NovelToon NovelToon

Assalamualaikum Kapten

Izin dari Mama

Namanya Nayla Saputri.

Gadis yang kini tengah sibuk dengan baju dan koper kecil yang akan dia bawa selama seminggu menikmati libur musim panas.

Gadis berhijab campuran darah dari Indonesia dan Malaysia yang kini tengah menyelesaikan studi S2 di Fukuoka Women's University, Jepang.

Kesehariannya ia tinggal di asrama mahasiswa asing yang telah disediakan oleh pihak kampus bersama sahabatnya Keyla. Dan tentunya dengan mahasiswi asing lainnya.

Hanya saja dia sekamar dengan Keyla sejak dua tahun lalu.

Tak berbeda jauh dengannya, Keyla Anindita adalah gadis asli dari negeri Jiran, Malaysia.

Meski Nayla telah lama tidak menetap di Malaysia, hubungan keduanya masih terjalin baik hingga kini mereka memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama di Negeri sakura.

Nayla dan Keyla adalah mahasiswi jurusan spesialisasi Bahasa dan Budaya tingkat akhir yang kini tengah disibukkan dengan kegiatan menyusun tesis.

Libur musim panas membuat Nayla dan Keyla mengerjakan tesis dari asrama. Tidak seperti mahasiswi lainnya yang memilih untuk kembali ke kota bahkan ke negara masing-masing, mereka berdua lebih memilih untuk tetap di asrama, menyelesaikan tesis perlahan sambil menikmati waktu libur.

Ah, pernyataan itu lebih cocok untuk Keyla, sebab Nayla kini tengah bersiap-siap untuk menjalankan hobi tahunannya, yaitu traveling.

Keyla tahu betul bahwa sahabatnya itu hobi menelusuri kota bahkan negara-negara orang hanya untuk mendapatkan kesenangannya sendiri. Apalagi kalau bukan demi Sejarah, Budaya dan sebuah gambar.

"Kali ini kemana lagi Nay?" ujar Keyla yang memang sudah fasih dengan aksen bicara orang Indonesia.

Keyla yang tengah dalam posisi tengkurap di atas ranjangnya sambil menonton sebuah drama Korea, melirik sekilas pada Nayla yang kini tengah menatap isi kopernya dengan seksama. Ia harus teliti membawa barang yang penting dan yang akan dia butuhkan selama di negara orang.

"China," jawab Nayla tanpa teralihkan fokus sekalipun.

"Bukannya kamu udah pernah kesana kan?"

Nayla mengangguk, "Tapi kali ini di provinsi yang beda," jawabnya dengan tersenyum lebar.

Dia melangkah menghampiri Keyla dan duduk dibibir ranjang gadis itu.

"Kali ini aku bakal pergi ke provinsi tempatnya kaisar terakhir dari dinasti Qing yaitu Changchun," Nayla terlihat bersemangat.

"Kamu tau itu provinsi apa?"

Ia menatap Keyla yang hanya diam menunggui cerita dari dirinya yang mulai sombong dengan pengetahuannya soal Negara Tirai Bambu itu dengan mata yang berbinar.

"Kamu tau nama kaisarnya siapa?"

Tanya Nayla penuh antusias.

Keyla memutar bola matanya jengah. Meskipun mereka bersahabat tapi selera mereka sangatlah berbeda. Salah satunya, Keyla lebih menyukai Negeri Gingseng dan Nayla lebih menyukai Negeri Tirai Bambu itu.

"ihh bodo ah. Aku mana tau soal China," gadis itu kembali mengalihkan pandangan pada layar laptopnya.

Sedangkan Nayla tertawa melihat Keyla yang tengah kesal.

"Kamu nonton drama apa kali ini?" Nayla bertanya saat tak sengaja melihat adegan kejar-kejaran antara seorang perempuan dengan beberapa prajurit tentara.

"Oh ini, drama baru judulnya Crash landing on you," Keyla mengubah posisi tengkurapnya menjadi posisi duduk. Ia mulai merasa lelah dengan posisi itu.

"Kamu tau, perempuan ini orang Korea Selatan, sedangkan para tentara ini tentara Korea Utara," Keyla mulai terlihat bersemangat menceritakan drama yang ia tonton.

"terus? kenapa dia dikejar-kejar?" tanya Nayla yang mulai tertarik.

