"Pal pale, pal pale. Pale pal, pale-pale."
Salah satu lagu tiktok yang familiar terdengar di sebuah ruangan. Tampak Nur Amalina Mayasari dengan akun tiktoknya @Amaline_Maysa tengah berjoget sambil menggerakkan badan, tangan, serta pinggulnya yang besar.
Gadis berusia 19 tahun itu mengenakan baju dan celana press body yang memperlihatkan bentuk seksi tubuhnya. Usai berjoget ia segera mengedit kontras video tersebut, lalu meng-upload ke laman tiktok miliknya.
Dalam waktu sekejap video itu masuk beranda for your page atau FYP dan meraih ratusan ribu viewers maupun like. Juga di share lebih dari sepuluh ribu kali oleh penonton.
"Yeay, asik. FYP dong."
Ia berteriak sambil meloncat kegirangan. Tanpa sadar ia menginjak panci yang semalam di letakkan di lantai, untuk menampung air hujan akibat ganteng bocor.
"Dempraaang."
Air didalam panci tersebut tumpah.
"Mayaaa."
Sebuah teriakan membahana diiringi langkah super cepat tiba dikamar gadis itu.
"Apa lagi yang lu buat May?"
Sang ibu datang dengan membawa sapu ijuk. Bersiap untuk membasmi sang anak.
"Ini kenapa tumpah dan basah semua kayak begini?"
"Keinjek bu, yaelah namanya juga kagak sengaja." seloroh Maya.
"Makanya jangan main tiktok mulu lu. Ini lagi baju udah kayak bungkus dalem sosis. Ngepres banget, mana transparan lagi."
Ibu Maya menarik baju putrinya itu dan Maya pun menghindar.
"Lu goyang di tiktok tampilan lu begini?" tanya ibunya dengan nada berteriak.
"Ya iya, emang kenapa sih?. Yang lebih seksi dari ini juga banyak bu." ucap Maya membela diri.
"Ya ampun Maya, bener-bener lu ya. Kayak nggak dididik orang tua tau nggak."
Ibu Maya berkata sambil mengelus dada dan menggelengkan kepalanya.
"Dosa ape gue punya anak kayak lu." lanjut wanita itu lagi.
"Bu, Maya tuh lagi mau bikin bangga ibu. Nih liat nih sejak seminggu terakhir Maya tuh FYP terus. Bentar lagi viral dan bakal di udang ke tipi-tipi. Nanti kita banyak duit terus pindah dari kontrakan reyot ini."
"Lu bener-bener ya." Ibunya masih mengelus dada.
"Elu kalau mau bikin emak lu bangga itu apa kek. Cari beasiswa kek, biar bisa kuliah gitu. Perbanyak ibadah biar orang tua masuk surga. Malah goyang tiktok, pake baju begini lagi."
"Namanya juga usaha, bu. Emang ibu mau hidup miskin terus?.
"Biar kata kita miskin, nggak harus sampai segininya juga kali. Sampe rela joget-joget pake saringan teh begini."
"Terus harus gimana?. Pasrah doang gitu?"
"Eh elu ngelawan ya lama-lama."
Ibu Maya mulai mengayunkan sapu ijuk yang ia bawa. Detik berikutnya Maya pun menghindar, lalu terjadilah kejar-kejaran antar ibu dan anak yang heboh tersebut.
"Anak kurang ajar lu ya, May. udah dididik bener-bener lu dari kecil."
Ibu Maya mengejar anaknya itu keliling rumah.
"Pokoknya ibu nggak bisa menghalangi Maya, Maya sudah lewat 17 tahun. Maya berhak menentukan jalan hidup dan karir Maya sendiri."
"Karir lagu lu. Sekolah aja SMA baru kelar setahun kemaren, ngomongin karir. Karir tuh ngelamar kerja kantoran sono. Minimal jadi pegawai minimarket kek lu."
