" Ah........! "
Pekik dua manusia yang kini terkejut histeris melihat tampilan satu sama lain. Dua orang itu adalah Nichole Rezef Chloe, dan Alenta Merile. Nichole Rezef Chloe, atau biasa di panggil Nick, dia adalah anak tunggal dari pasangan Nathan Rezef Chloe dan juga Ivi. Satu lagi adalah sekretaris Nick sendiri yang sudah tiga tahun bekerja di perusahaan Chloe.
" Apa-apaan?! Kenapa kau ada disini?! " Nick berteriak frustasi karena benar-benar tidak bisa menutupi keterkejutannya. Bagaimana tidak? Yang dia ingat semalam dia bercinta dengan kekasihnya, lalu kenapa bangun pagi malah Alenta yang ada disana?
" Aku juga mana tahu, Bos! Aku juga terkejut! " Alenta memegangi selimut tebal agar tubuhnya tak mampu di lihat oleh pria busuk yang gila wanita, yah meskipun memang Nick adalah Bosnya tapi seperti itulah gambaran Nick bagi Alenta.
Nick mengusap wajahnya dengan kasar, aduh sialan! Bagaimana ini?
" Kau jangan-jangan sudah meracuni minumanku, dan menggodaku ya?! " Tuduh Nick yang masih merasa kejadian ini tidak masuk akal baginya. Sementara Alenta, gadis itu kini nampak tak bisa menyembunyikan kekesalannya lagi seperti biasanya.
" Bos, walaupun aku gila aku juga tidak akan sudi menggoda mu! " Alenta berucap dengan lantang, bahkan matanya juga masih melotot karena benar-benar tidak tahan dengan tuduhan kurang ajar si Bos yang gila pujian dan narsis parah itu.
" Tidak sudi? Bahkan kecoak saja tergoda meihatku, bagaimana mungkin wanita normal sepertimu tidak memiliki niat busuk! " Kesal Nick yang justru tak terima kata tidak sudi keluar dari mulut sekretarisnya yang selama ini hanya berwajah datar saja.
Alenta menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nafasnya pelan. Sabar, sabar, menghadapi si Bos Nick memang butuh otak bodoh seolah tidak tahu apa-apa, tapi masalahnya Alenta masih saja merasakan kekesalan yang tak tertahankan.
" Bos, kenapa bicara seolah Bos ini sudah aku perkosa? Padahal jelas-jelas kan aku yang rugi! " Alenta semakin terlihat kesal, tapi dia juga terlihat seolah masih terus menahan diri agar tak melakukan hal yang akan tambah merugikannya.
Nick menghela nafas panjangnya.
" Sebenarnya, apa yang terjadi semalam? "
" Tidak tahu, aku juga hanya minum satu gelas wine. Tapi mana aku tahu juga kalau akan berakhir di sini? Kalau tahu begini aku juga tidak akan sudi meminum wine itu meski tahu rasanya sangat enak. " Gumam Alenta yang mulai terlihat sedih, tentu sajalah dia sedih. Kenapa?! Kenapa malam pertamanya harus se-sial ini?Kenapa harus Bos nya yang brengsek itu? Kenapa tidak dengan kekasihnya saja yang sudah satu tahun bersamanya, bahkan juga sudah banyak menerima kebahagiaan darinya. Sekarang, dia malah tanpa sengaja mengkhianati kekasihnya dan tidur dengan nyaman di kasur Bosnya. Tidak tahu apa yang terjadi semalam, tapi kalau dengan keadaan tubuh tanpa busana, siapapun akan berpikir ke arah sana kan?
" Kejadian ini, simpan saja untuk kita sendiri. Aku tidak ingin Rebecca tahu, anggap saja tidak terjadi apapun. Toh, kita juga tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi semalam kan? "
Alenta terdiam, kali ini dia tidak ingin lagi bicara, kenapa? Tentu saja dia merasakan sakit yang luar biasa hingga tak mampu bicara. Anggap tidak terjadi apa-apa? Bagaimana bisa? Bukankah tubuhnya sudah kehilangan sesuatu yang tidak akan mungkin bisa kembali? Bukankah bekas itu akan ada di sepanjang hidupnya? Mungkin mudah bagi Nick untuk berkata semacam itu karena melakukan hubungan badan adalah hal yang biasa untuknya.
