NovelToon NovelToon

Possessive Brother

Keluarga Harmonis.

Syahidah gadis berusia 18 tahun duduk di kelas 12 SMA, berasal dari keluarga kaya membuat ia bersekolah di sekolah yang cukup elit, sekolah itu tak sembarang murid yang bisa masuk ke sana. Selain orang-orang kaya hanya orang-orang yang menerima beasiswa dari sekolah asal mereka karena kecerdasan yang mereka miliki.

Selain berasal dari keluarga kaya Syahidah juga memiliki kepintaran diatas teman-temannya yang lainnya. Jika dilihat sepintas Ia sama saja dengan gadis remaja seusianya. Namun, jika ditelisik ia merupakan salah satu anak yang memiliki kejeniusan. Syahidah mampu meretas sebuah sistem tersulit sekalipun dan kemampuannya itu didapatkan sejak ia kecil.

Tak jarang Syahidah membantu pekerjaan papanya yang juga bergerak dalam bidang IT dan game online.

Ya, Syahidah anak dari pengusaha IT dan game online terkemuka. Rafiz, papa Syahida dan Nandira, mamanya. Nandira tak kalah suksesnya ia memiliki perusahaan di bidang properti dan kuliner.

Kekayaan yang ia miliki, semua fasilitas mewah yang ia rasakan tak membuatnya menjadi membatasi diri untuk menerima atau berteman dengan siapapun, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah.

Kebaikan hati dan sifat loyalitas seorang Syahidah membuat ia memiliki teman yang banyak.

Dia sangat ceria dan mudah bergaul.

Semua pasti sangat iri melihat kehidupan Syahidah memiliki keluarga yang kaya dan keluarga yang harmonis serta kejeniusan. Namun, semua akan merasa bersyukur memiliki kehidupannya sendiri saat mengetahui jika Syahidah memiliki seorang kakak lebih tepatnya saudara kembarnya bernama Zidan.

Zidan adalah saudara kembar Syahidah. Tak kalah dengan Syahidah, Zidan juga memiliki kejeniusan. Ia mampu menciptakan beberapa game online. Namun, trauma masa kecilnya membuat Zidan berhenti dari menciptakan berbagai macam game dan memilih untuk menjadi pemain.

Zidan memainkan game ciptaannya sendiri bernama Secret Partner yang merupakan game nomor 1 di dunia.

Sama halnya dengan Syahidah, Zidan juga merahasiakan kemampuannya, hanya orang tertentu yang mengetahuinya. Bukan hanya di dunia nyata dalam dunia game Ia juga merahasiakan identitasnya memberi nama akunnya My Boss, hanya orang terdekat dan sahabatnya saja yang tahu jika akun My Boss adalah miliknya.

Sikap posesif dari Zidan sungguh sangat meresahkan bagi Syahidah, ia ingin menikmati kehidupan remajanya seperti teman-teman yang lainnya.

Tidak boleh ke sana, tidak boleh ke sini, harus ini, dan harus itu. Semua harus sesuai dengan aturannya dan harus dengan izinnya.

Zidan tidak hanya positif kepada Syahidah, tapi juga dengan adik kecilnya Syakila.

Keluarga mereka merupakan keluarga yang sangat harmonis.

Pagi hari di kediaman Rafiz.

"Pah, Papa ngomong dong sama Kak Zidan. Syahidah ini bukan anak kecil lagi yang harus diatur hal-hal kecil sekalipun," keluh Syahidah mengenai kelakuan kakaknya.

"Kamu kan bisa ngomong sendiri sama kakak kamu," bukannya Rafiz yang menjawab justru Nandira lah menjawab keluhannya.

"Iya Mah, kak Zidan juga selalu aja ngatur Shakila nggak boleh main sama siapa aja, nggak boleh beli apa aja," Syakila si bontot juga mengeluarkan sikap kakaknya itu.

Papa mereka hanya menggeleng dan tersenyum mendengar keluhan anak-anaknya, dalam hati Ia senang dengan sikap posesif Zidan dengan begitu Semua hanya akan menggerutu tentang sikap Zidan. Mungkin jika Zidan tak bersikap seperti itu justru dirinyalah yang akan bersikap posesif pada kedua putrinya.