Ibu Maya terus mengejar anaknya itu dengan sapu. Hingga Maya pun terpaksa menyelamatkan diri ke warung mpok Munah, dimana ibunya masih memiliki hutang yang cukup banyak disana.
"Mpok, mpok. Tolongin aye mpok." ujar Maya sambil lari tunggang-langgang dan masuk ke dalam warung mpok Munah.
"Kenape lu May?. Dikejar nyak lu lagi?"
Mpok Munah menilik ke luar. Ibu Maya sudah tak terlihat, sebab takut ditagih hutang minyak goreng dan telur oleh mpok Munah.
Mpok Munah sendiri walaupun cerewet, tapi dia tidak pernah mengaitkan hutang seseorang dengan ikut membenci keluarga si pengutang.
Ia tetap mau menolong Maya meski ibu Maya memiliki hutang yang tak habis-habis, dan kadang membuat mpok Munah jadi ingin murka.
"Iye mpok, nyak aye marah mulu ngeliat aye main tiktok. Padahal pan aye usaha, buat bakal bayar utang di mari juga."
"Nyak lu mah kagak mendukung anak. Si Salim noh anak Mpok, Udeh mulai dibayar itu sama YouTube. Kontennye die nyang mukbang asemer."
"A.S.M.R mpok."
Maya membenarkan ucapan mpok Munah.
"Oh, mpok kira bacanye asemer." jawab mpok Munah lagi."
Maya duduk dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia lalu merogoh kantong dan mengeluarkan uang sebesar 5000 rupiah.
"Es teh poci, mpok." ujar Maya kemudian.
Mpok Munah pun lalu mengambil satu cup plastik, mengisinya dengan es batu dan gula cair atau fruktosa. Lalu menambahnya dengan air teh. Kemudian cup berisi teh itu dimasukkan ke dalam mesin hot seal dan di tutup.
"Nih."
Mpok Munah memberikan es teh tersebut pada Maya. Maya mengambil sedotan lalu menyedot es teh itu hingga beberapa kali.
"Lu kalau mau bikin konten disini aje nih, di rumah mpok. Si Salim kan udeh punya ruangan sendiri bakal buat mukbang. Udeh di tempel-tempelin stiker aesthetic." tukas Mpok Munah.
Maya hampir tersedak mendengar jika perempuan itu tau soal kata aesthetic.
"Nyak lu kan kagak berani di mari. Masih ada utang sama mpok." ujar mpok Munah lagi.
"Si Salim-nya ngizinin nggak tapi?. Ntar dia nggak suka lagi ada aye."
"Kagak, Salim mah kagak gitu anaknya baek. Ntar mpok ngomong ke dia deh."
"Ya udeh kalau gitu, makasih ye mpok." ucap Maya pada mpok Munah.
"Iye, santai aje kalau sama mpok mah." jawab mpok Munah kemudian.
Maya lanjut minum, nafasnya yang tersengal kini sudah mulai mereda. Notifikasi tiktok gadis yang sejatinya cantik itu, kini masuk bertubi-tubi.
"Bunda, punya gocap nggak?"
Sebuah pesan singkat masuk di laman WhatsApp milik Maya bersamaan dengan notifikasi tiktok. Itu adalah pesan yang dikirim oleh Martin, kekasihnya yang merupakan AMS. Yakni anak motor setempat.
Maya diam sejenak. Ia akhir-akhir ini lebih sering menabung uang jajan pemberian ibu maupun ayah tirinya yang bekerja sebagai ojek online. Ia masih diberi jajan harian meski telah lulus SMA dan masih menganggur. Karena belum menemukan lowongan pekerjaan yang pas.
Dari hasil tabungan itu ia mulai membeli lighting, backdrop murah, makeup, dan segala keperluan untuk membuat konten lainnya. Tapi Martin juga selalu minta kepadanya, dan ia tak tega untuk mengatakan jika ia tidak mempunyai uang. Ia sangat sayang pada kekasihnya itu, meskipun bentuknya hanyalah sejumput benalu.
