Namaku Aera, aku adalah pelajar kelas 2 SMA disalah satu sekolah favorit di kota ini. Aku suka sekali kue buatan mama. Beliau adalah salah satu pemilik toko roti terlezat di kota ini. Hampir setiap menu baru mama, aku selalu membawanya ke sekolah. Semua teman-teman selalu menyukainya, kecuali ....
“Eunji ....”
Dia adalah salah satu murid di kelasku yang selalu menolak kue buatan mama. Aku kesal sekali, sepertinya dia tidak menyukai kue mama bahkan sebelum dia mencobanya. Aku selalu mengomel pada satu-satunya orang tuaku setiap pulang sekolah, rasanya aku tidak suka jika ada yang tidak menghargai kue buatan mama. Namun, mama selalu saja membela anak itu, beliau bilang mungkin dia tidak suka manis, mungkin dia sudah pernah membeli di toko mama, dan semua alasan yang buatku selalu merasa tidak masuk akal.
Hari ini kelasku pulang lebih awal, karena guru kami sedang sibuk mengurusi lomba pekan sekolah. Aku dan teman-teman dekatku, Byeol, Mi Cha, serta Youra, memutuskan akan pergi jalan-jalan. Kami hanya pergi dan berkeliling mall yang ada di pusat kota ini.
Setelah lelah berjalan-jalan, akhirnya kami segera pulang karena hari sudah mulai petang. Aku dan teman-teman berpisah di dekat sekolah karena ada barang Byeol yang tertinggal di kelas. Karena berada di sekitar sini, aku memutuskan mampir ke toko roti mama, karena kebetulan itu tidak terlalu jauh dengan sekolahku.
Sesampainya di toko roti, kedua mata ini menangkap sosok yang begitu familier untukku. Secara tidak sadar, aku menghampirinya karena dia memang mirip dengan seseorang yang menyebalkan. Tidak disangka ternyata itu memang dia, aku bertemu dengan orang paling menyebalkan di toko roti mama.
Kami sama-sama terkejut, sontak aku berteriak padanya dan bertanya apa yang dia lakukan di tenpat ini. Keributanku sepertinya mengundang mama untuk menghampiri kami. Wanita cantik itu berjalan dari arah dapur dengan ekspresinya yang penasaran.
“Aera? Kenapa kamu di sini, Sayang? Terlebih lagi ... ada apa dengan keributan ini?” tanya Mama menatapku dalam-dalam.
Aku mengabaikan pertanyaan mama dan terus berbicara dengan kesalnya pada Eunji. Entah kenapa dia memang selalu membuatku kesal.
Setelah perdebatan yang lumayan heboh, akhirnya mama menenangkanku dan menjelaskan bahwa Eunji bekerja di toko roti ini. Aku sangat terkejut mendengar hal itu. Langsung saja aku melontarkan ribuan pertanyaan kepada Eunji tanpa memberinya waktu untuk menjawab. Begitu aku merasa tenang, dia mulai menjelaskan semuanya padaku.
Kini aku tahu kenapa dia selalu menolak roti pemberianku, itu karena pegawai mama selalu menjadi yang pertama mencicipi menu baru toko ini. Dia berniat memberikan kesempatan untuk teman-teman sekelas agar bisa memakan roti yang aku bawa, karena mereka terlihat sangat menyukainya.
Kini kesalahpahaman terhadap Eunji sudah hilang. Namun, tetap saja aku masih sangat kesal dengan Eunji. Kenapa dia selalu menolak tanpa menjelaskan apapun, membuat kesalahpahaman di antara kami. Memang apa salahnya jika dia memberitahuku bahwa dia adalah pegawai mama, itu akan lebih mudah diterima daripada dia terus menolak roti pemberianku.
***
Akhirnya aku pulang bersama dengan mama. Selama perjalanan mama menjelaskan kembali padaku bahwa aku tidak boleh berburuk sangka terhadap orang lain. Rasanya hatiku masih sangat kesal dengan kejadian hari ini, Eunji membuatku dimarahi oleh mama. Benar-benar kesal karena harus marah karena kesalahpahaman dan sebenarnya aku sedikit menyesal karena menuduhnya yang tidak-tidak.
