NovelToon NovelToon

Terpaksa menikah dengan gadis {LUGU} PSYCHO

Episode 1 (sebuah pengkhianatan)

Di sebuah malam yang dingin, sebab hujan deras baru saja mengguyur kota Jakarta kala itu, ditambah kilatan juga petir yang terkadang meramaikan suasana malam yang cukup kelam bagi seorang lelaki yang baru saja melihat pemandangan yang tak pernah sekalipun terbayangkan akan menimpa dirinya.

Iya bagaimana mungkin, lelaki yang begitu sempurna seperti dirinya masih bisa terkhianati, lelaki itu adalah Ansell Dirgantara, seorang pewaris tunggal dari perusahaan KT Group yang sudah Berjaya selama beberapa decade.

Diyakini kekayaan dari keluarga mereka pun tak akan habis sampai 7 turunan bahkan lebih, ditambah visual juga postur tubuhnya yang tak perlu diragukan lagi. Bahkan keluarga Ansell pun sering sekali kedatangan para partner bisnisnya dengan tujuan mencoba menjodohkan putrinya.

Namun kedua orang tua Ansell masih berpegang teguh pada amanat yang nenek Ansell berikan.

Dahulu kala,

Nenek Ansell memiliki seorang sahabat, keduanya berjanji akan menjodohkan putra putrinya kelak jika memang sepasang. Tapi nyatanya keduanya malah memliki seorang putri yang sama cantiknya.

Hingga keduanya pun harus menahan diri kembali sampai kedua putrinya beranjak dewasa dan bisa menikah dengan pasangan masing-masing. Lalu setelah itu jika takdir berpihak pada mereka, mereka pun akan melanjutkan kembali apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Namun siapa sangka rencana mereka tidak semudah yang dibayangkan, Ansell menolak tegas perjodohan tersebut bahkan hanya untuk sekali bertemu dengan gadis yang akan di jodohkan dengan dirinya pun ia enggan.

Hampir membuat mereka putus asa, dan ingin menyerah dengan janji yang sudah mereka ucapkan. Sebab Ansell benar-benar bukan lelaki yang dapat dibujuk dengan mudah, terbukti dari kuatnya kisah cinta yang dirinya jalin dengan wanita pilihannya.

Sampai pada tahun ke 5, ia menyaksikan sendiri bagaimana kekasihnya itu berselingkuh di aparteman yang diberikannya saat tahun pertama mereka merayakan hubungan mereka.

Ia tak menyangka keputusannya saat itu untuk menunda kepergiaannya ke Amerika dan kembali ke aparteman adalah sebuah hal yang bisa mengubah kehidupannya.

Pandangannya penuh dengan amarah kala ia melihat sang kekasih hanya memakai kemeja putih tipis tengah berdiri didapur seraya menggenggam sebuah gelas wine, dan seorang lelaki hanya memakai ****** ***** tengah mencumbu sang wanita dengan begitu mesranya.

“Ansell..” kaget sang wanita bersamaan dengan bunyi pecah gelas wine yang terlepas dari genggamannya.

Dan membuat sang lelaki berhenti mencumbu lalu beralih pada Ansell yang masih berdiri di ruang tamu tengah mengepalkan kedua tangannya.

Tak dapat berkata-kata, Ansell pun akhirnya pergi setelah beberapa menit terdiam memandangi kekasihnya tengah bersama dengan lelaki lain dengan amarah yang sudah mencapai puncaknya.

Meski pada awalnya sang kekasih mengejarnya namun hanya sampai pada ambang pintu aparteman, sebab ia sadar ia tak memakai apapun saat ini selain baju tipis yang tak terlalu berguna karena  lekukan tubuh juga ********** begitu tampak jelas terlihat.

Pada akhirnya ia hanya bisa memandangi Ansell sampai menghilang dari lift.

***

“kau dimana..?!” begitu sampai di halaman aparteman Ansell langsung mencoba menelfon seseorang.

“diperjalanan pulang, ada apa..?” Tanyanya.

“cepat kembali ke aparteman sekarang..!” perintahnya dengan nada yang cukup tinggi untuk seseorang yang tidak tahu apa-apa.

“bukannya kau akan menginap..? aku tak bisa cepat kesana, disini terjebak macet ada pohon tumbang.” Katanya mencoba menjelaskan kondisinya.

“SIAL..!!” umpatnya yang kemudian langsung mematikannya.

“jika harus memanggil taxi, aku harus berjalan lebih jauh ke depan.” Gerutunya, seraya memandangi suasana malam itu yang memang tak memungkinkan untuk berjalan lebih jauh lagi, sebab hujan deras yang sedari tadi mengguyur kota Jakarta masih juga belum mereda.

“apa ini sebuah karma dari nenek, karena aku tak mengikuti kemauannya bahkan sampai akhir pun aku tetap mempertahankan hubunganku. Sial..!!” gerutunya lagi, tak ingin berlama-lama di aparteman tersebut akhirnya Ansell pun memutuskan untuk menerobos hujan deras kala itu.

Sampai di pertengahan jalan satu kaki jenjangnya tak sengaja menginjak sebuah botol kaleng yang tergeletak di aspal membuatnya tergilincir lalu menabrak seorang gadis yang tengah berjalan tak jauh didepannya.

Hingga keduanya pun terjatuh dan payung yang tengah digenggam sang gadis pun terlempar jauh darinya.

Layaknya adegan yang sering terjadi dalam drama atau serial TV, ya begitulah yang terjadi saat ini, sang lelaki mendarat lebih dulu dengan sang gadis yang menimpa tubuhnya diatasnya.

Sebuah adegan yang cukup klise memang, tapi tak bisa dipungkiri adegan ini memang sangat disenangi oleh penggemar setia sebuah per drama an. Untuk beberapa saat keduanya terdiam mencoba mencerna apa yang telah terjadi saat ini.

Sampai sang gadis mencoba bangkit seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk menemukan payungnya yang terlempar jauh entah kemana. Tak memperdulikan sang lelaki yang berusaha bangkit sendiri dengan raut wajah yang tampaknya sedikit kesakitan.

“bukankah seharusnya ada permintaan maaf terlebih dahulu..?

Kau pergi begitu saja seolah tidak ada yang terjadi..!” dumelnya seraya memegangi bagian lengannya yang terkilir.

“maaf, tapi aku harus bergegas pulang.” Sahutnya seraya sedikit menundukan kepalanya pada lelaki tersebut lalu kembali berbalik untuk mencari payungnya dan bergegas pulang seperti apa yang sudah dirinya katakan.

