"PERGI…"
"DASAR WANITA SI*LAN…"seorang pria bertubuh tegap terlihat menatap marah kepada seorang wanita yang terlihat meringkuk dengan keadaan yang sangat menyedihkan.Sekujur tubuh wanita itu penuh dengan lebam dan luka,wajah cantiknya juga tak lupuk dari memar yang sudah membiru.Wanita itu menatap pria yang merupakan suaminya dengan wajah yang sangat memelas.Dengan sedikit tertatih ia meraih kaki suaminya itu kemudian memeluknya.
"Deon…"
"Aku tidak bersalah…"
"Bukan aku yang melakukannya…"
"Tolong jangan usir aku Deon…"ia terus memohon-mohon dengan segenap hatinya berharap suaminya itu mau mempercayainya.Meskipun ia ragu apakah suaminya itu akan mempercayai perkataannya.
Pria yang di sebut sebagai Deon itu menjadi semakin marah,dengan tanpa perasaan ia kembalu menendang wanita yang masih berstatus istrinya itu hingga tersungkur.
"DASAR TIDAK TAU DIRI…"
"Sudah ketahuan masih tidak mau mengaku juga"
"Jelas-jelas kau yang memasak bubur itu"
"Sudah pasti kau juga yang telah menaruh racun di dalamnya"
"Kau seharusnya bersyukur aku hanya mengusirmu dan tidak melaporkanmu pada polisi"
"ENYAH KAU DARI SINI"
"DASAR WANITA J*LANG"perkataan Deon yang menusuk membuat tangis wanita itu semakin luruh.Ia tak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh suaminya itu.
"Penjaga…"
"Cepat usir wanita menjijikan ini"
"Jika sampai aku masih melihatnya di sini maka kalian akan ku pecat"ucap Deon dengan nada penuh ancaman lalu berjalan masuk ke dalam kediamannya tanpa memperdulikan teriakan sang istri yang terus memanggil-manggilnya.
"Ayo nyonya Jihan"
"Saya akan mengantar nyonya pulang"ucap salah satu dari penjaga tersebut dengan sangat sopan.Sejujurnya ia tak tega melihat nyonya yang ia kenal sangat baik di perlakukan seperti itu.Namun ia tak bisa apa-apa,bukti kejahatan semua tertuju kepada nyonyanya itu.
"Tidak perlu Pak Dirman"
"Saya akan pulang sendiri"
"Terima kasih atas tawarannya"ucap Jihan sembari berdiri dari duduknya, lalu ia meraih tasnya yang berisi beberapa barang-barang miliknya yang telah di siapkan oleh para pembantu atas perintah Deon.
"Tapi nyonya…"ucapan Dirman tiba-tiba di potong oleh seseorang.Ternyata orang tersebut adalah sahabat Jihan,Monica, sekaligus istri kedua dari Deon.
"Sebaiknya kalian berdua pergi"
"Aku ingin berbicara empat mata dengan Jihan"Kedua penjaga itu saling pandang lalu berjalan pergi mengikuti perintah dari Monica.
Jihan yang melihat Monica langsung menghampiri sahabatnya itu.Ia langsung bersujud di hadapan Monica sambil terus memohon maaf.
"Monica…Aku tidak bersalah"
"Bukan aku yang melakukannya"ucap Jihan sambil terus bersujud di hadapan Monica.
Monica yang melihat sahabatnya bersujud seperti itu merasa sangat kasihan.Ia memapah Jihan untuk berdiri lalu memeluknya.
"Iya…Aku percaya"
"Kau tak mungkin melakukan hal itu"ucapan Monica membuat Jihan sedikit lega. Namun perkataan Monica selanjutnya justru membuat Jihan langsung membeku seketika.
"Karena akulah yang melakukannya"ucap Monica dengan senyum licik di wajahnya.Ia lalu mendorong Jihan hingga membuat wanita itu kembalu terjatuh.
Jihan terlihat meringis,ia menatap sahabatnya dengat raut wajah tak percaya.
"Kenapa kau tega melakukan hal itu Mon?"
"Revan itu anakmu"ucap Jihan tertahan.
Namun Monica tak peduli,dengan langkah angkuh ia mendekati Jihan yang masih terduduk di bawah.
"Kau bertanya alasannya?"
