NovelToon NovelToon

My Wife The Mafia

Kekejaman Lyza

Hah.. hah.. hah...

Wanita cantik itu terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tidak beraturan. Sudah dipastikan jika dirinya telah mimpi buruk.

Ia duduk di tempat tidur dengan bersandar di pan ranjang. Hari yang sejuk tidak menghambat keringat untuk keluar. Wanita itu menyugar rambutnya ke belakang. Ia terdiam. " Mimpi sialan itu lagi! ".

Tok.. tok.. tok..

Suara pintu membuyarkan lamunannya. Ia melihat jam yang ada di atas nakas.

'Shitt'.

Terlihat jam sudah menunjukkan pukul 11.30, sudah tidak pagi lagi.

Tok.. tok.. tok...

Sekali lagi pintu diketuk dari luar, wanita itu pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan membuka pintu kamar.

" Selamat pagi nyonya muda ". Seorang pria tampan dengan berbalut jas hitam terlihat rapi, berdiri di balik pintu.

" Apa kau bercanda denganku! ". Terdengar datar, dingin dan mengintimidasi.

" Maaf nyonya. Maksud saya selamat pagi menjelang siang ". Meralat perkataan nya.

Huhhff

" Sudahlah! cepat katakan ada apa! ".

" Ini tentang suplai senjata yang baru-baru saja kita pesan dari Rusia nyonya ".

Mendengar laporan dari pria tersebut yang kemungkinan adalah bawahannya, wanita cantik itu langsung menampilkan wajah serius. " Lanjutkan! ".

" Emm... Senjata yang kita pesan menghilang saat akan ditransfer di pelabuhan ". Pria tampan itu sedikit gugup mengatakan nya.

Wajah wanita itu menegang, dan detik kemudian ia menarik salah satu sudut bibirnya. " Sepertinya ada yang ingin bermain dengan ku ". Sembari menyeringai.

" Kita ke markas. Tunggu aku dibawah! ". Tanpa mendengar Jawaban dari pria itu, ia langsung menutup pintu.

Shitt..

Umpatnya sebelum masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sekitar 20 menit didalam kamar mandi, wanita itu pun keluar dan langsung menuju ke walk in closet.

Setelah berganti pakaian, wanita itu keluar dengan memakai rok spam hitam di atas lutut, kemeja putih yang di masukkan kedalam rok, lengan kemeja ia gulung sebatas siku. Serta jangan lupa dasi hitam nya yang dikenakan namun di perlonggar, kencing kemeja nya ia sengaja tidak mengancingnya bagian atas sehingga memperlihatkan belahan dada.

Jas hitam kebesarannya tak luput ia kenakan walau hanya digantung di kedua pundak belakang nya. Dengan stocking hitam.

Yap wanita yang sangat cantik, tinggi, hidung mancung, putih, rambut lurus dengan mata eye seorang ketua mafia yang ditakuti di dunia hitam 'Dark Blood' nama organisasi nya. Gerilya Lyza Anataran. Sebut saja Lyza. Wanita yang kejam tak kenal ampun, baik itu musuhnya atau bahkan temannya yang berkhianat. Wanita yang sama sekali tidak mengenal Tuhan, walaupun dirinya mempunyai agama. Tidak tertarik dengan pria, namun lebih menyukai sesamanya.

Tak.. tak.. tak..

Terdengar suara hells dari arah tangga. Lyza turun tangga dengan gaya anggun dan berwibawa.

" Selamat siang nyonya ". Seorang pria paruh baya menyambutnya di ujung tangga, dengan menunduk.

Lyza mengintip sedikit dari balik kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. " Hmm tidak usah masak aku akan pulang besok pagi ". Perintah Lyza. Ia memang sering melakukan hal seperti itu, dan satu lagi Lyza tidak suka membuang-buang sesuatu, dan itu termasuk makanan.

" Baik Nyonya ". Pria itu membungkuk

Lyza melanjutkan langkahnya. Sesampainya di luar, sudah ada pria yang tadi memberikan laporan kepada Lyza. Pria itu berdiri di samping pintu mobil yang terbuka sembari membungkuk hormat. " Silahkan nyonya ".

Lyza masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan sepatah kata pun. Pria itu menutup pintu dengan perlahan, lalu ia memutar dan masuk duduk di samping kemudi.

" Jalan ". Ujar pria itu pada pria tampan lainnya yang wajahnya mirip dengannya, yang sedang menyetir.

Mobil pun melaju meninggalkan mansion besar milik Lyza. Di dalam mobil hening. Dua pria yang ada di depan Lyza adalah orang-orang kepercayaannya.

Zean Ziangga Putra dan Sean Siangga Putra, dua twins yang selalu setia dengan Lyza. Mereka berdua adalah orang-orang yang selalu bersama Lyza dari kecil, mereka selalu menuruti apa perkataan Lyza, tak pernah membantah. Bahkan terkadang mereka takut kalau Lyza tak membutuhkan nya lagi.

Zean sang kakak yang duduk di samping kemudi, tinggi dan tampan, namun dingin. Kecerdasannya yang di atas rata-rata menjadikannya asisten pribadi Lyza. Orang yang selalu mengurusi urusan pribadi atau keperluan Lyza. Zean juga yang biasanya berurusan dengan pihak polisi jika polisi berhasil mengendus apa yang di lakukan organisasi nya.

Sean sang adik yang sedang menyetir. Ia juga tinggi dan tampan sama seperti sang kakak, yang membedakan hanya tahi lalat di bawah mata kirinya dan juga sifatnya yang lebih ceria. Dalam hal skill, fisik, ia jago nya. Karena itulah ia menjadi supir Lyza karena skill dalam mengemudi mobil. Sean juga biasanya jadi mata-mata.

