Seorang gadis berparas manis terlihat sedang sibuk berlarian ke sana ke mari di tempat yang ramai ini. Kulitnya yang mulus tak malu untuk bersentuhan dengan berbagai macam orang di sana. Peluh yang membasahi bajunya tidak menguarkan bau tak sedap, sehingga para pengunjung tidak merasa terganggu.
“Mila! Lu ambil barang di gudang, teh cucuk 3 karton,” ucap seorang lelaki tua pemilik toko kelontong.
“Siap Koh.”
“Mila! Lu ngapain aja dari tadi di tungguin ibu di depan, mana telor satu krat?!” bentak seorang wanita tua yang juga pemilik toko.
“Iya Cik, ini masih aku timbang in.”
“Kamu jadi orang harus cepet kerjanya!”
“Ya elah Cik sabar, pembeli segini banyak cuman Saya dan Rini pegawainya.”
Mila bekerja keras hingga sore hari, toko yang ramai itu perlahan mulai lengang. Mila dan Rini sudah berjajar menghadap meja Koh Budi, menunggu upah dari jerih lelahnya hari ini.
“Loh Koh, kok upah aku cuman segini sih?” tanya Rini.
“Lu kerja apaan Rin? Dari tadi jeprat jepret selpi-selpi an.” Koh Budi memelorotkan kaca matanya.
“Biasa Koh, anak muda.” Rini menyengir kuda.
“Lu kalo kerja yang bener Rin, duit minta banyak tapi kerja tak mau.” Cik Meli menimpali.
“Ini Mil bayaran lu, hari ini kerja lu bagus. Besok kalo toko rame, lu orang datang lagi bantu-bantu sini,” ucap Koh Budi.
“Iya Koh, terima kasih. Mila pamit pulang dulu ya, takut Ibu butuh sesuatu.” Mila berpamitan.
Karmila Harmoni adalah seorang anak yatim yang bekerja demi memenuhi kehidupannya bersama sang Ibu. Keterbatasan dana membuat Karmila tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, tetapi semangatnya untuk bekerja dapat diacungi jempol. Beberapa tahun yang lalu setelah kematian Ayah Mila, malapetaka menimpa ibunya yang tiba-tiba jatuh sakit dan terpaksa di rawat di rumah saja karena keterbatasan biaya.
Sang Dokter berkata jika ibunya terkena Gerd atau istilah gampangnya adalah sakit maag akut. Tubuh sang ibu semakin lama semakin kurus, berbagai macam pantangan makanan membuatnya tak leluasa untuk makan. Nafasnya sering terasa sesak, bahkan untuk berjalan dari kamar menuju kamar mandi saja dapat membuatnya kehabisan tenaga.
“Bu, Mila pulang. Mila bikinin bubur sebentar ya Bu.” Mila menyapa Ibunya sambil terus melangkahkan kaki melewati kamar sang Ibu menuju dapur.
“Hari ini Mila dapat uang lumayan banyak Bu, Koh Budi juga kasih Mila beras dan telur. Mila masakin buat Ibu sebentar ya.” Mila cepat-cepat memasak bubur dan telur untuk sang Ibu.
Beberapa menit kemudian, makanan telah matang. Mila menyajikan berbagai makanan itu di atas meja makan mini yang terbuat dari kotak kayu bekas buah-buahan. Keadaan rumah Mila sangat memprihatinkan, hanya ada 1 kamar di sana.
“Bu, buburnya sudah siap, ayo makan.” Mila mengusap perlahan lengan ibunya yang sangat kecil itu. Sang Ibu tidak bergeming, membuat Mila sedikit panik.
“Bu ... Ibu bangun Bu, Mila datang bawa makanan. Mila masakin bubur pake telor buat Ibu.” Air mata mulai mengalir.
“Bu ... jangan tinggalin Mila Bu. Mila nggak punya siapa-siapa lagi Bu.” Tangis Mila pecah.
