NovelToon NovelToon

HATE

01

Author Note:

Teman-teman maaf sekali saya ganti akun mangatoon ke MatchaMotcha yaa. Saya bingung mau UP ulang cerita ini atau tidak soalnya takut disangka plagiat karna saya sekarang pakai akun pena MatchaMotcha, akun saya sebelumnya tidak dapat saya login karena lupa password dan email.

Saya benar-benar sangat terharu ketika saya membaca komen-komen dari karya yang saya upload di akun lama.

Terima kasih atas dukungan dari teman-teman, saya sudah kembali aktif menulis. Maaf hiatus terlalu lama pasca kecelakaan yang saya pernah alami tahun lalu.

Jadi untuk itu, saya bertekad untuk re-upload cerita HATE kembali di akun baru saya ini.

...∆∆ LET'S BEGIN THE STORY ∆∆...

Hai aku Matcha, aku akan berbagi karya tulisanku pada kalian dari sini. Semoga ceritaku dapat menghibur di waktu luang teman-teman yaa ♡ᴗ♡

⚠️MAKAN DULU SEBELUM MEMBACA⚠️

Support on

IG: aerimatcha

Twitter: aerimatcha

...•••HATE•••...

Harvey

Aku pulang setelah 10 tahun. Hari ini aku akan bertemu dengan orang paling angkuh sedunia. Orang yang sudah hidup di dunia sana.

Ayahku.

Dia adalah orang yang paling tidak ingin ku temui seumur hidupku.

Tapi tentu saja, merupakan kewajibanku untuk mengantar kepergiannya untuk yang terakhir kali.

...______...

...VIP ROOM...

...Alm. Leon Andreas...

...Kepala marketing F coorperation...

...Istri Anna Andreas...

...Anak Lissa Andreas...

...Menantu Yohan Andreas...

...______...

Aneh.

Kok namanya berbeda?

Apa rumah dukanya bukan disini?

Para tamu pelayat juga sepertinya orang biasa semua. Menurut email benar kok disini rumah dukanya.

..._____...

...EMAIL - INBOX...

Hansen

Harvey...

Paman baru saja meninggal dunia. Rumah dukanya berada di Tiong Garden room VIP.

..._____...

"Apa kak Hansen salah memberi tahu tempatnya?" gumam Harvey saat kembali melihat email di ponselnya dan terus memastikan bahwa dia tidak salah lokasi.

"Tuan Muda Harvey," terdengar seseorang memanggil dari kejauhan.

Harvey berbalik ke arah suara itu.

Ah...... Ternyata para bawahan ayah.

"Mari ikut dengan kami, Ketua sudah menunggu anda," ucap salah satu dari mereka.

Hah? Ketua?

Ketua \= Ayah.

Ayah \= Ketua.

"Siapa yang menungguku?" tanya Harvey memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

"K-Ketua... Hehehe," jawabnya dengan ekspresi tampang cengengesan tidak jelas.

Louis William ayah dari Harvey adalah Ketua di World Grup dan Don di World Rider.

Braakk

"Ternyata masih hidup ya..." ujar Harvey kecewa menerobos masuk sebuah bangsal VVIP di rumah sakit belakang rumah duka yang juga saling terhubung melalui halaman belakang masing-masing karena memang satu perusahaan.

"Iya.. Masih..." jawab Louis singkat menyadari kekecewaan anak semata wayangnya.

"Karena sudah kehabisan alasan, sekarang ayah malah menggunakan nyawa sendiri untuk berbohong?"

"Tidak ada cara lain. Selama aku masih hidup kamu pasti tidak akan mau pulang. Dan juga kamu sudah tahu berita mengenai World Hotel kan? Aku berencana akan merombak dan membuatnya menjadi Kasino."

"Sebelum itu terjadi, saya akan merebutnya dari ayah. Jangan sentuh warisan ibuku."

"Hahaha apa kamu lupa hotel itu dari awal adalah milikku?"

"Uhuuk!" Harvey tersedak air liurnya sendiri, tertampar dengan kenyataan yang ada.

"I-iya juga sih. T-tapi ibu yang sudah bekerja keras untuk menjadikannya seperti sekarang."

"Aku melakukan ini karena kamu peduli jika tidak aku juga tidak tertarik. Hanya ini yang akan membuatmu tinggal, tidak keluyuran ke negara-negara orang melakukan hal-hal yang tidak jelas."