" Kenapa kau diam saja? Jangan bilang kau tidak mau, dan akan mengadu kepada Ibuku, oh! Atau kau akan segera mengundurkan diri? Aku ingatkan ya, masalah pribadi jangan sampai mempengaruhi pekerjaan, kau mengerti? " Nick mengeryit karena tak mendapati satu kata pun keluar dari mulut Alenta.
" Kau mau kemana? " Tanya Nick saat Alenta menurunkan kakinya, dan tangannya memegang erat selimut tebal, seperti ingin membawa selimut itu pergi.
" Ke kamar mandi untuk memakai pakaianku, lalu pergi dari sini. "
" Oh. "
What?! Oh? Hanya Oh? Dasar tidak berkeprimanusiaan, kalau pun tidak memilikinya, apa tidak bisa memiliki prikehewanan begitu? Padahal sudah jelas-jelas dia yang sudah dirugikan, apa tidak bisa sedikit saja terlihat merasa bersalah. Sudahlah, membicarakan Nick memang tidak akan ada habisnya, terlebih kalau membicarakan sikapnya yang sangat menyebalkan.
Aduh! Belum saja sempat meraih gagang pintu kamar mandi, suara pintu kamar Nick terdengar dan tak lama muncullah seorang wanita yang membuat kedua orang yang ada di dalam kamar itu membeku, gemetar dan merasakan ngeri. Dia adalah Ivi, atau Ibu kandung Nick yang memang biasanya akan sering berkunjung di kediaman Nick setelah Nick memutuskan untuk tinggal di rumah lain dengan alasan belajar hidup mandiri. Tapi eh ternyata, tujuan Nick ya hanya demi bisa membawa kekasihnya pulang dan bobo bersama, tapi itu juga ia lakukan setelah benar-benar memastikan bahwa Ibunya tidak akan datang untuk melihatnya.
" Ka kalian, apa yang sudah kalian lakukan?! " Ivi mendelik tajam menatap Nick yang duduk di atas tempat tidur dengan tatapan kaget, lalu menatap Alenta yang terlibat ketakutan secara bergantian. Ivi memegangi dadanya karena masih tak percaya akan melihat secara langsung anak semata wayangnya dan juga sekretaris putranya berada di dalam kamar, tidak berpakaian, penampilan juga berantakan. Meskipun tahu putranya agak brengsek kalau soal wanita, tapi tetap saja dia terkejut melihatnya.
" I Ibu?! " Nick segera menarik seluruh sprei yang ia gunakan untuk menutupi bagian anunya, karena si selimut kan di bawa Alenta pergi menuju kamar mandi. Tidak tahu apa yang dilakukan gadis itu, dia malah masih berdiri ketakutan dan terlihat kaget disana. Setelah sprei itu tanggal dari ranjangnya, Nick berjalan menuju Ibunya sembari memegangi lilitan sprei agar tak lepas dari pinggangnya.
" Ibu, ini semua tidak sengaja, Bu! Kami berdua mabuk dan berakhir seperti ini. " Ucap Nick memelas di hadapan Ibunya. Nick menoleh ke arah Alenta, lalu melotot dengan bibir bergerak bergerundel dengan maksud agar Alenta juga menjelaskan kepada Ibunya. Oh, tapi tenang saja, hembusan nafas Nick saja Alenta sudah sangat paham apa artinya.
" Itu benar Nyonya! " Alenta bergegas mendekat, bersamaan dengan tangannya yang masih menahan selimut tebal agar tak merosot, juga pakaiannya.
" Eh? " Betapa malunya, karena sampainya Alenta di hadapan Ivi, kain penutup segitiga bagian dalamnya terjatuh di lantai.
Ivi terperangah, lalu menatap heran Nick dan Alenta yang kini berdiri berdampingan di hadapannya. Tenang, Ivi menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan.
" Persiapkan diri kalian, besok kalian sudah harus menikah. "
" Apa?! " Alenta dan Nick saking menatap.
" Tidak mau! " Kompak keduanya.
" Nick, kau harus bertanggung jawab dengan apa yang kau lakukan! "
" Nyonya, kalau begitu bagaimana dengan wanita-wanita yang tak terhitung sudah berapa? Dan kalau dijadikan anak, pasti Bos sudah memiliki sejuta an- Em! " Alenta tak bisa melanjutkan ucapannya, kenapa? Tentu saja karena Nick membungkam mulut sialan Alenta yang licinnya sudah melebihi perosotan anak TK.