Kemalangan menimpanya, satu-satunya keluarga yang tersisa yaitu ibunya pun ikut tiada. Pemakaman segera diadakan, beruntung para tetangga mau membantu. Setelah acara pemakaman, rumah itu terasa lengang.
Keesokan paginya, Mila mau tak mau harus berangkat ke sekolah. Hari ini adalah hari Penilaian Akhir Sekolah kelas 3. Walaupun dalam masa berkabung, dirinya tetap tegar menghadapi kejamnya pembullyan di sekolah.
Selama seminggu ini dia mengalami siksaan lahir batin dari teman-teman sekolahnya. Mulai dari toxic friends yang memintanya untuk melakukan hal-hal bodoh hingga pengeroyokan oleh beberapa teman perempuan sekelasnya. Selama seminggu ini pula Mila tidak bekerja, dia sadar jika tidak sepintar teman-teman lainnya sehingga dia memakai waktu bekerjanya untuk belajar.
Seminggu berlalu, Karmila akhirnya dapat lulus walaupun tidak dengan nilai yang baik. Teman sekelasnya berencana untuk mengadakan pesta perpisahan, tetapi Mila memutuskan untuk bekerja. Dia tahu jika uang akan lebih dia butuhkan nantinya.
“Pagi Koh,” Sapa Mila.
“Mila? Lu kemana aja seminggu ini?” tanya Koh Budi.
“Mila ada ujian Koh, tapi mulai hari ini Mila udah lulus jadi bisa kerja di sini terus.”
“Maaf ya Mila, kita orang sudah ada pegawai tetap. Udah nggak butuh orang lagi.” Cik Meli menjelaskan.
“Yah ... kok gitu sih cik? Terus Mila kerja apa?”
“Lu cari di sana-sana sapa tau ada yang butuh pegawe.”
“Ya udah deh, makasih ya Cik, Koh, Saya permisi dulu,” pamit Mila.
Karmila melangkahkan kakinya berkeliling pasar, mencari kesempatan untuk mengais rejeki. Dia melihat ada sebuah warung makan yang sangat ramai. Cepat-cepat Mila menghampiri dan bertanya kepada sang pemilik kedai.
“Selamat pagi Bu,”
“Iya, mau pesan apa mbak?” tanyanya.
“Mmm ... itu Bu, Saya lagi cari kerjaan. Apa Ibu membutuhkan tukang cuci piring?” tanya Mila.
“Wah kebetulan sekali, tolong bantu cuciin ini ya.” Ibu-ibu itu segera meladeni para tamunya.
Mila menarik nafas panjang dan menarik alisnya melihat cucian yang menumpuk dan tempat yang kotor itu. Dengan cepat tetapi bersih, Mila mencuci semua perabot makan kotor yang ada di sana. Waktu berjalan sangat cepat, tak terasa hari mulai sore.
Jika di Koh Budi, dia akan mendapatkan gaji setiap hari sepulang kerja pukul 4 sore, maka di warung ini Mila harus bekerja selama 12 jam penuh. ‘nggak apa-apa deh, lagian di rumah juga nggak ada kerjaan,’ batin Mila.
“Mila, kerja kamu bagus sekali. Ini upah kamu.”
“Loh maaf Bu, kok cuma segini?”
“Memangnya mau berapa? Aku bisanya cuma bayar segini, kalo nggak cocok ya udah besok jangan datang lagi.” Ibu pemilik warung itu bergegas pergi meninggalkan Mila.
“Yah ... “
Mila melangkah pergi dengan perasaan kecewa, bahkan tenaganya pun tidak dihargai dengan sepantasnya. Hari itu Mila pulang pukul 10 malam, dia mempercepat langkahnya agar sampai dirumah dan segera beristirahat. Dia tidak menyerah begitu saja, Mila berniat akan mencari pekerjaan keesokan harinya.