Bagaimanapun, aku kesal dan marah juga karena hal ini. Di luar itu semua, aku tidak memiliki masalah apapun pada Eunji.
Esoknya, ketika di sekolah, aku akan memberikan Eunji satu kotak bekal yang sudahku persiapkan sendiri. Kali ini isinya bukan roti, tetapi gimbap buatanku. Ya, karena aku sedikit merasa menyesal pada Eunji, anggap saja ini permintaan maafku. Saat memberikan padanya, tidak disangka dia menerima kotak bekal yang aku berikan. Awalnya kupikir dia akan menolak lagi seperti nasib kue-kue mama. Rasanya lega sekali dia menerima bekal yang aku berikan.
Bel sekolah berbunyi, pelajaran akan segera dimulai. Guru sudah memasuki kelas kami dan mulai menerangkan "blablablabla". Sangat membuatku pusing. Karena aku tidak menyukai mata pelajaran ini, waktu jadi terasa sangat lama ... hingga akhirnya bel istirahat tiba. Setelah mata pelajaran yang tidak aku suka, ingin rasanya segera keluar dan menyantap menu-menu yang ada di kantin. Sebelum keluar kelas, aku melihat Eunji mengeluarkan bekal yang kuberikan. Entah akan dia apakan bekal pemberianku itu.
“Aera, ayo! Apa lagi yang sedang kamu tunggu?” tanya Youra. Ia memintaku untuk lebih cepat.
“Ah, baiklah."
Aku kembali mengikuti teman-teman sambil melihat ke arah Eunji. Sayangnya aku terburu-buru dan tidak bisa menyaksikan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Suasana hatiku saat istirahat hingga kembali ke kelas pun masih terasa campur aduk. Bahkan sampai pulang sekolah aku masih merasa tidak tenang hanya karena Eunji. Hah, sebenarnya aku hanya buang-buang waktu saja.
Jam pulang sekolah sudah tiba, aku berencana mampir ke toko mama setelah ini. Sepertinya aku ingin melihat seseorang bekerja.
‘Ah,tidak-tidak. Aera, apa yang sedang kamu pikirkan.’
Otakku mulai berpikir yang macam-macam. Sebenarnya aku hanya penasaran, bagaimana seseorang pemalas seperti dia bisa bekerja, bukan karena menaruh perhatian lebih padanya. Namun, kenapa kesannya aku menjadi sangat peduli dengan Eunji seperti ini. Pikiran itu mulai kuabaikan. Aku juga bergegas pergi ke toko, hingga tak lama kemudian sampai di toko roti mama.
Begitu masuk, mataku langsung melihat ke setiap sudut ruangan. Namun, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda kehadirannya di seluruh sudut toko. Rasanya ingin bertanya, tetapi perasaan malu sudah timbul dalam diriku. Aku takut mereka berpikir yang tidak-tidak padaku.
Mama keluar dari dapur dan menyapaku, sepertinya mama terheran-heran aku belakangan ini lumayan sering mampir ke toko. Aku mengatakan bahwa merindukan mama, karena memang tidak terpikir alasan apapun di kepala. Mama hanya tertawa kecil mendengarku berkata seperti itu.
Tiba-tiba mama mengatakan bahwa hari ini dia sedang libur, jadi tidak berada di toko. Aku terkejutdan agak tersipu ketika mendengar mama mengatakan hal itu. Sontak aku langsung mengatakan bahwa tidak mencari dia. Lagi-lagi mama tertawa dan membuatku semakin merasa malu. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena tidak ingin digoda mama terus-menerus.
Sesampainya di rumah, aku langsung mandi agar merasa lebih segar. Begitu selesai aku pun menunggu mama pulang sambil duduk termenung di atas tempat tidur. Biasanya aku hanya berbaring di tempat tidur atau akan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah dari guru. Namun, hari ini rasanya sedikit gelisah.
‘Apakah dia menyukai gimbap buatanku? Apakah dia memakannya? Atau dia tidak menyukainya? Atau jangan-jangan dia membuangnya?’ Hari ini pikiranku terus terbayang-bayang dengan gimbap.