"Kakak bersikap seperti itu untuk menjaga kalian, Kak itu ga mau kalian kenapa-napa," ucap Zidan yang baru bergabung menghampiri mereka di meja makan.

"Tapi kan nggak gitu juga, Kak. masa iya Syahidah nggak boleh keluar nonton bareng teman-teman, aku keluarnya pake waktu. Temanku setiap saat dan kapanpun mereka mau bahkan lewat tengah malam mereka boleh-boleh aja," ucap Syahidah memainkan bibirnya memakan roti selai coklat yang dimakannya.

"Kakak tidak melarangmu untuk keluar, tapi ada waktunya tertentu. Kita anak sekolah, kamu mau jadi apa keluarnya lewat tengah malam."

"Jadi boleh ga nih aku keluar dengan teman cowok? Siang ko, cuma nonton aja."

"Nggak boleh," jawab Zidan tegas.

"Kak, teman-temanku tuh sudah punya pacar, cuman Aku aja yang nggak punya pacar," keluah Syahidah. Ia sudah kelas 12, tapi belum pernah ia pacaran sekalipun. Bukan karena tak ada yang mau, tapi tak ada yang berani dengan Zidan.

"Kakak aja nggak punya pacar," jawab Zidan singkat.

"Kakak aja yang terlalu cuek sama orang, jangankan mau jadi pacar kakak dekat Kakak aja mereka takut," ucap Syahidah berlalu pergi meninggalkan meja makan, ia sudah selesai makan.

"Kakak tunggu Aku," teriak Shakila berlari mengejar Kakaknya.

"Zidan kamu tuh jangan terlalu posesif sama adik kamu, nanti dia berontak loh," Tegur Nandira.

Zidan baru saja ingin menjawab. Namun, Papanya sudah berbicara lebih dulu.

"Udah, nggak apa-apa. Papa suka dengan aturan kamu," ucap Rafiz yang juga bersiap untuk berangkat ke kantor.

Zidan hanya tertawa dan memberi ciuman di udara kepada mamanya.

Nandira bertolak pinggang sambil menggeleng melihat kelakuan suami dan anaknya, mereka berdua terlalu posesif.

Syahidah ke sekolah bersama dengan Shakila diantar oleh supir mereka sedangkan Zidan sudah bisa membawa mobil sendiri ke sekolah.

Di sekolah.

"Syahidah," teriak Nara saat Syahidah baru memasuki pintu ruang kelas, mereka adalah teman Syahidah dari kecil.

Syahidah menghampiri teman-temannya, Nara dan Lusy dengan wajah betenya.

"Kamu kenapa sih?" tanya Lusy saat Syahidah sudah duduk.

Tanpa menjawab Syahidah menunjuk Zidan yang baru masuk ke dalam kelas dengan tatapannya.

"Wah ... Syahidah Kakak kamu kok makin tampan sih," ucap Lucy menopang dagunya dengan kedua tangannya bertumpu di meja mengagumi ketampanan Zidan.

"Iya sih tampan, tapi nyebelin." mengeluarkan lidahnya saat tatapan Zidan bertemu dengannya.

Zidan juga duduk di kelas yang sama dengan Syahidah, lebih tepatnya duduk di bagian bangku belakang Syahidah.

Lusy dengan tak tahu malu nya terus menatap Zidan hingga ia berputar agar bisa tetap melihat Zidan yang duduk di belakang mereka.

"Jangan diliatin terus," protes Syahidah menarik wajah Lusy agar tak melihat kakaknya.

"Kamu tahu nggak kamu tuh sama nyebelin nya sama kakak kamu. kakak kamu cuek, kamu pelit," ucap Lusy kesal.

"Aku pelit? Sejak kapan aku pelit sama kamu!" Protes Syahidah, ia yang selama ini selalu mentraktir mereka baik di kantin maupun saat berada di mall.

"Nih baru saja, masa melihat wajah tampan kakak kamu aja nggak boleh, dasar pelit," ucap Lusy manyun.

Nara tertawa kemudian ia mendekat pada mereka berdua.

Lusy duduk dengan Syahidah sedangkan Nara duduk di bangku di depan syahidah dan Lusy.

"Setelah sekolah kita ke Mall yuk, katanya ada film baru," ajak Nara.

"Iya, mau," sahut keduanya.

