Ruangan itu sangat ramai. Beberapa pejabat berkumpul dan saling berbincang. Bintang tamu sekaligus Tuan rumah adalah Pejabat Oliver yang baru-baru ini mendapat keuntungan besar senilai Miliaran dollar. Charlotte sebagai Nyonya rumah tentu menemani sang suami, bersama dengan putrinya: Olga Vivian Oliver.
Gambaran keluarga harmonis, itu yang dilihat orang lain. Namun, siapa tahu. Akhir-akhir ini, terjadi masalah dalam rumah tangga keluarga Oliver. Muncul dua wanita pengecoh yang kini berstatuskan anak dan istri Tuan Oliver.
Bagaimana Charlotte tidak marah ketika suami menyatakan hal itu.
"Ibu, kenapa dua wanita itu selalu menempel pada ayah?Siapa mereka?" kata Olga wanita berusia 19 tahun. Matanya mengisyaratkan keingintahuan, namun Nyonya Charlotte hanya menggeleng. Sejujurnya dia tahu siapa wanita itu. Nyonya Charlotte memegang bahu Olga. "Olga, kamu harus tumbuh menjadi wanita karier yang tidak serakah."
Mendengar perkataan itu, Olga merasakan firasat buruk. Dia memayunkan bibir, "Tentu saja, aku akan menjadi wanita sukses yang tidak serakah!"
Teriakan histeris orang-orang membuyarkan lamunan Olga. Olga memandang sekeliling, Ibunya sudah tidak berada disamping. Ditengoknya kearah pintu, Nyonya Charlotte meronta-ronta karena ditarik paksa dua orang bodyguard menuju ruangan tertutup milik Tuan Oliver. Olga juga berteriak histeris, kemudian berlari menuju ruangan itu.
Dengan mata kepalanya, Olga melihat Ayah yang sangat dia cintai, berseragam kan alat bedah. Didepannya berbaring puluhan anak-anak dan seorang wanita berstatuskan Istri sendiri. Olga membulatkan mata ketika melihat ayahnya menyayat dan mengambil organ dalam tubuh Nyonya Charlotte. Segera setelah itu, butiran bening turun membasahi wajah putihnya. Dengan terisak-isak dia berteriak,
"Ayah, apa yang Kau lakukan pada Ibuku?!" Olga berlari dan mendorong tubuh ayahnya yang berlumuran darah. Dia memukul dengan keras, memaki serta terisak dengan keras. "Bedebah!" hanya perkataan itu yang dilontarkan ayah.
Dengan segera beberapa bodyguard mengurung tangan Olga. Olga memberontak, sekarang dia tahu. Bahwa, mungkin ayahnya juga akan membunuhnya. Dengan tenaga yang tersisa, Olga menginjak kaki bodyguard dengan sepatu kets. Kemudian berlari sekuat dia bisa berlari.
Pintu rumah, Gerbang dan jendela ditutup rapat. Ruangan kedap suara kini menghantui para pejabat yang tersisa, derai air mata dan Isak tangis memenuhi ruangan itu. Ini bukan perjamuan yang mereka harapkan. Seandainya, mereka tahu. Hari ini adalah hari kematian pasti mereka tidak akan datang. Terlepas dari itu, anak-anak yang mereka bawa sudah dibunuh! Organ tubuh mereka sudah dicabik oleh monster keluarga Oliver. Dan kini giliran mereka sedang menunggu.
Kasus ini sudah diluar pola pikir manusia. Berani bertindak dimuka umum, dirumah sendiri. Pembunuhan berkelompok dengan sekian ratusan orang. Tapi, untuk Tuan Oliver, ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Satu tubuh manusia sudah membuatnya kaya dan sekarang dikali ratusan tubuh manusia. Siapa yang paling kaya di Ibukota Nang?