" Tidak mau dengar alasan, besok pokoknya kalian harus menikah. "
" Ibu, menikah kan tidak semudah membeli tempe. Tolong jangan begini ya? " Bujuk Nick.
" Tapi rasa tempe tidak se-enak rasanya Alenta kan? Jadi jangan banyak alasan! "
" Hah? " Keduanya tercengang tak bisa betkata-kata.
Bersambung
Hari ini adalah hari paling menyedihkan bagi Nick dan Alenta. Kenapa? Karena sudah dinikahkan begitu saja oleh orang tua Nick, juga langsung disetujui oleh Ibunya Alenta. Tidak tahu bagaimana sebuah pernikahan bisa terjadi hanya dengan satu hari saja? Meskipun tidak banyak tamu yang datang, bahkan bisa dibilang hanya keluarga inti saja, tetap saja mereka masih belum bisa percaya dengan pernikahan ini.
" Apa-apaan ini? " Alenta menatap tak percaya pada jari yang telah dipasang cincin pernikahan. Begitu juga dengan Nick yang masih terbengong heran dengan apa yang terjadi beberapa saat lalu. Hanya karena mata tajam Ibunya, dia terus saja melakukan apapun yang Ibunya suruh, mengambil sumpah pernikahan, memasangkan cincin, bahkan dia juga mencium kening sekretaris yang dia tahu sangat menyebalkan dengan ketegasan yang seolah dia adalah atasannya saja.
" Bagaimana kalau besok kita bercerai saja? " Tanya Alenta masih dengan tatapan tak percaya melihat cincin indah di jemarinya.
" Dasar gila! Hari ini menikah, besok bercerai?! Kau mau membuatku jadi gembel karena di usir Ibuku ya?! " Nick melotot marah. Ayolah, bercerai tentu saja dia mau, tapi tidak mungkin juga mengajukan perceraian tepat setelah satu hari menikah kan? Aduh, kalau mengingat mata Ibunya yang tajam seakan menusuk dengan menyakitkan itu, tidak tahu apa yang akan Ibunya lakukan kalau saja mereka bercerai setelah satu hari menikah.
" Masalahnya Bos, aku sungguhan akan menjadi gila kalau harus menjalani takdir sebagai istrimu. " Alenta menurunkan tangannya, lalu menatap Nick yang duduk disampingnya dan tengah memijat pelipisnya. Iya, mungkin dia pusing memikirkan apapun yang terjadi, tali kan Aleta juga pusing kan?
" Kau, kenapa kau ini tidak sudi sekali menjadi istriku? Apa kau tidak tahu berapa banyak wanita yang mengantri untuk posisimu sekarang?! " Kesal Nick sebentar menatap Alenta untuk menunjukkan bagaimana kesalnya dia mendengar ungkapan Alenta yang selalu saja menjurus dengan keberatannya.
Alenta menghela nafas, tahu! Tentu saja dia tahu kalau banyak gadis yang menyukai Bosnya. Itulah mengapa Alenta sama sekali tidak tertarik dengan Bosnya karena masa lalu yang di alami orang tuanya meninggalkan bekas hingga sulit untuk dia lupakan. Bukannya tidak bisa menghargai pernikahan, hanya saja hubungan yang akan dijalani bersama Nick pasti akan banyak rintangan. Selain sifat keduanya yang sama-sama meras kepala, Alenta juga sangat disiplin. Sedangkan Nick lebih santai, dan bicaranya urakan. Maaf sih, tapi kalau boleh jujur agak mirip seperti Ibunya Nick.
" Bos, kita kan punya pacar, jadi aku tidak bisa begitu jahat meninggalkan pria yang begitu baik seperti Arkan. "
" Cih! Hanya pegawai biasa, apanya sih yang menarik? Lagian aku juga punya Rebecca yang sangat aku cintai. Aku juga tidak bisa meninggalkan dia demi bunga raflesia sepertimu sementara sudah punya bunga mawar. "
Dasar bajingan! Raflesia?! Bunga yang bau bangkai kan? Alenta memaksakan senyumnya, dia melirik kesal sebentar di saat Nick tidak melihatnya. Astaga, ingin sekali rasanya dia menginjak mulut sialan yang mengatainya tadi. Sudahlah, sabar, memang akan lebih baik kalau tidak usah membantah omongan pria busuk itu. Tapi maaf saja sih, dia tidak akan membiarkan bibir Nick tersenyum lama seperti itu setelah menghinanya.
