra kembali kalah dan mengalah, sehingga dia mengalami stres yang berkepanjangan dan suatu waktu dia sempat tak fokus mengendarai kendaraannya saat akan perjalanan pulang menuju Villanya di Bogor, hingga terjadilah kecelakaan naas yang menimpa dirinya.
Vicky sempat depresi berbulan-bulan karena kehilangan Citra, setelah sembuh dari keterpurukannya dia pun berubah menjadi anak pembangkang dan sekenanya pada Bagas. Bahkan tak terlihat lagi rasa hormat padanya terutama pada Sophia, yang kini telah menggantikan posisi Citra di dalam keluarganya, sebab karena wanita itu adalah orang yang telah menghancurkan keluarganya.
Sikap Vicky terlihat mulai berubah, sejak pertama kalinya bertemu dengan sosok gadis cantik dan di penuhi kelembutan tak lain adalah Vira. Vicky yang mendapat kekerasan fisik dari sekolah tetangga karena dendam lama mereka yang belum sempat terbalaskan terhadapnya dahulu semenjak SMP. Vicky yang selalu semena-mena membully mereka. Dua tahun kemudian mereka kembali datang dan menyerang Vicky. Tak hanya satu dua siswa saja yang pernah Vicky sakiti dan kasari. Namun nyaris puluhan anak pernah dia lukai sendiri dengan tangannya.
Saat itulah mereka bertanding basket antara sekolah. Tim Vicky menang dan tim mereka kalah. Mereka semakin geram dan tak terima lalu kembali merencanakan kejahatan untuk Vicky. Ketika itu sepulang sekolah Vicky di hadang dan di keroyoki mereka hingga babak belur. Vira yang hendak pulang melihat pengeroyokan itu di depan matanya, gadis itu dengan berani menggertak akan melaporkan mereka pada polisi jika mereka tidak segera menghentikan aksi kekerasannya pada Vicky.
Mereka pun kalap dan takut saat Vira benar-benar menelepon pihak berwajib. Vicky merasa tertolong karenanya, jika saja Vira tak segera datang, mungkin saja nyawanya akan melayang saat itu juga.
Wajah Vicky di penuhi luka lebam, Vira sangat prihatin dengan keadaannya. Dia pun lekas membawa Vicky pulang ke rumahnya untuk di obati dahulu. Sejak itulah muncullah benih-benih ketertarikannya Vicky pada Vira. Tak hanya cantik saja yang membuat Vicky terpesona pada gadis yang berbeda dua tahun lebih muda dari usianya. Namun sikap mandiri dan dewasanya membuat Vicky terkagum.
Saat itu Vira tinggal bersama Ibu dan adik laki-lakinya, Irfan yang selisih lima tahun di bawahnya. Karena sang Ayah telah meninggal dunia terlebih dahulu, ketika Vira berusia sepuluh tahun. Kala itu, Ibu Vira selalu menjamu Vicky dengan senang hati setiap kali kedatangannya ke rumah mereka, karena hanya itulah yang mampu dia lakukan untuk membalas budi baik Vicky yang selama ini tulus membayar semua biaya sekolahnya Vira dan juga Irfan. Sebab Ibu Vira yang hanya bekerja sebagai penjual kue keliling untuk mencari penghasilan. Jelas pendapatannya sangat tidak mencukupi hidup mereka.
"Hei, ternyata aku baru saja ngeh kalau huruf depan nama kita sama." sahut Vicky yang gegas melirik Vira di sisinya.
Ketika itu mereka tengah berjalan-jalan sore di sebuah taman hiburan. Keduanya kini terduduk di kursi taman sambil menikmati jus buah. Setelah kelulusan SMA mereka sering menghabiskan waktunya bersama setiap minggunya.
"Lalu, memangnya kenapa?" tanya Vira seraya mengerjapkan matanya terheran membalas lirikan Vicky.
"Apa kamu tidak tahu?" tanya Vicky lagi, Vira hanya menggelengkan kepalanya.