"Dia kecelakaan paralayang karena dihantam angin ****** beliung dan akhirnya mendarat di zona militer Korut."

Keyla terus bercerita. Dengan mata berbinar dan wajah yang sumringah dia merangkum adegan yang terjadi disetiap episode drama itu untuk diceritakan pada Nayla.

Ditengah-tengah fokusnya bercerita, tangan kanan Nayla bergerak pada touchpad laptop Keyla.

Dia mengernyit saat melihat episode drama yang di tonton keyla baru episode satu. Tapi sahabatnya itu sudah bisa menceritakan jalan cerita dari drama itu sampai setengah episode.

"Kamu udah nonton drama ini berapa kali key?" tanya Nayla memotong cerita Keyla.

Keyla menyengir seperti orang bodoh.

"dua atau tiga kali?" Gadis itu tampak berpikir.

"Ya ampun key. kayak gak ada stok drama lain aja," dia tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

"Habis dramanya buat baper sih. Aku gak rela kalau endingnya cuman segitu. Aku tuh pengennya Kapten Ri sama si Se Ri bakal nikah, punya anak, dan hidup sampai kakek-nenek. Eh' ga deh, sampai mereka mati aja," gadis itu memeluk bantalnya dengan gemas.

"aaahh, tuh kan baper lagi." pekiknya karena gemas saat mengingat adegan romantis dari dua artis Korea Selatan itu.

Nayla menggelengkan kepalanya menatap Keyla yang kini sudah seperti orang kesurupan.

"Hati-hati gila key."

Nayla kembali melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.

"Apa lagi yah?" gumamnya pelan tapi masih bisa di dengar oleh Keyla.

"Al-Qur'an ada Nay?" tanya Keyla saat gadis itu sudah bisa menguasai dirinya.

"Oh iya. Al-Qur'an," Nayla melangkah ke rak bukunya dan meraih Mushaf kecil yang bisa dibawa kemana saja.

"Nah, kayaknya udah deh," Gadis itu tersenyum puas dan langsung menutup kopernya.

Kini yang dia perlu lakukan yaitu menelpon mamanya yang berada di Indonesia.

Gadis itu meraih ponselnya dan mulai mendial nomor wanita yang paling ia sayangi itu.

Di jepang telah menunjukkan waktu 20:30, berarti saat ini di kota tempat tinggal orang tuanya telah menunjukkan waktu 21:30. Perbedaan waktu antar Jepang dan Indonesia bagian tengah hanya sekitar 1 jam. Untuk itu dia tidak khawatir mengganggu jam tidur saat menelepon orang tuanya.

"Halo, Assalamualaikum Ma."

Nayla berujar saat penggilan telepon itu sudah tersambung.

Terdengar balasan salam dari seberang.

"Ma, Nayla mau minta izin buat traveling lagi," ujarnya sambil menyengir. Ia tahu walaupun orang tuanya selalu memberinya kebebasan untuk traveling, tapi kedua orang tuanya itu tetap khawatir akan keselamatannya. Buktinya ia akan diberi nasihat kalbu terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka akan mengatakan--Iya, asal kamu hati-hati yah Nak--begitu padanya.

"Cuman seminggu kok Ma, tapi kalo Nay udah dapat yang Nay pengen, secepatnya Nay balik lagi," ujarnya berusaha meyakinkan ibunya.

Terdengar helaan nafas berat dari sana, "Iya, asal kamu hati-hati yah Nak," ujar mama Nayla walaupun dengan hati berat.

Nayla sudah memprediksi jawaban dari mamanya itu. Setiap tahun kata-katanya selalu sama.

Sambungan telpon itu diakhiri. Nayla masih tersenyum lebar karena telah mendapatkan izin dari mamanya.

Itu berarti izin dari mamanya adalah izin dari papanya juga.

Dia melirik Keyla yang ada di ranjang sebelah,

sejak kapan dia tertidur? suara batinnya bertanya saat melihat gadis itu kini tengah tidur pulas tapi masih berhadapan dengan laptopnya.

Nayla beranjak menghampiri Keyla. Tangannya bergerak memindahkan laptop itu ke meja belajar sahabatnya.

Ia kembali menatap Keyla. Dia menyelimuti Keyla hingga ke dada gadis itu.

Tangannya bergerak menyelipkan anak rambut Keyla yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.

"Jaga diri selama aku gak ada ya key. Kamu sahabat terbaikku," ujarnya setengah berbisik.