Pagi ini Mila sudah siap mengais rejeki, tas selempang yang terbuat dari kain telah bertengger di bahunya. Dia berangkat ke pasar pukul 6 pagi, berusaha mencari rejeki sepagi mungkin. Dia berkeliling selama beberapa jam, tetapi nihil tidak ada seorangpun yang membutuhkan bantuannya
Rasa frustrasi yang memuncak membuat Mila nekat memakai uang hasil kerja kerasnya kemarin itu untuk membeli kuota. Bermodalkan ponsel lawas dan beberapa giga kuota, karmila berhasil mendownload sebuah game yang berjudul ‘My Kepet pet’. Game ini adalah sebuah game pertarungan hewan dan permainan misi dengan iming-iming berhadiah uang.
“Keren nih game, bisa dapet duit beberan nggak ya? Coba aja lah, aku lagi frustasi.”
Ponsel Mila telah menyala, menampilkan gambar-gambar dengan warna dan suara yang menarik. Mila sangat asyik bermain game tersebut, beberapa saat kemudian notifikasi gagal terdengar keras.
Tet Tot!!
“What?! Aku kalah? Bahkan game pun nggak rela aku menang?” Mila melongo melihat kegagalannya.
“Aaaa .... ini sungguh tidak adil!!” teriak Mila.
Sementara itu, di tengah kota yang padat tampak seorang laki-laki tengah menghadap laptopnya dengan senyum tipis tersungging di wajahnya. Lelaki itu mengamati seorang perempuan yang sedang marah-marah setelah kalah dari sebuah game online.
“Udahlah nyerah aja!” Karmila membanting ponselnya ke atas kasur kapuk yang sudah sangat tipis itu. Dia merasa hidupnya dalam keterpurukan, Karmila menghembuskan nafasnya kasar. Dia berpikir apa yang salah di dalam hidupnya, dia adalah anak yang rajin dan soleh. Karmila juga berbakti kepada kedua orang tuanya, tidak pernah membangkang bahkan bekerja bagi kelangsungan hidup keluarganya.
Di titik terendahnya inilah seorang alien yang datang dan sedang mempelajari kehidupan di Bumi memilihnya untuk menjadi bahan observasi. Sejauh mana manusia akan bertindak demi uang yang menjadi prioritas utama bagi umat manusia. Mila meratapi nasibnya hingga tenggelam dalam dunia mimpi.
Keesokan paginya, Mila dibangunkan oleh notifikasi pada ponselnya. Lagu ‘Places of Soul’ terus melantun, membuat Mila membuka matanya terkejut. Ia ingat jika kemarin kuotanya telah habis. ‘Kok masih bisa nyambung sih game nya?’ batin Mila.
Dia beranjak dari tidurnya dan meraih ponsel bututnya. Mila mengecek kuotanya, tertulis 0gb. Mila berpikir jika mungkin itu hanya kesalahan atau halusinasinya, tetapi alunan lagu ‘Places of Soul’ kembali mengalun.
Mila memandangi ponselnya dengan heran, ia membolak-balik ponselnya itu. “Nggak ada masalah, nggak ada kuota, tapi kok bisa nyala?” Mila masih terheran-heran.
Selamat pagi nona, harap lanjutkan permainan anda.
“Eh? Suara siapa itu?” Mila melongok keluar jendela, tetapi dia tidak mendapati siapa-siapa di sana.
Permainan akan dimulai sebentar lagi.
“Jangan-jangan ada maling?” Mila melihat sekeliling ruangan dengan panci di tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih memegangi ponselnya.
Hidupin layar ponsel loe! Gue sistem! Buset, hari pertama kerja gini amat ya.
Karmila melompat kaget mendengar teriakan itu.
“Ssistem? Ponsel?” Mila melihat layar ponselnya.
Ponselnya tidak menampilkan walpaper oppa korea, tetapi berwarna merah muda penuh dengan
gambar diagram gelombang suara. Diagram itu bergerak naik turun saat suara itu terdengar lagi.
Udah tau kan sekarang kalo gue ini sistem? Dah, mending loe mainin game yang kemarin.