"Kamu izin dulu tuh sama satpam kamu," ucap Nara pada Syahidah menunjuk Zidan yang duduk diam di belakang terus memperhatikan mereka.

"Kak boleh, ya?" tanya Syahidah melihat Zidan, ia yakin kakaknya mendengar pembicaraan mereka tadi.

Dengan gaya coolnya Zidan mengganggu membuat syahidah bersorak.

Sepulang sekolah mereka semua pergi ke Mall, seperti biasa Syahidah akan menjadi bendahara mereka atau ATM berjalan lebih tepatnya.

Mereka bertiga memiliki akun YouTube dan yang mengelola keuangan adalah Syahidah, mereka hanya akan menggunakan uang tersebut saat Shopping bersama-sama, dengan kemampuan IT Syahidah mereka berhasil mendapatkan viewer yang lumayan.

Mereka berbelanja bersama, membeli barang-barang keperluan mereka.

Saat akan menuju ke bioskop, Syahidah tak sengaja menabrak seseorang.

"Maaf, maaf. Aku nggak sengaja," ucap Syahidah mencoba memungut ponsel orang tersebut yang terjatuh karena ulahnya.

Orang itu mengambil ponselnya dan hanya melihat Syahidah kemudian berlalu pergi meninggalkan Syahidah dengan keterpesonaan nya, syahidah terus menatap pria yang baru saja ditabraknya.

"Zidan, ngapain kamu kesini," teriak Nara.

Membuat Syahidah langsung gelagapan

"Mana kak Zidan?" tanyanya panik.

"Mana aku tau," ucapan Nara berlalu perjalanan menuju ke bioskop.

Nara hanya mengerjai temannya itu.

Lusi tertawa dan merangkul Syahidah yang manyun karena Nara berhasil mengerjainya.

Aturan yang paling utama yang diberikan Zidan kepada Syahidah yaitu tak boleh berpacaran.

🌹🌹🌹

Terima kasih sudah membaca.

🌹🌹🌹

Tebar Pesona

Mereka menonton film romantis, Nara dan Lusy terbawa alur dan suasana hingga meneteskan air mata.

Disaat Lusi dan Nara terbawa suasana hingga sesegukan, Syahidah justru terus tertawa cekikikan.

"Kamu kenapa sih, filmnya sedikit ini kok malah cekikikan kayak gitu?" tanya Nara menyikut Syahidah.

"Lihat tampan banget ya?" ucap Syahida memperlihatkan foto orang yang baru saja ditabraknya.

Syahida sedang meretas CCTV dari Mall tersebut dan mengambil rekaman di mana ia tanpa sengaja menabrak sosok pria yang sesaat menggetarkan hatinya.

Bukan Syahida namanya jika tak mampu mengetahui siapa orang tersebut.

Hanya dengan mengutak-ngatik ponselnya Ya sudah bisa mengetahui nama orang tersebut.

Film berakhir mereka masih ingin berjalan-jalan. Namun, Zidan sudah menelponnya agar memintanya untuk cepat pulang.

"Kakak kamu gimana sih, ini kan baru jam 8," ucap Nara melihat jam tangannya.

Saat berada di mall mereka akan lupa waktu, terlebih lagi saat sesi berbelanja.

"Kamu tahu sendiri 'kan kak Zidan kalau aku nggak mau nurut sama dia aku bisa bisa dihukum lagi nggak boleh lagi ke mall bareng kalian."

"Ya udah, kamu pulang aja sana," ucap Lucy.

"Kalian belum mau pulang?" tanya Syahida.

"Aku udah izin sampai jam 9 malam, Kata mamaku nggak apa-apa," jawab Nara.

"Aku sih terserah aja mau pulang jam berapa yang penting aku lapor aku ada dimana dan sama siapa," sambung Lusy.

"Kalian enak banget,sih. Aku telah dikit aja pasti kak Zidan marah sama aku."

"Udah sana pulang, nanti kita nggak boleh lagi jalan-jalan bareng," ucap Nara menahan tawanya.

"Sesekali ajak dong Kakak mau jalan bareng kita, kan lumayan bisa liatin Kakak kamu sepuasnya," ucap Lusy membayangkan wajah tampan Zidan.