Gadis itu kembali ke ranjangnya dan mulai menenggelamkan dirinya ke dalam alam mimpi.

Besok adalah hari keberangkatannya.

****to be continued****

**Hallo semua 👋

Mohon maaf sebelumnya karena cerita ku yang judulnya Angel's Story sudah tidak bisa aku lanjutkan.

Jadi berhubung ide ini masih panas-panas di dunia imajinasi ku jadilah aku mulai menulis cerita "Assalamualaikum Kapten".

Semoga terhibur dengan cerita ini 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak like ataupun Vo-ment untuk sekedar mejadi support aku buat lanjut nulis kisah ini yah ☺️

Terimakasih 🤗**

Keberangkatan

Alaram dengan seruan Adzan subuh terdengar dari benda persegi yang disebut smartphone itu. Nayla sengaja memasang nada dering adzan karena daerah kampus mereka jauh dari yang namanya Masjid. Jadi akan susah bagi mereka untuk mendengar seruan panggilan salat.

Nayla yang sudah menguasai dirinya dari rasa kantuk beranjak menghampiri Keyla yang masih pulas. Tangannya bergerak menepuk-nepuk lengan Keyla dengan pelan.

"Key, bangun. Sholat subuh yuk," ujar Nayla dengan lembut. Belum ada respon dari Keyla.

"Key, ayok bangun," kini Nayla mulai menggoyangkan tubuhnya dengan pelan.

Gadis itu menggeliat sekedar mencari posisi nyamannya yang lain.

"Keeeyyyyy," kini suara Nayla mulai meninggi.

Namun Keyla tetap pada zona nyamannya.

"Man Rabbuka?????" Nayla setengah berteriak tepat di telinga gadis itu.

Seketika Keyla terperanjat dari tidurnya.

"Mamaaaa," pekiknya saat terbangun.

Nayla tertawa melihat Keyla yang ketakutan.

"Makanya, dah tau waktu sholat tapi gak segera bangun," hardik Nayla tanpa merasa bersalah.

"Tega kamu Nay, aku kan takut."

Keyla yang seperti akan menangis membuat terbesit rasa bersalah dari Nayla.

Gadis itu duduk dan merangkul Keyla yang kini sudah mengeluarkan air mata.

"Maafin aku. Kamu kan tau aku sering bercanda," Nayla mengelus lembut rambut gadis itu.

Keyla masih menangis namun menganggukkan kepala tanda ia memaafkan Nayla.

"Udah yah, Kita salat sekarang," pintah Nayla yang kini sudah berdiri kembali.

Ia mengulurkan tangannya pada Keyla seperti ibu yang akan menggendong anaknya dari tempat tidur. Dan gadis itu pun menerima uluran tangannya seraya tertawa. Mereka memang kadang bercanda kelewatan tapi keduanya bisa cepat saling memaafkan.

Keyla memang tipe cewek yang manja dan cengeng bila dibandingkan dengan Nayla yang tomboy dan dewasa. Usia mereka sama-sama telah menginjak angka 24 tahun tapi mereka berdua seperti tak ada niat untuk merasakan yang namanya cinta.

Bukan berarti mereka tak pernah pacaran. Hanya saja, dalam urusan cinta, mereka yang sudah dewasa tentu ingin menjalin hubungan serius. Tak ada waktu lagi untuk putus nyambung atau putus lalu mencari yang baru.

-----

Tak lebih dari lima menit mereka selesai menunaikan ibadah wajib 2 rakaat itu sebagai identitas umat muslim. Nayla yang selalu menjadi imam saat mereka salat. Dia menoleh pada Keyla yang ada disebelah kanannya, gadis itu tengah melipat mukena yang baru saja ia pakai.

"Nanti selama aku gak ada jangan lupa salat ya key," ia tersenyum.

"Siap Nayla sayang."

"Ingat, sesibuk apapun tetap harus salat, oke?"

"Iya-iya Nay, bawel banget sih kamu," dia tertawa kecil lalu bangkit untuk menyimpan mukena itu di nakas kecil samping ranjangnya.

"Habisnya kamu kalau gak diingetin gak bakal salat juga," Nayla mencibir. Ia mengikuti Keyla menyimpan mukena yang ia pakai.

Sedangkan Keyla hanya menampakkan cengirannya.