Manusia ini!

Ah bukan, dia sepertinya bukan manusia.

"Aku mau kamu menemui seorang wanita."

"Apaan tiba-tiba--" kalimat Harvey terputus.

"Seminggu 5 kali. Aku akan mengundang beberapa wanita dan menjadwalkannya. Pilihlah salah satu dari mereka yang cocok denganmu, jadikanlah sebagai calon istri."

Louis memotong perkataan Harvey dengan kalimat panjang yang masih sulit untuk dicerna.

"Pilih apa?"

"Calon istri."

"Siapa?"

"Kamu."

"Hahaha bercanda ya?"

"Hahaha bukan bercanda," jawab Louis dengan tawaan garing.

Beberapa saat selanjutnya Louis meneruskan kalimatnya, "Mau bagaimana lagi, kalau kamu terus berpergian seperti ini karena tidak mau menjadi penerusku. Kamu menikah saja dan berikan aku cucu sebagai penerus."

Harvey mematung, otaknya saat ini sangat sulit untuk mencerna kalimat panjang sang ayah.

Apakah pendengaranku masih normal?

Apakah sedari tadi aku tidak salah dengar?

Di dunia ini, wanita gila mana yang mau menjadi menantu dan istri dalam keluarga gangster mengerikan seperti ini.

Menghancurkan kehidupan anak sendiri masih belum cukup dan sekarang juga ingin menyeret orang asing masuk ke dalam neraka buatannya?

"Kalau jadi menantu dan istri pemilik World Grup, pasti akan banyak yang mengantri sukarela," ucap Louis seakan tahu apa yang ada di dalam pikiran anaknya saat ini.

Harvey masih setia membungkam mulutnya sama sekali tidak berniat menanggapi perintah-perintah sang ayah.

"Bagaimana kalau jadi seperti ini, cobalah perjodohan ini dan aku berjanji tidak akan menyentuh World Hotel dan memaksamu untuk menjadi penerus ku?" ucapnya lagi memberi penawaran.

"Dududu~~ Rapat pemegang saham kapan ya?" lagi-lagi Louis mencoba memancing Harvey.

Grrrggrrr

Saat ini darah ku sudah mendidih hingga ke ubun-ubun kepalaku. Ingin rasanya aku mencabik-cabik pria tua dihadapanku yang sedang memainkan Ipad-nya dengan duduk setengah berbaring di tempat tidur pasien.

...•••HATE•••...

World Hotel.

Terlihat para staf hotel yang sudah tidak lagi bersemangat untuk bekerja. Sejak desas-desus rumor World Hotel akan dirombak dan diubah menjadi Kasino oleh Ketua, sebab perputaran bisnis yang tidak berjalan dengan baik. Karena itu berarti cepat atau lambat mereka akan segera kena PHK.

Suasana yang tadinya suram dan tidak bersemangat berubah menjadi riuh berkat kedatangan seorang lelaki, tampan, berbadan tinggi kira-kira 184 cm, memiliki garis wajah tegas dan kulitnya yang putih mulus bak seperti pantat bayi.

Setiap orang yang melihatnya akan mengira bahwa lelaki tersebut telah banyak melakukan serentetan perawatan mahal untuk menjaga penampilannya, yang aslinya sama sekali tidak pernah diurus dengan baik karena sibuk dengan pemberontakan terhadap ayahnya.

Para staf di restoran World Hotel sibuk berbisik-bisik berkat lelaki yang duduk di salah satu meja disana, sibuk menikmati secangkir kopi americano miliknya. Bahkan hampir semua pasang mata tertuju pada lelaki tersebut.

"Harvey tipe idealmu seperti apa?" tanya seorang wanita yang beberapa saat lalu menghampirinya dan ikut duduk disana.

"Wanita yang memiliki mental besi."

Hari selanjutnya, "Tipe idealmu seperti apa?"

"Wanita yang bisa hidup dengan baik bahkan tanpa lelaki disampingnya."

Hari selanjutnya, "Anu, tipe idealmu seperti apa?"

"Wanita yang cantik, sensual dan sangat pintar saat diatas ranjang."

Plakk

Muncul suatu kejadian yang sangat menarik di restoran lantai 1 World Hotel pada hari itu.

Seorang Harvey William ditampar oleh wanita dipipinya.