“Kok kamu bisa ngobrol sama aku? Aku kan nggak punya kuota.”
Gini ya ciripa ... loe tinggal hidupin nih hape, terus loe mainin game yang kemaren. Nah, nanti klo misi loe sukses bisa dapet duit.
“Uang?” Karmila menjadi sangat bersemangat saat kata-kata uang ditangkap oleh telinganya.
“Eh, tapi aku harus kerja dulu. Nanti pulang kerja aku main deh.”
Nih anak begonya kebangetan dah! Mulai sekarang loe kerjanya sama bos gue, selesaiin misi buat dapet duit.
“Baru kali ini ada operator yang ngomongnya gaul banget.”
Eyalah gue geul, gue bukan robot biasa. Udah, mandi terus sarapan, jangan lupa cas hape loe.
“Sistem kok bawel banget.”
Mandiiii!!! Teriak sistem.
Karmila terlonjak kaget dengan suara yang keras dari ponselnya itu. Di dalam kamar mandi dia merenung dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Laki-laki itu tertawa pelan melihat interaksi antara sistem dengan kelinci percobaannya. Dia tidak menyangka percobaan kali ini akan sangat menarik. “Sejauh mana rasa cintamu akan uang kelinci kecil,” ucapnya.
Di dalam kamar mandi Mila sedang bergelut dengan pikirannya sendiri.
‘Kok bisa aku ngobrol sama hape, apa aku masih di dalam mimpi?’ Batin Mila.
Byur! Dia mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
‘Uhh ... dingin banget, tandanya aku nggak mimpi. Semoga kali ini keberuntungan berpihak padaku.’
Karmila melanjutkan acara mandi dan segera sarapan. Hari ini seperti kebiasaannya, tas selempang buluk sudah bertengger di bahunya. Dia duduk di kursi plastik yang sudah pudar dan rapuh itu, tangannya meraih ponsel jadulnya.
Lama banget sih loe Ciripa!
“Maaf, tapi namaku bukan Ciripa, aku Karmila.”
Iya ... iya Karmila, sekarang loe buka aplikasi permainan kemarin.
Karmila melakukan apa yang di perintahkan oleh sistem, ia membuka aplikasi permainan itu. Muncul satu notifikasi,
Misi 1 : Mengumpulkan 10 batu giok asli.
Karmila menjatuhkan rahangnya, bagaimana bisa dia membedakan batu giok asli.
Awas ileran! Ayo Ciripa, kita let’s go!
“Tunggu dulu, aku nggak bisa bedain giok asli atau palsu.”
Oh iya gue lupa, nih gue jelasin tapi loe dengerin baik-baik.
Di sini, di awal permainan, pemain akan mendapatkan 3 skill gratis dan 100 Coin System atau disebut juga CS. Kamu dapat memakai 3 item gratis sekaligus atau menyimpannya. Coin System dapat digunakan untuk membeli item atau mengupgrade skill. Item yang muncul saat misi adalah item yang dapat dan berguna saat itu, jadi kamu tidak dapat membeli item di luar ketentuan sistem saat misi berlangsung.
Jika kamu dapat menyelesaikan misi dengan baik dan pemimpin telah mendapatkan apa yang dia minta, maka imbalan uang dan Coin System akan kamu dapatkan.
Dah, ngerti nggak loe?
“Lah, tadi waktu ngasih penjelasan enak banget dengernya. Begitu selesai kenapa suaranya berubah cempreng?”
Jangan ngajak ribut, loe mau duit kagak?
Karmila menganggukkan kepalanya, sedetik kemudian dia menjawab. “Iya aku ngerti.”
Nah skill yang di tawarkan hari ini adalah :
- Pandai bernegosiasi
- Mata super
- Lari cepat
“Kok ada lari cepat?”
Ya ... kali aja loe mau nyolong. Sistem tertawa terbahak-bahak.
“Astaga sistem, ketawamu jelek sekali.”
Cukup! Loe mau pilih apa?
“Aku milihnya nanti aja bisa nggak? Lihat situasinya dulu.”