Waktu terus berlalu, dan aku sudah melewati malam ini dengan perasaan gelisah. Kini pagi hari sudah tiba, dengan membawa sinar mentari yang sangat cerah. Di dapur mama sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Setelah semua tersaji, kami makan bersama dengan sedikit gurauan untuk meramaikan suasana. Hari ini mama memintaku membantunya di toko. Kata mama toko sedang ada diskon untuk menu-menu yang ada, jadi sudah bisa dipastikan akan banyak pelanggan yang datang. Tanpa basa basi aku menerima ajakan mama. Aku juga tidak ingin mama kelelahan karena bekerja, jadi tidak ada salahnya bukan jika aku pergi membantu?
Setelah selesai sarapan, aku berangkat sekolah dengan perut yang kenyang. Hari ini rasanya masakan mama lebih lezat dari biasanya dan benar-benar membuatku merasa puas. Saat di perjalanan menuju sekolah, aku bertemu dengan Eunji. Kami saling sapa seolah sudah melupakan perdebatan yang sering terjadi. Di tengah kecanggungan yang sempat singgah, tiba-tiba dia memberi kotak bekal yang aku berikan padanya kemarin.
Eunji bertanya siapa yang membuat gimbap itu. Aku terkejut dengan pertanyaannya itu. Kenapa dia menanyakan hal yang tidak ada hubungannya dengan rasa makannya. Langsung saja kujawab bahwa aku yang membuat gimbap itu. Dia diam sejenak, benar-benar membuatku merasa tidak tenang.
Setelah cukup lama dia diam, tiba-tiba Eunji memecah keheningan di antara kami. Dia berkata bahwa gimbap buatanku sangat lezat, menurutnya mungkin lebih lezat dari buatan mamaku.
Aku sangat senang mendengarnya berkata seperti itu. Ternyata dia orang yang baik dan bisa menghargai orang lain, tidak seperti yang aku pikirkan selama ini. Hahaha, memang dari awal aku hanya salah paham padanya saja, tetapi justru berlanjut dan tidak melihat sifat Eunji yang sebenarnya.
***
Kami hampir sampai di gerbang sekolah. Karena suasana di antara kita sudah membaik, aku bertanya padanya apakah nanti dia akan pergi bekerja atau tidak. Tanpa memberinya waktu untuk menjawab, aku juga mengajaknya pergi bersama ke toko roti mama. Karena aku akan ke sana, apa salahnya jika kita berangkat bersama. Tidak ada basa-basi, dia pun menyetujui ajakanku untuk pergi ke toko bersama. Hal itu membuatku sedikit tenang.
‘Baiklah, untung dia menerimanya, jadi aku tidak perlu malu karena ditolak.’
Sesampainya di gerbang sekolah, aku memintanya untuk jalan berpisah denganku. Sebenarnya berjalan bersama juga tidak masalah, hanya saja aku tidak ingin ada gosip yang tidak-tidak mengenai diriku. Aku berjalan lebih dulu meninggalkan Eunji. Saat di pintu masuk, aku melihat dengan Mi Cha yang baru berangkat.
‘Huh, untung saja aku tadi sudah berpisah dengan dia, kalau tidak Mi Cha akan berpikir yang tidak-tidak mengenai kami.’
Aku langsung menyapa Mi Cha. Dia menoleh dan melihat ke arah kotak bekal yang kubawa. Sepertinya dia berpikir aku membawa kue hari ini, karena pandangannya terus saja tertuju pada kotak bekalku. Saat menghampirinya, dia langsung bertanya mengenai apa yang aku bawa. Saat itu juga aku hanya berkata bahwa ini kotak kosong yang diberikan oleh Eunji. Benar saja, Mi Cha langsung tertawa dan menggodaku, langsung kujelaskan padanya bahwa ini adalah kotak bekal yang aku berikan sebagai permintaan maafku.
Sesampainya di kelas, kami segera bergabung dengan Byeol dan Youra yang sudah datang lebih awal. Kami langsung mengobrol sambil menunggu bel masuk berbunyi. Saat tengah asyik mengobrol, tiba-tiba Eunji masuk kelas dan membuatku berpikir, kemana dia baru masuk sekarang. Mi Cha membuyarkan lamunanku dan menggodaku karena ada Eunji. Hal itu membuat Byeol dan Youra bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Gadis itu segera menceritakan semuanya pada Byeol dan Youra. Kini mereka ikut menggodaku berdasarkan cerita Mi Cha yang tidak jelas itu. Di sela-sela keasyikan mereka, bel sekolah akhirnya berbunyi. Teman-teman langsung berpencar dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Pelajaran pertama hari ini adalah sastra, guru sudah masuk dan mulai memberikan materi kepada kami. Beberapa anak ada yang mendengarkan, ada yang bermain, ada juga yang tertidur. Begitu juga Eunji yang sepertinya sedang bermimpi indah di bangku belakang paling pojok.