“aneh sekali, yang ku lihat di drama adegannya tidak seperti ini harusnya..” gumamnya.

Seolah ia telah melupakan kejadian tragis yang baru saja menimpanya, ia dibuat kebingungan dengan sikap seorang gadis aneh barusan, karena biasanya jika ada seorang gadis yang berpas-pasan dengannya sudah pasti langsung jatuh hati padanya.

Namun ia tak mendapatkan emosi apapun dalam gadis tersebut, amarah yang telah menabraknya hingga terjatuh, ataupun sebuah hati yang tengah berbung-bunga karena telah jatuh hati pada pandangan pertama.

“dia begitu datar..” imbuhnya seraya masih terus memandangi gadis tersebut yang sudah berharil mendapatkan payungnya kembali lalu berlarian kecil menuju halte bus.

***

Keesokan harinya.

Dikediaman keluarga Ansell, lebih tepatnya di sebuah kamar yang cukup besar hanya untuk di tempati 1 orang saja. Meski telah mengalami malam yang cukup tragis, namun hidup harus tetap berlanjut begitu juga dengan aktivitasnya pagi ini.

Seusai mendengus kesal sebab teringat kejadian tadi malam, ia pun mencoba bangkit dari tidurnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mulai kembali menjalani rutinitas hariannya seperti biasa.

 

Karena kedua orang tua Ansell tengah berlibur di Amerika sejak 2 hari yang lalu, membuatnya harus menyantap sarapan sendirian di meja makan yang sangat besar untuk ukuran 1 keluarga yang beranggotakan 3 orang.

Sampai beberapa menit kemudian..

“pak Ansell tidak jadi menginap tadi malam..?” Tanya seseorang yang tampak 1 tahun lebih muda darinya.

“tidak usah membahasnya..” pekik Ansell seraya menyantap sarapannya.

“kau sudah makan..?” Tanya Ansell mengalihkan pembicaraan.

“sudah, tadi aku makan roti saat dalam perjalanan kesini.” Responnya. “kalau begitu aku akan menunggu di mobil.” Imbuhnya kemudian pergi meninggalkan Ansel setelah mendapat respon sebuah anggukan dari sang atasan.

Iya lelaki tersebut tak lain adalah asisten juga tangan kanan Ansell yang juga merangkap sebagai sahabat karibnya sejak kecil, sepeninggal kedua orang tua Abighail Pramudya, bocah malang itu harus menjalani hidupnya sementara di sebuah panti asuhan.

Sampai keluarga Ansell mengangkatnya untuk menjadi putra keduanya, hingga Ansell pun tak kesepian dirumah yang besar tersebut. Begitulah cerita singkatnya, mungkin akan dibahas nanti perlahan seraya berjalannya cerita ini ya.

***

Sementara itu di sebuah kampus ternama di Jakarta selatan.

Karena kurang tidur semalam seorang gadis berperawakan ramping juga memiliki visul seperti Yuqi G-Idle, tengah tertidur diatas meja dengan pulasnya beralaskan bantal leher yang seolah sudah dipersiapkan sebelumnya.

“hey..!

apa gunanya kau belajar semalaman jika sekarang kau malah tiduran..” oceh karibnya yang berada tepat disebelahnya.

“bangunkan aku jika dosennya sudah masuk..” gumamnya seraya kembali mencari posisi ternyamannya.

Tiba-tiba saja sebuah cuplikan tadi malam kembali memenuhi fikirannya.

Disebuah kediaman yang tak kalah besar juga mewahnya dari kediaman Ansell Dirgantara, seorang gadis yang bernama Ahreum Nathania tengah duduk disebuah sofa yang dikelilingi oleh ibu dan ayahnya.

“tidak..

Aku hanya tak mengerti, kenapa eyang harus membuat janji dengan melibatkan anak atau cucunya, terlebih lagi aku kan bukan cucu eyang sungguhan.” Protes Ahreum dengan nada yang selembut mungkin.

Karena meski yang dihadapannya kini bukanlah ibu kandungnya, namun ia tetap harus menghargai dan menghormati wanita yang telah menjadi istri ayahnya itu.

“Ahreum..!” panggil ayahnya dengan nada yang meninggi.

“iya maaf ayah, aku tak bermaksud melawan ayah, aku hanya..”

“maafkan ibu ya, ibu memang tidak tahu malu, sudah melibatkan dirimu Ahreum, tapi ibu tidak punya pilihan lain selain memohon dengan sangat padamu, karena hanya kau satu-satunya harapan ibu nak, agar eyang tenang disana, kau tahu kan janji adalah sebuah hal yang tak bisa kau ingkari begitu saja.”

“haruskah ibu berlutut padamu, Ahreum..” ucapnya seraya bersimpuh dihadapan putrinya lengkap dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

“apa-apaan kau ini mah, tidak perlu sampai seperti itu pada putrimu sendiri..! ayo bangun.” Seru sang suami yang sigap langsung membantu istrinya kembali berdiri sebab perutnya yang semakin membuncit membuat ruang geraknya menjadi semakin sulit.

“Ahreum..!! kau ingin menjadi putri yang durhaka, tak bisakah kau mengabulkan permintaan ibumu ini. Masih belum cukup melihat ibumu memohon seperti itu..?!” geram sang ayah sebab putri tunggalnya itu masih saja tak memberikan respon.

“baik, Ahreum akan menikah, tapi aku punya 1 syarat.”

“apa sayang, apapun itu akan ibu kabulkan asalkan kau bisa memenuhi keinginan terakhir eyangmu.” Ucap sang ibu dengan antusiasnya.

“pendidikan sangat penting bagiku, aku tak ingin sampai putus kuliah, bahkan aku sudah berencana untuk melanjutkan S2 ku nanti di korea.”

“oke, jika hanya itu keinginanmu, akan ayah bicarakan dengan keluarga Dirgantara.”

“terimakasih Ahreum terimakasih, ibu benar-benar bersyukur memiliki putri yang cantik juga berhati baik seperti mu nak.” Ucap sang ibu seraya memeluk Ahreum erat dan tak hentinya mengeluarkan air mata bahagia.

Sebab amanat dari sang ibu kini akan segera terlaksanakan. Memang pada awalnya ialah yang harusnya menjalani perjodohan tersebut, namun sayangnya teman dari ibunya pun melahirkan seorang putri yang membuatnya harus menunda perjodohan itu untuk sementara.