Olga meringkuk ketakutan dibawah ranjang kamarnya. Bahkan pintu kamar beserta jendela juga dikunci rapat. Olga menyatukan kedua tangannya menutup mata dan mulutnya berkomat-kamit memohon kepada Tuhan supaya diberi pertolongan. Air mata mengalir ketika mengingat kejadian dimana Ibunya dibunuh dan sekarang dia dikejar untuk dibunuh.
Deretan pintu terbuka. Olga semakin ketakutan. Terdengar langkah sepatu sedang mendekat, Olga memasang persiapan. Beruntung, beberapa Minggu yang lalu dia belajar ilmu beladiri. Hanya saja, kemampuan itu tidak mampu mengalahkan bodyguard keluarga Oliver.
Olga mengintip dari sela kain putih yang menutupi bawah ranjang. Yang tampak hanya kaki jenjang dan kokoh sedang berjalan disekitaran kasur. Hingga terhenti didepan kasur. "Sepertinya saya melihat kain itu bergerak." kata salah satunya. "Apa mungkin, Nona muda ada disana?"
Olga menelan ludahnya kasar. Mundur selangkah dengan kaki yang dia angkat supaya bunyi sepatunya tidak terdengar, namun sial! Karena sepatunya, dia malah ketahuan. Bunyi itu sangat memekikkan telinga. "Sepertinya, Nona muda ada disana. Ayo, kita periksa." katanya seraya menyingkirkan kain putih itu. Bersamaan dengan itu, Olga membuka sepatunya dan mengarahkan kedepan, supaya ketika orang yang membuka kain akan terkena timpukan sepatu.
Benar saja, lelaki itu membuka kain dan mendapati Olga. Bertepatan dengan itu, Olga memukul sangat keras kepala lelaki yang membuatnya menutup mata. Teman lelaki lekas membantu dan memegangi kepala rekannya. Disaat itu, Olga keluar dari kolong dan mengambil tongkat baseball yang dua hari lalu diletakkan dibelakang lemari. Olga memukuli mereka hingga pingsan. Namun, masalah belum selesai. Dia mendengar suara dari kamar kosong disebelah kamarnya yang berarti masih ada suruhan Ayahnya.
Olga segera meninggalkan kamar dan berjalan menuju loteng. Dia bisa turun dari sana dan terjun kelautan. Bukannya nekat, tapi itu adalah jalan satu-satunya karena rumah keluarga Oliver yang satu ini, terletak ditengah-tengah laut. Olga berprinsip, hari ini pasti ada kapal yang lewat atau jika tidak dia bisa berkeliaran dipulau demi menghindari kejaran bodyguard.
"Ibu... hiks, kenapa kamu pergi secepat itu? Ini semua, karena ayah! Apa kesalahan yang telah Kau perbuat? Hiks..." Olga menangis tak henti-hentinya. Dia menatap air laut yang tampak jernih, oleh karena sinar bulan. "Selamat jalan Ibu! Kelak, aku akan membalas perbuatan ayah. Aku akan membuat, dia membayar harga atas perbuatannya." kata Olga kemudian terjun kebawah.
Byur!!!
Basah kuyup tubuh Olga. Wanita itu, dengan menahan nafas berenang ketepian. Ditatapnya rumah keluarga Oliver atau lebih tepatnya Villa yang besar dan megah. Tersirat kebencian dan dendam dimata wanita itu. Dari luar sangat indah permai, tetapi didalam berlumurkan darah. Kemudian, Olga menatap kearah lautan, matanya memincing ketika ada sebuah kapal besar yang sedang menuju kesini. Hati Olga senang karena dia bisa pergi dari sini. Namun, para suruhan itu cepat menemukan.
"Tsk! Aku harus bagaimana?" Olga mulai memutar otaknya kemudian berenang lagi kelautan. Dia berpikir masih bisa berenang hingga kekapal. Pada saat yang sama, orang-orang suruhan juga sudah menaiki kapal yang kecil. Olga mulai gelisah, beberapa meter lagi dia akan meraih kapal itu dan pasti akan selamat. Namun, para suruhan sudah dibelakang hanya beberapa Centimeter akan sampai ke Olga.