Sepertinya lelaki itu datang ke setiap kencan bukan untuk menikah tapi untuk menerlantarkan wanitanya dan disebut-sebut sebagai penghancur hati para wanita.

Namun bukannya geram, Harvey malah menunjukkan senyuman yang menyilaukan setiap pasang mata yang melihatnya.

"Heh, kenapa aku merasa lega setelah ditampar?" gumam Harvey yang ikut terheran akan emosinya yang sangat tidak terduga.

...•••HATE•••...

...Biodata...

...Nama: Harvey William...

...Tinggi badan: 183 cm...

...Cast: Pewaris World Rider dan World Grup. Anak semata wayang Louis William....

"She is completely unexplainable. You think she is the good girl, but once you get to know her, you'll realize she's everything. She is brave, she is funny, she is honest, and you'll never know how nice she is in person." - Harvey untuk Theala.

...•••...

...Biodata...

...Nama: Louis William...

...Tinggi badan: 183 cm...

Cast: Don World Rider dan Presdir World Grup. Ayah Harvey dan paman Hansen.

02

Dua bulan kemudian.

"Untuk apa kau masih sibuk mempelajari begitu banyak berkas perusahaan?" tanya Louis yang mendapati anaknya masih terbangun di tengah malam, sibuk di ruang kerja milik Louis.

"Bukankah saya harus kembali ke perusahaan agar dapat merebut World Hotel dari anda?" timpal Harvey sambil memicingkan sudut bibirnya, guraunya menantang sang ayah.

"Hahaha cerdik juga ya. Hmm, uruslah segalanya untuk ayah dan mulailah bekerja besok."

"Apa?! Ayah setidaknya tolong beri saya waktu untuk mempelajari berkas perusahaan dulu dong."

"Hansen akan membantumu di perusahaan. Ayah sudah terlalu tua untuk bekerja terlalu keras," jawab santai Louis sembari melirik anak semata wayangnya.

Hari berlalu begitu cepat.

Sudah genap dua bulan Harvey kembali ke tanah airnya dari berkelana panjang ke negeri-negeri orang. Dan sampai detik ini masih belum berhasil dengan deretan kencan perjodohan yang diatur sang ayah untuknya.

Harvey memutuskan untuk kembali bekerja, demi merebut hotel yang sudah dibesarkan sang ibunda dari sang ayah.

"Akhirnya kau kembali juga ke perusahaan, kalau begitu kenapa aku mesti repot-repot mengancammu segala, cih bocah merepotkan!" ejek Louis teruntuk anak semata wayangnya yang kini sedang bersiap untuk pelantikannya.

Harvey mengacuhkan ocehan ayahnya dan pandangannya tetap setia pada pantulannya di cermin, "Saya juga tidak pernah meminta untuk di ancam, huh!" decihnya kesal.

...•••HATE•••...

Theala

Kantor perusahaan World Grup pusat.

Tersebar rumor bahwa akan muncul orang yang menarik. Dan kabarnya orang tersebut akan menjabat sebagai CEO baru menggantikan posisi Ketua di perusahaan.

Theala Anderson.

Orang-orang biasa memanggilku Theala.

Benar, aku adalah putri sulung Tommy Anderson.

Iya, tentunya dari pernikahan pertama ayahku.

Ibuku sudah meninggal saat usiaku masih terlalu muda. Tidak lama setelah ibuku meninggal ayahku menikah lagi dengan wanita yang bernama Sarah Adelard. Dan dari pernikahan mereka aku pun dihadiahi adik perempuan yang cantik, bernama Rachel Anderson.

Aku bekerja di World Grup sejak satu tahun yang lalu, sebagai sekretaris pribadi Wakil Direktur.

Menarik ya?

Seorang Theala Anderson bisa masuk ke perusahaan World Grup sedangkan keluargaku sendiri juga mempunyai perusahaan yang cukup besar meskipun masih jauh kalah besar dibandingkan World Grup.

Dari semenjak aku kecil, aku sudah bertekad tidak akan mengharapkan apapun pada keluarga dibalik namaku.

Aku juga memilih untuk menempuh studi kuliah di London karena kondisi keluargaku yang memang ingin membuangku, lalu setelah mendapat gelar studi aku memasukan cv lamaran kerja untuk bekerja di World Grup dan betapa beruntungnya cv lamaran kerjaku diterima hanya dalam sekali coba.

Dan disinilah Theala Anderson sekarang.