Sampai keduanya menikah dengan pasangan masing-masing, namun naas nya lagi ibu tiri Ahreum baru bisa menemukan jodohnya disaat usianya sudah tidak muda lagi, sementara putra dari temannya sudah cukup dewasa untuk menikah.

Jadi mau tak mau Enzy pun meminta bantuan putri dari suaminya untuk membantunya terlepas dari amanat sang ibu. Untungnya Ahreum bukanlah seorang gadis yang sulit dibujuk, meski sikapnya terlihat datar dan cuek namun sebenarnya dirinya sangat menghormati sang ayah.

Bisa dibilang Seno sudah berhasil mendidik putrinya dengan baik, karena Ahreum sama sekali tak pernah membantahnya, ia selalu menuruti perkataan ayahnya terbukti kali ini meski permintaannya cukup konyol dan sempat ingin menolak.

Tapi pada akhirnya Ahreum pun bersedia mengikuti permintaan konyol ayahnya tersebut.

***

Kembali ke kampus Ahreum –Royal collage of music. Kampus yang cukup terkenal dengan bidang musiknya, tak sedikit para artis di Indonesia yang sukses setelah mengemban pendidikan dikampus yang cukup popular di Indonesia ini.

Bahkan kampus Royal collage of music ini sampai terdengar ke seluruh penjuru negeri hingga tak jarang juga banyak ditemukan mahasiswa asing yang ikut mengemban pendidikan di kampus tersebut.

Kafetaria kampus.

“kau bisa menyelesaikan semua soalnya..?” Tanya Nayeon teman dekat yang juga pernah menjadi musuh bebuyutannya saat di SMA.

“hmm..” jawab Ahreum singkat seraya melahap makan siangnya.

“kau masih disini..? bukankah sebentar lagi Jeno akan tampil.” Ucapnya seraya memandangi Nayeon dengan mulut yang dipenuhi makanan, sedangkan Nayeon tengah mentouch up wajahnya sebab ia sudah sedari tadi menghabiskan makan siangnya.

“ohh iya, aku hampir lupa, kau tak akan ikut..?” ajak Nayeon seraya mengoleskan lip tint dibibir tebalnya sebagai rangkaian touc up terakhirnya.

“kau tak lihat, aku masih makan.” Ketusnya.

“cihh, kau ini makan lelet banget sih..! yaudah kalau kau mau nonton nyusul aja ya, bye.” Pamitnya seraya buru-buru memasukan alat make up nya ke dalam pouch kecil berwarna pink hadiah ulang tahun dari Ahreum.

Tak lama setelah kepergian Nayeon, ponsel miliknya pun bergetar di atas meja, menandakan jika ada pesan masuk ke dalam ponselnya. Tak perlu waktu lama, ia pun langsung meraihnya dan menempelkan jempolnya pada layar untuk membuka kunci di ponselnya.

Masih sembari menyuapi mulutnya ia mencoba memegang ponsel dengan 1 tangannya.

“kosongkan jadwalmu pada akhir pekan ya, ayah sudah mengatur pertemuan keluarga pada akhir pekan nanti. Ingat, kau tak boleh ingkar janji.”

Begitulah isi pesan yang dibacanya dalam hati, sebuah kalimat informasi yang terdengar seperti sebuah perintah yang benar-benar harus dan wajib dilaksanakan. Dirinya hanya mendengus dan kemudian kembali menaruh ponselnya.

Namun selang beberapa detik kemudian ia kembali mengambil ponsel dan membuka pesan dari ayah nya lagi.

‘iya ayah. Ketiknya kemudian langsung mengirimkan pesannya, dan kembali menaruh ponselnya di tempat semula.

Meski merasa sangat tidak adil, namun sekali lagi dirinya tetap tidak bisa membantah keinginan ataupun permohonan dari sang ayah, karena Ahreum sangat menghormati sekali ayahnya.

***

-Ahreum Nathania.

bersambung...

Episode 2 (Pertemuan keluarga)

Malam harinya.

Di kediaman keluarga Dirgantara, karena pekerjaan dikantor hari ini lumayan menguras waktunya, juga ditambah dengan beberapa kali meeting dengan beberapa kolega bisnisnya, membuat Ansell kelelahan hingga sesampainya dirumah ia pun langsung membaringkan tubuhnya di sofa besar yang berada di tengah rumahnya.

Sampai..

“ANSELL..!” panggil ayahnya dengan nada yang cukup tinggi hingga membuat Ansell pun terbangun seketika.

“tenangkan dirimu pah..” ucap sang ibu yang mencoba menenangkan suaminya.

Dalam hitungan detik rasa kantuk Ansell pun menghilang, ia mencoba bangun dari tidurnya seraya memegangi kepalanya sejenak karena merasa sedikit pusing dibangunkan secara paksa seperti itu.

Kedua orang tuanya pun terduduk di sofa yang berbeda seraya masih menunggu putranya tengah mengumpulkan nyawanya, dan bisa mulai di ajak bicara.

“papa, mama, sudah pulang.. (gumamnya kemudian mengambil gelas yang berisi air mineral di atas meja, dan meneguknya beberapa kali sebelum kembali berbicara)

Bukannya ini masih jauh dari jadwal kepulangan.” Imbuhnya seraya menaruh kembali gelas yang sudah kosong ke tempat nya semula.

“bagaimana sekarang..?!

Apa kau masih mau membantah kedua orang tuamu, setelah apa yang dilakukan perempuan rendahan itu padamu, Ansell..!” tukas Andrew seraya menajamkan pandangannya ke arah Ansell.

“cih..

Cepat sekali berita itu sampai ke papa, apa selama ini papa menyuruh orang untuk mengawasi Ilona..?!” pekiknya tak kalah tajam dari sang papa.

“KAU..!!” bentak papanya seraya berusaha bangkit dari sofa namun Carrisa sang istri menahan lengan suaminya agar tetap tenang, hingga ia pun kembali duduk dan mengatur emosinya.

“Ansell, setidaknya sekali saja kau bertemu dengannya ya, mama mohon padamu.” Pinta sang ibu lembut lengkap dengan tatapan teduh yang membuat hati Ansell sedikit lebih tenang.

“oke begini saja, jika memang kau masih tak mau dengannya walau sudah bertemu, mama dan papa akan menyerah. Mama tak akan memaksamu lagi, bagaimana..?” Carrisa mencoba bernegosiasi dengan putranya yang keras kepala itu.

“tapi mah..!” timpal suaminya yang merasa tidak setuju dengan keputusan sang istri.

“oke, aku mau bertemu dengannya.” Ucap Ansell mantap.