Sebelum pelajaran berakhir, guru akan membagi kami dalam beberapa kelompok yang terdiri dari dua anak. Kami akan berdiskusi dengan teman kelompok mengenai tugas yang diberikan. Sebagai penutup dari diskusi, kami juga diminta untuk membuat sebuah makalah tentang sastra dan dipresentasikan di depan kelas untuk minggu depan. Satu persatu murid di kelas kami sudah dipanggil, mereka sudah mendapat kelompoknya masing-masing. Akhirnya tiba giliranku dipanggil oleh guru. Aku tidak sabar mengetahui siapa yang akan menjadi teman satu kelompokku. Yang aku harapkan, akan satu kelompok dengan anak yang rajin.
“Eunji!” panggil Guru. Rasanya aku menjadi bingung kenapa guru memanggil namanya. Aku pikir karena dia tertidur di pojokan kelas.
Mendengar namanya di panggil, sontak Eunji langsung bangun dan menjawab panggilan dari guru. Sekali lagi guru menjelaskan bahwa aku dan Eunji akan berada di kelompok yang sama. Aku terkejut dan menoleh ke arah Eunji, dan ternyata dia juga sedang melihat ke arahku. Rasanya ingin protes pada guru, tetapi mulutku tetap diam. Karena tidak mungkin aku mengatakan tidak ingin sekelompok dengan pemalas.
Akhirnya hari ini aku menjalani pagi hingga pulang sekolah dengan rasa malas karena pembagian kelompok tadi. Melihatku yang tidak bersemangat, teman-teman mengajakku pergi makan, karena ada toko mi yang sedang buka di dekat mall. Mereka mengatakan agar aku bisa jalan-jalan dan mengembalikan mood. Aku sangat ingin pergi, tetapi aku sudah berjanji pada mama akan membantu di toko. Akhirnya aku menolak ajakan mereka dan menjelaskan alasanku.
Saat kami akan keluar kelas, aku melihat Eunji sudah tidak ada di kelas.
‘Ah, mungkin dia sudah duluan ke toko.’ Aku keluar bersama teman-teman dan berpisah di gerbang sekolah.
“Hei! kenapa lama sekali?”
Tiba-tiba ada suara yang membuatku terkejut. Ternyata itu adalah Eunji yang sedang menungguku di dekat gerbang. Aku bertanya kepadanya kenapa dia ada di sini. Eunji lalu menjelaskan padaku dan mengatakan kalau dia pikir aku tidak ingin teman-teman tahu bahwa kami pergi bersama. Hahaha, ternyata dia bisa memikirkan perasaan orang lain. Kami segera melanjutkan perjalanan ke toko roti mama. Perjalanan yang kami tempuh tidak terlalu jauh, mungkin sepuluh menit kami sudah akan sampai.
Suasana di antara kami begitu hening, rasanya bingung ingin mulai berbicara apa. Namun, aku sungguh tidak nyaman dengan suasana yang canggung ini. Akhirnya aku mengatakan padanya untuk tidak merepotkanku dalam tugas kelompok yang akan kami kerjakan bersama. Dia hanya mengangguk dan membuatku semakin merasa canggung. Aku sudah bingung akan mengatakan apa lagi untuk memecah situasi ini. Sepertinya hari ini perjalanan
ke toko roti mama terasa sangat jauh. Mungkin suasana yang ada membuatku merasa begitu.
Tiba-tiba Eunji bertanya kapan aku memiliki waktu senggang untuk mengerjakan tugasnya. Aku menjawabnya sambil sedikit meledeknya.
“Hahaha, ternyata anak pemalas sepertimu masih bisa memikirkan tugas,” ujarku sambil tertawa terbahak-bahak. Bukannya menjawabku, dia justru tersenyum sambil sedikit melirik ke arahku.