"Berhenti Nona muda! Anda harus menurut dan pulang. Tuan ingin berbincang dengan anda!"
"Berbincang apanya! Jelas dia ingin aku mati! Pergilah kalian! Bukankah aku juga akan mati dilautan ini?!" bantah Olga dengan suara yang sangat nyaring supaya didengar orang dikapal.
Suara itu terdengar hingga jarak tujuh Meter. Seorang lelaki yang memimpin kapal itu memicingkan mata, kemudian sangat terkejut. "Apakah aku tidak salah lihat? Ada seorang gadis yang berenang menghindari sekumpulan pria. Terlebih, dia berkata bahwa dia akan mati? Sebaiknya hal ini, diberitahukan pada bos!"
Olga yang sudah lama berenang mulai kewalahan. Tubuhnya seperti ingin terhanyut. Apalagi, dia juga tidak menggunakan alat selam. Dan pada saat itu, terdengar sebuah tembakan diudara dan sebuah tangga yang terbuat dari kain terbentang dihadapan Olga. Rupanya kapal besar yang dia lihat sudah berada didepan mata. Olga naik dan akhirnya dia selamat.
Ternyata yang menyelamatkan Olga adalah seorang pria muda pemilik kapal. Kapal ini adalah kapal pribadi yang hanya ada satu diseluruh dunia. Kemudian mata Olga menatap pria itu heran. Siapakah gerangan pria didepannya?
"Ada apa dengan tatapan itu? Seolah-olah akulah yang berbuat tidak baik padamu." suaranya dingin dan terkesan horor membuat nyali Olga ciut. "Tidak! Aku tidak bermaksud menyalahkan mu. Aku hanya ingin berterimakasih karena telah membantuku!" kata Olga seraya membungkuk.
Pria itu tersenyum dingin. Memainkan wine ditangannya dengan nakal. Lalu, dia mendekat selangkah. "Kamu salah paham. Aku bukan orang yang suka menolong orang lain, aku menolong seseorang dengan imbalan."
"Imbalan?" Olga tampak terkejut. Dia melihat bajunya yang ternyata adalah sebuah gaun. Bagaimana mungkin dia memiliki uang untuk diberikan sebagai tanda terimakasih? "Aku tidak punya uang. Apa yang bisa kulakukan untuk mengganti rugi?" kata Olga.
"Mudah saja. Ikut denganku." katanya kemudian masuk kedalam kapal. Olga yang melihat itu, mengikut dari belakang.
Ketika Olga memasuki kapal, berapa terkejut ia. Ruangan itu sangat megah dan besar. Perabotan disana juga adalah barang antik. Terdiri dari Vas Suanha dari Negara X, Lukisan K.A.N dari Negara Z dan masih banyak lagi. Olga tahu itu, karena mendapatkan barang-barang antik seperti itu dengan sistem pelelangan. Pria itu bukan orang biasa!
Pria itu duduk disofa dengan elegan. Dia memandang Olga yang senantiasa berdiri tanpa mengambil inisiatif untuk duduk karena dia juga tahu diri. Dia tahu sekarang posisinya bagaimana. Dia bukan putri keluarga kaya dihadapan lelaki ini. "Siapa namamu!" lelaki itu masih dengan nada dingin menanyakan nama Olga.
"Olga Vivian."
"Marga?"
"Aku, tidak punya marga." Olga tidak akan mengakui Oliver dalam hidupnya. Namun, lelaki itu tahu jika Olga sedang berbohong.
"Jujurlah, jika kamu masih ingin hidup. Margamu?"
Olga dihadapkan dengan tekanan membuat dia membuka mulut dan berkata dengan sebenarnya. "O-Oliver!"