Lalu Vicky membalikkan tubuhnya menghadap Vira dan mendekatkan bibirnya di sisi telinga kanannya.
"Itu artinya aku dan kamu di takdirkan berjodoh di masa depan..." bisiknya tiba-tiba. Membuat Vira terkejut hingga bulu kuduknya meremang karena hembusan nafas Vicky yang hangat. Lelaki muda yang memiliki alis tebal itu tersenyum manis, dan sukses membuat wajah Vira jadi bersemu merah.
Namun Vira lekas memalingkan wajahnya karena telah sadar karena itu tidaklah mungkin baginya.
"Jangan terlalu yakin dan mengambil kesimpulan dulu, Vicky!" ujarnya, lalu Vira beranjak dari kursi jalan mendahului Vicky.
"Apa salahnya? Aku pasti akan menikahimu setelah aku selesai kuliah nanti. Asal kamu berjanji akan setia menungguku." sahutnya, ikut beranjak melangkahkan kakinya menyusul Vira.
"Vicky, aku tak ingin berharap lebih padamu. Aku hanyalah wanita dari keluarga miskin." ungkapnya. Wajah cantik Vira kini terlihat sendu.
"Jadi, kumohon... Berhentilah kamu serius menjalani hubungan ini..."
"Apa maksudmu. Kenapa bicara seperti itu. Aku tidak peduli dengan keadaan dirimu. Aku mencintaimu apa adanya Ra..."
Vira teringat lagi akan perkataan Sophia yang menusuk mentalnya. Saat dulu Vicky mengajak dan memperkenalkan dirinya pada Papa dan juga Mama tirinya Vicky.
Di saat hanya ada Vira dan Sophia berdua saja di sebuah ruang makan. Shopia mengancam Vira agar tak lagi mendekati Vicky karena sebuah alasan bahwa dirinya tak pantas mendampingi Vicky.
"Vicky akan kami jodohkan dengan wanita yang sebanding dengannya. Wanita cantik, dan tentunya dia dari keluarga bangsawan. Bukan seperti dirimu, Vira! Anak dari tukang kuli dan penjual kue jalanan! Jadi berhentilah kau berharap lebih padanya. Karna kau hanya tak lebih dari wanita hiburan saja baginya!"
Dengan menampakkan raut sinis dan angkuhnya, Sophia tak segan untuk menyingkirkan Vira dari kehidupan Vicky saat itu juga.
Bersambung....
...****...
...BAB 3...
...Rencana Shopia untuk Memisahkan Mereka...
"Vicky akan kami jodohkan dengan wanita yang sebanding dengannya. Wanita cantik, dan tentunya dia dari keluarga bangsawan. Bukan seperti dirimu, Vira! Anak dari seorang tukang kuli dan penjual kue jalanan! Jadi berhentilah kau berharap lebih padanya. Karna kau hanya tak lebih dari wanita hiburan semata bagi Vicky!"
Dengan menampakkan raut sinis dan angkuhnya, Sophia tak segan untuk menyingkirkan Vira dari kehidupan Vicky saat itu juga.
Vira terhenyak mendengar perkataan hina yang keluar dari mulut wanita yang tadinya dia hormati. Hatinya perih seakan tertusuk pisau belati. Tanpa perasaan Sophia dengan lancarnya menghina kedua orangtuanya. Apalagi sampai membawa-bawa almarhum Ayahnya sendiri yang dulu memang seorang tukang kuli bangunan.
"Tolong Tante, jaga ucapan anda. Walaupun aku terlahir dari keluarga miskin. Tapi kami tak pernah sama sekali menghina sesama manusia. Derajat manusia sama di hadapan sang Pencipta. Hanya kitalah saja yang selalu membeda-bedakan ras dan juga martabat itu sendiri." Vira tentu tak terima dirinya di perlakukan seperti itu.
"Jangan menceramahiku gadis miskin! Sekali lagi aku peringatkan jika kau bersikeras ingin menjadikan Vicky suamimu. Maka aku pastikan hidupmu akan terus menderita, Vira!" ancam Shopia dengan suara pelan namun menekan dan tajam.