Aku bekerja untuk keponakan dari Ketua, menjadi sekretaris pribadi dari seorang Hansen William yang karismatik.

Bagaimana cara mendiskripsikan sosoknya... Hmm ah begitu sulit, yang dapat dipastikan adalah Tuan Hansen itu sangat tampan.

Di World Grup tersebar rumor bahwa anak dari Ketua akan bergabung di perusahaan. Aku belum pernah mendengar tentangnya, bagaimana sosoknya dan siapa namanya. Yang aku tahu Ketua memang memiliki anak lelaki semata wayang.

Aku heran apa memang menyembunyikan identitas adalah kesenangan para calon pewaris perusahaan besar?

Para karyawan diwajibkan untuk berkumpul di lobi perusahaan guna penyambutan anak Ketua.

Aku sangat penasaran, entah kenapa aku menjadi sangat gugup ditambah Tuan Hansen yang sama sekali belum kelihatan di kantornya. Aku jadi tidak bisa bertanya-tanya kepadanya.

Tuan Hansen adalah orang yang tegas namun juga enak untuk diajak mengobrol disaat waktu santai, itulah kenapa aku jadi tidak sungkan lagi dengannya.

Petugas-petugas keamanan perusahaan sudah mulai berjejer membentuk suatu barisan dan ada juga beberapa pengawal berseragam jas hitam yang keluar dari mobil-mobil dari belakang mobil Ketua turut ikut mengatur posisi.

"Beri hormat!"

Serentak kami para karyawan yang berkumpul sedikit membungkukan badan untuk memberi hormat.

"Beliau adalah Tuan Harvey William, putra tunggal dari Ketua. Hari ini beliau resmi menjadi penerus Ketua di World Grup, Tuan Sehun adalah Direktur Utama kita yang baru."

Suara riuh sorak-sorai terdengar jelas dari beberapa eksekutif perusahaan yang memberi salam dan ucapan selamat, juga dari para staf wanita yang terpesona akan sosoknya.

Entah karena Harvey memang sosok yang tidak suka berbicara panjang lebar atau memang karena dia tidak tertarik untuk memperkenalkan dirinya kepada para karyawan yang sedang menyambut kedatangannya di perusahaan saat ini.

Harvey malah melangkahkan kakinya hendak meninggalkan lobi dan para karyawan yang berkumpul disana hendak memasuki perusahaan.

Theala sedikit tersentak karena tiba-tiba ada tangan lelaki yang terulurkan di depannya, tanda ingin berjabat tangan.

Orang tersebut tidak lain adalah Harvey.

Direktur Utama World Grup yang baru. Putra tunggal Ketua, Louis William.

Keduanya berjabat tangan singkat dan saling membalas senyuman, tetapi juga di antara mereka tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun.

Kemudian kedua Tuan Muda World Grup itu berlalu memasuki perusahaan dan menuju ke kantor mereka.

...•••HATE•••...

Hansen

Dua bulan yang lalu.

Sudah satu jam aku menunggu di bandara.

Jangan bilang kalau aku di prank salah jam penjemputan.

Tidak lucu! Aku akan beli semua bandara yang ada di negara ini kalau sampai aku dikerjain oleh Harvey, supaya dia tidak bisa lagi kembali ke negara ini, ingin sekali rasanya aku blacklist dia dari semua bandara.

"Cari mati?" pekik Hansen ke seseorang yang berani menutup matanya dengan dekapan tangan.

"Sayang kamu sengaja luangin waktu untuk jemput aku ya?" jawabnya dengan suara yang sengaja di cantik-cantikan manja.

"Beneran minta mati sih ini!" kata Hansen yang sudah emosi.

"Minta gendong bukan minta mati," timpalnya dan setelah itu dia langsung loncat ke punggung Hansen, "Ayo let's go kita ke mobil."

Hansen langsung memutar dan membanting badan lelaki itu ke lantai dengan jurus judo yang sudah diajarkan sejak kecil.

Tidak jauh berbeda dengan keluarga mafia pada umumnya, begitu pun Harvey dan Hansen yang sudah sejak kecil terbiasa dengan latihan fisik dan beladiri yang berat untuk anak-anak seusia mereka karena tuntutan mereka harus dapat menguasai teknik-teknik beladiri dari segala macam jenis beladiri.