"Tentu saja untuk menyingkirkanmu"
"Dari dulu keinginanku adalah menjadi nyonya Anderson"
"Tapi sayangnya Deon malah mencintaimu dan bukan diriku"Jihan mengepalkan tangannya mendengar perkataan Monica.
"Bukankah kau sudah menjadi bagian dari keluarga ini"
"Kau juga sudah menjadi istri kedua Deon"
"Kenapa kau sampai berbuat jahat seperti ini"
"Kau mencelakai Revan dan menuduhku"
"Kenapa kau sangat jahat"Suara Jihan terdengar nyaring namun itu tak mampu membuat orang lain mendengarnya karena halaman kediaman Anderson yang sangat luas.
"Ssstt…Jihan sahabatku tersayang"
"Pelankan suaramu"Monica membekap mulut Jihan,bukan hanya itu ia juga menjambak rambut sahabatnya itu dengan sangat kuat.Jihan hanya bisa pasrah mendapat perlakuan Monica kepadanya,karena tubuhnya sudah terlalu lemah untuk melawan.
"Biar kuberi tahu sebuah rahasia"
"Anggap saja ini sebagai hadiah perpisahan dari ku"Monica lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Jihan.
"Revan bukanlah anakku Jihan"
"Tapi anakmu"bisiknya sambil menyeringai licik.
Jihan terlihat membeku.
Melihat Jihan yang terdiam,Monica kembali meneruskan ucapannya.
"Ya Jihan…"
"Waktu itu anakku lah yang mati dan bukan anakmu"
"Aku menyuruh seseorang untuk menukar anak kita"
"Agar aku bisa mendapatkan semua cinta yang harusnya di berikan kepadamu"
"Jadi sekarang kau sudah mengerti bukan kenapa aku tega meracuni Revan"usai mengucapkan hal itu Monica melenggang pergi meninggalkan Jihan yang masih syok.
Namun baru beberapa langkah tiba-tiba tubuhnya di dorong oleh seseorang hingga membuat kepalanya membentur dinding.
Darah segar mengalir di kepalanya.Monica langsung menoleh ke arah Jihan yang berdiri di depannya dengan raut wajah penuh amarah.
"DASAR IBLIS…"
"AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU"
"AKU AKAN MEMBUNUHMU"
"AKAN AKU PASTIKAN KAU MASUK NERAKA"dengan tenaga yang tersisa,Jihan mengakat sebuah batu yang cukup besar.Kali ini ia sudah kehilangan akal sehatnya.Hatinya sudah sangat terluka atas apa yang di lakukan oleh wanita yang sudah ia anggap seperti saudarinya itu.
"Ji…Jihan"
"Apa yang akan kau lakukan?"Monica menatap ngeri ke arah Jihan.Ia tak menyangka Jihan berani berbuat nekat seperti itu.Sedangkan Jihan,ia sudah tak peduli lagi dengan apa yang ia lakukan.
"Matilah"Jihan mengangkat batu itu semakin tinggi.Namun saat ia ingin menjatuhkan batu tersebut.
Dor…
Sebuah peluru melesat cepat menembus dadanya.Tubuhnya langsung ambruk seketika.Batu yang ia pegang pun ikut terjatuh dan menubruk tepat di kaki Monica hingga membuat wanita itu menjerit kesakitan.
Deon yang melihat kejadian tersebut langsung menghampiri Monica.Dan ya…Dialah yang telah menembak Jihan.
Dengan wajah khawatir Deon langsung menggendong Monica dan membawanya ke rumah sakit meninggalkan Jihan yang sekarat sendirian.
Meskipun nyawa Jihan sudah di ujung tanduk.Ia masih bisa melihat senyum licik Monica yang sedang berada dalam gendongan Deon itu.Dan itu semakin menambah kebencian dalam hati Jihan.
Di tempat lain…
Tap tap tap
Seorang gadis terlihat melangkahkan kakinya dengan sangat terburu-buru.Di bahu kirinya terdapat luka tembakan yang cukup parah.Namun itu tak menghentikan langkahnya untuk kabur dari tempat tersebut.