"O, keluarga pejabat yang satu itu. Ternyata dia masih memiliki putri nekat seperti kamu." semakin lama, Olga semakin tidak suka. Dia ingin lekas menjauh dari lautan ini dan menginjak daratan ibukota. "Aku ingin pergi. Bisakah kamu katakan apa yang harus kujaminkan untuk membayar uang sewa kapal ini?"
Dia tersenyum, "Jaminan? Aku ingin kamu menjadi jaminan." dalam isilah lain, lelaki itu telah mengatakan jika Olga harus memberikan dirinya sebagai ganti rugi. Karena tidak terima, seolah sedang merendahkan dirinya, Olga membanting Vas Suanha yang berada dimeja kecil didepan. "Harga Vas itu, Dua ratus tiga puluh juta dollar. Kamu benar-benar putri orang kaya sehingga bisa mengganti rugi."
Olga terperanjat. "Mati aku, kelepasan. Sekarang apa yang harus kulakukan untuk mengganti rugi? Jika aku masih bagian keluarga Oliver masih, mungkin. Tapi sekarang, aku tak punya uang satu dollar'pun. Olga... Olga, kenapa kamu sangat mudah marah?" batin Olga menangis.
Pada saat yang sama, guncangan hebat terjadi pada kapal. Teriakan terdengar dari luar. Lelaki itu berdiri kemudian tersenyum dingin. "Sepertinya perbincangan mengenai ganti rugi harus ditunda. Ada hama liar yang mencoba mengganggu." katanya kemudian menatap Olga. "Tunggu aku disini jangan mencoba lari. Kamu harus mengganti rugi." lalu, dia pergi.
Olga menatap punggung lelaki itu kesal, dia pikir Olga orang yang tidak menepati janji dan tidak membayar hutang? Sejurus kemudian Olga membuntuti kepergian lelaki itu. Cukup penasaran suara ricuh apa yang terjadi dan siapa yang dianggap hama?
Saat Olga keluar. Lagi dan lagi, darah yang dia lihat. Lelaki dingin itu berdiri ditengah-tengah musuhnya. dengan pistol dikedua tangan. Matanya menatap tajam beserta senyum miring diwajahnya. Dia bagaikan malaikat maut dimata Olga. "Sial! Satu bencana selesai bencana lain muncul. Kenapa aku menggali kuburan ku sendiri, kepada seorang pembunuh!" kata Olga dengan histeris, ingin lari.
Kelompok bajak laut kini meyerang membabi buta. Ketua bajak laut menggunakan kapak untuk menyerang. Dan anggota yang lain menggunakan samurai yang sangat tajam.
"Berani datang ke wilayah kami! Cari mati." kata ketua bajak laut tapi tidak direspon malah mendapat tembakan bahu. "Berisik! Tidak peduli ini wilayahmu atau tidak. Yang pasti, orang yang menghalangi jalanku akan mati!" perkataan itu bukan main-main. Lelaki itu menggunakan teknik yang rumit dan sulit untuk ditebak. Berlari dengan kencang kemudian menembak keudara kosong, saat perhatian teralihkan mengambil kesempatan untuk menembak bahu sebelah.
"Akh..."
"Aku akan membunuhmu!" kata ketua bajak laut kemudian menyerang dengan kapaknya. Lelaki hanya menyungging senyum licik. Dia menghindari dengan sangat lincah dan arogan membuat siapapun yang melihat sangat kesal.
Dor!
Satu tembakan tepat sasaran mengenai kaki kiri ketua bajak laut. Melihat pimpinan mereka sudah berlumuran darah, anggota ingin membantu. Namun, dihentikan oleh anak buah lelaki tersebut.
Dor!
Sekali lagi tembakan melayang kearah kaki kanan dan beruntun kearah kedua tangan ketua bajak laut. Sedetik kemudian, lelaki itu sudah ada didepan ketua bajak laut, mengarahkan belati kedada ketua bajak laut. "Siapa yang akan tertawa diakhir? Sudah melihatnya?" jelas itu adalah ejekan.