Hampir akan kembali menyerangnya dengan tendangan taekwondo dari kaki kanan panjang miliknya sebelum lelaki itu langsung sigap berguling kesamping, berdiri dan memasang kuda-kuda kuat untuk menahan serangan.

"Kau!"

"Hehe long time no see my brother," ucap Harvey cengengesan mendapati ekspresi Hansen yang dianggapnya lucu.

Di mobil.

Dalam perjalanan ke mansion keluarga.

"Benar kau tidak perlu ku antar ke rumah duka?"

"Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri dengan mobilku."

...•••HATE•••...

...Biodata...

...Nama: Theala Anderson...

...(Theala Florence)...

...Tinggi badan: 165 cm...

...Cast: Anak pertama Tommy Anderson dari pernikahan pertama....

"I wish I was Her. I wish I was She. How I wish I was this person to you, because you are my Him and you are my He; but I am not your Her, nor am I your She." - Theala untuk Harvey.

...•••...

...Biodata...

...Nama: Hansen William...

...Tinggi Badan: 186 cm...

...Cast: Wakil Presiden Direktur World Grup. Under Boss World Rider. Keponakan Louis William....

"I wonder how can people love without getting a return." - Hansen untuk para korbannya.

03

Hansen mengikuti langkah kaki adik sepupunya itu, mengantarkannya ke ruang kantor pribadi Direktur Utama perusahaan tersebut.

Duduklah Harvey, dibalik meja kerjanya dan Hansen yang duduk tepat di atas meja kerja Harvey sembari menyulut sebatang rokok yang diselipkannya disela bibir merah mudanya.

"Kak, siapa gadis yang tadi aku sapa?" tanya Harvey sembari memainkan ponselnya.

"Hah? Kapan kau menyapa gadis?" tanya Hansen bingung.

"Di lobi. Gadis berambut panjang hitam, yang mengulas bibirnya berwarna Orange dengan makeup natural yang aku ajak berjabat tangan."

"Ah! Ternyata yang kau maksud Theala, dia sekretaris pribadiku."

"Dia milikku sekarang."

"A-apa maksud--" Hansen sedikit tergejolak kaget lalu memahami maksud perkataan dari adik sepupunya itu, lalu ia menghela nafas lesu merasa barang kesukaannya dirampas paksa oleh Tuan Muda yang senang berlaku sesukanya.

"Baiklah, aku akan memanggilnya untukmu."

...•••HATE•••...

Theala

Sebelum langkahnya menuju pintu Hansen mematikan rokoknya di asbak yang tersedia di meja sofa santai di dalam kantor itu, berlalu keluar ruang kantor Direktur Utama dan kembali ke ruangan pribadinya.

"Berkemaslah dan pindah ke ruang kerja sekretaris pribadi Presdir. Jangan lupa ikut aku untuk memberikan salam kepada Presdir baru."

"Tapi Tuan Hansen, pekerjaan saya disini masih sangat banyak yang belum diselesaikan," jawab Theala sopan mengingat pekerjaannya sebagai sekretaris wakil Direktur Utama yang masih begitu banyak.

"Sudah tinggal saja. Biar orang lain yang mengurusnya untukku."

Setelah Hansen memberi perintah langsung untuknya, dia langsung berkemas dan memindahkan segala barang peralatan kantornya menuju ke ruangan sekretaris pribadi Direktur Utama perusahaan yang tidak lain adalah Harvey.

Seusai meletakan barang-barangnya lalu bersama Hansen, ia pun masuk ke dalam ruangan Direktur Utama untuk memberi salam.

"Heh, lama sekali hanya untuk berkemas barang sekecil itu! Apa kau sudah gila berani membuatku menunggu?" ucap Harvey tiba-tiba, matanya membidik tajam ke arah Theala.

Melihat sikap Theala yang seperti tidak ada ketertarikan dengan kekuasaan dan ketampanannya itu membuatnya geram.

"Maaf Tuan, saya telah lancang dan kurang ajar sudah membuat anda menunggu," ujar Theala.

Cih, orang gila macam apa yang mendadak menjadi bosku!

Bukankah untuk di pindah tugaskan setidaknya harus diberikan waktu berkemas?

Mengingat bahwa Harvey adalah orang yang seenak hatinya Hansen pun membantu menenangkan situasi. Khawatir primadona World Grup, bisa-bisa akan melarikan diri dari perusahaan.

"Aku langsung menyuruhnya ke ruanganmu saat dia belum selesai untuk berkemas dan menuju kesini juga perlu berjalan bukan dengan sulap."