Lyza memainkan ponselnya, ia mengirim chat pada para wanita-wanita malam yang selalu ia sewa.

" Zean jelaskan apa yang terjadi ". Tidak mengalihkan pandangannya pada benda pipih di tangannya.

Zean menoleh ke belakang. " Sesuai apa yang di katakan para bawahan saya yang mengawasi transaksi senjata yang kita pesan dari Rusia. Saat akan di transfer tiba-tiba boks yang membawa senjata itu kosong saat di buka ".

" Apa ada yang aneh saat proses terjadi di pelabuhan ".

" Tidak ada bos, semuanya berjalan lancar. Namun begitu dibuka barangnya sudah hilang ". Jelas Zean. Zean mengganti panggilan nya karena mereka sudah tidak lagi di mansion. Hal seperti itu memang sudah biasa.

Senyuman licik mengembang di bibir Lyza. " Hee.. Seperti nya ada kelinci kecil yang mencoba memangsa sang harimau ". Tersenyum smirk.

Zean dan Sean yang melihatnya bergidik ngeri. Akan ada pertumpahan darah yang akan terjadi lagi nanti. Apalagi saat merasakan hawa di dalam mobil berubah dingin.

" Bos seperti nya ada yang mencoba bermain dengan kita ". Sahut Sean yang memang mempunyai sifat periang.

Lyza tersenyum. " Iya kau benar Sean ".

" Apa saya boleh ikut dalam permainan ini bos ". Tanya Sean. Zean yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Dapat keberanian dari mana adiknya bisa berbicara seperti itu. Yah walaupun hal seperti itu sudah biasa.

" Tenang saja kau pasti dapat bagian ".

" Yes ". Gumam Sean

" Zean kumpulkan para bawahan mu yang ada di ufuk timur ". Suaranya sangat dingin, menahan amarah dan juga hasrat membunuhnya. Tapi ia terlihat menyukai perasaan yang dia rasakan ini.

" Baik bos ". 'jas ku pasti kotor nih nanti'.

'Asik.. liat darah lagi nih, jadi tidak sabar'. Batin Sean yang memang menyukai hal seperti itu, berbeda dengan sang kakak yang tidak terlalu menyukai hal berbau darah dan sejenisnya.

.........

Mobil mulai memasuki hutan rimbun, hari yang siang tak berlaku saat memasuki hutan tersebut. Gelap, tak ada cahaya yang masuk. Hanya secercah cahaya dari balik-balik daun pohon yang muncul. Cahaya matahari ingin menerobos namun pohon-pohon menghalangi.

Mobil terus berjalan hingga akhirnya sampai pada sebuah mansion yang sangat besar bak istana. Ada berbagai pilar di depan mansion, warna hitam campur abu-abu membuat mansion tampak menyeramkan.

Dua penjaga membuka gerbang saat melihat mobil yang dikendarai Lyza datang. Sean menghentikan mobilnya di tempat parkir khusus. Zean langsung keluar dan membukakan pintu untuk Lyza. Setelah pintu terbuka Lyza pun turun dengan gaya anggun.

Kita skip...

Di tempat ini. Suasana di dalam ruangan itu sungguh menegangkan, tak ada suara yang berbunyi. Bahkan untuk bernafas sangat berat terasa.

Lyza duduk dengan gaya angkuh, satu kakinya ia silangkan. Sean dan Zean berdiri di kedua sisi kursi kebesaran sang bos.

Di depan Lyza, sudah berdiri beberapa laki-laki yang mempunyai badan besar dikarenakan otot-otot yang selama ini dilatih. Ada yang mempunyai wajah sangar, lembut, dan biasa saja.

Lyza berdiri, tentu hal itu membuat para pria yang ada di depan Lyza tak berkutik. Lyza mengambil sebuah pisau lipat di balik jasnya. Ia berjalan mengelilingi para pria ber otot di depannya, sembari memainkan pisau lipat di tangannya, diputar dan di tutup kembali.

" Kalian tau kan aku paling tidak suka dengan yang namanya pengkhianatan ". Suaranya rendah namun mampu membuat yang mendengar bergeming.

Lyza terus berjalan hingga sampai di salah satu pria yang ada disitu. " Kalian tau kan, orang-orang yang berkhianat akan pushhhh hehehe ". Bisiknya, Walaupun ia terkekeh, namun hal itu malah membuat orang-orang yang ada di ruangan itu tambah bergidik ngeri.

Lyza kembali berjalan. " Tapi, kenapa masih ada orang yang mencoba untuk bermain api dengan ku hah!!! ".

Brukkk

Menendang kursi kebesaran nya. Lyza maju selangkah lagi tepat di hadapan seorang pria berwajah lembut, keringat pria tersebut tak terbendung lagi. Beberapa kali ia terlihat menelan salivahnya.

Lyza membelai pipi pria tersebut, dan Tiba-tiba

Sreekk...

Lyza menggores pipi pria tersebut hingga mengeluarkan darah. Pria itu menutup matanya saat cairan merah mulai keluar dari pipi.

" Sean!! ". Teriak Lyza

Sean maju tepat di samping sang bos. " Seret pria tak tau diri ini kedepan! Ikat dia! ". Perintah dengan nada dingin. " Aku akan membuat nya memohon untuk di bunuh ". Tersenyum smirk

Mendengarkan perkataan Lyza membuat mereka semua bergidik, pria tersebut langsung berlutut. " Ti.. tidak bos, maafkan saya... Saya khilaf ". Belum di apa-apakan sudah mengaku lebih dulu. Otaknya ikut gemetar mendengar perkataan Lyza.

" Oh.. Memang nya apa yang kau lakukan! ". Bibir nya tersenyum licik.