"SEBENARNYA SIAPA KAMU!!" dia berteriak dengan sangat keras membuat lelaki itu marah dan menusuknya lebih cepat dari yang diinginkan. "Berisik!"
Mata ketua bajak laut menyipit, dia melihat sebuah nama dijubah lelaki itu. Yang sedari tadi tiada ia perhatikan.
"DASH YANG! Bagaimana mungkin kamu adalah Bos Yang!"
Lelaki itu mendorong kemudian menginjak ketua bajak laut. Tatapan itu sangat tajam. "Hanya orang yang akan mati saja, yang tahu namaku!" katanya.
Olga yang berada diseberang mendengar itu semua, jantungnya berdegup kencang. Dia berlari masuk kedalam sebelum dilihat oleh Dash.
"Ya. Tuhan, bagaimana mungkin aku menumpang dikapal Bos yang?!"
Dash Yang adalah seorang pebisnis sukses di negara A. Pria berusia 28 tahun itu juga dirumorkan adalah kaisar dunia hitam, sifatnya keji dan sadis. Tidak ada kata ampun untuk orang yang menghalangi jalannya.
Matanya berbinar ingin menangis. "Apa aku akan mati? Olga, kenapa kamu berlaku tidak sopan padanya? Kenapa, kau pecahkan vas miliknya. Akh... tamatlah riwayatku, pasti aku akan mati."
"Siapa yang mati?" Dash masuk kedalam dengan pakaian berlumuran darah. Olga menutup mulut rapat, kembali dia mengingat kejadian dimana tubuh ayahnya berlumurkan darah. Jijik rasanya melihat itu. "Kamu melihatnya'kan?" tanya nya.
"Hah? Melihat apa?" Olga pura-pura tidak tahu apapun supaya terselamatkan dari ajal, namun dia salah. Lelaki itu tahu semuanya, tahu jika Olga sedari tadi berada disana, menonton pembunuhan.
"Kamu ingin mati dengan cara apa?"
"M-Mati? Haha... kamu bercanda, siapa yang akan mati? Aku tidak ingin mati. Oleh sebab itu, kamu bisa kembali membicarakan harga yang harus kubayar untuk mengganti rugi." kata Olga dengan tertawa
Dash memiringkan kepala. Dia duduk disebelah Olga. "Kamu bahkan sudah duduk disofaku yang sangat mahal" Olga lekas berdiri "Maaafkan, aku!" katanya. Dash kembali melanjutkan ucapan, "Bagaimana jika kamu ganti rugi dengan nyawamu?!"
Olga mundur selangkah, dia tersenyum palsu kemudian kakinya tersandung akibat meja yang menghalangi dibelakang. Tubuh Olga tidak seimbang, terjatuh kepelukan Dash. Wanita itu menatap lekat wajah Dash, sungguh tampan! Tapi sayang, terlalu kejam. Bahkan, tidak melepaskan wanita malang seperti Olga.
"Sampai kapan kamu akan terus berada di pelukanku?" perkataan Dash membuat Olga tersipu malu. Wanita itu terlalu malu untuk menatap wajah Dash. Dia berdiri dan memalingkan wajah. "Bisakah ganti ruginya tidak dengan nyawa? Aku masih mau hidup!"
"Tentu saja."
Olga kembali melihat kearah Dash. Matanya berbinar senang. "Apa yang harus kulakukan?"
Dash berdiri dan memegang dagu Olga, lelaki itu tidak sedikitpun menunjukkan senyum tulus. Selalu membuat orang lain tertekan dengan hawa mencekam. "Jadilah kekasihku!"
"Hah? Kekasihmu?!"