Tubuh Theala bergetar merasa ngeri dengan sikap dan tatapan Harvey orang yang baru pertama kali bertemu dengannya, namun sudah bersikap kasar dan membentaknya.

"Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi pergilah!" ucap Harvey melambai-lambaikan tangan kirinya menyuruh Hansen untuk keluar dari ruangannya tanpa melihat kakak sepupunya itu, lalu tatapannya beralih kepada Theala.

"Dan kamu tetap disini untuk menemaniku bekerja!"

"Kalau sudah bosan kembalikan lagi ya~" Hansen berlalu pergi sembari melambaikan tangan kanannya keatas tanda pamit, meninggalkan keduanya.

Padahal ini baru hari pertama aku bekerja menjadi sekretaris pribadinya bahkan belum ada satu jam, tapi sudah bersikap mengerikan seperti ini.

Theala tertunduk sibuk dengan pemikirannya sendiri sembari mengepalkan kedua telapak tangan, menahan amarah mendalam tetapi tidak dapat ia lontarkan.

Lagi-lagi ia hanya dapat bersikap menurut kepada Harvey dan tidak tahu entah melakukan apa hanya terduduk diam di sofa menemani bosnya yang sedang bekerja dibalik meja kerjanya.

Lalu apa gunaku disini?

Bahkan aku belum sempat membereskan barang-barangku. Dia juga tidak menyuruhku untuk membantunya melakukan apapun.

Saat menawarkan hal apa yang bisa untuk ia bantu, Harvey hanya terdiam tak menggubris. Theala pun kembali duduk di sofa, tertunduk dan terdiam menunggu perintah dari Harvey untuknya.

Tiba-tiba suara Harvey yang memerintahkan Theala untuk bangun dan mendekat ke mejanya memecahkan keheningan di dalam ruangan tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Harvey?" Theala menghampiri Harvey sesuai perintah.

"Kemarilah duduk di pangkuanku."

Sontak Theala bergidik merinding mendengar perintah Harvey dan dengan terbata-bata ia menanyakan dan memperjelas, apakah ia tidak salah mendengar.

"A-apa m-maksud, T-tuan?" tanya Theala terbata-bata.

"Aku lelah dan bosan, temani aku sembari aku melanjutkan pekerjaanku."

Theala hanya dapat mematung mendengar penjelasan dari Harvey.

"Apa kau bermaksud untuk membantahku?!"

Seketika tubuh Theala dengan sendirinya bergerak menuruti perintah, tubuhnya bagaikan robot yang di kontrol menggunakan remote. Seperti sudah terbiasa dengan perintah-perintah mengerikan tubuhnya memiliki reflek yang sangat baik untuk patuh.

Theala pun dengan tidak sadar sudah duduk dipangkuan Harvey dan terpaksa menemaninya bekerja dengan posisi yang tidak sewajarnya.

Pekerjaan apakah sebenarnya yang telah ia jabat selama setahun terakhir ini, kenapa tiba-tiba ia merasa bahwa perpindahan tugas kerja ini hanya formalitas kantor semata.

Sedangkan pekerjaannya saat ini yang sebenarnya hanyalah wanita penghibur untuk dimainkan, dikala sang atasan sedang merasa bosan dan jenuh dengan urusan kantornya.

Harvey melanjutkan pekerjaannya sembari memeluk tubuh langsing Theala di pangkuannya. Mungkin hal itu belum cukup membuatnya merasa terhibur, ia pun melancarkan aksinya dengan menciumi tengkuk leher wanita itu.

"Tuan sudah keterlaluan!"

Theala yang sudah geram sedari tadi sontak bangun dari pangkuan Harvey, membentaknya dan bahkan menamparnya kuat dengan tangan kanannya.

"Kurang ajar! Beraninya kau!" pekik Harvey sambil memegangi pipi yang panas.

Bagi Harvey ini adalah kali pertama ada seseorang yang berani menampar pipinya, apalagi dengan sekuat tenaga amarah seperti itu. Karena sebelumnya ia hanya pernah sekali mendapat tamparan kecil seperti disengaja tanpa menggunakan tenaga -flashback kencan perjodohan di restoran World Hotel.