Syahida mengusap wajah lusy yang terlihat jelas sedang mengagumi sosok Zidan di bayangannya.

"Jangan dibayangin terus nanti kamu jatuh cinta lagi," ucap Syahida.

"Emangnya kenapa kalau Aku jatuh cinta sama Zidan?" tanya Lucy menatap Syahida kesal.

"Ya sudah pasti lah kamu akan sakit hati, Zidan pasti menolakmu. Mending kamu sama Memet aja, orangnya nggak kalah ganteng kok," ucap Nara tertawa cekikikan.

"Betul tuh," sahut Syahida.

"Ogah," ucap Lusy membayangkan wajah Memet bergidik ngeri.

Zidan memiliki tiga sahabat sejak kecil Memet, Riza, dan Nizam, hanya mereka yang mengetahui jika Zidan adalah pemilik akun My Boss.

Syahida bukannya pulang justru ikut kembali berjalan-jalan dengan kedua sahabatnya itu membuat Ia dijemput langsung oleh Zidan.

Saat pulang tak ada pembicaraan diantara mereka berdua dan begitu sampai di rumah Syahidah langsung masuk ke rumah, ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

Syahida benar-benar malu dengan apa yang Zidan lakukan, menjemputnya saat ia sedang bersama dengan teman-temannya.

****

Pagi hari Syahida juga melakukan hal yang sama, dia tak menegur kakaknya itu bahkan saat makan Zidan duduk Syahida justru langsung berdiri dan pergi meninggalkan meja makan.

"Ada apa lagi ini?" teguran Nandira.

"Syahidah habiskan makananmu," ucap Rafiz ikut angkat bicara membuat Syahidah kembali duduk dengan malasnya.

"Ada apa lagi kalian?" tanya Rafiz.

"Ini Pah, kak Zidan buat malu aja. Masa aku disamperin saat sedang jalan sama temen aku, Pah. Aku 'kan jalannya sama Nara dan Lusy bukan sama cowok, nyebelin banget sih Kakak," kesel Syahida.

"Kakak kan sudah kasih kamu waktu sampai jam 9 malam, ga salah dong Kakak jemput kamu karena kamu ngelewatin batas kamu," jawab Zidan merasa benar.

"Iya, tapi kan sekali-kali bolehlah Kak aku lewat batas. Aku tuh nggak ngapa-ngapain di sana."

"Tetapi saja kamu ga boleh melanggar aturan, Kak." Tegas Zidan.

"Kakak nyebelin."

"Sudah jangan dibahas lagi, Kalian berangkat sekolah bareng, Shakila biar Papa yang antar," ucap Rafiz.

"Nggak mau Pah, aku nggak mau ke sekolah bareng kakak."

"Hai cepatlah, kalau nggak aku tinggal nih," panggilan Zidan berjalan santai meninggalkan Syahida yang masih marah-marah.

"Sana ikut sama kakak kamu," ucap Rafiz tak mau di bantah.

"Papa juga nyebelin."

Walau menggerutu Syahida tetap mengikuti kakaknya. Ia tahu jika Ia tak menuruti apa yang diperintahkan Papanya untuk ikut dengan kakaknya bisa dipastikan ia akan ke sekolah menggunakan kendaraan umum dan itu menggunakan uangnya sendiri.

Walau mereka berasal dari keluarga kaya, tapi Rafiz tetap membatasi uang jajan anak-anaknya, kecuali mereka memiliki penghasilan lain diluar jatah dari uang yang diberikan untuk jajan mereka.

Begitu mobil sampai di parkiran sekolah Syahida langsung turun dan berlari meninggalkan Zidan.

Namun, langkahnya terhenti saat mobil sport yang baru masuk hampir saja menabrak nya.

Zidan yang menyaksikan semua itu langsung menghampiri Syahida.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Zidan.

"Nggak apa-apa, Kak," jawabnya masih mengelus dada.

Pintu mobil terbuka Zidan dan Syahida menatap siapa si pemilik mobil tersebut.

Syahida terkejut saat melihat orang itu adalah orang yang sama yang ia tabrak di Mall kemarin.

Syahida bahkan lupa berkedip saking terkejutnya.

Zidan yang melihat ekspresi adiknya langsung merangkul Syahida masuk ke dalam sekolah.