Vira tercengang lagi menatap getir wajah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan terawat itu. Keduanya saling bersitatap lama yang akhirnya, keduanya lekas menghentikan perbincangan sengit tersebut karena saat itu Vicky dan juga Bagas datang menghampiri mereka di ruang makan.
Setelah makan malam di rumah Vicky, walau tadi keadaan hatinya sudah perih Vira tetap menyantap makanan itu untuk menghargai Vicky dan keluarganya. Vira pamit pulang tanpa memberitahukan pada Vicky, apa yang sudah di bicarakan Sophia padanya tadi di rumahnya.
Hingga suatu hari, Vira dan keluarganya tiba-tiba harus di paksa pergi dari rumahnya oleh seorang renternir karena rumah merekalah satu-satunya harta yang di miliki untuk membayar hutang mereka, yang waktu itu Vira pakai untuk pengobatan Ibunya dulu karena penyakit jantung yang beliau derita. Vira kesulitan untuk mencari uang lagi karena gaji sebagai pelayan di sebuah rumah makan sederhana tak seberapa, jelas itupun belum mencukupi biaya Irfan yang masih sekolah di bangku SMP. Alih tak ingin dirinya merepotkan Vicky lagi. Vira harus luntang lantung mencari uang tambahan.
Hingga batas waktu yang sudah di tentukan Vira masih belum juga bisa membayarnya, Rentenir itu geram dan mencari Vira di tempatnya bekerja. Tiba-tiba seorang Pria berumur 40 tahunan yang sedang makan di sana melihat Vira yang kesulitan dan menawarkan bantuannya. Pria itu memberikan uang untuk melunasi hutang Vira dengan dalih tak perlu menggantinya lagi. Asalkan Vira mau datang ke rumahnya setiap malam untuk memasak makan malam untuknya. Tak terbesit rasa kecurigaan sekalipun Vira padanya, malah gadis itu menerima tawaran itu dengan senang hati sebagai ucapan terimakasihnya. Namun kendati itu pula keluguannya justru malah di manfaatkan oleh Pria tadi.
Malamnya Vira telah sampai rumah mewah si Pria tadi. Setelah selesai dengan tugasnya. Vira kembali menghadap Pria itu. Namun sikap si Pria kali itu sangat aneh, dia tiba-tiba saja meminta Vira untuk memakai pakaian tidur berbahan tipis milik almarhumah istrinya, alasan karena dia sangat merindukan sosok istrinya yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
Pria itu juga menyuruh Vira untuk menuangkan minumannya di gelas. Dia juga berjanji tak akan berbuat macam-macam padanya. Asalkan Vira mau menemaninya minum setiap malam. Vira yang tadinya enggan menuruti kemauannya, namun akhirnya terpaksa harus melakukannya demi ingin membalas budi baik Pria itu yang sudah menolongnya, melunasi hutangnya pada renternir, asalkan saja benar Pria itu tak akan melecehkan dirinya.
Benar saja Pria itu sama sekali tak melakukan apapun pada Vira, hanya meminta Vira untuk duduk di sampingnya dan menemaninya minum hingga habis. Vira yang polos tentu tak mencurigai apapun di balik rencana apa yang sedang terselubung di dalamnya.
Hingga suatu hari, tanpa di ketahui Vira sendiri ternyata peristiwa kebersamaan dia dan Pria tersebut telah di rekam diam-diam oleh Sophia. Pria itu ternyata orang suruhan Sophia selama ini, demi merencanakan keinginannya untuk memisahkan Vicky dari Vira. Lalu Shopia menunjukkan hasil rekaman video mereka pada Vicky. Menghasut anak tirinya, bahwa inilah kelakuan wanita yang teramat di cintainya selama ini.