" Bos, bunga mawar berduri loh. Memang terlihat cantik, tapi kan akan lebih baik tidak disentuh, sudah begitu harganya murah. Kalau bunga raflesia, memang bau bangkai, tapi dia langka dan mahal. Tumbuh tidak di sembarang tempat, dan juga terjaga dengan baik dimana bunga itu tumbuh. "
Benar saja! Senyum puas setelah mencela Alenta tadi sirna dari bibir Nick berganti dengan wajah kesal karena tak terimanya.
" Kau sedang menghina pacarku ya?! "
Alenta memaksakan senyumnya.
" Kita kan sedang membicarakan bunga, Bos? "
Nick tak lagi bisa berbicara, dia memilih untuk diam karena tidak mau bicara dengan Alenta yang selalu saja pintar membuatnya tak bisa bicara banyak.
" Jadi bagaimana untuk selanjutnya? " Tanya Alenta, matanya sebentar menatap Nick, lalu segera kembali menatap datar dinding yang ada di hadapannya.
Nick menghela nafas panjangnya, aneh sekali rasanya karena sekretaris yang selalu tegas padanya malah menjadi istrinya sendiri. Aduh, kalau saja Alenta bukan pegawai yang di rekrut langsung oleh Ayahnya sendiri, mana mau juga dia memiliki sekretaris yang suka mengatur dan lebih tegas dari dia yang padahal adalah Bosnya.
" Bagaimana? Ya tentu saja seperti biasanya saja. di kantor kau tetap sekretarisku, dirumah baru kau istriku. " Eh? Ini keceplosan kenapa bisa selancar itu sih? Padahal tidak usah menyebut kata istriku kan bisa ya? Jadi bagiamana dong kalau sudah terlanjur begini? Semoga saja Alenta tidak terbang melayang-layang karena ucapannya barusan.
" Oke, dikantor aku sekretarisnya Bos, dirumah aku adalah istri bohong-bohongan. Jadi, mengenai pacarku dan pacarnya Bos, kita masih bisa lanjut kan? "
" Iya lah! Nanti kalau sudah reda, baru kita bercerai agar bisa bersama dengan pasangan yang kita cintai. "
" Iya. " Alenta terdiam setelah itu, lalu menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian setelah mandi. Sejenak dia mematung dengan tubuh polos tanpa satu helai pun kain di tubuhnya. Sebenarnya di merasa ada yang aneh, bagaimana mungkin bagian bawahnya tidak merasakan apapun, bahkan seperti biasanya seolah tidak pernah tersentuh. Mau mengingat dengan jelas, tapi dia masih belum bisa sama sekali mengingat kejadian malam itu.
" Apa jangan-jangan, malam itu tidak terjadi apapun? Tapi kenapa aku dan Bos tidak memakai baju saat sekali saat bangun? Sebenarnya apa yang terjadi ya malam itu? " Gumam Alenta bertanya kepada dirinya sendiri.
" Apa aku harus pergi ke dokter untuk memeriksakan diri ya? Tapi, bagaimana kalau dokter bertanya kenapa aku memeriksa keperawanan ku sendiri? Ck! Sialan aku pusing sekali memikirkan semua ini. " Alenta menghembuskan nafas kasarnya, lalu segera memakai pakaian gantinya.
Di luar sana Nick kini tengah kebingungan membalas pesan Rebecca yang sudah menumpuk hingga puluhan di ponselnya.
" Rebecca apa punya firasat yang kuat ya? Apa-apaan juga segala minta aku mengirim photo sedang melakukan apa. "
Klek!
Nick menelan salivanya melihat Alenta dengan baju tidur yang melekat di tubuhnya. Gila sih, baju tidur dengan lengan pendek, panjang hampir selutut ternyata begitu indah dipandang mata saat Alenta yang memakainya. Apakah ini hanya karena sudah terbiasa melihat Alenta memakai pakaian resmi setiap hari?
Nick semakin tak bisa menahan keinginannya untuk terus minat ke arah Alenta yang kini tengah mengeringkan rambutnya, indah juga!
Coba saja kalau dia mau mengurai rambutnya seperti sekarang ini, pasti lebih enak di pandang mata kan?
Alenta sebenarnya sedari tadi tahu kalau Nick terus memperhatikannya, meskipun sudah mencoba untuk bersikap biasa saja, tapi kalau di tatap terus-terusan ya tentu saja akan merasa risih.
Orang ini apa sedang memperhatikan tubuhku? Sialan! Aku jadi ingin mencongkel matanya.