" B... Bos.. maafkan saya ". Bibirnya keluh hanya untuk berbicara yang sebenarnya, ia sampai berlutut ke lantai.

Lyza melihat jijik pada pria di depan kakinya. " Sean ikat dia! ". Tidak memperdulikan permohonan pria tersebut.

Dengan senang hati Sean melakukan apa yang di perintahkan Lyza. Sean menarik pria tersebut dan mengikatnya di depan mereka semua. Kedua tangannya ia gantung di kanan dan kiri pilar yang memang biasanya khusus untuk hal yang seperti ini.

" Bos... Tolong maafkan saya ". Mohon nya lagi dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

" Maaf? Kau kira di kamusku ada kata maaf! Apa kau tidak berfikir saat akan mengkhianati ku! Huh! ". Pria itu menunduk mendengar perkataan Lyza.

Lyza mendekati pria tersebut. Ia berdiri tepat di hadapannya. " Katakan siapa nama mu ". Suaranya sungguh mengintimidasi, aura di sekitarnya membuat siapa pun yang melihatnya pasti berfikir berkali-kali untuk mendekat.

" Ch... Charles ". Lirihnya.

" Oh... Charles. Selamat Charles hari ini adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupmu, dan hari ini akan menjadi hari kematian mu ". Bertepuk tangan. Suara yang dikeluarkan Terdengar sangat dingin.

Orang-orang yang menyaksikan hal tersebut sampai harus menelan salivahnya susah-susah. Keringat mereka bertambah banyak. Bukan mereka yang akan di interogasi tapi mereka ikut gugup.

Srekk...

Lagi-lagi Lyza menggores pipi Charles hingga darah segar berhasil keluar. Charles hanya bisa diam, dirinya juga menyesal telah mengkhianati sang bos, sebab apa yang dijanjikan kepada dia tudak di berikan, malah nyawanya yang jadi taruhan sebab sang bos telah mengetahui aksinya.

" Zean! ". Panggil Lyza namun tidak melihat Zean. Zean yang mengerti akan panggilan Lyza tadi, langsung bergegas mengambil sesuatu untuk sang bos.

Zean datang dengan sebuah pedang di tangannya. Lyza menerima pedang tersebut, ia membukanya. Lyza memegang tangan kanan Charles yang diikat, ia Membelai nya.

" Tangan ini kan yang kamu gunakan untuk hal bodoh itu ". Tanpa aba-aba lagi, Lyza memotong tangan kanan Charles dengan wajah penuh kepuasan.

" Ahhhhhhhhhhhhkkkk ". Pekik Charles. Ia sampai terduduk, namun sedikit susah karena tangannya yang sebelah kiri masih di gantung. Darah segar keluar dari lengan Charles.

" Ahhhhhhhhhhhhkkkk ". Sungguh hal tersebut sangat menyakitkan.

Orang-orang yang menyaksikan nya menutup mata mereka, mereka tak bisa apa-apa. Lagi pula salah Charles sendiri yang mengkhianati sang bos.

" Buka mata kalian!! ". Teriak Lyza, sontak mereka semua membuka matanya.

Tak puas sampai di situ, Lyza kembali menghampiri Charles yang terlihat pucat. Ia menjambak rambut Charles kebelakang. " Lihat wajah mu! Hei Charles kau sungguh menyedihkan ".

Sreekk....

Lyza kembali memotong kaki kanan Charles. Membuat Charles berteriak kesakitan.

" Saat tangan kanan mu hilang, maka kaki kanan mu juga harus hilang kan ". Tersenyum smirk.

" Ahhhhhhhhhhhhkkkk ".

" Yah berteriak lah... Teriakan mu sangat menjijikkan ". Tersenyum puas.

" Kalian semua!! Jika ada yang ingin mengikuti langkah Charles, langsung maju! Akan ku buat kau lebih dari Charles ". Semua orang yang ada di situ bergeming. Tak ada yang berani bergerak sedikitpun.

" Bagus ". Kata Lyza sembari mengambil sapu tangannya dan membersihkan tangan dan bajunya yang terkena cipratan darah. Setelah itu sapu tangan tersebut langsung ia buang.

" Sean! Introgasi pria ini dan laporkan pada ku. Setelah itu lakukan sesuka mu ". Ucapnya dan pergi dari sana.

" Baik bos ". Sean sangat bersemangat dengan perintah Lyza. Sedangkan Zean hanya mengikuti langkah Lyza.

TBC

jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya.

semoga kali ini berkah dan rame. Aamiin

Interogasi

Lyza memasuki kamarnya yang ada di markas atau lebih tepatnya markas yang bak mansion tersebut, di ikuti oleh Zean.

Lyza duduk di kursi balkon sembari memandang langit sore. " Zean ". Panggil nya. Yang di panggil pun mengerti dengan apa yang di mau oleh sang bos.

Zean melangkah menghampiri salah satu lemari besar disitu. Ia membukanya dan mengambil satu botol rose wine dan juga gelas. Zean menuangkan rose wine tersebut ke dalam gelas dan menaruhnya di samping meja tempat duduk Lyza.

Lyza mengambil gelas berisi wine tersebut, ia menggoyang-goyangkan nya lalu diminum. " Zean cepat interogasi Charles, jangan sampai Sean membunuhnya lebih dulu ". Kembali menggoyang-goyang gelas berisi wine sembari meminumnya.

" Baik bos ". Zean membungkuk, lalu pergi dari situ. Ia berjalan ke tempat interogasi, dimana Sean menginterogasi Charles.