"Sial…"
"Aku pikir hanya ada beberapa orang saja di sana"
"Ternyata mereka ada puluhan"
"Dasar Raline bodoh"
"Dia telah mendapatkan informasi yang salah"
"Aku sudah sering menasihatinya untuk tidak ceroboh"
"Awas saja,jika aku sudah kembali nanti akan ku pukul dia"gumam gadis itu jengkel.
"Sebaiknya aku membalut luka ini"gadis itu lalu merobek baju yang ia kenakan dan membalutkannya pada luka yang ada di bahunya.Meskipun tidak menutup semua lukanya,namun itu cukup untuk mengurangi pendarahan yang keluar dari lukanya tersebut.
Setelah selesai,ia lalu kembali meneruskan perjalanannya.Ia sangat berhati-hati pada setiap langkahnya,karena tempat yang ia datangi ini penuh dengan ranjau dan juga jebakan.
Perlahan tapi pasti gadis itu berhasil keluar dari tempat mengerikan tersebut yang merupakan sarang dari para mafia dan juga tempat bandar narkoba terbesar di kotanya.
Jika kalian bertanya mengapa gadis sepertinya bisa berada di sana, jawabannya ialah karena pekerjaan.Gadis itu bekerja sebagai pembunuh bayaran dan ia di kenal dengan julukan si pita merah.Julukan itu ia dapatkan karena ia selalu menjerat leher targetnya sampai tewas hanya dengan sebuah pita.Tak ada yang tahu wajahnya karena ia bergerak seperti bayangan, tak terlihat dan sulit untuk di tangkap.Bahkan para detektif yang di tugaskan untuk menyelidikinya pun di buat kewalahan olehnya.
Dan semua misi yang ia kerjakan tak pernah sekalipun gagal.Bahkan ia selalu kembali tanpa luka sedikitpun.Tapi kali ini sepertinya ia sedang di timpa kesialan dan semua itu gara-gara sahabatnya memberikan informasi yang salah kepadanya.
Setelah berhasil keluar gadis itu langsung pergi menuju pelabuhan tempat di mana para rekannya akan menjemputnya.Pelabuhan itu hanya berjarak sekitar dua ratus meter dari tempat itu.Gadis itu memilih untuk berlari saja,karena ia tak ingin ada yang curiga jika sampai ada yang menyadari keberadaannya jika ia memakai motor.Dengan keahliannya, hanya perlu beberapa menit ia sudah sampai di pelabuhan.Ia lalu melirik arlojinya,satu menit lagi kapalnya akan segera tiba.Dengan sisa waktu yang ada gadis itu lalu menekan sebuah tombol yang ada di arlojinya.Dan…
Boom…
Ledakan besar terjadi pada bangunan tersebut.Dan ya…Tugasnya kali ini bukan hanya sekadar membunuh tapi menghancurkan organisasi tersebut.Dan ini akan menjadi misi terakhirnya sebagai pembunuh bayaran.
Gadis itu menatap ke arah tempat tersebut dengan wajah datar.
"Akhirnya selesai juga"ucapnya sambil menghela nafas lega.
"Kyara"gadis itu menoleh ketika mendengar seseorang menyebut namanya.Tampak seorang gadis berambut pirang melambaikan tangan ke arahnya.
Kyara hanya menatap datar gadis tersebut yang tak lain adalah Raline sahabatnya.Ia melewati Raline begitu saja tanpa memperdulikan wajah sahabatnya yang berubah cemberut.
"Kyara teganya kau"
"Aku sudah datang jauh-jauh kesini untuk menjemputmu"
"Tapi kau malah mengacuhkanku"ucap Raline sambil memanyunkan bibirnya.
Buggh…
"Aw…Kenapa kau memukulku"Raline menatap tajam ke arah Kyara sembari mengelus kepalanya yang baru saja di pukul oleh sahabatnya itu.Kyara yang mendengar keluhan dari sahabatnya itu terlihat berdecih.
"Cih…Kau masih bertanya kenapa?"
"Kau tahu…Aku hampir mati di sana karna ulahmu"
"Kalau saja kau bukan sahabatku"
"Bukan hanya sebuah pukulan, mungkin kau sudah ku cincang dan tubuhmu ku lempar kelaut untuk jadi makanan hiu"
"Hei itu ide yang cukup bagus"
"Kenapa kau selama ini tak pernah memperlakukan targetmu seperti itu"
"Padahal itu pasti akan terlihat sangat sadis"bukannya takut dengan ancaman Kyara gadis itu malah bertepuk kegirangan.Sedang Kyara yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya memutar bola matanya malas.