"jam berapa kamu flight Nay?"

tanya Keyla yang kini telah duduk di bibir ranjang. Ia melihat Nayla yang kini mulai berkutat dengan pakaian yang akan ia kenakan.

"Jam 8 pagi ini Key," jawab Nayla yang masih sibuk dengan baju-bajunya.

"Oh masih ada waktu 3 jam, mau sarapan dulu?" tanya Keyla yang memang selalu menjadi tukang masak gadis itu. Meski Keyla terkesan cewek manja tapi keahlian memasak gadis itu patut diacungi jempol.

"Boleh deh, Nasi goreng yah," Pintah Nayla sambil tersenyum lebar pada Keyla.

Keyla berdecih kemudian tertawa.

"Baik nyonya," kata gadis itu berlalu ke luar kamar untuk menuju dapur kotor yang ada dilantai kamar asrama mereka, sambil membawa rice cooker yang ia ambil dari dapur bersih dalam kamar berisi sisa nasi semalam yang tidak mereka habiskan.

Asrama mahasiswi ini terdiri dari tujuh lantai yang ditiap lantainya memilik dua dapur kotor yang terbagi pada tiap blok. Setiap blok menampung dua belas orang sedangkan satu kamar ditempati oleh dua orang. Di dalam kamar masing-masing memilik satu dapur bersih disertai kulkas mini dan satu kamar mandi.

Tak hanya itu, ada juga TV dan satu buah komputer yang bisa dipakai bersama roommate. Fasilitas itu memang disediakan oleh pihak universitas agar mahasiswa lebih merasa nyaman dari pada harus menyewa apartemen.

Kamar Keyla dan Nayla berada di lantai 5 blok J. Dan di blok ini hanya tersisa lima orang Mahasiswa yang tidak menikmati libur musim panas diluar.

Jadi Keyla bisa lebih leluasa memakai dapur layaknya dapur dirumahnya.

Keyla masuk ke dalam kamar dengan dua piring yang terisi nasi goreng beserta telur dadar dengan dua potong timun khas Jepang kesukaan Nayla.

Aroma menggoda menyeruak di dalam kamar mereka.

Nayla yang sudah berpakaian rapih dengan outfitnya yang kasual menghampiri Keyla yang sudah duduk manis dimeja makan mini mereka. Nayla ikut duduk dihadapan gadis itu.

Nayla melafalkan kata Bismillah sebelum akhirnya menyuap satu sendok nasi goreng ke mulutnya.

"Waaah, seperti biasa," gadis itu menunjukkan jempol sebagai tanda mantap akan masakan Keyla.

Sedangkan Keyla hanya tertawa melihatnya. Diapun mengikuti Nayla yang kian lahap. Mereka makan diselingi dengan obrolan ringan pasal tesis masing-masing.

-----

Tibalah Keyla dan Nayla di Fukuoka International Airport setelah menempuh perjalanan melalui jalan tol dari Universitas mereka menggunakan taksi online selama kurang lebih 15 menit.

Bandara Fukuoka sendiri berada di distrik Hakata yang akan terhubung ke pusat kota bila melalui jalan raya dan juga terhubung ke stasiun kereta api bawah tanah.

Mereka kini telah berada di terminal 4 untuk keberangkatan internasional. Di bandara ini, pengantar penumpang bisa masuk hingga ke area tunggu pintu keberangkatan jadinya kini gadis itu tengah menunggui Nayla yang sedang check-in sekalian mendaftarkan bagasi.

Tak butuh waktu lama untuk Menunggu, Nayla datang menghampiri Keyla dengan wajahnya yang nampak bahagia. Tangannya tengah bergerak memasukkan kembali paspor kedalam tas selempangnya.

"Bahagia amat sih buk kalau dah mau traveling," cibir Keyla saat gadis itu sudah ada di depannya.

Sedangkan Nayla hanya tertawa tak berniat menanggapi cibiran dari Keyla.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju area tunggu gate 3. Tinggal sisa dua puluh lima menit sebelum waktu keberangkatan Nayla.

Nayla mengajak Keyla duduk di kursi yang tak jauh dari petugas pintu keberangkatan.

Dari tempat duduk itu, mereka bisa melihat beberapa pesawat yang tengah terparkir bahkan ada yang baru sampai di area landasan.

Kedua tangan Nayla bergerak merogoh kantong tas selempangnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam.

