"Cheers!"
Satu orang pria berjas hitam dan dua wanita berpakaian seksi itu bersulang untuk merayakan pertemuan mereka.
"Kalian adalah wanita manis yang mampu memikat panca indraku," ucapnya membuat kedua lelaki yang berada agak jauh darinya mengernyitkan dahinya.
"Kamu tuh banyak gaya Gavin, come on bro, kita bukan anak SMA lagi!" ucap pria berambut curtains poni belah dua menunjuk temannya yang sedang merangkul dua wanita di club malam ini.
"Ayolah, kalian gak liat? Cewek-cewek ini manis bro."
Setelah meninggal dua wanitanya, pria itu menghampiri teman-temannya. "Jangan hanya diliat bro, pilih saja lalu nikmati."
"Oy Petro! Gua gak suka barang bekas!" balasnya galak.
Petro memegang bahu temannya itu. "Ar, tumben Lo pake bahasa gaul lagi, kita udah jadi CEO, wibawa Lo mana?! hah!"
Ararka melepas nafasnya kencang lalu mendorong bahu Petro. "CEO kalau lagi kerja, beda lagi kalo lagi nongkrong! Gua males nongkrong di sini kesannya kayak tongkrongan bapak-bapak banget, ceweknya juga gak menarik ibu-ibu semua," ocehnya karena baru kali ini dia masuk ke club.
Gavin menahan tawanya lalu melihat kedua temannya. "Kita sahabatan dari kecil, kalian gak pernah berubah ya, ribut terus. Ayok kita cari tempat lain."
Petro mendecak lalu membelokan lidahnya. "Gua selalu tertarik sama cewek itu."
Ararka menautkan alisnya. "Lo kan gak cukup satu lubang."
"Yang ini beda bro, dia gak nerima bayaran untuk pelayanan kamar," jelasnya.
Ararka bertepuk tangan. "Rupanya teman kita ini sudah dewasa. Lo suka nidurin cewek di sini? Gue mah ogah! barang bekas!"
"Enggak, gue cuma nanya aja harganya, dan kalian tau sekian banyaknya yang nawarin diri cuma dia yang nolak mentah-mentah ajakan gue, Lo tau apa yang gue tawarin sama gadis itu?"
Gavin mulai terbawa suasana dan mulai ingin tau. "Uang? Sepuluh juta?"
"Lamborghini!"
Ararka menatap sahabatnya itu tidak percaya. "Lo? cuma gara-gara cewek bekas itu? sampe Lo kasih Lamborgini? Tapi dia nolak?"
Petro mengangguk. "Iya.'
Gavin menatapnya remeh. "Gak mungkin, secantik apa sih dia?"
"Putar balik badan kalian," ucap Petro. "Lo bakal liat secantik apa gadis itu."
Setelah berbalik badan, mereka melihat para wanita yang duduk dengan lelaki tua dan menemani mereka mabuk.
"Gaun putih rambut panjang."
Gavin memicingkan matanya. "Yang mana?"
Ararka mulai melihatnya. "Banyak cewek di luar sana yang kayak gitu, menurut gua standar."
Petro menepuk bahu Arar. "Lo belum liat langsung, apa Lo mau minum bareng dia?"
Ararka menarik sudut bibirnya. "Lo bercanda? Mana mungkin lelaki tampan, kaya raya, gagah, perkasa, sempurna kayak gua dapetin cewek bekas. Terdengar rendah sekali bro!" ucap Arar dia memang suka menyombongkan diri.
Gavin memberikan isyarat pada Petro. "Gimana kalau kita taruhan."
Petro mulai menelisik perkataan Gavin. "Taruhan?"
"Siapa pun yang berhasil nidurin cewek itu, berhasil dapat investasi saham 60 persen dari perusahaannya," ucap Gavin.
Ararka menunduk remeh lalu mengangkat kepalanya. "Ck, cuma 60 persen, bodoh banget! 60 persen gak berarti buat gua."
Petro menyahutnya. "Bukan sahamnya, tapi keberanian kalian deketin cewek dan kejantanan kalian."
Gavin dan Ararka tampak tersinggung atas ucapan Petro.
Ararka mendorong bahu Petro, tidak akan terjadi perkelahian karena memang mereka sudah sangat dekat, dan tindakan seperti ini hanya dianggap bercanda. "Apa maksud Lo! hah!" Arar memang agak sensitif dan agak ngegas.
"Setuju gak nih!" tantang Petro.
Gavin mengangkat bahunya. "Gue pertama," percaya dirinya dia berjalan menuju wanita itu yang kebetulan sedang sendirian.
Petro mendekatkan mulutnya pada telinga Arar. "Gimana? Lo bukan gay kan?"
Ararka melotot marah. "Sekali lagi ngomong, rahang Lo belok kiri! Gue bisa nidurin cewek itu sekali rayuan!"
"Buktikan bro!"
***
Ini cerita aku yang baru setelah sekian lama Hiatus dan gak punya ide cerita .. aku bener-bener butuh support kalian guys supaya cerita ini bisa tamat kayak cerita ku sebelum nya yang sampe jutaan read..