"Dasar aneh"
"Hei pirang lebih baik kau diam dan cepat bawa kita pergi dari sini"
"Aku ingin beristirahat"perintah Kyara kepada Raline yang sedari terlihat asik sendiri.
"Cih kenapa harus aku"
"Suruh saja Noah yang mengemudikannya"tolak Raline.
"Itu hukuman untukmu karena sudah memberikan informasi yang salah kepadaku"
"Atau kau mau aku membakar semua poster idolamu itu"ancam Kyara lagi.
"Huuh…Baiklah…Baiklah…"
"Kau ini galak sekali"
"Sangat tidak cocok dengan wajah cantikmu itu"
"RALINE…"teriak Kyara dengan nada yang sangat kesal.Sedangkan Raline ia langsung berlari menuju ruang kemudi kapal.Bukan karena ia takut pada Kyara melainkan kepada ancamannya.
"Kau terluka?"tanya seorang laki-laki yang tak lain adalah Noah.Kyara hanya berdeham singkat tanpa menoleh ke arah orang tersebut.
"Jika kau terluka seharusnya langsung kau obati"ucapnya kepada Kyara yang nampak tak peduli.
"Ini hanya luka kecil"balas Kyara acuh.
"Kenapa kau terus-terusan berkata seperti itu"
"Besar atau kecil tetap saja yang namanya luka harus di obati"Noah meraih tangan Kyara lalu mengobati luka yang ada di bahu Kyara.Kyara hanya diam membiarkan Noah mengobati lukanya.Setelah selesai orang itu langsung melenggang pergi begitu saja.
"Aku akan berhenti"ucapan Kyara membuat Noah menghentikan langkahnya.Tanpa menoleh ke arah Kyara,Noah hanya berkata dengan nada lega.
"Syukurlah kalau begitu"
"Memang tidak seharusnya kau berada di dunia hitam ini"
"Kau beristirahatlah"
"Aku akan pergi ke ruang kemudi untuk menggantikan Raline"
"Aku khawatir ia akan menabrakan kapal ini ke karang ,mengingat sikapnya yang sangat ceroboh itu"ucapnya sembari meninggalkan Kyara yang kembali berbaring.
Baru lima belas menit Kyara berbaring,tiba-tiba ia merasa ada yang aneh pada kapal yang ia naiki.Kapal itu bergerak tidak karuan seperti di hantam ombak.
Kyara langsung berlari keluar.Ternyata sedang terjadi badai yang cukup dahsyat.Sejenak Kyara merasa bingung,padahal cuaca sebelumnya sangat cerah.
"Kyara cepat pakai jaket pelampungmu"teriakan Raline membuyarkan lamunan Kyara.Ia lalu menoleh ke arah Noah yang sedang berusaha mengendalikan kapal agar tetap stabil.
Dengan langkah cepat Kyara meraih sebuah jaket pelampung.Namun belum sempat tangannya mengambil pelampung tersebut,tiba-tiba ombak besar menghantam tubuh nya hingga terjatuh ke dalam laut.
"KYARA…"Teriak Raline dan Noah secara bersamaan.
Sedangkan Kyara terus mencoba berenang menyelamatkan diri namun ombak besar kembali menghantam tubuhnya.Lama-kelamaan tubuhnya menjadi lemas,di tambah luka pada bahunya membuat ia kesulitan untuk berenang.Belum lagi ombak yang terus-terusan menghantam tubuhnya tanpa henti.Perlahan tapi pasti tubuhnya pun tenggelam ke dasar laut.Teriakan dari sahabat-sahabatnya pun juga sudah tak terdengar lagi.Lalu ia melihat sebuah cahaya yang sangat terang menyelimuti seluruh tubuhnya tepat sebelum ia kehilangan kesadarannya.
Sebuah mobil sedan melaju cepat membelah jalanan kota.Hujan pun turun dengan derasnya seakan semua air di tumpahkan seluruhnya dari atas langit.