“mama dan papa harus menepati janji, jika aku tak cocok dengannya, jangan paksa aku lagi untuk menikah dengannya.” Lanjut Ansell menekankan.

“oke, kita akan bertemu akhir pekan ini, ya. Di hotel Zeus ruangan VVIP, kau tak boleh terlambat setidaknya kau harus menunjukan sikap hormatmu, Ansell.” Kata sang mama masih dengan nada yang sama.

“ok.”responnya singkat kemudian bangkit dari sofa.

“tunggu..!

Apa kau tak ingin melihatnya dulu di foto..?” ucap papanya yang membuat Ansell kembali membalikan tubuhnya.

“tidak perlu,

Aku sudah pernah melihat foto masa kecilnya, dan itu cukup membuatku.. merinding..” sahutnya kemudian berlalu pergi.

“Astaga..!!

Anak ini benar-benar..!!” geram Andrew yang kemudian bangkit dari sofa, namun lagi-lagi Carrisa mencegahnya.

“biarkan saja pah, kau ini masih saja tidak mengerti karakter putramu, kekerasan tak akan berhasil apalagi jika kau terus menekannya seperti itu. Karena kalian memiliki sifat yang mirip.” Ucap Carrisa seraya menepuk pelan bahu sang suami untuk menenangkannya.

Andrew sang suami pun kembali mencoba meredakan amarahnya dan duduk di tempat semula bersamaan dengan Carrisa yang kembali duduk di sebelahnya.

“ahh iya, foto mana yang dilihat Ansell, mah..?” Tanya Andrew sedikit kebingungan.

“ohh itu, saat aku meminta foto Ahreum, Enzy bilang dia hanya dikirimi foto-foto saat Ahreum kecil oleh Seno, hehe.” Sahutnya diiringi dengan tawa renyahnya.

***

Beberapa hari kemudian.

Flower butik, toko butik langganan Enzy, bisa dibilang yang memiliki toko butik tersebut adalah teman kampusnya dahulu, itulah mengapa Enzy sering sekali berbelanja baju di toko butik tersebut.

Selain karena sang pemilik adalah sahabat karibnya, juga pakaiannya memang bagus-bagus dan selalu mengikuti trend masa kini. Hingga tak pernah sekalipun terlihat sepi karena banyaknya pengunjung yang selalu berdatangan untuk melihat model-model pakaian keluaran terbaru.

“kau sudah datang..” sapa Oliv, saat melihat karib nya itu membuka pintu butiknya disusul dengan putrinya yang berjalan di belakangnya.

“hey, Ahreum..

Sepertinya aku baru kali ini bertemu denganmu ya, kau cantik sekali.” Usai menyapa karibnya, ia pun langsung beralih pada Ahreum yang berdiri dibelakang Enzy masih dengan ransel besar di punggungnya.

“terimakasih tante.” Ahreum membalas sapaan Oliv dengan senyum tipisnya seraya menundukan sedikit kepalanya.

“ayoo masuk sayang, tante sudah siapkan beberapa gaun untukmu kau bisa mencoba semuanya.” Ajak Oliv seraya merangkul Ahreum dan berjalan masuk ke fitting room.

“tidak perlu yang terlalu terbuka Oliv, sebaliknya aku ingin menunjukan sisi imutnya.” Ucap Enzy dalam perjalanan menuju fitting room.

“iyaa.. iyaa aku tahu, kau fikir aku akan memilihkan gaun sesuai seleraku, huh..” sahutnya.

“kemarikan tas mu Ahreum..” ucap sang ibu sesampainya di fitting room.

Ahreum pun menurut, ia melepaskan ransel dipunggungnya, kemudian langsung menghampiri beberapa gaun yang sudah di persiapkan oleh Oliv.

Seperti pada umumnya seseorang yang tengah mencoba beberapa pakaian, Ahreum akan muncul dengan gaun yang berbeda dari balik ruangan kecil tempat untuk berganti pakaian. Lalu ditunjukan pada sang ibu dan Oliv.

Kegiatan berganti pakaiannya itu terus berulang-ulang sebab baik Enzy maupun Oliv masih belum menemukan gaun yang cocok dengan imagenya Ahreum yang imut.

Sampai pada gaun ke 5, akhirnya mereka berdua pun mengangguk setuju serta memberikan ke 4 jempolnya secara bersamaan. Membuat Ahreum menghembuskan nafas leganya, sebab kegiatan yang cukup melelahkan itu akhirnya selesai dengan gaun ke 5 nya.

Gaun pendek berwarna merah muda dengan renda brukat yang melingkari bagian bahunya yang cukup lebar. Belum cukup dengan gaun yang dipakainya, Enzy pun menyerahkan tugas make up dan penataan rambut putrinya pada asisten Oliv.

“apa ini tidak berlebihan, bu..?” Tanya Ahreum yang tengah duduk di depan cermin menunggu asisten Olive mempersiapkan segala sesuatunya.

“engga kok, kau ngga usah khawatir, ibu sudah bilang pada asisten Oliv untuk memberikan make up yang sederhana saja, dan rambutmu akan ditata supaya lebih rapih saja tidak di ikat sembarang seperti ini.

Gpp yaa sayang..?” jelas sang ibu seraya memegang bahu Ahreum dari belakang dan memandangi putrinya tersebut dari pantulan cermin yang berada dihadapannya.

“iya bu..” responnya.

***

Malam harinya.

Hotel Zeus, lebih tepatnya diruangan VVIP yang sudah ditentukan sebelumnya, keluarga Dirgantara sudah lebih dulu hadir dalam ruangan tersebut, lengkap dengan Ansell yang baru datang 1 menit yang lalu.

Ceklek.. suara pintu ruangan tersebut kembali terbuka, tampak seorang pelayan wanita tengah membukakan pintu untuk tamu ruangan tersebut. Keluarga Ahreum pun bermunculan 1 persatu dimulai dari Seno sang ayah lalu sang ibu dan Ahreum yang terakhir.

Mereka pun saling melempar senyum dan sapa secara bergantian, lain halnya dengan Ansell yang masih terdiam dibangkunya juga tatapan nya yang mengarah pada meja makan, seolah ia enggan untuk menyapa keluarga Baghaskara.

Sampai sang papa pun menyikut tubuhnya, mencoba memberi isyarat jika ia harus menunjukan hormatnya pada keluarga Baghaskara. Ansell pun bangkit dari tempat duduknya dengan malas ia pun menyapa keluarga Baghaskara seperti apa yang papanya inginkan.