Nggak bisa gitu Ciripa, gue kan kudu ngeupgrade loe dan itu nggak boleh ada yang tahu.
“Upgrade? Emangnya aku ini robot?”
Gini ya Ciripa, loe tinggal pilih, gue upgrade loe terus selesaiin misi loe. Masalah caranya, cuma si boss yang tau.
“Oke, oke ... aku pilih, mmm ... mata super aja deh.”
Binggo! Sekarang loe merem.
Seketika badan Karmila bersinar, badannya terasa hangat. Beberapa menit berlalu, rasa hangat itu berangsur-angsur menghilang. Anehnya Karmila merasa biasa saja.
“Kok aku nggak ngerasain apa-apa ya? Cuma sedikit hangat.”
Ciripaaa!! Tutup mulut, ayo berangkat!
Karmila refleks keluar dari rumahnya dan berlari kencang karena kaget mendengar bentakan sistem yang seperti berada di samping telinganya.
Kakinya melangkah menuju tempat dia mencari uang, yaitu pasar. Dia melangkah mencari pedagang batu akik yang baginya sama dengan giok.
“Permisi pak, mau lihat-lihat batunya pak.”
“Oh boleh, silakan. Kamu mau cari batu yang bagaimana?” tanya pedagang akik itu.
“Nggak tau juga pak, masih cari yang srek aja.”
“Si mbak nya kayak cari jodoh aja, nunggu yang srek.”
Karmila hanya tersenyum menanggapi bapak itu, matanya dari tadi melihat-lihat batu yang ada. Tetapi, tidak ada satupun yang memiliki tanda-tanda giok asli. Karmila mencari penjual lainnya.
Saat melihat-lihat, dia melihat ada beberapa batu yang bersinar dimatanya. Sejenak dia tampak takjub, Mila kemudian menunjuk batu-batu itu.
“Semuanya 300.000 mbak,” kata si penjual.
“Apa?!” Mila refleks menutup mulutnya.
“Sebentar ya pak.” Mila berjalan sedikit menjauh, dia mengambil ponselnya dan berbicara dengan sistem.
“Hei sistem, aku beli batu-batu itu pake uang siapa?” tanyanya.
Ya pake uang kamu lah Ciripa.
“Uang aku mana ada 300.000.”
Oh, aku lupa kasih tau. 1 coin system sama dengan 50.000.
“Jadi aku bisa ambil uang dari kamu?”
Udah buruan ke ATM, tempelin layar hapemu ke layar lcd mesin ATM.
Karmila bergegas menuju ATM terdekat, dia melakukan perintah sistem. Benar saja, dari mesin itu keluar uang sejumlah 1.000.000. Karmila kembali menemui pedagang tadi, setelah terjadi tawar menawar yang sengit, akhirnya Mila mendapatkan 4 batu giok dengan harga 200.000.
Berikutnya, Mila melihat pedagang lainnya yang berjualan kalung dan cincin. Mila melihat sebuah kalung yang berkilau. ‘Itu kan ada 5 mata dalam 1 kalung, lumayan lah bisa hemat,’ batin Mila.
Tersisa 1 batu giok lagi, Mila telah berkeliling pasar tetapi dia tidak menemukannya.
Karmila berjalan keluar dari pasar, dia mencoba bertanya kepada sistem.
“Sistem, kurang 1 batu lagi. Kira-kira, kamu tau nggak giok itu ada di mana?”
Terkadang batu giok tidak selalu terlihat indah.
“Batu giok tak selalu indah ... tak selalu indah.” Mila bergumam sambil berjalan.
Tiba-tiba saja kakinya terantuk batu, ternyata kakinya telah membawa Mila menuju tepi sungai dengan banyak batu kerikil. Dia melihat ada sesuatu yang menyembul keluar dari salah satu batu. ‘Cuma batu, tapi kok bersinar?’ batin Mila seraya mengamati batu tersebut.