Memutar lehernya ke depan saat Syahida terus saja menengok kebelakang.

Bel masuk berbunyi, mereka pun berlarian masuk ke dalam kelas.

"Kalian tahu nggak, tadi aku ngelihat cowok yang kemarin," ucap Syahida saat sampai di kelas dan langsung menghampiri kedua temannya dengan berbisik.

"Maksud kamu, Kian?" tanya Nara tak kalah berbisik, takut jika orang yang di belakang mereka mendengar.

"Iya, itu Kian."

"Kamu lihat di mana?" tanya Nara penasaran.

" Di…" baru saja Syahida ini menjawabnya guru mata pelajaran yang akan mengajar mereka sudah masuk ke kelas.

"Pagi anak-anak, selamat pagi," ucapnya.

"Selamat pagi Pak," ucap mereka serentak.

"Hari ini bapak akan memperkenalkan kepada kalian murid baru yang akan bergabung dengan kalian,"

"Huuuuuu…. "Suasana kelas langsung Riuh dan semua menatap kearah pintu.

"Kian. Ayo masuk," ucap pak Bowo wali kelas mereka sekaligus guru mata pelajaran matematika.

Kian masuk saat namanya dipanggil, sontak saat ia masuk semua murid perempuan di kelas itu menjerit saat melihat siapa murid baru yang akan bergabung dengan mereka.

Syahida juga ikut menjerit membuat Zidan yang duduk di belakang langsung menendang kursinya.

Syahida memutar malas bola matanya, menatap ke belakang dan memainkan mulutnya kepada kakaknya. Menggerutu tanpa suara.

Zidan kembali menendang kursi Syahida.

"Ihh, kakak resek, Nih!" ucap Syahida berbalik menatap Zidan dan memajukan kursinya agar menjauh dari kaki kakaknya itu.

"Ayo perkenalkan dirimu," ucap pak Bowo meminta Zidan memperkenalkan dirinya.

"Halo semua, nama saya Kian," ucap Kian singkat.

"Hai Kian," ucap mereka semua bersamaan, tapi tidak untuk para murid laki-laki yang hanya santai melihat murid baru yang akan bergabung dengan mereka.

"Kian kamu boleh duduk di samping Zidan," ucap pak Bowo menunjuk ke arah Zidan.

"Lho Pak, ini kan tempat saya," protes Memet.

"Kamu pindah di belakang," Ucap pak Bowo yang membuat semua murid tertawa melihat ekspresi Memet yang tak rela pindah ke belakang, selama ini Zidan banyak membantunya dalam pelajaran.

Walau terus menggerutu dan tak terima memet tetap mengambil tas dan barang-barangnya memindahkannya ke belakang.

Kian berjalan melewati Syahida dan duduk di samping Zidan..

Syahida menoleh dan langsung mendapat tatapan tajam dari Zidan.

Syahida memanfaatkan segala kesempatan untuk tebar pesona kepada Kian.

Syahida bahkan sengaja memakai parfum saat sedang belajar.

Zidan yang mengerti jika adiknya itu sedang tebar pesona langsung melempar Syahidah dengan bola kertas. Namun, Syahidah tidak menggubrisnya dan tetap tebar pesona.

🌹🌹 Terima kasih sudah membaca 🌹🌹

Mencari tau

Kian mengamati tingkah mereka berdua.

'Apakah mereka pasangan kekasih?' batin Kian.

Tingkah keduanya menurut Kian sangat lucu. Sejak pertama masuk ke kelas mata Kian langsung tertuju pada Syahida.

Sosok cantik Syahida mampu membuat Kian langsung tertuju padanya.

Saat berdiri di depan, Kian bisa melihat jika Zidan dan Syahida terus saja saling mengusik.

Membuat ia semakin memperhatikan mereka berdua.

Bahkan saat jam pelajaran Kian bisa melihat jika Zidan tak suka saat Syahida melihat ke arahnya, Ia berpikir jika Zidan cemburu dengannya.

Bel istirahat berbunyi.

Lusy yang juga duduk di depan mereka langsung berbalik.

"Hai, perkenalkan namaku Lusy" ucap Lucy mengulurkan tangannya.

"Kian," ucap Kian menyambut uluran tangan Lusy.