“waaah kau tampak sangat tampan jika dilihat secara langsung ya.” Puji Seno ayah dari Ahreum.

Ansell hanya tersenyum palsu mendengarnya seraya menundukan rasa hormatnya, kemudian beralih menyapa enzy yang berada disamping Seno.

“Iya ya, beruntung sekali kau memiliki putra setampan Ansell, Carrisa, aku iri padamu, haha.” Timbrung Enzy seraya tertawa renyah, kemudian duduk secara bersamaan dengan yang lainnya.

“ah iya kenalkan ini Ahreum putri tante, Ansell, ini kali pertama kalian bertemu kan ya..?” lanjut Enzy seraya menunjukan Ahreum yang berada disampingnya.

Saat pandangannya sampai pada gadis tersebut, reflex kedua matanya pun membulat sebab ia teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu pada malam tragis saat dirinya memergoki Ilona berselingkuh.

Sementara gadis tersebut hanya tersenyum pada Ansell, seolah ia tak mengingat kejadian tersebut pada saat mereka pertama kali bertemu.

“kau sudah lapar Ahreum..?

Ayo lebih baik kita makan dulu saja..” ajak Carrisa.

Kemudian satu persatu dari mereka memulai mengambil makanannya dengan saling melempar senyum ramah. Sedangkan Ansell masih dengan wajah datarnya seakan ia ingin menunjukan pada semuanya jika dia benar-benar tidak nyaman saat ini.

“oh iya, om dengar kau masih kuliah ya Ahreum..?” Tanya Andrew sebelum menyantap makan malamnya.

“Iya om, aku masih semester 5 tahun ini.” Ahreum menjawab seadanya.

“bagaimana Ansell, Ahreum terlihat sangat cantik kan..?!” ucap sang papa seraya menekan sepatu Ansell dengan kakinya, layaknya seseorang tengah memberikan isyarat agar menjawab pertanyaan tersebut dengan benar dan tidak asal bicara.

“ahh.. i..iya begitulah..” respon Ansell yang sedikit kesakitan serta senyum palsu yang ia tunjukan untuk menambah bumbu sandiwaranya.

Ahreum yang mendengar pujian tersebut pun kembali tersenyum manis.

----

30 menit kemudian setelah banyak berbincang juga telah usai menyantap makan malamnya.

“oh iya, bagaimana jika kalian berdua berjalan-jalan sebentar, mungkin kalian juga butuh ruang untuk saling mengenal satu sama lain bukan..?” saran Carrisa, yang langsung di respon antusias oleh Enzy.

“Iya benar, aku setuju, mereka mungkin terlihat canggung saat ini karena ada kita iya kan, jika mereka hanya berdua mungkin mereka bisa mengobrol denagn bebas.” Serunya antusias.

Namun tampaknya Ansell sangat sangat tidak menyukai saran tersebut, hingga ia membuat penolakan secara tidak langsung dengan memelototi mamanya, berharap jika mamanya itu menarik kembali kata-katanya.

“maaf yaa Ahreum, anak om ini orang nya pemalu, makanya dia banyak diam, tapi sebenarnya om yakin sekali jika Ansell juka tertarik padamu. Iya kan, Ansell..!” Andrew menekankan pada bagian akhir kalimatnya serta kedua mata tajamnya yang membuat Ansell mengehembuskan nafas pasrahnya.

Ansell pun menyerah dan mengikuti kemauan kedua orang tuanya untuk mengajak Ahreum berjalan-jalan.

Keduanya pun beranjak dari kursinya secara bersamaan lalu berjalan meninggalkan ruangan tersebut setelah berpamitan dengan keluarga masing-masing.

“ekhem.. (Anseel berdehem sebelum mencoba mengajak bicara gadis yang tengah berjalan di sampingnya)

Aku hanya ingin kau tahu, aku tak menginginkan perjodohan ini. Jadi tolong katakan pada kedua orang tuamu untuk menyerah.” Perintah Ansell.

“jika itu maumu, kau saja yang membatalkannya.” Respon Ahreum seraya terus berjalan keluar dari Hotel tersebut.

“hahaha, sudah ku duga, kau pasti tak akan begitu saja melepaskanku, iya juga sih siapa yang mau menolak dijodohkan denganku.” Ocehnya seraya berjalan mengikuti kemana Ahreum melangkah tanpa sadar.

“aku tidak perduli siapa orangnya, bahkan jika itu bukan kau, aku akan menikahinya.” Ucapnya mantap seraya membuka pintu toserba disusul dengan Ansell yang masih mengikutinya dari belakang.

“ciih..!!

Kau fikir aku akan percaya omong kosongmu itu, yaa ku akui kau tidak terlalu buruklah tapi tetap saja kau bukan tipeku. Tunggu, ini dimana..?!” serunya saat tersadar jika ia sudah berada didalam sebuah toserba.

“ngapain kau mengajakku kesini..?!” pekik Ansell yang masih mengedarkan pandangannya ke sembarang arah.

Sedangkan Ahreum lebih memilih untuk tidak perduli dan melakukan hal yang sudah direncanakan sebelumnya, karena masih merasa lapar gadis manis tersebut memutuskan untuk menyeduh mie lengkap dengan es teh yang diambilnya dari show case toserba.

Setelah menambahkan air panas pada mie nya, ia pun langsung berjalan menuju tempat duduk di sudut ruangan.

“hey..!!

Kau tak mendengarkanku, ngapain kau mengajakku kesini..?!” serunya lagi seraya duduk dikursi disamping Ahreum yang tengah menunggu mie nya matang.

Tuk.. tuk.. tuk.. Ahreum mengetukan jemarinya diatas meja seraya mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

“AHREUM..!” bentak Ansell kesal karena gadis tersebut terus saja mengabaikan dirinya.

“aku tidak perlu menjadi tipemu, karena pernikahan itu hanya sebuah syarat untuk sebuah janji konyol dimasa lalu. Jadi ku harap kau bisa bekerja sama untuk menjalani pernikahan tersebut, hanya untuk beberapa tahun, setelah itu kita bisa berpisah bukan..?” katanya panjang lebar mencoba untuk membujuk Ansell.

“jadi kau menganggap pernikahan itu hanya sebuah permainan..?!” pekik Ansell karena tak percaya jika Ahreum akan mengatakan itu padanya.

“kalau begitu kau sendiri yang putuskan untuk membatalkannya.” Respon Ahreum seraya mengaduk mie nya yang sudah siap untuk disantap.