Kemudian dia bermaksud untuk melempar batu itu ke permukaan tanah. KRAK! Suara yang nyaring terdengar, seketika cahaya yang keluar dari batu itu semakin terang.
“Sistem, lihat! Koleksi batu giokku udah lengkap,” ucap Mila kegirangan.
Sesampainya di rumah, Mila meletakkan semua batunya di atas meja. Sistem mulai membaca sesuatu, Batu giok itu tiba-tiba melayang dan kemudian menghilang. Mila berkali-kali mengucek matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ke mana batu-batu itu pergi?” taya Mila heran.
Ke tempat bos gue, dah mending loe mandi terus tidur.
“Aku belum makan, perutku sangat lapar sekali.”
Astaga, aku lupa kalo kamu itu manusia.
“Kamu gimana sih?! Dah aku mau keluar beli makanan dulu.”
Akhirnya Mila makan di warung dekat rumahnya, menu andalan anak-anak adalah mie ndog alias mie telor. Setelah itu, Mila bergegas membersihkan tubuhnya dan berangkat ke alam mimpi. Keesokan paginya, Mila tidak lagi dikejutkan oleh notifikasi dari ponselnya tetapi dia dikejutkan oleh suara ketukan pintu.
Alangkah terkejutnya Mila saat dia membuka pintu, segala bentuk sembako telah berada di teras depan rumahnya. Mila celingukan mencari siapa pengirimnya, tetapi nihil. Dia berusaha memindahkan berbagai macam sembako itu ke dalam rumah.
“Sistem, ini sembako dari siapa ya? Kok banyak amat? Beras 2 karung, gula 1 karung, minyak 1 dus, telor 1 peti, mie 1 dus, tepung, teh, sayur, buah --.” Kata-kata Mila terpotong.
Dari bos gue, dia tahu kalo loe kelaparan semalam.
“Kok bisa sih bos kamu tahu, emang dia bisa lihat aku?” ucap Mila dari dalam kamar mandi.
Ya jelas aja bisa.
“Aaaa!! Bilang sama bos mu jangan ngintip kalo aku lagi mandi!” Mila menutup tubuhnya dengan kedua tangannya.
Dasar bego! Nggak ada akses kamar mandi, palingan dalem kamar.
“Jadi dia udah lihat aku ganti baju?”
Pastinya.
“Sistem! Bilangin bos gila mu itu, tutup mata kalo aku lagi ganti!”
Iya ... iya Ciripa bawel!
Sedangkan lelaki yang biasa di panggil bos itu menyunggingkan senyumnya, tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya. Jelas saja dia dapat mengakses seluruh tempat, teknologi dan peradabannya jauh di atas manusia di bumi.
Hari ini Mila makan enak, dia memasak tumis
buncis dan ayam goreng. Mila makan dengan menangis, mengingat kehidupannya sebelum bertemu sistem. Lelaki itu memegang janggutnya, dia tidak mengerti mengapa Mila masih menangis padahal dia sedang makan sesuatu yang baginya enak. Sistem pun bertanya,
Kenapa loe nangis?
“Aku sangat jarang makan makanan istimewa seperti ini, biasanya hanya tahu 1 dan nasi putih. Udah lama aku nggak bisa makan enak, semenjak Ayahku meninggal dan Ibuku sakit.” Air mata Mila merembes keluar.
Udah, yang penting sekarang loe bisa hidup lebih baik. Mereka juga bakal lihat dari surga dan ikut bahagis.
Mila mengangguk, dia kembali menikmati sarapannya itu dengan khidmat. Mila meraih ponselnya dan membuka misi ke dua hari ini.
Misi ke- 2 : Mengambil paket di tempat yang telah di tentukan.
“Paket apa ini?”
Meneketehe, loe siapin mental loe.
“Kok siapin mental? Cuman ambil paket doang.”
Item yang ditawarkan hari ini adalah :
- Lari cepat
- Antropomorfisme
- Petarung
“Apa itu Anksvhsgusjel?”