"Jangan salah paham. Aku berbuat seperti ini, demi diriku sendiri. Ibuku sangat menginginkan aku memiliki sepasang kekasih, dia bahkan membagikan ratusan kartu nama membuat aku sangat kerepotan. Dan sepertinya kamu cocok untuk hal itu, kamu bisa membantuku dan hutangmu kuanggap lunas." katanya "Satu lagi selain menghindari perjodohan, aku ingin kamu menjadi rekanku untuk menghadapi musuh."
Olga mendorong tubuh Dash. "Aku tidak keberatan dengan syarat yang pertama tapi untuk yang kedua sepertinya aku tidak bisa. Aku lebih baik menyerahkan nyawaku saja!" Dash semakin mendekat menyudutkan Olga dimeja kecil. "Kenapa, takut mati? Bukankah tujuannya sama saja, kamu akan mati?"
"B-Bukan, karena itu." bayang terkutuk itu kembali menghantui kepala Olga. Wanita itu mengeluarkan cairan bening dari matanya. Dia mengingat senyuman ibunya, bagaimana mungkin dia bisa tahan mengikuti Dash, berarti akan banyak pertumpahan darah.
"Lalu,"
Olga semakin menangis dengan kencang. Dia duduk dimeja itu, "Aku takut bukan kerena mati, tapi aku takut dengan pembunuhan. Ibuku baru saja dibunuh, bagaimana mungkin aku bisa tenang?" Dash terkejut dengan pernyataan Olga. "Kenapa kamu, bisa berkata membunuh dan mati dengan mudah? Hiks... kamu tidak akan terbayang bagaimana rasanya ibu dibunuh oleh ayah. Sakit!Sangat sakit! Aku ingin membalas dendam ini, pada ayah bajingan itu. Dan sekarang kamu menawarkan, aku menjadi rekanmu? Aku hanya ingin ke ibukota dan memulai hidup baru. Menjadi wanita karier yang tidak serakah. Seperti yang diinginkan oleh ibuku." kata Olga mengakhiri kata-katanya dengan bentakan.
Lama Dash merenung. Dia memasang wajah kaku, tidak bersalah. Menyipitkan mata, "Itu masalahmu! Bagiku tidak ada kata pemberontakan." kata Dash "Kamu cukup menarik, bukankah kamu ingin balas dendam? Kenapa tidak gunakan kesempatan ini. Aku menyukai tekad dan nyala api dimatamu. Kamu pasti akan menjadi anggota yang berbakat." diulurkannya tangan seolah menyatakan perjanjian. Olga tertegun, benar kata Dash. Apa yang coba dia pikirkan, ibunya sudah meninggal. Ayah berengsek itu pasti akan mengambil korban lagi.
"Baiklah."
Kontrak dua pihak!
•••
"Tuan, apakah wanita itu yang selama ini Anda cari?"
"Ya. Hanya dia saja yang cocok. Aku tidak tahu apa yang terjadi, bertahun-tahun aku mencari wanita yang cocok untuk menjadi rekan perjalananku sekaligus wanita yang bisa dijadikan kekasih, namun tak kunjung menemukan. Siapa sangka, aku bertemu dengannya dilautan. Ditengah-tengah kekacauan."
"Selanjutnya apa yang akan, Anda lakukan?"
"Melihat sejauh mana kemampuannya. Leo, apa tugas yang kuberikan padamu sudah selesai?"
Leo mengambil laptop dimeja. "Berikut data yang, saya dapat. Nona Olga baru saja melarikan diri dari kediaman keluarga Oliver. Setelah saya dan tim saya menyelidiki apa yang terjadi, ternyata disana terjadi kasus pembunuhan tertutup. Semua orang yang mengikuti perjamuan subuh dan organ tubuh mereka, dikirim kenegara lain. Ini bisnis gelap. Bahkan, pemerintah tidak tahu dan menutup mata."
"Menarik sangat menarik." Dash berdiri keluar dari ruangannya menuju ketempat persenjataan dimana Olga dia tempatkan.