"Ada yah, kesini aja. Bunda lagi di warung mpok Munah." ujar Maya.
Maka tak lama kemudian Martin pun datang. Dengan motor jambrongnya yang dipasang knalpot racing, hasil ngutang ke bengkel langganan.
Ia menggeber-geber motor di muka warung. Jika bukan memandang Maya, pastilah mpok Munah sudah menyiram Martin dengan minyak panas bekas menggoreng bakwan.
"Hai bunda."
Martin duduk di dekat Maya, dengan gaya sok kerennya. Mungkin dalam hati ia merasa dirinya mirip Jeffri Nichol.
"Bunda." Mpok Munah meledek perkataan pemuda itu.
"Lagu lu Martin, Martin." lanjutnya lagi.
"Hehehe, si mpok." Martin cengengesan.
"Oh ya bund, mana?"
Martin langsung to the poin. Maya merogoh kantong dan memberikan uang sebesar lima puluh ribu rupiah pada pacarnya itu.
"Ayah mau es teh manis sekalian?" tanya nya kemudian.
"Mau dong." ujar Martin dengan tak ada malunya.
"Mpok, es teh manis dong mpok." ujar Martin. Maka mpok Munah pun membuatkan satu cup untuk Martin.
Usai mendapatkan es teh manisnya. Martin mengambil plastik lalu mewadahi gorengan sebanyak lima belas biji.
"Buat temen-temen di tongkrongan ya bund." ujarnya.
"Iya ayah, bawa aja." jawab Maya.
"I love you, bunda." ujar Martin seraya beranjak.
"I love you too, yah."
Keduanya saling bertukar finger heart. Membuat mpok Munah benar-benar ingin melempar keduanya dengan cobek.
***
Martin berlalu, Maya masih di warung tersebut dan membayar semuanya.
"Lu rajin amat sih May ngasih duit dan jajanin si Martin. Nyak-babe lu aja susah, utang nyak lu banyak. Ngapain lu ngempanin cowok pengangguran model begitu. Menang gaya sama motor doang. Mukanye juga kagak cakep-cakep amat, kayak jamet begitu."
Mpok Munah mulai bersuara pada Maya pasca kepergian Martin.
"Namanya juga sayang, mpok. Ntar kalau udah nikah dan punya anak pasti berubah dia." Maya membela Martin.
"Eh, Maya gue kasih tau elu ya. Cowok kalau udah dari muda suka minta-minta sama cewek, males kerja, nongkrong doang bisanya. Pas udah nikah juga kagak bakal jauh-jauh, pasti begitu lagi. Elu nanti yang susah nyari nafkah. Ngidupin anak, ngempanin laki."
"Ya abis udah cinta, mpok. Mau gimana coba?"
"May, mpok kasih tau ye. Cinta ame goblok, itu beda tipis. Geser dikit, robek." ujar mpok Munah kemudian.
***
"Monica please, jangan tinggalin aku. Aku janji dalam waktu beberapa bulan ini, aku akan memperbaiki keuangan kita. Aku mau selamanya sama kamu, aku mau kita punya anak."
Pria bernama Jordan Alexander Miller itu memohon pada sang istri, yang tiba-tiba saja berucap ingin bercerai darinya. Setelah ia mengalami kebangkrutan yang membuat mereka benar-benar jatuh terpuruk.
"Sekarang aku tanya, apa bisa kamu mengembalikan semua harta kamu yang udah di sita bank dalam waktu satu bulan?. Rumah, mobil, aset-aset sudah disita semuanya. Sisa apartemen kecil dan sumpek ini lagi." tukas Monica.
Padahal apartemen kecil dan sumpek yang ia maksud masih jauh lebih bagus ketimbang apartemen rakyat seharga 150-300 juta.
Apartemen ini ada di range harga 800 juta-an. Tetapi karena Monica sudah terbiasa hidup mewah di rumah seharga puluhan milyar, ia menganggap semua ini tak lebih dari sekedar gudang kecil.