"Aku Syahida," ucap syahida tak mau kalah, ia juga langsung mengulurkan tangannya.

"Aku Zidan," ucap Zidan menjabat tangan Syahida, membuat Syahida langsung memukul tangan kakaknya.

"Apaan, sih. Nggak lucu tahu," ucap Syahida ngambek dan memilih untuk keluar.

Zidan tertawa melihat adiknya itu membuat raut wajah yang lucu, memanyunkan mulutnya dan menghentakkan kakinya berjalan keluar.

Kian tersenyum saat melihat apa yang dilakukan Syahida. Namun, ia langsung menyembunyikan senyumnya saat melihat Zidan menatapnya tak suka.

Memet langsung menghampiri mereka.

"Hai aku Ahmad, tapi panggil aja Memet," ucapnya mengulurkan tangan yang disambut oleh Kian.

"Kamu pindahan dari mana?" tanyanya

"London," jawab Kian singkat.

"Oh London," ucapnya manggut-manggut seperti orang yang mengenal dengan jelas kota London.

"Kantin, yuk!" ajak Nizam.

Zidan langsung berdiri dan berjalan lebih dulu disusul oleh Riza.

"Hai anak London, mau ikut ke kantin," ajak Memet.

"Kalian duluan aja," jawab Kian yang merasa jika Zidan tak menyukainya.

Semua anak-anak di kelas keluar, tentu saja kantin adalah tujuan mereka. Namun, Kian lebih memilih mengeluarkan laptopnya dan mengutak-ngatik di sana.

Walau usia Kian terbilang muda ia sudah memiliki Restoran sendiri dan sudah bisa di mengelolanya.

Kian mengerjakannya saat ada waktu luang dan hanya akan mengunjungi saat ada waktu luang.

Tak lama kemudian Syahida masuk dengan berlari dan langsung menghentikan langkahnya saat melihat Kian masih ada di dalam kelas.

Kian yang menyadari ada orang mendongak melihat, ternyata itu adalah Syahida.

Syahida tersenyum semanis mungkin menghampirinya.

Menengok ke kiri ke kanan memastikan kakaknya tak ada di sekitar.

Melihat Syahida yang menengok ke kiri dan ke kanan membuat Kian juga melakukannya hal yang sama.

"Ada apa, kau mencari sesuatu?" tanyanya saat Syahida sudah berada di dekatnya.

"Enggak, kok. Perkenalkan aku Syahida,"

"Kian," ucap Kian yang mengulurkan tangannya lebih dulu.

Syahida menyambut uluran tangan Kian.

"Kenapa kamu nggak ke kantin?" tanya Syahida basa-basi duduk di samping Kian.

"Nggak, aku nggak lapar," jawabnya.

"Di kantin itu bukan hanya untuk makan saja, kita bisa ngumpul-ngumpul sama teman."

"Daripada ngumpul ga jelas, aku lebih baik mengerjakan pekerjaanku," ucapnya menunjuk laptop yang ada di mejanya.

Syahida melihat laptop yang ditunjuk oleh Kian.

"Kamu mengerjakan tugas apa?"

"Ini , pekerjaan ku" jawab Kian.

"Punya siapa?" tanya Syahida melihat apa yang sedang Kian kerjakan.

"Itu pekerjaan ku, aku punya usaha sendiri walaupun kecil-kecilan," jawabnya.

"Oh gitu ya, hebat ya kamu," puji Syahida.

Syahida mendengar suara ribut-ribut mengarah ke kelas dan ia tahu betul itu adalah suara teman-teman kakaknya.

"Ya udah, aku ke kantin dulu ya," ucap Syahida berlari keluar kelas.

"Eh, tunggu," panggilan Kian mencoba menghentikan Syahida, tetapi Syahida sudah berlalu keluar menghilang di balik pintu.

Kian mengangkat bahunya kemudian kembali mengerjakan tugas nya.

Syahida kembali ke kantin," Kian punya bisnis sendiri," batin Syahida.

Saat melihat laptop Kian tadi Syahida melihat beberapa alamat email di sana, dengan cepat Syahida mengambil laptopnya dan mulai mengutak-ngatik disana, memasukkan apa yang tadi dilihatnya. Dengan cepat data-data tentang Kian dan bisnisnya tertera di layar laptopnya.