Merasa tidak terima dan marah yang sangat memuncak. Harvey pun tanpa sadar seperti kebiasaannya, ia langsung memegang tubuh Theala mendorongnya dan menjatuhkannya ke sofa. Memulai aksinya yang sudah melampaui batas apa lagi yang ia lakukan tidak pantas untuk hubungan bos dan karyawan di dalam ruangan kantornya tersebut.

Sebelumnya tidak lupa ia mengambil remote untuk mengunci pintu dan menutup tirai jendela ruangannya. Haevey pun mencoba menyetubuhi paksa Theala di sofa di dalam ruangan kantornya itu.

Theala mencoba memberontak dan menolak perlakuan bos besarnya itu sembari menangis ia hendak berteriak untuk meminta bantuan.

Namun Harvey dengan sigap membungkam mulutnya dan mengancamnya.

"Heh, dasar tidak tahu malu! Apa kau pernah berpikir sebelum bertindak?!"

Hah, berpikir sebelum bertindak, apa yang dia maksud?

Bukankah kalimat itu seharusnya yang terucap dari mulutku untuknya?

"Bila kau berani menolak dan bersikap kurang ajar lagi aku tidak segan-segan untuk membuat hidupmu hancur!"

Theala masih berusaha untuk memberontak dan melepaskan diri dari tubuh Harvey tanpa mendengarkan ancaman tersebut.

"Bila kau tidak menurut aku akan memecatmu saat ini juga dan bisa aku pastikan tidak ada perusahaan ataupun tempat yang akan sudi menerimamu bekerja disana!"

Sontak tubuh Theala pun lemas mendengar ancaman tersebut, ia melemahkan pertahanannya, hanya ada ketakutan yang berkecambuk dalam benaknya.

Bagaimana bila ancaman Harvey itu bukan main-main atau sekedar hanya untuk menakut-nakutinya saja.

Hidupku sudah tidak mempunyai masa depan di rumah ayah, aku tidak mau menghancurkan harapan hidupku lagi saat ini.

Tubuh Theala refleks merespon ketakutannya dan membuatnya terdiam bergetar ketakutan, namun hal itu tidak membuat Harvey iba dan merasa kasihan baginya ini adalah hal yang menguntungkannya.

Harvey pun tidak menunda apa yang sudah ingin ia lakukan sedari tadi, tanpa membuang waktu lama ia pun menikmati tubuh Theala sembari mendengar rintihan tangisan yang tidak kunjung berhenti sejak awal memulai aksinya hingga tuntas menyelesaikannya.

"Heh, kedepannya bersikap manis dan baiklah, sangat tidak enak bermain dengan boneka. Aku tidak dapat menikmatinya dengan benar!"

Kesucianku yang selama ini aku jaga dengan baik akhirnya hilang begitu saja di tangan pria brengsek ini!

"Bila kedepannya sikapmu tetap seperti ini, ancamanku masih berlaku!"

Theala masih sibuk dengan tangisannya yang hanya dapat ia suarakan kecil sembari menutupi tubuhnya yang sudah acak-acakan penuh tanda merah bekas genggaman kuat dan ulah kesenangan dari Harvey.

"Terima kasih Tuan Muda Harvey, telah mengasihani saya."

Terima kasih, bahkan sebuah kata yang harusnya aku dapatkan tidak terdengar dari mulutnya, malah aku yang melontarkannya.

Apa aku sudah gila?

Kenapa malah aku yang mengucapkan terima kasih atas pelecehan yang aku terima dari dia.

Pikir Theala meratapi nasibnya, sebegitu ketakutannya ia mendengar ancaman-ancaman yang dilontarkan Harvey kepadanya membuatnya tidak dapat berpikir jernih.

"Baiklah, kau boleh keluar dan pulang sekarang. Kembalilah besok lagi untuk bekerja," begitulah Harvey menyuruhnya meninggalkan perusahaan setelah semua yang telah ia perbuat terhadapnya.

Theala pun hanya mengangguk tidak bergeming dan tidak berani menatap wajah Harvey hingga ia keluar dari ruangan kantor Direktur Utama, lalu ia pun mengambil tas miliknya di ruang kerjanya, berjalan keluar meninggalkan perusahaan dan pulang kembali ke studio apartemen miliknya.

Hari pertama bekerja dengan bos baru yang berasa seperti di neraka pun akhirnya dilaluinya, tanpa tahu hari-hari selanjutnya entah kengerian apa lagi yang sudah menunggunya.

...•••HATE•••...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!