Apa? Kok otak gue nggak bisa cerna omongan loe?
“Maksud aku, artinya Asgyevbsmkh. Ah, belibet bener lidahku. Kemampuan kedua itu apa artinya.”
Ohh ... Antropomorfisme?
“Iya itu.”
Antropomorfisme adalah aktivitas orang-orang yang senang berkomunikasi dengan hewan.
“Kelihatannya seru, aku mau yang itu deh.”
Jangan pilih skill hanya karena keren Ciripa, oke lah gue upgrade dulu loe.
Sama halnya dengan kemarin, Mila merasakan seluruh tubuhnya bercahaya dan hangat. Setelah mengupgrade diri, Mila kembali menenteng tas bututnya. Dia berdiri di depan pintu dan berteriak,
“Aku siap! Semangat!”
Sistem menunjukkan keberadaan paket itu melalui GPS yang ada di ponsel Mila. Mila naik ke dalam bus, dia terpaku dengan pemandangan sekitar. Seumur hidupnya, Mila tidak pernah keluar dari kotanya. Lingkungannya hanya pasar dan sekolah.
Setelah berkendara selama beberapa jam, Mila turun di sebuah desa dengan hutan yang luas.
Sejenak Mila takut untuk melangkah, dia meremas tas selempang bututnya. Matanya terpejam, tarikan nafasnya dalam kemudian dia menghembuskan nafasnya dan membuka matanya.
Mila mantap untuk melanjutkan misinya. Sistem memintanya untuk berjalan masuk ke dalam hutan, beruntung hari masih pagi. Mila menelusuri jalanan penuh pepohonan itu, sesekali matanya memindai daerah yang baginya asing itu.
Semakin masuk ke dalam, Mila menemukan sebuah padang rumput yang sangat luas. Dia merebahkan tubuhnya di atas rerumputan itu, menghirup aroma rerumputan di pagi hari.
“Hidup di sini sangat damai dan tenang ya Sistem.”
Emang loe mau tinggal di desa?
“Nggak tau juga, aku kan nggak ada niat untuk menetap. Eh, ngomong-ngomong aku kasih kamu nama ya.”
Loe mau kasih nama gue? Udah bikin bubur merah sama putih loe buat selamatan ganti nama gue?
“Kalo nggak mau ku kasih nama, berarti kamu udah punya nama?”
Udah, nama gue Sylvia. Jangan ganti-ganti seenaknya, ini nama pemberian si bos.
“Ok Syl.”
Panggil gue Via.
“Oke Via.” Mila mengembangkan senyum, matanya masih terpejam rapat menghadap langit biru.
Tiba-tiba langit menjadi gelap, sesuatu yang besar menghalangi sinar matahari pagi itu. Mila yang merasa tak enak segera membuka matanya, dia sangat terkejut. Seekor hewan aneh sedang berada di atas kepalanya, matanya merah, giginya runcing, tubuhnya bulat dan penuh dengan bulu.
“Aaaaa!!!” teriak Mila.
Graoowwww!! Hewan itu ikut mengaum.
Mila bangkit dari tidurnya, dia berlari sekuat tenaga menjauh dari hewan aneh itu. Hewan itu pun mengejar Mila, caranya bergerak dengan melompat. Kakinya sangat kecil tertutup bulu halus dan lebat sehingga tampak seperti bola yang memantul.
Kenapa loe kabur Ciripa?!
“Kamu nggak lihat apa? Ada monster di belakang aku.”
Bukannya kamu udah upgrade skill ya tadi pagi?
Mila menghentikan langkahnya, dia tampak berpikir.
Tadi pagi kamu memilih Antropomorfisme yang artiny loe bisa komunikasi sama hewan.
“Tapi kalo hewannya seperti itu, siapa juga yang sanggup. Lagian kok bisa ada hewan seperti itu.”
Mana gue tahu, dah coba aja. Siapa tahu hewan itu bagian dari misi loe hari ini.
“Oke ... oke, gue coba.”