Sesampainya di sana ia langsung membuka pintu. " Sean kau ini! Lagi-lagi! ". Zean tak heran lagi saat melihat Sean malah menyiksa Charles. Hal tersebut sudah sering terjadi, bahkan terkadang interogasi nya tidak lancar gara-gara Sean yang ingin selalu menyiksa musuhnya.

" Apa lagi yang sedang kau lakukan! ".

Sean berbalik. " Hahah tentu saja menyiksanya ".

" Interogasi nya? ".

" Oh.. tenang saja, sudah aku tanya. Kali ini aku tidak akan membuat kesalahan ". Tersenyum bangga.

" Bagus! Jadi apa yang di katakan nya? ".

" Black Red ". Dua kata keluar dari mulut Sean dan Zean langsung bisa mengetahui apa yang di maksud oleh Sean.

" Benarkah? ". Memperlihatkan wajah tidak percaya

" Hei! Jangan ragukan aku ". Tidak terima dengan raut wajah yang diperlihatkan sang kakak.

" Aku tidak meragukan mu. Minggir! Biar ku tanya langsung dan apa motifnya ". Zean pun berjalan mendekati Charles, yang di pastikan jika memang ia selamat. Dirinya akan cacat seumur hidup. Namun, jika dia selamat!.

Sean memberi ruang untuk Zean menginterogasi Charles. Karena jujur yang di tanyakan Sean tadi saat interogasi hanya siapa dalang dibalik semuanya dan tidak menanyakan motif Kenapa Charles berkhianat. Menurutnya menanyakan motifnya sangat tidak penting karena ujung-ujungnya Charles akan mati juga.

" Angkat kepala mu! ". Ujar Zean dengan wajah dingin.

Dengan susah payah Charles mengangkat kepalanya. " Ke.. ketua ". Lirihnya.

" Dirimu sungguh miris Charles! ". Zean sungguh tak percaya saat ia mengetahui Charles yang berwajah lembut itu yang berkhianat. Salah satu bawahan yang sangat dipercayai Zean.

" Ke.. ketu.. a ma.. maafkan... Sa.. ya.. ". Ucap Charles terbata-bata sembari menunduk.

" Katakan kenapa kau berkhianat?! ". Tidak menghiraukan perkataan maaf dari Charles.

Charles kembali mengangkat kepalanya. " Bla... ck.. Red... men.. janji...kan saya ke.. kehidupan ya.. ng la.. yak dan nor.. mal, na.. namun me... me.. reka mengingkari.. nya ". Ucapnya. Charles tak ingin berurusan lagi dengan yang namanya mafia, dirinya ingin keluar dan menjalani kehidupan normal. Niat baiknya harus gagal karena caranya yang salah.

Setelah mendengar Charles mengatakan hal tersebut, Zean langsung berbalik dan pergi dari situ. Ia tak tahu harus menjawab apa, karena yang di lakukan Charles mempunyai niat baiknya sendiri, Namun caranya yang salah. Seandainya Charles mengatakan hal tersebut terlebih dahulu padanya pasti Zean akan membantunya untuk keluar dari mafia.

" Ck dasar Zean! Aku kira tadi dia ingin mengucapkan salam perpisahan pada anak buahnya ". Desis Sean lalu kembali mendekati Charles.

Sean berjongkok lalu mengangkat kepala Charles agar melihatnya. " Kau bodoh Charles! Seharusnya kau meminta kepada Zean kalau ingin keluar, dia pasti mengizinkan mu keluar. Jangan malah berkhianat dan merelakan nyawamu sendiri hahahaha ". Tertawa di akhir kalimat.

" Hahaha tapi dengan kebodohanmu itu, aku bisa bermain lagi! Hahaha ".

.........

Zean mengetuk pintu kamar Lyza, setelah mendapat sahutan dari dalam Zean pun masuk.

" Permisi bos ".

" Bagaimana? ". Melihat pemandangan di depannya dan tidak melihat Zean. Sembari menggoyang-goyangkan gelas wine di tangannya.

" Black Red! ".

Lyza berhenti menggoyang gelas tersebut. Ia meletakkan nya di meja. Lyza tersenyum miring namun dirinya juga geram. " Rupanya Cuman cecunguk kecil! Berani sekali mereka! ". Geram Lyza. Ia sampai mengepalkan tangannya.

" Apa yang harus kita lakukan bos? ".

Lyza tersenyum licik. " Tentu saja memberikan para pemula kecil itu balasan yang berharga ". Ucapnya penuh penekanan.

" Zean kirim beberapa bawahan pemula mu untuk menyerang markas mereka ".

" Apa bos serius? ". Mengirim bawahan pemula untuk melakukan penyerangan? Apa itu tidak terlalu meremehkan mereka. Pikir Zean.

" Apa kau meragukan keputusan ku? ". Menatap tajam Zean.

Zean menunduk. " Maaf bos. Saya akan mengirim beberapa anak buah saya yang pemula untuk melakukan penyerangan ".

" Bagus ". Kembali melihat langit yang sudah berubah gelap.

" Tenang saja Zean. Palingan para cecunguk kecil itu sedang merayakan kemenangan yang sementara hahahaha ". Lyza sengaja mengatakan nya karena melihat wajah Zean yang masih ragu-ragu.

" Lagi pula bukannya mereka dibawah bimbingan mu sendiri? Pasti mereka sangat hebat seperti pelatih nya ". Lanjut Lyza.

" Baik bos ". Mendengar perkataan sang bos, membuat Zean sedikit luluh. Karena jujur saja di antara mereka bertiga, Zean lah yang masih punya hati dan baik. Walaupun Zean yang paling dingin di antara mereka bertiga.

" Katakan pada bawahan mu agar tidak membunuh bosnya. Simpan untuk aku dan Sean bersenang-senang ". Memandang kedepan seperti menerawang betapa nikmatnya menyiksa musuh-musuh.