Untuk tokoh tokohnya ya.
Ararka Pramana Wijaya (Arar)
Umur : 23 tahun
Pengusaha yang kini menjadi CEO di perusahaan Wijaya Family.
Punya dua kakak laki-laki semua cuma hubungannya dengan keluarganya sedang renggang karena masalah harta.
Gavin Hadeo permatama. 24 tahun
CEO perusahaan permatama. Kaya raya, agak pendiam kurang kasih sayang orang tua dan hanya hidup dengan kakeknya yang kaya raya.
Petro Jordan Biantara. 25 tahun
Anak tunggal CEO perusahaan Biantara di bidang otomotif. Playboy, suka clubing paling rese di 3 sekawan.
Riane Kiara Salsabila (Ane) (18 tahun)
Siang hari hanya siswa polos dan pendiam
Gavin duduk di samping seorang wanita cantik yang menuangkan bir ke sebuah gelas lalu memberikannya pada Gavin. Gemerlap cahaya lampu warna warni dan gelap itu seakan membuat Gavin hanya melihat wajah cantik wanita itu.
"Kamu terlihat masih muda?"
Wanita itu tersenyum ramah. "Ya, kata orang-orang aku terlihat seperti itu. Kamu juga terlihat seperti masih muda."
"Namamu siapa, euhh?" tanya Gavin, dia memajukan duduknya lalu melihat wanita itu dengan dekat.
"Kamu bisa panggil aku Riane."
Gavin mengangguk, "Boleh aku minta nomor mu?"
Ane menggeleng. "Mohon maaf, aku tidak bisa memberikannya, aku hanya berkerja untuk melayani minum di sini."
"Kita bisa jadi teman," bujuk Gavin.
"Maaf, tidak bisa."
Gavin mengangkat kakinya lalu bersender dan merangkul bahu Riane, wanita itu tersenyum tampak risih dengan perlakuan Gavin.
"Apa kamu mau tidur denganku malam ini?"
Ane menggeleng. "Aku tidak bekerja untuk itu, Tuan."
"Mau aku bayar berapa? Mobil mewah mau?" Gavin menceluk sakunya lalu menyodorkan kunci mobilnya, namun Riane mendorongnya.
"Mohon maaf, aku tidak bisa menerima Tuan."
Tampak Petro dan Alaska memperhatikan tingkah lucu Gavin di sana.
"Liat temen Lo, kaku anjir!' caci Petro.
"Dia terlalu banyak basa basi," ucap Alaska.
"Maksud Lo?"
Alaska berjalan menghampiri Gavin dan Riane, kemudian dia memegang tangan Riane begitu saja membuat gadis itu berdiri.
"She is mine!" Ucap Alaska, membuat semua tercengang.
Gavin tidak mau kalah. "Not yours!'
"Ayo ikut saya!" ucapnya membuat Riane melotot tak percaya, siapa orang ini, apakah dia akan menculiknya? Riane berontak lalu menginjak kakinya, Alaska mendesis lalu menunjuk Riane kesal.
"****** sialan! sh,, aww!"
Petro tertawa puas sedangkan Gavin hanya tertawa pelan.
Dua orang wanita datang karena kaributan ini.
“Tuan Alaska? mohon maaf atas ketidaknyamanan ini," ucap wanita itu menyenggol bahu Riane agar dia meminta maaf.
Riane menunduk. "Maaf atas kelancangan saya,"
"Bawa dia ke tempat VIP di atas."
Ane menggeleng cepat sedangkan tangannya sudah dipegang seniornya.
"A-apa?" tanya Gavin.
Petro menutup mulutnya yang membulat dia masih tidak percaya dengan Alaska.
***
Alaska menunggu wanita itu di kamar hotel di atas, karena club mahal itu ternyata milik rekan kerjanya dan banyak relasi Alaska di sana.
Alaska tertawa atas kejadian tadi. "Petro.., Petro..., Lo anggap gua kaku! Cengangkan Lo liat kejantanan gue!” pekiknya.
Tok..
Alaska melihat kedatangan Riane dengan dua seniornya membawa wanita itu ke hadapannya. Apalah daya Riane, kalau dia menolak dia akan dipecat, dan lagi pula seniornya mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan Alaska memperkosa Riane.
"Atas permintaan Anda Pak."
Dua seniornya pergi meninggalkan Riane dan Alaska, Riane hanya meneguk salinannya dengan kuat dan Alaska menutup pintu kamarnya.
Ane berlutut di depan Alaska dengan wajahnya yang terlihat lesu. "Aku butuh kerjaan ini, jangan pecat aku, aku mohon."
Alaska mendecak tanpa pikir panjang dia memegang bahu Riane.
"Aku tertarik sama kamu, malam ini layani aku jika kamu tidak mau di pecat.”
Ane menggeleng dengan cepat. “Aku tidak bisa, aku bukan wanita seperti itu aku bekerja hanya menemani minum saja, aku moho Tuan, lepaskan aku, jangan pecat aku karena aku sangat butuh pekerjaan ini.