“Kur ... kur ...kur ...”
Kuwi uduk pitik!
“Ri ... ri ... ri ...”
Kuwi uga uduk bebek!
Mila memutar bola matanya, dia mencoba sekali lagi.
“Jih ... jih ... jih ...”
Dasar bocah gemblung! Kuwi uduk asu, jian arek kok guoblok tenan.
“Kamu gimana sih Via, bukannya kasih saran malah ngejek aku.”
Ini tuh hewan yang nggak ada di mana-mana, kenapa loe panggilnya gitu. Coba loe deketin dan ajak ngomong, jangan kasar-kasar!
“Iya, iya, ini juga lagi ngumpulin niat.”
🎵Hewan besar berbulu lembut, bagaimana kabarmu? Aku datang untuk menjadi temanmu, berikanlah tanganmu, mari kita berteman ... lalala ... lala ... la ...🎵
Eh, dia ngerti loh. Hebat juga loe Ciripa, suara loe juga bagus.
Karmila tidak mendengar kata-kata Sylvia, dia masih memeluk erat teman berbulunya itu. Bulu yang sangat halus dan empuk. Wajah hewan itupun berubah menjadi sangat imut. Matanya besar dan hitam, mulutnya menjadi kecil tidak menampakkan taring yang banyak.
Ciripa! Buset dah gue di kacangin, woi! Lu mau duit kagak?
“Uang? Di mana?” Mila tersadar.
Noh, di depan loe yang lagi loe peluk-pelukin.
“Si bul-bul maksud kamu?”
Bul-bul siape lagi neng?
“Hewan ini namanya Bul-bul, dia kasih tau aku.”
Oh iya, gue lupa kalo loe hari ini jadi nerd. Udah, suruh dia pandu loe ke tempat paket berada.
Hewan itu pun menuntun Mila menuju sebuah tempat dengan pesawat asing. Dia menyusutkan bentuknya menjadi sebesar kepalan tangan. Nampak beberapa makhluk dengan bentuk aneh mondar-mandir di sekitar sana.
Bul-bul berkata jika paket itu ada di bawah pesawat aneh tersebut. Mila mencoba bergerak sehalus mungkin, berusaha menyelinap hingga sampai di bawah pesawat asing itu. Paket sudah berada di tangannya, tetapi Mila baru sadar jika kini dia tengah di kelilingi oleh sekelompok alien aneh itu.
“Hhalo, mmaaf ganggu. Aku Cuma mau ambil paket doang kok. Silakan dilanjutkan, bye.” Mila berusaha berlari secepat kilat.
Sayangnya yang berlari secepat kilat bukan Mila, tetapi para alien itu. Mereka telah lebih dahulu berada di hadapan Mila. Mila terkejut dengan kedatangan mereka.
“Gimana nih Via?”
Loe mau ambil skill gratisan loe, atau beli item?
“Kalo item ada apa aja?”
Apapun yang loe butuhin.
“Aku ... aku nggak bisa berpikir.” Mila memejamkan matanya ketika para alien berjalan mendekat membentuk lingkaran yang semakin kecil dengan Mila di tengahnya.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan pukulan, Mila masih tidak berani membuka matanya. Seorang pemuda dengan topeng di wajahnya dan setelan tuxido datang untuk menyelamatkan Mila.
Dia menghampiri Mila dan mengusap kepala gadis itu.
Mila membuka matanya, dia sangat terpesona dengan ketampanan pemuda itu. Belum sempat mengucapkan terima kasih, pemuda itu telah pergi meninggalkan Mila.
“Aaa ... tuxido bertopeng, kamu mau kemana?”
Sistem yang biasanya cerewet, kini tidak menanggapi. Bos besar juga sedang mengepalkan tangannya melihat kejadian itu.
“Via, kamu lihat pemuda tampan tadi kan? Si tuxido bertopeng, uhhh cakep bener dah.”
Jangan mimpi Ciripa! Dah cepet pulang, keburu gelap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!