" Baik bos ". Helaan nafas Zean keluar dari dalam batinnya. 'lembur lagi nih'.

" Apa kita akan langsung berangkat bos? ".

" Tidak, tunggu Sean bersenang-senang baru kita pergi ".

" Tapi itu akan lama bos ". Yap biasanya Sean cukup lama untuk menyiksa musuh-musuh nya. Karena Sean akan membuat musuhnya tidak berbentuk lagi, barulah ia puas.

" Tidak apa-apa. Sebaiknya kau juga bersenang-senang lah Zean ". Selama ini Lyza tak pernah melihat Zean bersenang-senang. Bahkan Lyza kadang tidak tahu isi pikiran Zean.

" Tidak bos, saya akan menunggu anda disini ". Katanya.

" Terserah kau saja ".

...***...

Setelah sekitar satu jam. Lyza dan Zean pun turun untuk melihat hasil dari penyerangan bawahan Zean yang masih pemula.

Saat melewati ruangan interogasi, Lyza berhenti. " Zean panggil Sean ".

Zean mengangguk, lalu membuka pintu. " Sean apa kau sudah selesai? ". Terlihat Sean sedang duduk di kursi depan sebuah kepala berwarna merah.

" Oh Zean. Aku masih mengulitinya ". Katanya.

" Cik. Cepatlah, bos sudah menunggu. Jangan lupa bersihkan kekacauan mu. Bagian-bagian tubuh itu kasih ke doggy ".

" Baiklah... ". Pasrah Sean. Ia memanggil anak buahnya untuk membersihkan bagian-bagian tubuh yang berada di lantai. Yah kalian tau lah bagian-bagian tubuh siapa itu.

Setelah nya mereka berdua keluar dari ruangan tersebut. Saat salah satu anak buahnya masuk, ia sempat terkejut. " Mengerikan ". Ucapnya saat melihat potong-potong tubuh di lantai berserakan.

" Kasi ke doggy. Harimau putih kok di bilang doggy ". Anak buah tersebut hanya bisa geleng-geleng.

Zean dan Sean terus melangkah, dan rupanya Lyza sudah berada di dalam mobil menunggu mereka sembari bermain ponsel. Twins itu pun masuk dengan Sean yang menyetir sedangkan Zean duduk di samping Sean.

" Maaf terlambat bos ". Ucap serentak kedua orang tersebut.

" Jangan dipikirkan ". Masih betah menatap ponsel. Kemudian Lyza melirik melihat Sean yang pakaian nya berlumur darah. " Bagaimana? Apa kau sudah puas bersenang-senang Sean? ".

" Kalo jujur sebenarnya belum bos ". Nyengir kuda. Memperlihatkan gihi putih nya sembari menjalankan mobil.

" Tenang saja, kita akan pergi bersenang-senang sekarang ".

" Benarkah bos? ". Wajah Sean berbinar. Lyza mengangguk membuat Sean tambah semangat.

" Yess!! ". Ucap Sean senang, tiba-tiba semangat 45 nya keluar.

Tak lama kemudian mereka sampai pada sebuah rumah mewah. Di luar terdapat ada banyak mayat berlumuran darah. Namun tak ada terlihat mayat dari bawahan Zean.

Lyza turun di bukakan oleh Zean. Mereka bertiga pun masuk kedalam melewati mayat-mayat tersebut begitu saja, bahkan terkadang mereka menginjaknya tanpa belas kasih.

" Kau lihat kerja bawahan mu Zean. Jangan meremehkan bawahan mu sendiri ". Ucap Lyza di sela-sela mereka berjalan.

" Baik bos ".

Hingga mereka bertiga sampai di ruang tamu yang kemungkinan besar tempat para black red berpesta, ada banyak botol alkohol di atas meja. Lyza duduk di salah satu sofa tunggal dengan gaya angkuh. Kakinya ia silangkan dengan kaki yang lain.

" Bawa dia kemari ". Titah sang bos.

Dengan cepat salah satu dari bawahan Zean pergi membawa orang yang di maksud Lyza ke hadapan nya.

Tak lama kemudian dia kembali dengan seorang pria berisi, nampak di wajah nya penuh memar biru beserta ungu. Untung merah kuning hijau tidak ada, kalau ada sudah jadi pelangi dia.

Pria berisi itu Terkejut saat melihat Lyza duduk Sombong di sofa. Wajahnya memucat, keringat dingin mulai jatuh. Lyza yang melihat kegugupan pria tersebut tersenyum miring.

" Selamat malam Babi. Ups maksudnya Denis ". Terdengar sengaja mengatakan nya.

" Se.. selamat malam no.. nona ". Denis masih berdiri, sampai laki-laki yang tadi membawanya menekan tubuh Denis agar berlutut.

" Nona? Apa aku tidak salah dengar! Kau masih menganggap aku sebagai nona?! ". Suaranya dingin. Sedingin kutub.

" I.. iya.. no..___ ".

" Oh.. jadi apa maksudmu dengan menyuruh Charles untuk berkhianat. Dasar babi tak tau diri! Ingat! Siapa yang membantu mu mempertahankan black red kalau bukan aku! ". Denis menelan salivahnya susah-susah. Keningnya tambah berkeringat. Ia tidak bisa berkata-kata lagi.

" Katakan... Siapa orang yang mendukung mu di balik layar ". Ucapnya penuh penekanan.

'wah.. bos Memang hebat. Dia bisa tau kalau ada orang lain di balik ini semua'. Batin Sean.

Glekk...

Denis terdiam. Lalu ia mengangkat wajah berlapis-lapis itu. Dengan tak tahu malunya ia tersenyum licik. " Langga ". Ucap Denis.