"Seperti layaknya serigala berbulu domba. Vira yang terlihat lugu dan polos di luar tak sangka ternyata dia adalah wanita murahan." Sembur Sophia menghasut lagi Vicky. "Sebaiknya kamu pertimbangkan lagi niatmu untuk menikahinya Vicky, Riska lebih baik dan terhormat dari dia."
Tentu saja Vicky sempat tak percaya dengan apa yang dia lihat sendiri. Wajahnya semakin memerah padam menahan amarah, kecewa dan geram. Kepalan tangannya semakin kuat menggenggam ponsel Shopia, dengan emosi yang sudah memuncak tinggi, Vicky pun membanting keras benda pipih milik Sophia ke lantai hingga pecah dan berkeping-keping.
Shopia terkejut karena ponsel mahalnya harus rusak di tangan Vicky, namun di dalam hatinya dia menyungging senyum puas. Karena pada akhirnya rencananya berjalan lancar.
"Viraa... Aku tidak sangka ternyata kau serendah itu!" lirihnya dengan raut kecewa.
Pagi itu, Vicky melangkah cepat keluar rumah, menaiki motor sportnya dan melajukannya dengan ngebut menuju tempat bekerjanya Vira.
Sesampainya di sana. Vira yang hendak masuk ke rumah makan untuk bekerja. Namun tiba-tiba saja Vicky menariknya dan membawa Vira pergi ke suatu tempat yang sepi.
"Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau tiba-tiba saja membawaku ke tempat ini?" gerutunya kesal seraya melepas cengkraman tangan Vicky di lengannya
Vicky menatap sinis dengan satu sudut bibirnya yang terangkat.
"Katakan padaku heh, berapa sebenarnya harga dirimu?!" bentaknya kasar.
Vira mengernyitkan dahinya tak mengerti dengan perkataan apa yang di maksud Vicky padanya. Tak ada angin dan hujan Vicky tiba-tiba saja menyemburkan kalimat yang merendahkan dirinya.
"Mak-sud kamu apa bertanya begitu padaku?"
"Katakan saja dengan jujur berapa harga tubuhmu Vira! Sehingga kau harus menggadaikan dirimu pada Pria tua?!" bentak Vicky yang tanpa bertanya dahulu, dia lekas ungkapkan semuanya. Menunjuk-nunjuk muka gadis itu dengan tatapan tajam dan nyalang. Sehingga nafas yang memburu terlihat jelas dari dada bidangnya yang naik turun.
Kedua mata Vira membelalak lebar. Bola matanya bergerak menatap getir pada manik hitam milik Pria yang di cintainya selama ini. Tak pernah dia sangka jika Vicky akan melontarkan kata-kata menyakitkan padanya.
"Apa maksudmu Vicky, aku sama sekali tidak mengerti yang kau katakan?" lirihnya. Vira menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
"Jangan berlagak tak tahu apa-apa, Ra! Jadi selama ini kau sudah menipuku. Apa ini juga sebabnya kau menolak keseriusanku untuk menikahimu. Karena kau ingin hidup bebas dengan banyak Pria hidung belang di sana?! Itu kan yang kau mau!"
Plaaaak
Vira yang tak tahan mendengar cercaan Vicky padanya, tangannya spontan menampar keras pipi kiri Pria arogan dan kasar itu.
"Menipu apa maksud kamu?! Pria hidung belang apa?! Kalau kamu terus saja menuduhku dan menghinaku tanpa bukti. Lebih baik hubungan kita berakhir sampai di sini!" sentaknya.
Setelah mengatakan itu, Vira lekas berlari sambil menangis meninggalkan Vicky.
Semenjak itulah hubungan mereka jadi retak. Berminggu-minggu hingga berbulan lamanya, Vira tak lagi menghubunginya. Kontak nomornya pun telah di blokirnya bahkan rumahnya Vira tampak kosong di sana. Tak ada siapa-siapa lagi.
Vicky merasa hampa setelah kehilangan wanita kedua yang dia cintai setelah Mamanya.
"Kemana sebenarnya dirimu Ra...?" gumamnya lirih.
Bersambung....
...****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!