"Aku mohon, Monica. Aku nggak pernah ngajak kamu hidup susah selama ini. Tolong jangan tinggalkan aku disaat aku sedang seperti ini. Aku benar-benar butuh kamu."
Xander begitu mengemis pada istrinya itu.
"Nggak, aku nggak bisa hidup susah. Apa kata teman-teman sosialita aku nanti, karena semua mobil kamu udah terjual. Sisa mobil rakyat jelata yang dipake sejuta umat itu doang. Aku malu naik mobil itu."
Xander tertunduk dalam, semua ini karena kebodohannya yang terlalu percaya pada sahabatnya sendiri. Sehingga perusahaan bisa berpindah tangan dan semua hutang di limpahkan atas nama pribadi Xander.
"Please!" ujarnya sekali lagi.
Nadanya begitu menghiba. Namun Monica tak peduli dan malah menyeret kopernya untuk segera keluar dari pintu apartemen.
"Gugatan cerai sudah aku layangkan." ujar wanita itu sambil berjalan dan tanpa pernah menoleh lagi ke belakang.
Sejak saat itu dunia Xander hancur. Padahal tujuh tahun lalu ia merupakan seorang aktor yang sangat terkenal. Banyak membintangi film baik yang berskala nasional maupun internasional.
Namun setelah sang ayah memutuskan pensiun dari perusahan, dan pindah sebuah kota kecil di tanah kelahirannya di Swiss. Xander pun otomatis memegang tampuk kepemimpinan di perusahaan milik sang ayah tersebut.
Xander mulai keteteran dan harus memilih antara dunia kerja atau dunia entertainment. Sebab saat itu tak mungkin keduanya dijalani secara bersamaan. Xander tak punya banyak waktu untuk melakukan hal tersebut.
Akhirnya ia lebih menitikberatkan pada pekerjaan. Lagipula perusahaan ini merupakan warisan yang harus ia jaga dan ia kembangkan dengan baik.
Xander pun sukses di bidang itu. Meski beberapa pekerja lama yang pernah bernaung di bawah ayahnya sempat mengunderestimate Xander, dan menganggapnya sebagai aktor yang tak mungkin bisa menjadi pemimpin perusahaan.
Namun pada akhirnya Xander membuktikan semua itu hanya dalam tempo satu tahun saja. Ia dan perusahan meraih sukses besar kala itu.
Berselang empat tahun kemudian ia pun menikah dengan Monica, perempuan yang ia temui di sebuah pesta kelas atas.
Kala itu seluruh penggemar Xander sangat menyayangkan dan kecewa dengan pernikahan aktor tampan tersebut. Sebab mereka sangat fanatik dalam mengidolakan Xander.
Namun Xander mantap memilih Monica yang berperawakan seperti model tersebut. Pernikahan berlangsung meriah, ayahnya sempat datang dan memberi restu pada Xander.
Mereka hidup bahagia. Monica di manjakan bak ratu dengan kehidupan yang super mewah. Sampai kemudian Xander mencapai titik dimana ia kehilangan segalanya.
Adalah Gilbert Marvelino, sang teman baik yang menghancurkan Xander. Dengan segala tipu muslihat dan perjanjian kerjasama palsu serta segala trik licik. Xander akhirnya tumbang dibuat oleh orang yang ia anggap sebagai saudara tersebut.
Xander benar-benar down dan terpuruk. Bahkan setelah kepergian Monica ia mencoba mengakhiri hidup dengan meminum obat tidur belasan tablet.
Beruntung ia diselamatkan oleh teman sekaligus managernya, Nikolas Prawira. Nik begitu ia dipanggil menemukan Xander telah jatuh tak sadarkan diri dengan mulut yang berbusa di apartemen miliknya.