“bukankah kau sudah makan tadi..?” Ansell malah mengalihkan pembicaraanya saat melihat Ahreum mulai menyantap mie yamg dibuatnya.

“meski disana banyak makanan enak, tapi aku tak bisa makan sepuas perutku. Itu akan memalukan.” katanya.

“ciihh..!

Kau memiliki 2 topeng rupanya, disana kau tampak seperti gadis anggun dan juga manis, tapi..”

“kau tak pernah mendengar ada sebuah pepatah yang bilang, jika manusia itu memiliki 3 topeng. Pertama topeng yang ditunjukan pada semua orang, kedua untuk teman dekat juga keluarga, dan yang ketiga..”

“ketiga apa..?!” Tanya nya penasaran sebab Ahreum menghentikan bicaranya.

“yang kau lihat saat ini..” ucapnya seraya melirik ke arah Ansell dengan kedua mata tajamnya.

Ansell terdiam seketika seolah seluruh tubuhnya membeku, bahkan untuk bernafas pun terasa sangat berat, hingga..

“AHHaahahaaa..!” tawa Ahreum pun pecah kala melihat Ansell yang tampak ketakutan setengah mati.

“kau penakut rupanya, hahaha, lucu sekali.” Imbuh Ahreum, membuat Ansell bisa kembali bernafas dengan normal mengetahui Ahreum hanya mengisenginya.

“itu tidak lucu sama sekali tau..!!” ketus Ansell kesal seraya melipat kedua tangan diatasnya dan memalingkan wajahnya yang masih tampak gugup.

“ikuti saja apa kemauan kedua orang tua kita, aku janji tidak akan mengganggumu dan kau tak perlu terbebani dengan hadirnya diriku,

maksudku.. jika kau menolak perjodohan ini karena kau memiliki seseorang, kau tak perlu khawatir karena aku tak akan melarangmu untuk berhubungan dengan siapapun.

Anggap saja kita hanya 2 orang yang kebetulan tinggal bersama.” Jelasnya lagi lengkap dengan senyum manisnya diakhir membuat hati Ansell terasa terusik.

***

Episode 3 (Kesalahpahaman)

Keesokan harinya.

Kantor KT. Group, lebih tepatnya diruangan CEO dari perusahan KT. Group tersebut, tampak Ansell tengah berkutat dengan komputer yang berada dihadapannya sedari tadi, dengan sesekali meneguk ice Americano yang dibelikan oleh sekretarisnya beberapa menit yang lalu.

Ceklek, suara pintu ruangan pun terbuka, membuat Ansell mengalihkan pandangannya pada seseorang yang akan masuk ke ruangannya.

“pak Ansell memanggil saya..?” Tanya Abighail sang asisten.

“iya, bagaimana..?

Kau sudah membereskan semuanya, kartu, mobil, dan aparteman..?” tanya Ansell seraya menatap wajah Abighail yang berdiri dihadapannya.

“pak Ansell yakin akan menarik semuanya tanpa bersisa pak..?

Setidaknya nona Ilona pernah menjadi orang yang paling berharga untukmu.” Respon Abighail.

“kau berpihak padanya..?!” pekik Ansell lengkap dengan tatapan sinisnya.

“bukan begitu, hanya saja.” Sanggahnya.

“jika dia memang sudah menyukai yang lain seharusnya dia bicara jujur padaku, aku juga tak akan menahannya untuk tetap tinggal, mungkin aku juga tak akan bertindak sejauh ini.

Ciihh..!!

semua wanita sama saja hanya membuatku muak.” ocehnya.

“lalu bagaimana dengan nona Ahreum, bukankah pak Ansell juga sudah menyetujui pernikahan itu..?”

“dia..

Gadis yang sulit ditebak, aku tak tahu saat ini dia sedang pura-pura jual mahal atau memang dia tidak tertarik sama sekali denganku.

Yaa tapi idenya boleh juga, hanya 1 atau 2 tahun menikah lalu berpisah, setidaknya itu bisa membuat kedua orang tua kita diam, dan tidak merengek soal pernikahan lagi.” Paparnya.

“pak Ansell tak ingin mencari informasi terkait nona Ahreum, seperti yang pernah dilakukan pada nona Ilona dahulu..?” sarannya.

“tidak perlu, lagipula kita hanya akan menjadi 2 orang asing yang tinggal di atap yang sama, tidak lebih dari itu. Jadi tidak perlu bertindak berlebihan.” Responnya mantap dengan diakhiri senyum yang penuh arti.

***

Rumah abu.

Tempat dimana ibu kandungnya disemayamkan didalam Gucci yang berada di salah satu etalase lemari kaca tersebut. Untuk sejenak ia memandangi Gucci yang berisikan abu ibunya tersebut lengkap dengan tatapan lirihnya.

“mama..

Akhir bulan ini aku akan menikah, mama tak perlu khawatir, dia lelaki yang sangat baik hanya saja.. dia sedikit keras, hehee. Calon ibu mertuaku.. amm.. kurasa dia juga cukup baik, sama halnya ibu Enzy.

Ohh iya, ibu juga saat ini sedang mengandung, kalau perkiraan dokter sih bulan ini lahiran mah, doakan saja ya mah semoga lahiran ibu lancar begitu juga pernikahanku, hehee.

Dan juga.. terimakasih karena sudah melahirkan dan membesarkanku mah, waktu begitu cepat berlalu, aku tak menyangka jika saatnya kini telah tiba, pada waktunya pernikahanku.” Pungkasnya mengakhiri kalimatnya kala itu diiringi dengan senyum tipisnya yang manis.

 

Di dalam mobil.

“Ahreum tak ingin ditemani lagi..?” Tanya Jeno saat ia melihat Ahreum tengah berjalan menuju mobilnya yang terparkir dipekarangan rumah abu.

“iyaa..” sahut Nayeon yang tengah bercermin seraya memasangkan bondu berwarna putih untuk memberikan hiasan di rambutnya yang panjang terurai.

“seharusnya kau tak perlu memakai itu..” ucap Jeno sembari melirik ke arah Nayeon yang masih bercermin.

“memangnya kenapa..?” Tanya Nayeon seraya menoleh ke arah Jeno yang tengah memperhatikannya sedari tadi.

“kau akan terlihat semakin cantik, dan aku tak suka.” Rengek Jeno lengkap dengan mulutnya yang dimanyun manyunkan layaknya seorang bocah yang tengah ngambek.

“oh my..!!

Kau ini lucu sekali, aku jadi makin cinta padamu, hahaha, muach..muach..muach.” kecupan pun mendarat di pipi Jeno, saking gemasnya Nayeon pada sang kekasih ia sampai mengecupnya beberapa kali.