Bersambung
Alenta menarik nafas dan menghembuskan perlahan terus menerus hingga ia merasa kalau sudah cukup bisa kembali menghadapi si Bos menyebalkan yang juga adalah suaminya sendiri. Hari ini benar-benar seperti hujan penderitaan bagi Alenta, mengapa? Itu karena Bosnya sibuk saja dengan ponselnya yang terus berbunyi. Iya, tentu saja itu Rebecca yamg selalu saja bersikap manja, dan akan marah saat Nick tidak membalas pesan atau menjawab teleponnya. Ini sih tidak tahu apakah Nick sungguh terlaku jatuh cinta sampai menjadi bodoh, atau karena bodoh makanya dia bisa jatuh cinta dengan Rebecca?
" Jangan salahkan aku ya Bos? Ini kau yang memaksaku melakukannya. "
Alenta kembali menarik nafas dan menghembuskan nafas sebelum memasuki ruangan Bosnya.
" Permisi, Bos dan nona Rebecca, ini tehnya. " Alenta tersenyum dengan membawa nampan bersisi dua cangkir teh sesuai dengan perintah dari Bosnya tadi. Alenta perlahan meletakkan dua cangkir teh secara. bergantian, lalu kembali tersenyum dengan sopan.
" Oh iya Bos, dokumen dari PT Ardons sudah bisa saya ambil? " Tanya Alenta dengan sopan sembari menatap Bosnya.
" Nanti saja deh, aku belum mengeceknya jadi belum menandatangani. "
Sontak senyum sopan dari bibir Alenta menghilang. Aduh duh, memang dasar laki-laki biadab! Bisa-bisanya tender sebesar itu di gampangkan hanya karena kedatangan nenek sihir berwajah malaikat itu. Alenta tak bicara, tapi segera dia berjalan ke meja Nick dan mengambil dokumen dari PT Ardons yang sudah sedari pagi dia serahkan kepada Nick untuk fi cek kembali sebelum menandatanginya.
" Kenapa di ambil? Aku kan belum menandatanginya? "
Alenta kembali menatap Bosnya, lalu tersenyum meski itu sungguh sangat terpaksa. Gila sih, Rebecca benar-benar tidak tahu malu karena terus saja menempel dengan Nick dimanapun mereka berada. Sudah bajunya sangat pendek, ketiaknya kelilingan kemana-mana, dadanya sedikit menyembul membentuk belahan seperti pantat bayi. Alamak, kalau begini bisa bangkrut perusahaan Chloe yang sudah terkenal hebat dan tak terkalahkan berkat Nathan Rezef Chloe, dan juga pemimpin sebelumnya dari keluarga Chloe langsung.
" Bos, sekedar mengingatkan saja. Seorang laki-laki hebat akan menjadi semakin hebat saat bertemu dengan pasangan yang tepat. Tapi, sehebat-hebatnya laki-laki akan menjadi sampah kalau yang di- "
" Maksudmu, aku sampah? " Rebecca yang tadinya menyender manja di pelukan Nick, sontak terbangun dan duduk tegap menatap Alenta marah karena jelas sekali kata-kata Alenta seperti sedang memojokkan dan menghinanya.
" Aduh, mana mungkin saya mengatai nona Rebecca yang secantik bunga mawar ini? Iya kan Bos? " Alenta tersenyum kepada Nick yamg kini terdiam menelan salivanya berkali-kali. Sialan! Berani-beraninya Alenta bicara seperti itu hanya karena dokumen yang belum di tanda tangani olehnya.
" Bos, iya kan? " Alenta menaikkan satu alisnya dengan bibir tersenyum mengancam. Ah, memang sudah bukan hal aneh kalau Alenta seperti ini. Bahkan kadang-kadang Nick harus bekerja sesuai perintah dari Alenta sampai lupa kalau sebenarnya dia adalah Bos di perusahaan Chloe. Tapi ya mau bagaimana lagi? Itu semua karena Ayahnya yang secara langsung merekrut Alenta, dan mendidiknya selama setahun khusus untuk membimbing Nick yang memiliki sifat berbanding terbalik dengan Ayahnya yang adalah seorang pekerja keras, berotak encer, dan setia kepada Ibunya hingga sekarang ini.
" Iya, iya deh. " Mampus saja kau Alenta, batin Nick kesal.