“Sebenarnya aku banyak memiliki waktu senggang, hanya saja harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Jadi kapan kamu bisa mengerjakan tugas itu bersamaku?” tanyaku sambil menatap lurus ke depan.
Karena dia kerja paruh waktu dan mungkin sangat sibuk. Aku berpikir agar mengikuti jadwalnya saja. Setelah beberapa saat, Eunji menjelaskan padaku bahwa setiap hari selasa dan hari akhir pekan dia libur bekerja dan memiliki waktu senggang. Karena sudah seperti itu, akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakannya pada akhir pekan ini. Kami belum mendiskusikan tempatnya, karena sudah sampai di depan toko dan melihat begitu banyak pelanggan. Eunji segera masuk dan berganti pakaian untuk membantu. Begitu juga denganku yang langsung mengikutinya.
Tidak disangka-sangka, ternyata orang seperti dia bisa bekerja dengan cekatan. Di tengah sibuknya suasana di toko, sesekali mataku memperhatikan tingkahnya yang begitu gesit. Karena tidak mau kalah, aku pun ikut melayani semua pembeli dengan cepat.
‘Akhirnya selesai juga.’
Semua roti terjual habis, rasanya sangat lelah tetapi tetap saja menyenangkan. Setelah sekian lama, aku kembali membantu mama dan membuatku merasakan pengalaman yang menyenangkan ini. Sambil beristirahat, mataku mulai menatap ke arahnya. Terlihat jelas dia yang sedang sibuk mengusap keringat di dahinya.
‘Ohh astaga, ternyata dia sangat tampan. Kenapa aku tidak pernah menyadari hal ini sebelumnya? Ah, apa yang sebenarnya aku pikirkan? Apa aku sudah gila?’
Setelah semua beristirahat selama beberapa menit, mama dan semua pegawai kembali membersihkan toko dan semua peralatan yang kotor. Aku juga ikut membantu meskipun tidak membantu banyak hal. Hari ini toko tutup lebih cepat karena roti-roti sudah habis terjual.
Karena toko sudah kembali bersih, semua karyawan mama sudah diperbolehkan pulang. Begitu juga denganku dan mama yang sudah bersiap untuk pulang.
Saat kami sudah berada di depan toko, aku melihat Eunji membawa bungkusan roti. Aku bertanya padanya bagaimana dia masih mendapatkan roti sedangkan semua sudah habis terjual. Bukannya menjawabku, dia hanya pergi melintasiku sambil memberi salam pada mama. Melihatku yang mulai merasa kesal, mama memberitahuku bahwa tadi dia sudah membeli roti itu.
Dari tempatku berdiri, terlihat Eunji yang berjalan berlawanan dengan arah rumahnya. Aku masih menatapnya dan melihatnya menghampiri seorang nenek-nenek pengemis yang ada di dekat toko mama. Dia memberikan bungkusan roti yang dia bawa kepada nenek itu. Nenek itu tersenyum senang pada Eunji. Mama lantas menatapku sambil berkata bahwa dia adalah anak yang baik hati. Aku terdiam, mungkin diriku sedikit tersihir oleh pesonanya, sedikit saja jangan banyak-banyak.
Setelah kejadian di toko, aku pulang bersama mama dan langsung mandi setelah sampai di rumah. Rasanya seluruh badanku lengket dan bau karena membantu mama di toko. Sambil mengeringkan rambut, aku masih terbayang wajahnya saat mengusap keringat dan memberi roti kepada nenek itu. Astaga, mungkin aku sudah benar-benar gila, bagaimana bisa kepalaku terus memikirkan laki-laki menyebalkan itu.
Karena tidak ingin memikirkan hal yang tidak-tidak, aku akhirnya keluar kamar karena mendengar suara berisik dari arah dapur. Lagi-lagi mama sedang memasak resep baru untuk tokonya. Aku meminta mama untuk istirahat karena yakin mama pasti lelah setelah bekerja seharian. Mama menolak dan berkata bahwa menyukai kegiatannya. Ya, mama memang seorang pekerja keras. Seorang mama yang tidak bisa duduk diam dan terus memilih bekerja. Meskipun begitu, aku sangat menyayanginya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!