Seolah tak perduli dengan kemesraan yang ditunjukan oleh kedua temannya tersebut, Ahreum hanya terdiam saat memasuki mobil yang dikendarai karibnya itu, dengan pandangan yang mengarah keluar jendela.

“kau baik-baik saja..?” Tanya Nayeon khawatir seraya memutar sedikit tubuhnya untuk melihat Ahreum yang duduk di sudut dekat pintu.

“hmm..” responnya yang kemudian menyandarkan tubuhnya dan memejamkan kedua matanya.

Nayeon pun kembali pada posisinya dan memberi tanda pada Jeno untuk langsung menancapkan gas nya.

“kira-kira nanti gaun warna apa yang ku pakai yaa, merah atau putih aja..?” gumam Nayeon seraya menscroll layar ponsel nya yang menampilkan beberapa foto gaun yang dikirimi oleh butik langganannya.

“kau akan menyaingi pengantinnya jika gaun mu berwarna putih, bagaimana jika orang-orang malah mengira dirimu pengantinnya.” Komen Jeno seraya melirik sesekali ke arah Nayeon yang masih focus pada layar ponselnya.

“hentikan, kalian berdua membuatku mual..” keluh Ahreum yang akhirnya ikut berbicara.

“hahaha.. tapi kalau difikir-fikir kau memang sangat beruntung Ahreum bisa menikah dengan Ansell seorang pewaris tunggal KT. Group, juga pengusaha termuda yang pernah ada di Indonesia. Kau pasti pernah menyelamatkan dunia di kehidupan sebelumnya hingga kau mendapat jackpot yang sungguh luar biasa..!” serunya penuh dengan antusias.

“hey..!!

Aku juga tak kalah tampannya kok dengan dia, bahkan aku juga bisa saja mewarisi perusahaan ayahku. Lalu apa yang kurang dariku..?!” gerutu Jeno kesal jika kekasihnya itu malah memuji lelaki lain dihadapannya.

“hehehe maaf baby, aku hanya asal bicara saja, kau memang tidak ada tandingannya. Love you..” bujuknya seraya menoel-noel sikut Jeno dengan manja, hingga membuat Jeno tak lagi marah dan malah tersenyum malu-malu.

“ciih..!” Ahreum yang melihat adegan tersebut hanya bisa mendengus dan menggeleng kepalanya.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka bertiga pun sampai di tempat tujuan.

Kemudian keluar dari mobil secara bersamaan menuju café tempat biasa dimana mereka menghabiskan waktu bersama untuk sekedar mengobrol ringan, baik membicarakan tentang tugas dikampus ataupun membicarakan teman sesama kampusnya.

 

“kau caramel latte seperti biasa kan..?” Tanya Nayeon seraya menatap wajah Ahreum yang hendak duduk dikursinya bersamaan dengan Jeno yang duduk disebelahnya.

Ahreum hanya menggangguk untuk menanggapinya.

“aku, caramel macchiato ya..” ucap Jeno yang ingin berganti varian minum yang biasanya ia pesan.

Nayeon pun memberikan isyarat ok dengan kedua jemarinya lengkap dengan matanya yang memberikan wink pada Jeno, membuatnya semakin kelepek-kelepek.

“jika kau ingin mewarisi perusahaan ayahmu, lalu bagaimana dengan impianmu..? bukannya kau ingin menjadi seorang penyanyi.” Ucap Ahreum yang mengawali pembicaraan saat Nayeon sudah jauh dari pandangan.

“itu..

Aku sendiri masih tak yakin apa sebenarnya yang aku inginkan. Bagaimana masa depanku nanti, entahlah.” Ungkapnya seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

“AHREUM..!!” bentak seseorang yang tiba-tiba saja hadir diantara Ahreum juga Jeno, bersama dengan Abighail yang berdiri tepat dibelakangnya.

“jadi ini maksud dari perkataanmu kau tak perduli jika aku memiliki kekasih atau tidak, karena dirimu sendiri pun akan melakukan hal yang sama begitu..?!

Kau akan menikah denganku tapi tetap berpacaran dengannya..!!” seru Ansell dengan nada tinggi yang dipenuhi amarah.

“dia yang bernama Ansell..?” ucap Jeno pada Ahreum yang masih memandangi Ansell.

“IYA..!!

Ku peringatkan ya..”

“bisa kita bicara  diluar..?” sela Ahreum seraya bangkit dari tempat duduknya.

“kenapa..?

Apa kau merasa malu sekarang..?!” pekik Ansell yang semakin menjadi jadi.

“pak Ansell sebaiknya anda menahan emosi anda saat ini, karena banyak sekali yang tengah mencoba merekam anda. Jika orang tua anda sampai tau, itu akan semakin menyulitkan.” Bisik Abighail.

“aku ingin bicara denganmu..!” perintah Ansell pada lelaki yang duduk disebelah Ahreum.

“Ansell..” ucap Ahreum.

“baik..” sahut Jeno yang kemudian mengikuti Ansell berjalan keluar café dan diikuti Ahreum juga Abighail dibelakang.

Bruugghh..!! suara hantaman kepalan Ansell mendarat di pipi Jeno hingga membuatnya jatuh terseungkur.

Abighail pun reflex langsung menahan Ansell yang kala itu masih ingin menghajar Jeno yang sudah terduduk di aspal dengan luka lecet di sudut bibirnya, akibat kerasnya hantaman Ansell.

“pak Ansell, tenangkan diri anda, banyak orang yang melihat pak.” Ucap Abi seraya mencoba menahan Ansell dengan sekuat tenaga.

Sementara itu Ahreum langsung berlari kecil menghampiri Jeno, seraya mengecek luka yang ditimbulkan oleh Ansell.

“astaga, Jeno, maaf ya kau jadi terluka karena aku.” Ahreum khawatir sebab perlahan ia melihat darah yang mengalir dari sudut bibir karibnya tersebut.

“HEY..!!

Kalau kau masih berani menyentuh laki-laki itu aku akan membuatnya semakin terluka..!!” teriak Ansell yang melihat Ahreum begitu dekat dengan Jeno.

“tidak, kau tidak boleh menikah dengannya Ahreum, kurasa dia tidak waras..!” celoteh Jeno seraya mencoba bangkit dengan dibantu oleh Ahreum.