Dia mencoba menelpon ibu dan ayahnya, tapi tidak ada yang menjawab. Akhirnya dia memilih untuk meninggalkan sebuah pesan untuk memberitahu orang tuanya bahwa ia akan segera berangkat.

Tanpa menunggu adanya balasan, gadis itu menonaktifkan lalu memasukkan kembali ponselnya kedalam tas.

"Nay, jujur yah, sebenarnya aku gak ingin kamu pergi," ujar Keyla setelah beberapa menit tak ada topik pembahasan diantara mereka.

Nayla menoleh, "karena kamu bakal sendirian di asrama selama seminggu yaah," ujar gadis itu dengan candaan.

Tapi Keyla malah menatapnya dengan tatapan serius, "Aku gak bercanda Nay," ia kembali menatap landasan pesawat yang nampak dari jendela kaca besar dihadapannya.

"Entah kenapa aku gak ingin kamu pergi," lanjut Keyla.

Nayla tersenyum pada sahabatnya itu.

Ia merangkul Keyla dan menyenderkan kepalanya di bahu kanan Keyla.

"Udah, cuma seminggu juga kok. Ingat kamu jangan lupa salat, oke?"

Keyla mengangguk menuruti kata Nayla.

"Jangan cuma nonton drakor mulu kamu key,"

Ujarnya sekali lagi memperingati Keyla yang selalu begadang dengan stok drama Koreanya.

Keyla kembali mengangguk dan menoleh pada Nayla.

"Bawain ole-ole yaahh," Ujarnya kini dengan tawa yang lebar.

Dia mencoba menepis segala pikiran negatif yang entah kenapa mulai menghantuinya.

"Iya-iya," jawab Nayla.

Terdengar panggilan untuk penumpang pesawat China Eastern Airlines dari pengeras suara yang ada pada tiap sudut terminal itu.

Seluruh penumpang diminta untuk segera melakukan boarding pass.

Nayla berpamitan pada Keyla. Gadis itu memeluk Nayla sangat erat walaupun tidak terlalu lama, akhirnya Keyla melepas kepergian Nayla dengan hati yang berat.

Setelah memperlihatkan tiket boarding pass itu, Nayla menoleh pada sahabatnya itu sambil melambaikan tangannya. Senyuman lebar manambah aura cantik dari gadis berjilbab abu-abu muda itu.

Hingga akhirnya dia benar-benar hilang dari pandangan Keyla.

Selama menuju pesawat, Nayla tersenyum mengingat raut wajah sedih sahabatnya itu.

Entah kenapa terbesit rasa khawatir dalam hatinya. Namun segera ia tepis perasaan itu. Dia ingin perjalanannya kali ini akan sama menyenangkan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Bismillah. Ujarnya seraya melangkah masuk ke dalam pesawat.

------

Keyla yang tak lagi melihat sosok Nayla memilih untuk melangkah pergi dari area tunggu itu.

Hatinya masih berat melepas kepergian Nayla. Padahal tahun sebelumnya, ia merasa baik-baik saja saat ditinggal Nayla traveling.

Gadis itu menghela nafas panjang.

"Ya Allah, lindungilah Nayla sampai ke tempat tujuan," ujarnya pelan dan terus berjalan keluar dari bandara itu.

*****to be continued***

Semoga terhibur dengan cerita ini 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak like ataupun Vo-ment untuk sekedar mejadi support aku buat lanjut nulis kisah ini yah ☺️

Terimakasih 🤗**

Kecelakaan

China Eastern Airlines tipe A 350 adalah pesawat Airbus yang akan membawa dirinya ke Ibu kota provinsi Jilin yang terletak di timur laut China yaitu Kota ChangChun.

Sebuah Kota di Negara Tirai Bambu yang menjadi target Nayla kesekian kalinya untuk mengeksplor sejarah dan budaya yang ada.

Sebelumnya gadis itu telah mengunjungi Kota Beijing, Shijiazhuang, Zhengzhou, dan Shanghai, kini gadis itu akan mendatangi kota yang pernah menjadi ibu kota Manchukuo atau sebuah negara boneka yang pernah berdiri di daerah timur laut Tiongkok dan Mongolia, yang di pimpin oleh Kaisar terakhir yaitu Kaisar Pu Yi.