Brak..

" Ahhkk ".

Lyza menendang meja yang ada didepannya sampai mengenai tubuh Denis. Lyza berdiri, hawa di sekitarnya semakin dingin. Ia melangkah mendekati Denis yang terkapar dengan darah di keningnya akibat benturan meja tadi. " Katakan sekali lagi! ". Suaranya tambah dingin nan menusuk.

Wajah Denis berubah menjadi pias. Sekarang dirinya benar-benar membangkitkan singa betina yang seharusnya jangan di ganggu.

" Hei.. mana keberanian mu tadi ". Pelan namun penuh penekanan.

Glekk.. " La.. Langga ".

" Hahahaha... ". Lyza tertawa sekencang-kencangnya, namun sangat mengerikan di telinga orang-orang yang ada disitu.

Plak... Satu tamparan berhasil ia layangkan di wajah Denis.

Lyza mengambil pistolnya dan Dor... Dor.. dua peluru berhasil bersarang di lengan kanan dan kiri Denis.

" Ahhhhhhhhhhhhkkkk ".

Sekali lagi Lyza berniat ingin menembak Denis tepat di jantung nya. Namun langsung ditahan oleh Zean dan Sean.

" Bos tidak perlu mengotori tangan bos dengan membunuh pria tua ini. Serahkan saja pada Sean ". Zean menjelaskan saat melihat tatapan tanya dari Lyza. Namun, nama Sean lah yang ia bawa.

" Iya bos biar saya saja ". Jawab Sean. 'nama aku lagi yang dibawa-bawa. Biarlah hitung-hitung sebagai hadiah hihihi'.

Lyza kembali melihat Denis yang kedua lengannya sudah dipenuhi darah segar.

Dengan wajah datar nan dingin, Lyza berbalik. " Sean, babi tak tau malu itu untuk mu ".

" Yes.. baik bos ". Tampak Sean kegirangan, namun tidak dengan Denis yang wajah nya seketika tambah pucat, bahkan untuk bernafas ia sudah tidak sanggup.

" Zean hilangkan semua jejak yang tertinggal ".

" Baik bos ".

" Aku mau pergi dulu. Setelah selesai kalian bisa datang ke tempat biasa ". Ujar nya.

" Baik bos ". Jawab serentak kedua twins Zean dan Sean.

Lyza pun pergi ke tempat ia selalu melampiaskan hasrat nya. Kini ia benar-benar kesal. Mendengar nama pria itu saja sudah membuat darahnya mendidih.

TBC

jangan lupa tinggalkan jejak kalian. like, komen dan votenya

Ustadz Tampan

Lyza melajukan mobilnya menuju ke suatu tempat. Di iringi dengan mobil penjagaan dari belakang mobil yang di kendarai.

Shitt...

" Sialan! Mau apa sebenarnya bocah ingusan itu ". Memukul stir.

" Apa karena wanita tua itu!?. Sialan!!! ". Lagi dan lagi Lyza mengumpat.

" Apa mau mereka sebenarnya!!! Aku sudah pergi tapi mereka tetap mengganggu ku! Aku sudah berbaik hati melepaskan mereka!! ".

Lyza tersenyum licik. " Apa mereka ingin bermain dengan ku ".

Di dalam perjalanan itu, Lyza sungguh tak henti-hentinya mengumpat. Baik itu seorang wanita maupun pria.

Hingga tak terasa mobil sampai di sebuah tempat yang bertuliskan. Club xxx, tempat ia menghabiskan waktu selain di markas atau mansion. Lyza turun, lalu masuk kedalam.

Saat baru masuk, rupanya sudah ada seorang wanita yang lumayan cantik namun terlihat ia memang sudah tidak muda. Suara musik terdengar dari segala penjuru, orang-orang berjoget bahkan ada yang saling bercumbu. Tempat kotor yang sangat disukai Lyza.

" Selamat malam nona Lyza ". Menyambut dengan senyuman terbaik. Seorang langganan datang, tentu harus di sambut dengan baik.

" malam. Bagaimana? Apa sudah madam Choo persiapkan? ".

Madam Choo tersenyum penuh arti. " Tenang saja nona semuanya sudah beres, silahkan anda ketempat biasa ".

Lyza tersenyum penuh arti juga. Tanpa basa-basi ia pun melangkah ke ruangan VVIP dimana tempat yang selalu ia tempati jika ke club xxx tersebut.

Saat sudah sampai Lyza membuka pintu. Senyuman manisnya pun mengembang saat melihat wanita-wanita seksi di depannya. Wanita-wanita yang berbeda setiap ia datang ke tempat tersebut.

Awalnya para wanita malam disitu takut dan merasa jijik saat disuruh menggoda dan melakukan hubungan badan dengan seorang lesbi atau wanita penyuka sesama jenis, namun saat melihat Lyza masuk dengan gaya angkuh nan sombong, serta wajah yang sangat cantik dan pasti itu sangat menggoda, membuat para wanita malam itu sangat bahagia bahkan mereka yang ingin langsung menyerang Lyza.

Lyza duduk di tengah-tengah wanita malam tersebut. Para wanita malam itu langsung bergelayut manja di tubuh Lyza dan Lyza suka hal tersebut. " Ambilkan aku wine ". Titah Lyza.

Salah satu dari mereka menuangkan white wine ke dalam gelas dan memberikan nya pada Lyza. Lyza menerima gelas tersebut dan langsung mencium wanita yang memberikan nya wine tersebut.

" Ihhhh kok dia duluan sih nona, kan aku juga mau~ ".

" Iya kami juga mau~ ".