Baru saja Syahida ingin membacanya, bell masuk kembali berbunyi. Ia pun langsung menutup laptopnya dan kembali ke kelas.

Saat jam pelajaran semua berlangsung dengan tenang.

Guru mereka sedang menerangkan di depan papan tulis.

"Ada yang bisa mengerjakan soal ini?" tanya guru melihat semua muridnya.

Tak ada yang menjawab, semuanya hanya saling melihat.

"Kian coba selesaikan tugas ini," ucap guru tersebut menunjuk Kian.

Kian berdiri dan menghampiri guru tersebut. Mulai mengerjakan soal tanpa berhenti menulis.

Semua memperhatikan apa yang ditulis Kian.

"Boleh juga anak itu," batin Zidan yang bisa melihat jika semua jawaban yang kian tulis adalah benar.

Walau Zidan dan Syahida memiliki ke kepintaran dan bisa mengerjakan semua soal-soal. Namun, mereka tetap berusaha menutupinya dan bersikap seperti layaknya siswa lain. Mereka memiliki trauma masa kecil, membuat mereka memutuskan untuk menjadi remaja biasa saja dan merahasiakan kemampuan mereka.

Mereka berdua pernah diculik dan memiliki kejadian masa lalu yang buruk dan Itu semua terjadi karena orang-orang mengetahui kecerdasannya, mengetahui jika syahidah mampu meretas dan Zidan pencipta game online nomor 1 didunia yang ia beri nama Secret Partner.

Secret Partner adalah salah satu game online yang diciptakan oleh Zidan. Namun, sekarang Ia hanya sebagai pemain saja. Zidan terus merahasiakan kemampuannya dan berhenti mengembangkannya.

Kecerdasan Kian mendapat nilai plus dari Syahida, membuat Syahidah semakin menyukai sosok Kian. Pintar, bekerja keras, kaya dan tampan. Paket komplit yang harus dia dapatkan.

Sepulang sekolah.

"Kakak pulang duluan ya, aku mau jalan bareng sama Nara dan Lusi, nanti aku pulangnya naik taksi aja," ucap Syahida.

"Kamu mau kemana?" tanya Zidan.

"Aku mau ngerjain tugas kelompok di rumah Nara," jawabnya.

"Tugas kelompok? Apa kita ada tugas? Kayaknya nggak ada tugas, deh!" sahut Nara.

Lusy menepuk jidatnya, teman yang satu itu sangat sulit untuk diajak membolos dan berbohong.

Syahida tersenyum canggung ketahuan bohong.

Zidan menghela nafas melihat kelakuan adeknya.

"Kamu sudah berani berani membohongi kakak rupanya."

"Masuk, kita pulang sekarang," ucap Zidan menyuruh adiknya itu masuk kedalam mobilnya.

Perintah yang tak bisa dibantah oleh Syahida, Syahida berjalan pelan masuk ke mobil dan mereka pun pergi.

Malam hari selesai makan malam, Syahida kembali mengecek informasi yang didapatkan tentang kian, ia terus melihat-lihat dan tanpa disadarinya Zidan sudah berdiri di belakangnya melihat apa yang sedang Syahida lakukan.

Zidan ikut membaca apa yang dibaca Syahida, mengetahui jika itu informasi tentang Kian murid baru dikelasnya Zidan langsung mematikan layar laptop Syahida.

"Kak apa-apaan sih, main matiin laptop segala," kesal Syahida melipat tangannya di dada.

"Kamu pikir Kakak nggak tahu kamu suka sama si kian itu, Sudah Kian itu bukan orang baik, kamu cari yang lain saja."

"Emang kalau aku punya pacar selain Kiam kakak setuju?" tanya Syahida berbinar senang.

"Ya tergantung gimana pacar kamu, Kalau Kian aku nggak setuju," ucap Zidan berbaring di ranjang Syahida.

"Kenapa? kian itu kan baik, pintar, tampan lagi," belum lagi ya Kak. Kian itu sudah punya perusahaan sendiri," ucap Syahida kembali menyalakan laptop nya dan memperlihatkan usaha Restoran yang digeluti oleh Kian.

"Biasa aja," jawab Zidan kembali menutup laptop Syahida.

🌹🌹🌹 Terima kasih sudah membaca 🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!