Mobil itu berhenti di sebuah jembatan kecil.Terlihat ada dua orang keluar dari mobil tersebut.Salah satu dari mereka seperti sedang menyeret sesuatu yang berat.Saat mereka sudah berada di tepi jembatan,mereka lalu membuka kantung yang mereka bawa.Nampaklah seorang wanita yang sudah tak bernyawa yang tak lain adalah Jihan.
"Maafkan kami nyonya"
"Kami terpaksa melakukan ini"
"Semoga nyonya bisa beristirahat dengan tenang"ucap Dirman dengan nada yang sangat sedih.Seandainya ia tak meninggalkan Jihan waktu itu,mungkin nyonyanya itu masih hidup sekarang.
Kemudian Dirman mengambil sebuah kertas di sakunya dan mengikatkan kertas tersebut di pergelangan tangan Jihan.Rekannya menatap apa yang di lakukan Dirman dengan kening yang mengkerut.
"Dirman…Apa yang kau lakukan?"tanya rekannya penasaran.
"Aku hanya menulis sebuah pesan"
"Siapapun yang menemukan jasad nyonya,aku harap mereka menguburkannya dengan layak"ucap Dirman tanpa menoleh sedikitpun.
"Kau berlebihan Dirman"
"Wanita ini telah meracuni tuan muda"
"Dan dia juga hampir membunuh nyonya kedua"
"Sudahlah,sebaiknya kita lakukan ini dengan cepat sebelum ada yang melihat kita"Dirman hanya diam,matanya masih setia menatap tubuh Jihan.
Rekannya yang merasa kesal dengan tingkah Dirman langsung mendorong tubuh Jihan hingga terjatuh ke dalam sungai.Tubuh Jihan langsung menghilang di telan derasnya aliran sungai.
"APA YANG KAU LAKUKAN?"teriak Dirman kepada rekannya itu.
"Melakukan hal yang sudah seharusnya"
"Sebaiknya kita cepat pergi di sini sebelum fajar tiba"ajak rekannya kepada Dirman.Namun Dirman hanya diam saja,pikirannya masih tertuju kepada Jihan.Logikanya berkata bahwa Jihan memang bersalah,namun hatinya menolak untuk mempercayai hal itu.
Melihat Dirman yang diam saja membuat rekannya semakin jengkel.Tanpa basa-basi ia langsung menyeret pria paruh baya itu menuju mobil mereka lalu pergi dari tempat itu.
Setelah kepergian mereka,sebuah cahaya terang tiba-tiba muncul dari dalam sungai,tepat dimana tubuh Jihan tenggelam.Cahaya itu menyelimuti tubuh Jihan yang sudah tak bernyawa itu dan menyembuhkan semua luka yang ada di tubuhnya seperti sediakala.
Cahaya itu pun menghilang bersamaan dengan Jihan yang telah sadarkan diri.Namun tak ada yang tahu, jiwa yang masuk ke dalam tubuh Jihan bukanlah jiwa Jihan,melainkan jiwa orang lain yang tak lain adalah Kyara.
Sadar bahwa dirinya masih hidup,Kyara langsung berenang ke permukaan.
"Haaaa"Kyara menghirup nafas sedalam-dalamnya begitu ia sampai kepermukaan.Ia lalu kembali berenang menuju tepian.
"Aku masih hidup?"tanyanya pada diri sendiri.Kyara tak percaya bahwa ia masih hidup,ia bahkan sampai memukul pipinya berkali-kali.
"Ternyata ini bukan mimpi"
"Tapi…Di mana aku"ia menoleh kesekitarnya.
"Ini bukan laut tapi sungai"
"Bagaimana aku bisa berada di sini?"belum sempat ia berpikir lebih jauh tiba-tiba perutnya langsung berbunyi.
"Uuhh…Aku lapar"
"Sebaiknya aku mencari makan terlebih dulu"ucapnya sembari berjalan meninggalkan tempat itu.
Ia berjalan tak tentu arah karena di sekelilingnya hanya ada hutan yang lebat.Keadaan hutan yang gelap dan hujan yang tak kunjung reda membuat suasananya semakin mencekam.Namun hal itu tak membuat Kyara yang berada dalam tubuh Jihan takut sedikitpun.