***
Vote dan komennya ya.. oke..
Ararka Pramana Wijaya
Riane Kiara Salsabila
“Jangan banyak bicara!” Ucap Alaska, pria itu membuka sabuk celananya. Sungguh, Riane sangat panik.
"AKU TIDAK JUAL DIRI! JANGAN MEMPERKOSAKU!"
Alaska mengacak rambutnya frustasi. "AKU AKAN MENIKAHIMU! KAMU REWEL SEKALI!" Ucapnya kencang.
"AKU GAK MAU MENIKAH!"
Alaska mendesak lalu berjalan mendekati Riane namun wanita itu mundur. "Harusnya kamu bersyukur karena banyak wanita yang ingin dinikahiku."
"Aku gak murahan seperti mereka!"
"Aku kaya, kalau kamu jadi istriku, aku akan penuhi semua kebutuhan mu."
Riane tertawa kecil. "Kamu pikir gampang menikah sama orang rendahan seperti ku, gimana keluargamu menerima sampah di rumahmu?"
"Keluargaku?"
Riane berdiri mensejajarkan. "Menikah tanpa cinta gak bakal buat hidup kamu bahagia, dan jangan paksa seseorang yang baru kamu kenal untuk melakukan hubungan intim!”
"Aku tidak akan menikah tanpa cinta," ucap Alaska. “Tapi aku sungguh menyukaimu dari pandangan pertama.”
"Ya sudah, jangan bicara omong kosong!" ucap Ane, wanita itu berjalan menuju pintu.
"Pintunya di kunci dari luar," ucap Alaska.
"KAMU SENGAJA!" lagi-lagi Ane berteriak pada Alaska.
“Sudah lah, mengobrol di sini saja daripada kamu harus melayani kakek-kakek itu, aku tau kamu risih dan tak suka. Tenang saja, aku tidak akan memperkosamu, burungku ini tidak jorok.”
“Cih,” Riane melihatnya dengan lirih, dia memang sangat pening dan capek atas kerjaannya.
"Sini duduk dekatku, aku tidak akan menidurimu, aku tidak mau meniduri mu tanpa seizin mu walaupun aku bisa membayar harga dirimu."
Ane mendecak lalu duduk di samping Ararka. Pria itu mengangkat kakinya lalu bersandar.
"Capek sama kerjaan mu?"
“Ya begitu lah,” balasnya.
"kamu butuh uang berapa, aku transfer."
Riane menggeleng. "Aku tidak mau menerima uangmu, semiskin apapun aku, aku tidak mau menerima uang dari siapapun apalagi seorang lelaki."
"Cukup teguh pendirian. Kalau kamu terima uangku kamu gak perlu jadi pelacur."
"Bukan pelacur! Aku masih perawan! Aku akan menjaga kehormatan ku untuk suamiku!"
"Memangnya suamimu nanti menjaga keperjakaannya?"
Ane tiba-tiba terdiam. "Aku percaya sama dia."
"Tampaknya aku tau penyebab kamu menolak lelaki sempurna sepertiku."
Riane melihat Alaska dengan heran. "Kamu pasti seneng punya mobil mewah, rumah mewah."
"Kamu mau?" tanya pria itu melayani sikap polos gadis 19 tahun.
"Enggak, aku cuma mau bahagia dengan caraku sendiri."
"Aku tidak sebahagia yang kamu pikir. Bahkan kakak ku hampir membunuh adiknya sendiri masalah kekuasaan."
Riane melihatnya tidak percaya. "Aku bahkan merelakan diriku bekerja seperti ini untuk adikku, agar tetap hidup."
"Adikmu?"
Tok..
Tok..
"Alaska!" Panggilan itu membuat Alaska menyernyit.
"JANGAN GANGGU!"
"Ada Nyokap bokap lo! cepet turun!"
"Sialan!"
Alaska melihat Riane. "Kamu tunggu di sini ya!"
***
Alaska, Gavin dan Petro melihat kedatangan Tuan Wijaya beserta rekan bisnisnya untuk minum. Dia melihat tingkah Sang Ayah yang merangkul wanita di club itu, sangat tidak menghargai perasaannya. Alaska berniat menghampirinya, namun ditahan oleh Gavin dan Petro.
"Ayah Lo bakal ngabisin Lo kalo Lo ikut campur."
"Gue gak bisa!"
"Nyokap Lo bilang kalau dia sama Bokap Lo gak pernah saling cinta, jangan Lo ikut campurin urusan mereka."
Alaska mengepalkan tangannya. "Orang tua gua sayang sama anak-anaknya namun tidak dengan pasangannya."
"Ya gitu kalau dijodohin. Lagian, lo kan udah dapet bagian harta dari bokap Lo. “
Setelah mengingat itu, Alaska duduk di bar dan minum sangat banyak, hingga seorang wanita menghampirinya. Wanita cantik itu menemani Alaska minum.
***
Vote dan komennya ya..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!