Nayla duduk dibarisan tengah kelas premium ekonomi. Sejak awal menjalankan hobinya itu, Nayla tidak pernah sekalipun membeli tiket penerbangan kelas bisnis ataupun first class. Sebab baginya asal dia sampai di negara tujuannya saja itu sudah sangat bersyukur. Dia tidak tergoda dengan kenyamanan dari fasilitas yang akan disuguhkan saat duduk dikursi berkelas itu.

3 jam lebih 45 menit sudah pesawat mengudara, Nayla yang baru saja menyelesaikan salat Zuhur dalam posisi duduk itu, kini tengah menjalankan kewajibannya yang lain yaitu membaca Al-Qur'an. Mushaf kecil yang bisa ia bawa kemana saja itu selalu menjadi temannya saat traveling ataupun ke kampus. Setiap selesai salat, ia berusaha untuk menyempatkan waktu membaca Al-Qur'an walau hanya selembar. Gadis berjilbab abu-abu muda itu nampak fokus membaca setiap ayat yang tertulis pada kitab itu.

Hingga suara ledakan yang keras berhasil mengalihkan perhatiannya. Semua penumpang pun menjadi heboh dengan ledakan itu. Tak lama setelah ledakan disusul adanya bau benda yang terbakar. Semua mulai panik.

Para kru kabin mulai lalu lalang mencoba menenangkan seluruh penumpang pesawat. Nayla melihat gurat wajah ketakutan dan kecemasan dari pramugari yang kini tengah menenangkan penumpang kakek dan nenek yang duduk disebelah kirinya. Rasa takut pun mulai merundunginya.

Dua orang pramugari dibarisan kursi kelas premium ekonomi itu mulai mengintruksikan untuk mengencangkan sabuk pengaman masing-masing dan memakai masker oksigen yang keluar dari atap kabin saat merasa pesawat mulai bergetar. Nayla langsung mengikuti instruksinya. Kemudian kedua tangan gadis itu kembali memegang erat Al-Qur'an nya. Semua penumpang mulai histeris. Terdengar semua menyebut-nyebut nama Tuhan. Tak terkecuali Nayla, gadis itu terus membatinkan nama Tuhannya dan melafalkan zikir-zikir yang ia tahu.

Mereka mulai merasakan pesawat terbang miring, membuat beberapa koper jatuh dari laci kabin lantas menimpa penumpang. Bahkan salah satunya menimpa kepala Nayla, membuat kepalanya terluka kecil hingga mengeluarkan darah. Gadis itu merintih kesakitan.

Para awak kabin yang bertugas, yang tadinya berusaha tidak memperlihatkan ketakutan mereka, kini mulai menangis sambil berpegangan pada kursi penumpang.

Pesawat masih dalam keadaan miring. Dan keadaan dalam pesawat kian gelap. Lampu-lampunya mulai redup.

Disisi lain pilot dan co-pilot yang bertugas masih berusaha menghubungi petugas menara pengawasan di bandara dengan mengirimkan sinyal darurat.

Dengan keadaan pesawat yang sudah tidak bisa terselamatkan lagi, akhirnya pesawat yang Nayla tumpangi itu benar-benar hilang kendali.

Pesawat jatuh dengan begitu cepat dan tepat terhantam pada puncak gunung yang membuat badan pesawat itu terpisah dua.

Nayla merasakan hantaman yang luar biasa hingga membuat ia memekik "Allahuakbar".

Gadis itu merasakan seluruh tulangnya hancur. Dia yang masih sadar berusaha membuka mata sedikit untuk melihat yang telah terjadi.

Kini dia bisa melihat betapa indahnya langit biru dengan awan putih yang menjadi hiasannya. Dia terpisah bersama bagian ekor pesawat.

Posisi bagian ekor pesawat itu mulai tergelincir dari lereng gunung, gadis itu tersenyum diiringi tetesan air mata ketika mengingat orang-orang yang ia sayangi.

Hingga dia merasakan hantaman yang kesekian kalinya, yang membuat ia memejamkan mata menahan sakit yang luar biasa. Dia terlempar keluar dari bagian ekor pesawat itu pada ketinggian satu Mil dari atas permukaan tanah, dalam keadaan masih terikat pada tempat duduknya.