Sekitar satu jam lebih ia berjalan,akhirnya ia bisa menemukan jalan raya.Kini ia hanya tinggal menunggu ada mobil yang lewat dan memberikannya tumpangan.Walaupun Kyara ragu akan ada mobil yang lewat pada tengah malam seperti itu.Kalau pun ada mungkin itu adalah mobil penjahat,karena orang normal tak akan mungkin melewati jalan yang dikelilingin hutan lebat terlebih pada malam hari.
Tak berselang lama muncul sebuah mobil dari arah kanan jalan.Tanpa berpikir panjang Kyara langsung berdiri di badan jalan untuk menghentikan laju mobil tersebut.Sadar bahwa ada seseorang di depannya si pengemudi mobil itu langsung menginjak rem.
"Zidan…Kenapa kau berhenti"tanya seorang pria tampan yang berada di kursi penumpang,sepertinya dia adalah bos dari pria yang bernama Zidan tersebut.
"Anu Tuan muda"
"Ada seorang perempuan berdiri di tengah jalan menghalangi mobil kita"seseorang yang di panggil tuan muda itu terlihat mengernyitkan keningnya mendengar penuturan dari bawahannya itu.
"Lalu…Memangnya kenapa?"
"Tabrak saja perempuan itu"jawabnya santai.Sedangkan bawahannya hanya bisa menelan salivanya kasar setelah mendengar perintah dari atasannya itu.Lagi pula apa yang ia harapkan dari atasannya yang terkenal kejam dan sadis itu.Menolong perempuan itu?Sepertinya dunia akan berakhir jika itu sampai terjadi.
Dengan berat hati ia melaksanakan perintah dari tuannya itu.Ia menancap gas mobil dan menabrak perempuan itu hingga terpelanting ke atas mobil.Mereka berdua mengira perempuan itu telah tewas,namun kenyataannya perempuan itu masih hidup dan sedang berada di atap mobil mereka.
"Huuh…Mereka kasar sekali"
"Aku hanya meminta tumpangan tapi mereka malah menabrakku"
"Awas saja,akan kuberi mereka pelajaran"dengan kemampuannya Kyara berhasil memecahkan kaca mobil bagian belakang hanya dengan satu kakinya.
Mereka yang berada di dalam mobil langsung terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.Setelah menghentikan mobilnya,mereka berdua langsung keluar mobil untuk mengeceknya.Dan tepat setelah mereka berdua keluar dari mobil,Kyara masuk ke dalam mobil tersebut dan langsung tancap gas, meninggalkan kedua orang tersebut.
"Ahahaa…Rasakan itu"
"Siapa suruh kalian main-main denganku"ucapnya sambil tertawa.
Sedangkan kedua orang tadi masih di liputi kebingungan.
"Tuan…Sebenarnya apa yang baru saja terjadi"tanya Zidan kepada tuannya yang masih termangu itu.
"Kalau kau bertanya padaku lalu aku harus tertanya pada siapa"jawabnya ketus.
"Tuan apakah itu perbuatan hantu"
"Karena kalau manusia tidak mungkin bisa melakukan hal seperti itu"ucapnya sambil bergidik ngeri.
"Ck…Hentikan omong kosongmu itu"
"Tidak ada yang namanya hantu di dunia ini"
"Kalaupun ada dia pasti terbang bukan menyetir mobil"
"Mungkin dia hantu yang bodoh tuan"sahut Zidan konyol.
"Kaulah yang bodoh"sungutnya kesal pada bawahannya itu.
"Harusnya aku menyuruhmu menembaknya saja bukan menabraknya"
"Sepertinya perempuan bukan orang biasa"
"Dia bahkan bisa mengelabui kita"ucapnya geram.
"Jadi maksud Tuan ini semua perbuatan dari perempuan tadi?"pertanyaan konyol kembali meluncur dari mulutnya dan itu berhasil membuat tuannya semakin kesal.
"APA KAU MASIH BERPIKIR ITU PERBUATAN HANTU ZIDAN…"
"Kenapa aku bisa memiliki bawahan yang bodoh seperti mu"dengan penuh amarah ia memukuli bawahannya itu tanpa ampun.Hal itu juga ia lakukan untuk melampiaskan kekesalan pada perempuan yang baru saja mengerjainya.Ia bersumpah akan membalas penghinaan ini berkali-kali lipat.Sedangkan Zidan ia hanya bisa pasrah menerima pukulan dari atasannya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!