Alenta kini tersenyum kepada Rebecca seolah merasa jika Rebecca tidak akan menang melawannya meski dia hanyalah seorang sekretaris saja.
" Babe, kenapa kau iya iya saja?! Dia hanya seorang sekretaris, tapi kau sama sekali tidak bisa membantahnya? " Rebecca tentu saja merasa tidak terima karena mulut Alenta selalu saja pedas kepada Nick, juga kepadanya setiap kali berbicara. Sudah begitu Alenta kan lumayan cantik juga, jadi Rebecca merasa tida tenang kalau Nick terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Alenta, lalu jatuh cinta deh.
" Anu, kau kan tahu situasinya, Babe. " Ujar Nick tak berdaya.
" Jadi, untuk mempermudah hari anda yang dipenuhi dengan cinta, biarkan saja saya yang mengecek isi dokumen ini, nanti saya akan memberitahu anda secara lisan, dan saya harap setelah itu anda akan menandatanganinya dan jangan ditunda lagi. Bos, jangan lupa kalau nasib ribuan karyawan ada di tangan anda ya? " Sialan! Pegal sekali mulut kalau harus berbicara dengan sangat sopan kepada Nick. Anda, saya?! Huh! Mati sajalah sana Bos yang tidak berguna seperti itu!
" Iya. " Sialan memang kalau mulut Alenta sudah bicara! Anda, saya, semua tokoh yang disebutkan secara baku dan bahasa yang tersusun dengan rapih seperti itu hanya akan terjadi saat Alenta sedang menahan marah kepada Nick.
" Kalau begitu, silahkan diminum duku tehnya. Karena kalau tidak ada perintah lagi, saya harus segera kembali ke ruangan saya. "
Nick menelan salivanya, lalu mengajak Rebecca untuk meminum tehnya. Gila sih, bisa-bisanya dia begitu nurut dengan Alenta? Minum teh saja harus diperintah dulu olehnya, memang dasar gadis menyebalkan! Kalau saja bukan karena pesan Ayahnya yang tidak boleh memecat Alenta, sudah Nick tendang Alenta dari jauh-jauh hari.
" Brep....... " Nick menyemburkan teh itu, dan sialnya tidak sengaja dia menghadap ke arah Rebecca dan jadilah Rebecca terkena semburannya.
" Babe! " Pekik Rebecca yang terkejut dengan air teh yang muncrat ke tubuhnya.
" Aduh, Bos? Gaya pacaran Bos dan nona Rebecca benar-benar unik ya? Minum teh saja harus main sembur-semburan seperti dukun pelet saja. " Alenta menahan bibirnya yang ingin sekali tertawa.
Nick, pria itu kini menatap tajam Alenta karena marah. Bukan marah karena ucapan Alenta barusan, tapi karena rasa tehnya benar-benar sangat asin, aduh pokoknya jauh lebih asin dari pada air laut.
" Alenta, kau harus tahu konsekuensi dari apa yang kau lakukan ini. " Ancam Nick dengan tatapan super tajam meski suaranya terdengar biasa saja.
" Iya, Bos. Aku juga siap mengakuinya di depan tuan Nathan kok. "
Aduh! Mampus kalau sudah bawa-bawa nama Ayahnya. Kan itu sama saja bunuh diri? Sudah pasti Ayahnya akan bertanya kenapa melakukan itu kepada Nick, kalau Alenta menjawab kalau Nick sibuk berpacaran seharian hingga mengabaikan pekerjaannya? Metong sudah hidupnya!
" Oh, Alenta jangan di ambil hati, maksudku adalah, teh yang kau buat ini manis, dan karena aku merasa sangat suka dengan rasanya, aku akan menambahkan bonus untukmu nanti. " Alenta tersenyum, lalu mengangguk-angguk sok paham saja. Sementara Rebecca, gadis itu lagi-lagi harus merasakan kesal yamg luar biasa.
" Babe, tapi Alenta menaruh gula terlalu banyak di tehku sampai aku juga merasakan ngilu di gigiku! " Protes Rebecca. Iya memang sih, untuk ukuran teh seratus mili, dan gula sepuluh sendok teh siapa yang tidak akan ngilu dan mual?
Dasar Alenta! Dia pasti sengaja kan?! Kesal Nick di dalam hati.
Itu karena wajahmu yang selalu saja tajam dan tidak sedap dipandang setiap kali bertemu denganku! jadi jangan salahkan aku memberi banyak gula agar wajahmu sedikit terlihat manis.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!