" Hahah tenang sayang-sayang... Jangan marah kalian semua kesayangan ku ". Ucap Lyza penuh bangga dengan senyum kepuasan. Sebenarnya hal yang dikatakan nya hanya sebuah kedustaan, ia akan mengajak salah satu dari mereka berhubungan zina lalu meninggalkan nya dengan memberikan chek dan tak akan pernah lagi menyewa para wanita yang ada di dalam situ sekarang.

Lyza kembali mencumbui wanita yang ada di samping kanan dia. Wanita di samping Lyza mengecup tengkuk Lyza. Sungguh Lyza bagaikam Casanova versi wanita.

Tak lama kemudian, Lyza mengajak salah satu dari mereka untuk berhubungan terlarang di sebuah kamar yang memang sudah di persiapkan. Memang hubungan tersebut tidak akan mengambil keperawanan seorang wanita, tapi dosa yang di terima lebih besar di banding saat berzina dengan lawan jenis.

.........

Sean dan Zean masuk kedalam club xxx setelah selesai mengurusi masalah. Seperti saat Lyza masuk, madam Choo menyambut kedatangan mereka.

" Tuan Zean, tuan Sean silahkan. Apa kalian mencari nona Lyza ".

" Yap. Nyonya Lyza kemana madam? ". Sean membuka suara. Ia celingak-celingukan mencari Lyza. Namun yang terlihat hanya orang-orang yang pasti datang hanya untuk kesenangan dan menghamburkan uang. Baik itu uang sendiri maupun uang orang tuanya.

" Palingan Nyonya ada di tempat biasa ". Makhluk yang mirip dengan Sean menjawab.

" Benar juga yah. Kalo gitu ayo kita bersenang-senang Zean ". Menarik tangan Zean dan meninggalkan madam Choo. Mereka berdua menuju ke bar didalam club xxx tersebut.

" White wine ". Seru Sean kepada bartender, saat mereka berdua sudah duduk di bar tersebut.

Bartender cantik tersebut pun mulai meracik wine pesanan Sean dan Zean, setelah wine tersebut jadi, bertender itu pun menyorong dua gelas ke dua pria tampan di depannya.

Sean dan Zean meneguk wine nya. " Zean apa kau tidak tidak ingin bersenang-senang? ".

" Bersenang-senang? Maksud mu? ". Menaruh kembali gelas wine tersebut ke atas meja.

Sean tersenyum penuh arti. " Tuh ". Menunjuk para kumpulan kupu-kupu malam menggunakan dagunya.

Zean mengikuti arah tunjuk Sean. Wajahnya langsung berubah dingin. " Kau tau bagaimana aku kan! ".

" Hehehe iya juga yah ". Menggaruk kepalanya yang tak gatal. Yap twins tampan tersebut tidak menyukai bermain dengan wanita-wanita sembarang. Kenapa? Karena mereka mempunyai wanita yang memang harus dijaga, dan siapa lagi kalau bukan Lyza. Walaupun mereka tak percaya tuhan, namun mereka tetap percaya akan adanya karma.

Zean hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya.

.........

Kita flash beberapa jam terlebih dahulu, namun di sisi yang berbeda

Seorang pria tampan keluar dari dalam masjid dengan menggunakan baju kokoh dan peci di kepalanya. Senyuman ramah tak luput dari bibirnya. Mata nya yang tajam, namun mempunyai tatapan yang sendu, mampu menghipnotis orang-orang yang melihat dia agar bisa berdekatan dengannya.

Jam menunjukkan pukul 19.50

" Wah... Ustadz Ahmad tampan bangat ".

" Tidak diragukan lagi calon imam ku ".

" Ah.. meleleh aku melihat senyumannya ".

Sahut-sahut terdengar dari mulut kaum hawa yang keluar dari masjid, mereka tak melihat pria tersebut, namun mereka melihatnya saat memberikan ceramah saat setelah sholat Maghrib dan di lanjuti dengan sholat isya.

" Assalamualaikum ustadz Ahmad ". Seorang pria paruh baya menghampiri ustadz Ahmad.

" Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatu ". Jawab ustadz Ahmad dengan senyuman ramah.

" Apa ustadz ada waktu? ". Tanya pria paruh baya tersebut.

" Hmm ". Ustadz Ahmad terlihat berfikir. " Kalau boleh saya tau, ada apa yah pak Toso? ". Tanya nya, seperti nya ustadz Ahmad sedang sibuk.

" Mm bergini ustadz, saya mau undang pak ustadz makan malam di rumah saya, bagaimana? ". Pak Toso mengutarakan niatnya. 'sekalian mau ngenalin anak gadis ku'. Wah punya maksud tersembunyi.

Ustadz Ahmad tersenyum menanggapi nya. " Maaf yah pak Toso, bukannya saya mau menolak rezeki tapi saya ada urusan setelah ini. Sekali lagi maaf ". Tolak ustadz Ahmad dengan lembut.

" Iya tidak apa-apa. Lain kali saja ". Wajah Pak Toso nampak kecewa.

" In Syaa Allah. Kalau begitu saya permisi yah pak. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu ".

" iya, Wa'alaikum salam ". Setelah mendapat jawaban, Ustadz Ahmad pun pergi dari situ. Sepanjang jalan ia menjadi pusat perhatian, apalagi bagi kaum hawa. Ustadz Ahmad hanya tersenyum ramah menanggapi.

Sesampainya ia di sebuah mobil mewah. " Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu ". Salam ustadz Ahmad kepada seorang pria yang sedang membukakan pintu mobil untuknya.

" Wa'alaikum salam. Kok lama Ares? ".

" Biasalah... Udah ayo masuk, nanti aku katakan didalam mobil ". Pria tersebut menangguk dan masuk ke dalam mobil di belakang stir.