Olga terengah-engah melawan wanita paling lemah dalam organisasi mafia milik Dash. Sekarang, dia tahu seburuk apa kemampuannya. "Sudah cukup! Kemari!" kata Dash. Bergegas Olga menghentikan aktifitasnya dan mengikuti Dash menuju ruangan lain.
Dash duduk disofa bersama dengan seorang sepasang suami-istri yang sudah berusia kepala empat. Dash segera memperkenalkan mereka.
"Tuan Charlos, ini adalah wanita yang akan kamu adopsi."
Tuan Charlos tersenyum begitu juga Nyonya Ellie, istrinya. "Aku adalah Adam Charlos dan ini istriku Ellie Maeri. Atas permintaan Tuan Yang, kami datang kesini untuk menjemputmu sebagai anggota keluarga baru. Kebetulan kami, adalah sepasang suami-istri yang tidak memiliki anak. Sangat beruntung."
"Apa maksudnya, ini?" Olga sedikit gugup. "Jangan khawatir. Mereka akan memberikanmu, apa yang kamu butuhkan. Bukankah kamu ingin keluar dari lautan ini dan pergi ke ibukota? Akan lebih muda bagiku dan bagimu jika kamu memiliki identitas yang jelas."
"Kamu melepaskan ku begitu saja?" Olga heran.
"Kenapa tidak, kontrak sudah dijalankan. Jangan berpikir dengan kamu tinggal dengan Keluarga Charlos kamu bisa melupakan kontrak perjanjian. Identitas mu hanya untuk mempermudah ini semua."
Apa yang dikatakan oleh Dash sangat benar. Dia berkeliaran sebagai kekasih Dash hanya akan memicu konflik karena tidak memiliki latar belakang. Apalagi, wajahnya yang kerap akrab dengan anak bangsawan lain. Jika dia memiliki latar belakang akan mudah menipu mereka. "Aku akan melakukannya dengan baik." kata Olga kemudian tersenyum manis.
Dash hanya mengangguk lalu melirik sekilas ketiga dua orang tua itu membawa putri angkatnya pulang. Ada perasaan tidak rela dan kesepian menyelimuti hati Dash. Wanita itu selalu membuatnya gelisah.
Untuk pergi ke ibukota masih harus menempuh jarak yang cukup jauh. Tuan Charlos menuntun Olga menuju kapal mereka yang berada disebelah. Kapal berlayar dan bergerak menuju ke ibukota. Olga duduk disebelah ibu angkat, ditatapnya dengan ragu. "Kenapa kamu menatap aku? Kamu gugup? Wajar saja, karena kami masih orang asing bagimu. Tapi, jangan khawatir. Kami pasti akan memberimu kasih sayang, anak manis."
"Terimakasih." kata Olga.
"Tidurlah dipahaku, sebelum kita sampai di ibukota. Perjalanan masih panjang." kata Nyonya Ellie.
Untuk pertama kalinya Olga tidur dipaha seorang ibu yang bukan ibunya. Matanya terpejam karena sangat lelah, tekanan yang ada dalam dirinya seketika lenyap. Kenyamanan yang diberikan Nyonya Ellie memang tidak seperti kenyamanan yang diberikan ibunya. Namun, itu sudah lebih dari kata cukup untuk dia membaringkan kepala dan tertidur dengan lelap.
"Dia manis, ya." kata Tuan Charlos.
"Ya. Entah masalah sebanyak apa yang dia pikirkan. Hingga Tuan Yang, ingin kita mengadopsinya. Tapi, aku sangat bersyukur. Karena akhirnya, bisa mendapatkan seorang putri dan bisa membagi kasih kepadanya." senyuman khas Nyonya Ellie sangat menawan dan itulah daya tariknya. "Kita akan menjaganya, padahal dia sudah berusia 19 tahun. Namun, wajahnya bagaikan anak berusia 16 tahun. Sangat imut!"
Itu benar. Memang usia Olga 19 tahun. Tapi hatinya sangat rapuh bagaikan anak kecil.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!