Nik membawa Xander ke rumah sakit terdekat, dan tak ada satu wartawan pun yang mengetahui hal tersebut. Karena setelah pernikahannya dengan Monica, ia benar-benar menghilang dari layar kaca.
Sehingga baik wartawan maupun publik seakan lupa dengan kebesaran dan ketenaran yang pernah ia bangun.
Lima hari Xander tak sadarkan diri, dan itu cukup membuat Nik menjadi begitu khawatir. Bahkan setiap saat ia sangat jarang beranjak dari sisi Xander.
Untuk makan saja ia harus diingatkan oleh anggota keluarganya terlebih dahulu. Saking ia tak ingin jika terjadi apa-apa pada Xander dan ia tak ada di tempat.
Xander kemudian sadar dan marah pada Nik. Ia mengatakan harusnya ia tak usah diselamatkan. Sebab ia sudah tak lagi memiliki semangat hidup.
Xander kembali ingin menjadi malaikat maut atas tubuhnya sendiri. Nik yang emosi kemudian memukul wajah Xander.
"Lo pikir dengan lo mati, Monica akan menyesal di kuburan lo gitu?"
Nik berteriak di wajah Xander kala itu.
"Kalaupun dia nyesel dan nangis, paling lama seminggu. Gue jamin itu. Liat lo hidup aja dia nggak kasihan, apalagi lo mati. Makin bebas dia ngapain aja di dunia ini."
Nik benar-benar naik pitam dan sangat berapi-api. Sementara Xander terdiam menatap managernya itu.
"Lo harus bangkit, lo mesti tunjukan sama dia kalau dia sangat salah meninggalkan lo. Lo bisa dapat yang jauh di atas dia."
Xander makin diam, kini ia menjatuhkan pandangannya ke bawah.
"Lo terpuruk, tapi lo masih punya beberapa aset kan?. Lo nggak miskin kayak pemeran sinetron azab ikan terbang. Yang kalau miskin sampe baju pun bolong-bolong, sampai jadi gembel." ujar Nik.
"Lo miskin, jatuhnya di apartemen seharga 800 jutaan. Hutang yang dibuat oleh si brengsek Gilbert itu sisa sedikit lagi. Karena lo udah membayar semuanya pake aset yang udah lo jual. Lo masih punya mobil walau cuma mobil seharga 200 jutaan. Lo coba pikir deh, masalah lo itu nggak buruk-buruk banget. Ngapain pake acara mau mati segala?"
Pikiran Xander yang tadinya berkabut, lalu berangsur seperti menemukan udara kembali yang sempat menipis. Memang kadang kita sebagai manusia, otak kita lah yang sejatinya melebih-lebihkan masalah. Padahal kadang masalah itu tak sebesar yang kita pikirkan.
"Gue ada disini, lo bisa mulai dari awal lagi. Bokap lo nggak tau kalau perusahannya saat ini sudah dikuasai orang lain. Tapi gue yakin lo masih bisa membangun semuanya dari nol lagi."
Nik meyakinkan Xander. Akhirnya sejak hari itu Xander tak lagi berniat untuk mengakhiri hidupnya. Meski kini sudah setahun berlalu, dan meski semuanya belum kembali seperti sediakala. Namun setidaknya Xander sudah bangkit dan mulai menapaki jalannya kembali.
Ia kini tengah berjuang merintis semuanya dari awal. Seperti yang dikatakan Nik, selagi mampu berjuang maka jangan coba untuk mengalah.
Sesuai janji mpok Munah, ia telah berbicara dengan anaknya Salim. Untuk mengizinkan Nur Amalina Mayasari atau Maya guna membuat konten tiktok dirumahnya.
Salim sendiri tak masalah, asal setelah itu tempatnya di bersihkan dan jangan dirusak. Begitulah ia berkata pada Maya.
Tentu saja Maya pun sangat berterima kasih pada mpok Munah dan juga Salim. Ia lalu membuat beberapa video tiktok. Ada yang langsung di upload hari itu juga dan ada pula yang di simpan di draft, untuk di upload pada keesokan harinya.