Sedangkan ustadz Ahmad atau yang biasa di panggil Ares duduk di samping tempat duduk kemudi. Ia tidak duduk di kursi belakang, tempat pria tersebut membukakan pintu untuknya.

Pria tersebut pun melajukan mobil menuju ke tempat tujuan. Di dalam perjalanan, pria itu melirik melihat Ares yang sedang fokus dengan ponselnya.

'haiss udah aku buka pintu bagian belakang, ini malah duduk di depan'.

" Ehem... Ares bisa tolong di jelaskan tadi, kenapa bisa lama? ". Pria tersebut membuka suara. Dia adalah Abdullah Egi Melgiansyah, asisten pribadi dari Ares. Serta teman masa kecil Ares. Mereka berdua sama-sama sudah akrab dari dulu, namun saat berbicara berdua tetap sopan agar tidak menyakiti satu sama lain.

Ares yang mendengar suara pria itu, langsung menaruh ponselnya di dashboard mobil. Ia tersenyum. " Tadi pak Toso ngajak aku ngobrol sebentar ". Tutur nya.

" Yakin cuman itu? ". Dan di angguki oleh Ares.

" Lagian tadi kamu yang kecepatan keluar nya Egi ".

" Heheh sorry aku ingin cepat-cepat menyiapkan mobil, aku kan asisten yang harus selalu siaga. Kalo tidak nanti kena marah lagi ".

Ares geleng-geleng mendengar perkataan Egi. " Mana mungkin aku marah, berlama-lama lah berdoa jangan langsung pergi begitu saja ".

" Siap pak ". Jawab Egi dengan gaya hormat.

" Oh yah pak, tentang masalah di kantor ".

" Tidak apa-apa. In Syaa Allah ada jalan keluarnya ". Ujar Ares dengan wajah santainya. Yap walaupun jarang orang yang tahu sebenarnya Ares atau biasa orang-orang mengenalnya dengan sebutan ustadz Ahmad adalah seorang CEO di perusahaan yang sangat besar. Perusahaan yang di segani dan ditakuti oleh orang-orang, bahkan dunia gelap pun takut.

Muhammad Antares Warrent, atau biasa di panggil Ares saat bersama dengan keluarganya dan Ahmad saat ia sedang berceramah di masjid atau tempat-tempat lainnya. Perusahaan W Corp Memang tidak pernah mempublikasikan wajah CEO Nya kecuali pada karyawan yang bekerja di Perusahaan. Bukan karena apa, namun untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

Mereka terus mengobrol hingga tak terasa mobil yang di kemudikan Egi sampai di halaman mansion yang sangat besar.

Mereka berdua pun turun, saat mobil sudah berhenti tepat di depan pintu mansion mewah tersebut. Kedua pria tampan itu masuk kedalam mansion.

" Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu ". Salam kedua pria tersebut.

" Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatu ". Jawab seorang pria paruh baya memakai baju kokoh beserta dengan sarung kotak-kotaknya, dan peci yang bertengger di kepalanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu dengan koran di tangan.

Ares dan Egi menyalami tangan kanan pria tersebut. " Ada apa ayah, panggil Ares? ". Yah dia adalah ayah Ares. Abdullah Anggara Warrent namanya.

" Nanti saja. Ayo kita makan malam dulu. Egi kamu juga ikut yah ".

" Baik om ". Mereka pun pergi ke meja makan untuk makan malam bersama.

Rupanya di ruang makan sudah ada seorang wanita paruh baya memakai kerudung panjang dan seorang wanita yang juga memakai kerudung panjang disertai dengan cadarnya.

Wanita bercadar itu bernama Azzahra Akifa Warrent atau biasa di panggil Ara adik dari Ares. Masih duduk di bangku kuliah, berusia 22 tahun. Berbeda 6 tahun dari Ares.

" Ayo.. ayo kita makan sama-sama, Egi juga yah ". Sahut ibu Ares yang bernama karlina maharaja.

" Siap tante ". Jawab Egi dengan semangat 45.

Mereka pun mulai makan dengan di awali berdoa yang dipimpin ayah Angga. Saat makan tidak ada yang bersuara hanya dentingan sendok yang berbunyi.

Setelah selesai makan malam, kelima orang itu memilih duduk di ruang keluarga. Ayah, ibu dan Ara duduk di satu sofa panjang, sedangkan Ares dan Egi duduk di seberang nya berdua.

" Jadi, kenapa ayah panggil Ares? Katanya ada yang penting ". Ares membuka suara.

Ara Menyodorkan sebuah foto ke atas meja. Dengan kebingungan Ares mengambil foto tersebut yang terlihat sudah lama. Fotonya yang berwarna abu-abu tanpa warna, dan ada bagian sobekan kecil di bagian bawah foto.

" Ini kan foto kakek buyut dan di sebelah nya? ".

" Kakek Wilsen sahabat kakek buyut mu ". Timpal ayah.

" Memangnya kenapa dengan foto ini? ". Egi ikut memperhatikan foto tersebut.

Ibu Menyodorkan sebuah foto. Lagi-lagi dengan wajah kebingungan, Ares menerima foto tersebut. Seorang gadis cantik yang mungkin berusia sekitar lima tahun terlihat di foto tersebut. " Ada apa dengan gadis ini? ".

" Foto gadis itu di ambil sekitar 18 tahun lalu. Sekarang ia sudah jadi wanita yang cantik ". Ujar ayah Angga.

" Hubungan nya Ares sama gadis ini apa? ". Ares masih tidak mengerti dengan maksud kedua orangtuanya.

" Menikah lah dengan gadis itu ". Ayah Angga akhirnya mengatakan maksudnya.

TBC

jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like, komen dan votenya 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!