“SIAL..!! YAAKK..!!” melihat Ahreum mencoba membantu Jeno berdiri semakin membuat Ansell kalang kabut hingga ia pun mendorong keras asistennya dan bergegas menghampiri Ahreum juga Jeno.

Namun saat ia akan melayangkan tinjunya kembali pada Jeno.

“YAAKKK..!!!!” teriak Nayeon seraya memukuli kepala Ansell dengan tas kecilnya.

Melihat pemandangan itu sang asisten pun cepat-cepat bangkit untuk menolong Ansell yang tengah di serang oleh seorang gadis yang tiba-tiba saja hadir meramaikan peperangan yang terjadi.

Meski Ahreum mencoba untuk melerainya namun ternyata kekuatannya tak cukup untuk melawan ganas nya Nayeon kala itu, membuatnya kewalahan untuk menghadapi peperangan yang terjadi.

“APA YANG KAU LAKUKAN PADA PACARKU..!! DASAR BRENGSEK, BERANINYA KAU MELUKAI PACARKU. MEMANGNYA KAU SIAPA, DASAR B**I SIALAN..!!” umpatnya seraya terus memukuli kepala Ansell, sedangkan  Ansell hanya mencoba menahannya dengan kedua sikunya agar kepalanya tidak terlalu terluka.

“Nayeon tenanglah, dia Ansell..” ucap Ahreum seraya menarik kedua tangan Nayeon yang terus saja memukuli kepala Ansell.

“Ansell..?” ucap Nayeon yang menghentikan aktivitasnya sejenak karena mendengar nama tersebut.

“lalu siapa perduli jika dia Ansell, tetap saja dia sudah melukai pacarku..!” teriak Nayeon yang kemudian hendak kembali melayangkan tas kecilnya ke kepala Ansell.

Namun kali ini dihadang oleh sang asisten yang telah memblokir tubuh Ansell agar tidak terkena hantaman tas Nayeon kembali.

***

Di bangku taman.

Setelah baku hantam itu selesai, Ahreum meminta agar Ansell menunggunya disini selagi dirinya pergi ke apotik membeli obat merah untuk mengobati luka memar di kepalanya yang diakibatkan oleh hantaman tas kecil Nayeon.

Yang membuatnya terluka memang bukan tas kecilnya, namun bagian kecil tas tersebut yaitu kunci besi yang melekat pada bagian tengah tas kecil Nayeon.

Hingga luka lecet pun tak dapat terhindari.

“apa kau selalu seperti ini, Ansell..?” ucap Ahreum yang baru saja kembali lalu duduk disebelah Ansell yang tengah meringis kesakitan.

“apa..?!” ketus Ansell.

“kau selalu menyimpulkan semuanya sendiri, seharusnya kau mendengarkanku terlebih dulu.” Ucapnya lembut seraya meneteskan obat merah pada cutton bud lalu mencoba mentap-tap kan nya di kening Ansell yang terluka.

sedangkan Ansell mencoba sekuat tenaga untuk menahan rasa perih itu dihadapan Ahreum, agar tampak seperti lelaki sejati.

“lelaki itu teman kampusku, Jeno Alexander, dan dia juga pacar temanku.” Imbuhnya lagi mencoba menjelaskan.

“ciiih..!” Ansell mendengus kesal seraya memalingkan wajahnya.

Namun Ahreum dengan lembut kembali memposisikan wajah Ansell seperti semula, agar ia bisa melanjutkan pengobatannya pada kening Ansell.

Kedua pasang mata itu pun kembali bertemu, namun kali ini terasa ada yang berbeda dalam hati Ansell.

Seolah ada yang mengusik hatinya, ia benar-benar tidak mengerti perasaan apa yang kini tengah dirasakannya.

Namun yang pasti kini jantung nya berdegup lebih kencang juga kedua pipinya yang mulai merah merona, membuatnya semakin gugup.

“apa kau tak mengingatku..?” ucap Ansell saat Ahreum selesai men tap-tap obat merah pada keningnya, dan kini beralih hendak memasangkan sebuah plaster karakter hello kittty di keningnya.

“maksudmu..?” Ahreum malah bertanya kembali, seraya memasangkan plaster tersebut ke kening Ansell.

“saat pertemuan keluarga, itu bukan pertama kalinya kita bertemu.” Lanjutnya seraya menatap lekat kedua mata belo Ahreum.

“begitu ya,

Tapi maaf aku benar-benar tidak ingat kita pernah bertemu sebelumnya, amm.. aku memiliki ingatan yang cukup buruk, jadi terkadang aku bisa melupakan sesuatu, bahkan jika sesuatu itu sangat penting sekalipun.” Paparnya.

“kau yakin itu benar-benar alasannya..?

Bukannya kau hanya sedang berpura-pura jual mahal denganku.” Tebaknya seraya tersenyum penuh arti.

“iya, memang itu yang terjadi,

Karena lukamu sudah ku obati, aku pergi ya.” Pamit Ahreum seraya memasukan kembali obat merah, cutton bud juga sisa plaster karakter hello kitty yang tidak terpakai ke dalam kantong plastik kecil yang dibawanya tadi.

“kau mau pulang..?” Tanya Ansell.

“tidak, mau ke kampus, aku masih ada kelas malam.” Jelasnya seraya bangkit dari bangku taman.

“kelas malam..?! kok bisa ada kelas malam.” Seru Ansell yang ikut bangkit dari bangku.

“iya, memang ada 1 mata kuliahku yang jadwalnya malam, memangnya kenapa..?” Tanya Ahreum.

“tidak, tidak ada, ya sudah sana pergilah..!” tukasnya seraya memalingkan wajahnya.

Meski merasa kebingungan karena sikap aneh Ansell hingga membuatnya mengernyitkan keningnya, namun ia mencoba untuk tidak perduli lalu berjalan pergi meninggalkan Ansell.

“pak Ansell, anda baik-baik saja, benar tidak perlu ke rumah sakit..?” ucap Abighail yang baru saja hadir sesaat setelah Ahreum meninggalkan Ansell.

“tidak perlu,

Ahreum, kau tahu kampusnya dimana..?” Tanya Ansell yang masih memperhatikan kepergian Ahreum.

“iya pak, nona Ahreum kuliah di Royal collage of music.” Jelasnya.

“oke, kita pergi kesana sekarang..!” perintahnya seraya bergegas menuju mobilnya yang masih terparkir di area parkir café.

“tapi pak, sore ini ada jadwal pak Ansell bertemu dengan pak Bram, untuk membicarakan..”

“tunda sampai besok..!” potong Ansell seraya masuk ke dalam mobilnya.

***

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!