Nayla masih sadar, bahkan dia merasa seperti tengah terbang layaknya seekor burung. Dan pada akhirnya dia terhempas pada bibir sungai yang dipenuhi bebatuan berlumut serta ditumbuhi semak belukar. Tepat dibawah kaki gunung. Dia jatuh dengan posisi menghadap ke langit. Kepala bagian belakangnya terbentur batu. Hingga akhirnya gadis itu kehilangan kesadaran. Darah segar mulai mengalir dari kepala, tangan dan kaki gadis itu. Bahkan tanpa ia sadari kedua tangannya masih memeluk erat kitab suci Al-Qur'an miliknya itu.

Terdengar suara ledakan terakhir dari setengah badan pesawat yang terpisah yang tergelincir dilereng gunung sebelah, sebelum akhirnya kobaran api mulai menghanguskan korban yang masih terjebak dibangkai pesawat serta barang-barang.

Sementara penumpang yang terlempar dan yang terikut dengan bagian ekor pesawat bersama Nayla, semua tewas akibat benturan besar itu.

-------

Ledakan yang disusul dengan kepulan asap hitam itu menarik perhatian para prajurit yang tengah bertugas di zona Demiliterisasi Kota Goseong. Salah satu Kota di Provinsi Gangwon sebelah timur Korea Selatan.

Salah satu prajurit yang tengah bertugas dari pos pengamatan itu Langsung menghubungi Kapten kompi mereka yang tengah mengawasi pembersihan ladang ranjau sisa peninggalan perang Korea terdahulu, melalui Handy talky khas militer.

Prajurit itu mengatakan bahwa terjadi ledakan dari puncak gunung Seorak yang berjarak 5 KM dari Kompi penjaga perbatasan.

Dengan segera sebagian orang pasukan beserta sang Kapten pergi menuju kaki gunung Seorak dengan menggunakan mobil militer guna untuk mencari tahu penyebab dari ledakan itu.

Hanya butuh waktu 20 menit, para tentara itu sampai dikaki gunung Seorak bagian barat laut yang dilintasi sungai dangkal dengan banyak bebatuan berlumut.

Sang Kapten langsung memerintahkan anak buahnya untuk menelusuri daerah kaki gunung itu. Dan untuk pengecekan di puncak gunung, dia sudah menghubungi markas besar agar segera mengirimkan helikopter darurat.

"Lapor Kapten, Sepertinya terjadi kecelakaan pesawat di puncak gunung," salah seorang bawahannya datang melapor.

Dia melanjutkan laporannya lagi bahwa diarea tempat yang ditelusurinya terdapat potongan puing pesawat bagian sayap yang menyisakan potongan huruf China.

Dari puing sayap itulah mereka berspekulasi bahwa pesawat yang jatuh adalah pesawat dari salah satu Maskapai penerbangan China.

"Baik. Kalian tetap telusuri kaki gunung ini, temukan sisa-sisa puing lainnya ataupun korban. Dan begitu helikopter datang, kalian langsung ke puncak gunung. Saya harus ke markas besar meminta tambahan prajurit untuk mengevakuasi para korban," Ujar sang Kapten.

Anak buahnya itu langsung mengangkat tangan kanannya memberikan hormat, "Siap Kapten," ujarnya kemudian berlari menghampiri rekan-rekan lain yang tengah bekerja.

Sang kapten pun menghampiri mobil militer yang dikemudikan oleh salah satu bawahannya. Menugaskan dia untuk mengantar dirinya ke Maskar besar Prajurit Tentara Korea.

-------

Sementara di sisi lain, wanita paruh baya itu terlihat gelisah. Kini dia tengah berada di ruang poli tempat ia bertugas sebagai seorang dokter spesialis tubuh bagian dalam.

Ia duduk bersandar di kursi kebesarannya sambil melirik pesan terakhir yang dikirimkan oleh putrinya yang tidak sempat ia balas. Karena sejak pagi, ia mendapat panggilan untuk operasi darurat.

Sejak semalam, saat Nayla meminta izin darinya, Wirma --ibu Nayla-- merasa berat hati untuk mengizinkannya pergi. Tapi, dia tidak mau anak satu-satunya itu kecewa bila tidak diizinkan.

Dia menghela nafasnya pelan,

"Semoga Allah selalu melindungi mu nak," ujarnya memanjatkan Doa kemudian berlalu dari ruangan serba putih itu.

****to be continued****

**Semoga terhibur dengan cerita ini 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak like ataupun Vo-ment untuk sekedar mejadi support aku buat lanjut nulis kisah ini yah ☺️

Terimakasih 🤗**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!