Sebab bilamana di upload semuanya, kerapkali semuanya itu tidak masuk ke dalam beranda for your page atau FYP. Kita sebagai penggiat akan rugi konten, sebab konten di draft tak bisa di batalkan apabila telah di upload. Dan konten tersebut akan tergerus oleh konten-konten baru dari orang lain.
"May, menurut gue lo harus menciptakan koreografi atau hal baru dalam konten joget yang lo buat."
Salim berkata pada Maya di beberapa hari berikutnya. Ketika Maya sedang mampir ke rumah mpok Munah untuk membuat konten.
"Maksud lo, koreo gue monoton ya Sal?" tanya Maya pada Salim.
"Iya, tapi bukan berarti nggak bagus ya. Buktinya lo FYP mulu kan?" Salim menatap Maya.
"Maksud gue, lo bikin kreasi dan gebrakan. Biar lo viral sekalian. Heboh, heboh sekalian jangan nanggung. Seenggaknya buat dapat nama dulu. Kalau lo udah di undang ke tipi-tipi, untuk selanjutnya endorse udah bakal ngalir terus." ujar Salim lagi.
"Iya sih." tukas Maya.
"Saingan kita di dunia digital itu banyak, May. Ambil ilmu dari para pengembang produk aja. Kalau nggak berinovasi, kita bakal tenggelam." tukas Salim.
"Iya sih. Produk aja saingannya banyak, apalagi kita. Sekarang kita mikir gimana caranya supaya kita tetap laku." ujar Maya.
"Nah itu dia yang gue maksud." Salim menimpali.
Maya pun akhirnya mengerti. Di hari-hari berikutnya ia mulai memikirkan inovasi apa yang bisa ia lakukan. Agar dirinya tetap terus masuk FYP dan kalau bisa booming.
Pertama-tama Maya membuat konten joget malam-malam di depan sebuah pohon beringin, yang terkenal angker di area sekitar tempat tinggalnya. Ia mendapat ide tersebut karena melihat antusiasme warganet terhadap konten horor.
Sambil menahan rasa takut yang berkecamuk di dalam hati, ia memberanikan diri berjoget dan mencoba koreo yang baru beberapa jam lalu ia ciptakan.
"Duh may, inget target. Lo mesti FYP terus, biar bisa kaya dan punya iPhone. Pake tas Balenciaga, LV dan lain-lain. Capek pake tas harga cepek-an mulu."
Maya mengingatkan diri sendiri, ketika ketakutan kembali menyerang. Maka ia pun berjoget di depan pohon beringin itu dengan penuh antusias.
Ia membawa lighting serta power bank sebagai sarana penerangan. Ia benar-benar melakukannya sendirian, demi konten dan demi FYP. Tak peduli mungkin saat ini para demit sedang melihat tingkah lakunya.
"Akhirnya jadi juga."
Maya menggotong peralatannya lalu berlarian meninggalkan pohon beringin itu, ketika semuanya sudah usai. Tak hanya sampai disana, ia pun harus mengendap-endap masuk ke rumah kontrakan agar tak ketahuan ibunya. Bisa-bisa ibunya melempar panci jika ketahuan malam begini ia baru pulang.
"Dari mana, May?"
Ayah tiri Maya yang tengah bermain catur bersama sang adik tiri, kini menegur gadis itu. Maya kaget karena mengira semuanya sudah tidur.
"Dari bikin konten, pak." jawab Maya.
"Tapi ada teman kan?" tanya ayah tirinya itu lagi.
"Ada koq, pak. Maya nggak sendirian." Lagi-lagi Maya menjawab.
"Jangan bohong lo mbak Maya, ntar di lecehkan orang aja lo."
Adik tiri Maya yang berusia 13 tahun itu ikut-ikutan.
"Iye, Indra Junaedi." ujarnya kemudian.
Maya pun lalu masuk ke dalam kamar dan meletakkan semua peralatan.
"Huh, upload dulu deh." ujar Maya, ketika ia telah rebahan di kasur Palembang.
Ia meraih Handphone lalu hendak mengupload video yang tadi. Ketika sudah menentukan sampul, ia teringat sesuatu.
"Apa gue buat gimmick aja ya, biar makin heboh." pikir gadis itu.
Maya pun tersenyum, lalu mengembalikan kursor handphone ke belakang dan mengedit tulisan pada video tiktok tersebut.
"Sesama teman yang indigo, kalian liat apa di belakang?"
Ia menulis kata-kata itu di videonya. Tak lama kemudian,
"Klik."
Video tersebut berhasil di upload. Maya menarik nafas, mengecas handphone, lalu pergi mandi. Setelah mandi ia pun pergi tidur.
***
"Ting."
"Ting."
"Ting, ting, ting, ting, ting, ting."
"Ting, ting, ting, ting, ting, ting."
Maya kaget dan terbangun akibat bunyi suara notifikasi di handphonenya, yang tak kunjung berhenti.
"Hoahm."
Ia menguap lalu memperhatikan layar dan betapa terkejutnya ia melihat notifikasi apa itu.
"Anjir, segini banyak?" ujarnya tak percaya.
Ia sempat bengong sebentar lalu buru-buru membuka tiktok. Ternyata videonya telah ditonton lima juta kali dalam tempo semalam dan meraih ratusan ribu like serta begitu banyak komentar.
"Oh my God. Video gini doang viral?" ujarnya masih tak percaya.
"May, lo viral anjir."
Sebuah pesan singkat masuk di laman WhatsApp milik Maya, disusul pesan-pesan lainnya bahkan sampai ratusan. Semua isi pesan itu sama, yakni membicarakan seputar keviralan Maya hari itu.
"Lu viral, may."
"Maya lo viral, sejak kapan lo Indigo?"
"Maya, video loh viral, ga nyangka ternyata lo Indiana John. Wkwkwk."
"May, viral tau."
Pesan-pesan dari teman SD, SMP, SMA, teman main, teman di komunitas drakor semuanya sama.
"Anjir gue viral. Gue viraaaal."
Maya berteriak.
"Heh Maya, kesurupan lu?"
Kedua orang tua dan adik Maya terbangun dari tidur mereka dan berlarian ke kamar Maya. Mereka mengira Maya telah melihat penampakan.
"Kenapa lu?" tanya ibunya lagi.
"Bu, Maya viral bu. Maya viraaaal."
Maya berteriak-teriak kegirangan lalu mengajak ibunya menari-nari.
"Eh May, piral apaan?" tanya ibunya tak mengerti.
"Maya viral, bu."
"Iya apaan?"
Adik Maya, Indra lalu membuka laman tiktok miliknya dan melihat video mana yang dikatakan Maya viral. Ia kemudian mendapatinya dan memperlihatkan hal tersebut pada sang ibu.
"Astaga ini di depan beringin angker?" teriak ibunya lagi.
Ia bersiap hendak melayangkan panci ke kepala Maya. Sampai kemudian,
"Mpok, mpok Indah. Mpoook."
Beberapa suara dari ibu-ibu sekitar tampak memanggil ibu Maya. Sontak ibu Maya pun berbalik arah dan menuju ke depan. Disana sudah ada ibu-ibu yang terdiri dari tetangga sekitar.
"Ade ape ye mpok?" tanya ibu Maya heran.
"Si Maya, mpok. Maya terkenal." Mereka berujar dengan antusias.
"Bakalan jadi artis dadakan ini mpok, bentar lagi." ujar ibu-ibu lainya.
"Bakalan kaya lu mpok, seriusan."
"Oh gitu ye, hehehe."
Ibu Maya yang tadinya hendak murka, kini cengengesan di hadapan para tetangganya tersebut. Sementara Maya mulai merasa bangga pada dirinya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!